Anda di halaman 1dari 5

PENILAIAN PENGELOLAAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

A. PENGERTIAN PENILAIAN PROGRAM PLS


Penilaian merupakan salah satu tanggung jawab Pengelola Program Pendidikan
Luar sekolah. Penilaian yang dilakukan tenaga kependidikan terhadap seluruh atau
sebagian komponen program pendidikan. luar sekolah, penilaian dapat dilakukan secara
terus menerus , berkala, dan/atau sewaktu-waktu pada saat sebelum, sedang dan sesudah
program pendidikan dilakukan.

Dengan adanya penilaian diharapkan informasi mengenai hasil dari program


yang diselenggarakan dapat diketahui, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Mugiadi dalam Sudjana (2000:266) sebagai berikut: “Penilaian adalah upaya
pengumpulan informasi mengenai suatu program, kegiatan, atau proyek”. menurut
Syamsu Mappa (1984) dalam Sudjana (2000: 267) menyebutkan: “Penilaian Pendidikan
Luar Sekolah sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan keberhasilan dan
kegagalan program pendidikan”.sedangkan menurut Depdiknas (Direktorat Tenaga
Teknis:2005) Penilaian PLS adalah : Kegiatan pengumpulan dan penggunaan informasi
secara sistematis dalam penyusunan alternatif keputusan, juga merupakan kegiatan
membandingkan antara hasil yang di capai dengan target yang di harapkan dari suatu
kegiatan, serta juga merupakan kegiatan mengukur sampai sejauh mana program
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Tujuan Penilaian terhadap penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah


yang terdapat di dalam Depdiknas (2005) adalah: memberi data/informasi kepada pihak-
pihak terkait, memberi masukan dalam penyusunan program, mencegah terjadinya
hambatan dalam pelaksanaan program, serta penyempurnaan keberhasilan suatu kegiatan,
juga menentukan taraf kemajuan pelaksanaan program.
B. TUJUAN PENILAIAN PROGRAM
Adapun Tujuan penilaian program adalah sebagai pengarah kegiatan penilaian dan
sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan penilaian program.
Penilaian pada umumnya berkaitan dengan upaya pengumpulan, pengolahan, analisis,
deskripsi dan penyajian data atau informasi sebagai masukan untuk pengambilan
keputusan (decision making).

Tujuan penilaian program, sebagai berikut : Memberi masukan untuk perencanaan


program, Memberikan masukan untuk perencanaan program, Memberi Masukan untuk
Keputusan tentang kelanjutan, perluasan, dan penghentian program. Memberi Masukan
untuk keputusan tentang memodifikasi program, Memperoleh Informasi tentang faktor
pendukung dan penghambat, Memberikan Masukan untuk memahami landasan keilmuan
bagi penilaian {Anderson (1978)}

C. KONDISI OBJEKTIF

Peluang dilakukannya pendidikan luar sekolah di Seluruh Indonesia sangat besar,


hal ini antara lain didukung oleh letak/geografis yang terdiri dari banyak pulau tentunya
tidak semua sector mampu ditanggulangi oleh sector formal, rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat, masyarakat banyak bermata pencaharian sebagai petani dan
nelayan tradisional,masih dimonopolinya sector perdagangan termasuk bidang perikanan
oleh etnis china, tingginya pengangguran terselubung,

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa penilaian pengelolaan


program PLS keberhasilannya sangat ditentukan dari Perencanaan program tersebut,
termasuklah proses identifikasi program PLS itu. Program pendidikan luar sekolah yang
sampai saat ini sudah masuk keseluruh kecamatan yang ada di Indonesia adalah Program
Kesetaraan seiring dengan tuntutan penuntasan wajar 9 tahun serta penampung
keinginan siswa yang gagal meluluskan diri dari pendidikan formal/SMA sederajat,
sedangkan program lainnya tidak semua kecamatan tersentuh oleh program pendidikan
luar sekolah.
Secara umum penilaian dalam pengelolaan program PLS di Indonesia secara garis
besar Tidak berjalan dengan baik walaupun beberapa kegiatan telah dilakukan. Ada
beberapa hal yang mengakibatkan penilaian tidak berjalan dengan baik, sebagai berikut:

1. Tenaga Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia masih kurang


Tenaga pendidikan luar sekolah pada umumnya terbanyak berada di pulau jawa,
dan sampai saat ini penyebarannya masih kurang khususnya di Indonesia Timur dan
provinsi-provinsi hasil pemekaran baru, sehingga dipastikan sangat jarang yang
mengurus dan menduduki jabatan bidang pendidikan luar sekolah oleh seseorang yang
latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalamannya bukan dari pendidikan
luar sekolah

Karena keterbatasan kemampuan pengelola khususnya bidang penilaian Program


PLS yang dilakukan dibeberapa daerah kebanyakan adalah program perpanjangan
tangan dari pemerintah pusat, seperti program kesetaraan Paket B dan Paket C, pada
kegiatan ini dalam menampung ek siswa SMA/MA/SMK yang tidak lulus, dalam
penilaiannya tidak begitu jelas, antara lain berdasarkan pengamatan hamper semuanya
lulus dengan baik, sehingga muncul anggapan bahwa PLS adalah pendidikan yang
gampang dan mudah dalam memperoleh kelulusan, bagaimana penilaian dapat
dilakukan sebagai tindak lanjut perbaikan dalam perencanaan.

2. Penempatan tenaga kependidikan bidang pendidikan luar sekolah yang tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikannya.
Dengan latar belakang pengetahuan dan pendidikan serta pengalaman yang tidak
sesuai maka sulit sekali untuk melakukan penilaian dalam membuat kisi-kisi
penilaian, instrument penilaian, serta mengolah data hasil penilaian di pastikan tujuan
penilaian program PLS tidak tercapai.

3. Rendahnya motivasi dan partisipasi masyarakat mengikuti program PLS


Motivasi dan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan Program Pendidikan luar
sekolah secara umum masih rendah, mengapa demikian? Hal ini antara lain
dikarenakan belum mampunya tenaga PLS menunjukkan manfaat dan hasil nyata
dari PLS itu, karena program yang dibuat sifatnya bukanlah hasil identifikasi atas
dasar kebutuhan masyarakat sebenarnya, justru sifatnya sekedar melanjutkan program
dari pemerintah semata

4. Penyelenggaraan Program PLS masih kaku.


PLS seakan-akan hanya menjadi tanggung jawab Departemen Pendidikan Nasional
saja, baik penyelenggaraan maupun pengelolaannya, dengan demikian diharapkan
penyelesaian berbagai masalah yang menjadi kemelut bangsa khususnya dibidang
pendidikan dan lapangan kerja, pemecahannya jelas terhadap system kemitraan antara
berbagai departemen dan lembaga yang berkompeten dalam pemberdayaan
masyarakat menuju masyarakat yang sejahtera.

D. SOLUSI
1. Menempatkan orang-orang yang yang mengelola PLS sesuai dengan pendidikan dan
pengetahuannya
2. Jika kabupaten tidak mampu memenuhinya, maka dapat dilakukan dengan
mengirimkan mahasiswa tugas belajar yang lebih banyak, atau merekrut tenaga PLS
dari luar baik sebagai tenaga PNS Maupun honorer
3. Jadikan PLS kebutuhan dan tanggung jawab seluruh instansi bukan hanya Diknas
saja, lakukan pendataan kebutuhan belajar masyarakat bersama-sama dengan instansi
terkait lainnya.
4. Tingkatkan anggaran PLS sesuai kebutuhan, dan jangkaulah PLS keseluruh
Kecamatan, jangan terpokus pada kota kabupaten.
5. Membekalkan masyarakat dengan pendidikan luar sekolah, bukan dengan
memberikan konsep gratis dalam kehidupannya.
6. Dampingkan selalu pendidikan nonformal dalam kegiatan pendidikan formal apapun.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2002) Keputusan Menteri pendidikan Nasional dan Kepala badan kepegawaian

negara, tentang jabatan fungsional Penilik PLS

Depdiknas, (2003) Buku saku penilik Pendidikan Luar sekolah.

Depdiknas , (2005) Manajemen Penilikan PLS

Djudju Sudjana (2004). Manajemen Program Pendidikan. Falah Production Bandung.

Djudju Sudjana (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. PT. Remaja Rosdakarya.

Safuri Musa (2005). Evaluasi Program. Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat.


Yayasan Pengkajian Pendidikan Non Formal Indonesia Y-PIN Indonesia.

Sudijono Anas (2005) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai