Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PELAKSANAAN

MONEV DAN BINTEK PROGRAM PENDIDIKAN KEAKSARAAN PROV. SULSEL THN 2008

PENDAHULUAN
Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 tentang PLS menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Luar Sekolah adalah: (1) melayani warga belajar supaya tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2) membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ke tingkat atau jenjang yang lebih tinggi, (3) memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah., karena itu, Sebagai penjabarannya, dalam Rencana Strategis (Renstra) pembangunan pendidikan, pemuda dan olah raga tahun 2000-2004, sesuai dengan keputusan Mendiknas RI No. 122/U/2001 dalam program PLS disebutkan ada delapan kegiatan pokok untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan PLS, yaitu: (1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), (2) pemberantasan buta aksara, (3) kesetaraan pendidikan dasar luar sekolah, (4) pendidikan perempuan, (5) pendidikan berkelanjutan, (6) pemberdayaan dan pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan (7) peningkatan kualitas SDM pengelola PLS berbasis pada Unit Pelaksana Teknis Sanggar Kegiatan Belajar (UPT-SKB). Berdasarkan latar belakang tersebut, bimbingan teknis (bintek) serta monitoring dan evaluasi (monev) ini difokuskan pada pengumpulan, analisis, dan menilai informasi dan data pelaksanaan program pendidikan keaksaraan di Sulawesi Selatan, dengan mengambil sampel di beberapa kabupaten. Evaluasi ini akan menjadi sumber informasi dalam upaya meningkatkan kinerja pendidikan keaksaraan yang didasarkan pada jumlah warga belajar yang berhasil mendapatkan surat keterangan melek aksara (SUKMA 1). Evaluasi ini juga akan mengeksplorasi pengaruh pendidilkan keaksaraan pada peningkatan social ekonomi warga belajar yang yang telah memperoleh SUKMA 1.

Tujuan Monev dan Bintek


Untuk mengetahui sejauh mana kinerja lembaga penerima dana Bantuan Operasional Penyelenggara Pendidikan Keaksaraan (PDBOPK) dan Tutor (pengajar) pada program tahun 2008. Untuk memonitoring, menganalisis dan menilai hasil yang dicapai oleh pembelajar (sasaran) dalam hal menghitung, membaca, dan menulis. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh social-ekonomi yang ditimbulkan oleh program pendidikan keaksaraan kepada warga pembelajar (sasaran) yang telah mendapatkan SUKMA 1. Mengidentifikasi proses perencanaan lembaga PDBOPK, recruitment; tutor, pembelajar (sasaran); dan proses belajarmengajar. Melakukan bimbingan tekhnis program pendidikan keaksaraan kepada terutama; Lembaga Penerima Dana Bantuan Operasional Pendidikan Keaksaraan, Tutor dan stake holders lainnya, dalam upaya meningkatkan jumlah warga belajar yang bias predikat melek aksara.

Manfaat yg Diharapkan
Gambaran kinerja lembaga-lembaga penerima Dana Bantuan Operasional Pendidikan Keaksaraan, dan Tutor (pengajar) pada program 2008. Data pencapaian yang diperoleh pembelajar (sasaran) dari program Pendidikan Keaksaraan 2008, dalam hal kemampuan; membaca, menulis dan menghitung. Informasi mengenai perkembangan social-ekonomi pembelajar (sasaran), sebagai impact dari program pendidikan keaksaraan. Gambaran program pendidikan keaksaraan mulai dari perencanaan dan proses pelaksanaannya, serta pola relasi antara pemberi program dengan pelaksana program dan penerima program. Pemetaan permasalahan yang dipandang dapat menghambat tercapainya tujuan program pendidikan keaksaraan, dan mendokumentasikan metode atau cara pelaksanaan program yang dipandang potensial untuk memperoleh target yang ditetapkan, dilakukan melalui bimbingan teknis.

Monev
Melakukan telaah atau kaji ulang, yaitu menilai apakah kegiatan telah menghasilkan keluaran sesuai rencana dan apa dampak keluaran telah membantu tercapainya tujuan program (menggunakan data dan informasi sekunder). Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi dan data awal program pendidikan keaksaraan. Melakukan wawancara mendalam (menggunakan questioner atau daftar pertanyaan berstruktur) dengan stakeholder program pendidikan keaksaraan yang meliputi; pengurus lembaga PDBOPPK, Lurah/Kepala Desa, Diknas, Tutor, dan Pembelajar. Wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi atau data tentang pelaksanaan program pendidikan keaksaraan. Materi wawancara berkisar pada; metode pengajaran, tutor, waktu dan tempat pengajaran, lembaga PDBOPPK, jumlah pembelajar, fasilitas (alat peraga) program pendidikan keaksaraan, hasil yang dicapai oleh pembelajar (sasaran) dalam hal; kemampuan menghitung,menulis dan membaca, impact social-ekonomi bagi program pendidikan keaksaraan terhadap pembelajar, dan lain-lain. Bagian akhir dari monitoring ini adalah, Tim akan melakukan FGD dengan kelompok pembelajar, terutama pembelajar yang telah memperoleh sertifikat SUKMA 1.

Bintek
Pelaksanaan Bintek dilakukan dengan metode diskusi secara mendalam dengan Lembaga Penerima Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan (LPDBOPPK), dan Tutor yang mengajar pada kelompok-kelompok pembelajar. Diskusi akan dipandu oleh narasumber dan tim peneliti yang memiliki keahlian khusus. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali permasalahan-permasalahan yang dialami oleh LPDBOPPK dan Tutor. Kedua, untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh LPDBOPPK dan Tutor untuk kelancaran pelaksanaan program pendidikan keaksaraan. Setelah melakukan diskusi kelompok secara mendalam (Focus Discussion Group), narasumber dan tim khusus, akan merumuskan langkah-langkah teknis dan konseptual, untuk dijadikan sebagai rujukan atau panduan bagi pelaksanaan program pendidikan keaksaraan. Rumusan ini merupakan perpaduan dari konsep yang ditawarkan oleh narasumber dan tim khusus berdasarkan pengalaman pada beberapa program pendidikan keaksaraan yang dinilai berhasil, dengan kebutuhan riel di lapangan (local). Langkah berikutnya, narasumber dan tim khusus akan mentransfer rumusan yang dijadikan sebagai panduan teknis program pendidikan keaksaraan kepada LPDBOPPK dan tutor, dengan cara tatap-muka dan ceramah.

Sasaran Bintek/Monev
Pengurus Lembaga PDBOPPK Program Pendidikan Keaksaraan tahun 2008 di Sulawesi Selatan (dengan sampel beberapa kabupaten, Kecamatan, Desa/Kelurahan, dan kelompok belajar). Tutor atau pengajar pada pendidikan keaksaraan pada wilayah sampel Pembelajar; baik yang sudah menerima SUKMA 1 atau yang belum menerima sertifikat SUKMA 1, pada wilayah sampel Stake holders lainnya; Pemerintah wilayah kecamatan dan desa dan atau kelurahan, pemerhati pendidikan keaksaraan, dll.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Tempat Monev dan Bintek Monev dan Bintek dilaksanakan pada 7 (tujuh) daearah Tingkat II sampel di Sulawesi Selatan yang memiliki warga belajar pendidikan keaksaraan cukup tinggi, yaitu kabupaten Maros, kabupaten Wajo, kabupaten Bone, Kabupaten Bantaeng, kabupaten Bulukumba, kabupaten Jeneponto, dan kabupaten Gowa. Waktu Monev dan Bintek Monev dan Bintek diselenggarakan pada tanggal 06 sampai 29 januari 2009, dilaksanakan dengan cara berpindah-pindah dari satu kabupaten ke kabupaten lainnya.

Lihat Hasil

Kesimpulan
Penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan atau yang dikenal dengan program keaksaraan fungsional (KF) di Sulawesi Selatan belum berjalan sesuai yang diharapkan, hal ini dibuktikan dengan beberapa hal berikut Masih terdapat 48 % warga belajar tidak menguasai calistung, pada hal sudah masuk bulan januari 2009. Masih terdapat 52,9 % warga belajar sebelum mengikuti pendidikan keaksaraan pernah mengikuti pendidikan yang sama, yang berarti ada warga belajar telah berulang kali mengikuti pendidikan keaksaraan, namun belum dinyatakan bebas buta aksara, atau melek aksara, Tutor KF yang membelajarkan warga belajar masih ditemukan belum professional, karena tidak memiliki rencana pembelajaran, tidak menggunakan Standar Kompetensi Keaksaraan (SKK) dalam mengembangkan materi pembelajaran, dan tidak memiliki kemampuan tentang metodologi pembelajaran orang dewasa. Penyelenggara program pendidikan keaksaraan masih kurang professional, karena mereka tidak memahami manajemen penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dan ada lembaga penyelenggara yang pengadministrasian/ pencatatan kegiatannya belum lengkap. Koordinasi dan mekanisme kerjasama diantara pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan dan pembinaan program pendidikan keaksaraan belum berjalan lancar, terbukti bahwa masih ada aparat terkait yang belum mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, serta tidak mengetahui kemana berkoordinasi jika menemukan masalah atau ingin memperoleh informasi yang diperlukan.

Kesimpulan
Pembiayaan program pendidikan keaksaraan dinyatakan oleh berbagai pihak, seperti dikemukakan penyelenggara program dan tutor, masih kurang; terutana biaya yang diperuntukkan untuk manajemen penyelenggara dan insentif tutor KF; bahkan dinyatakan bahwa pembiayaan program tahun 2008 terlambat tiba pada penyelenggara program pendidikan keaksaraan. Keberlanjutan program pendidikan keaksaraan masih dirisaukan oleh berbagai pihak, khawatir kalau tidak ada program pembelajaran lanjut, warga belajar akan kembali menjadi buta aksara. Data penduduk buta aksara di Sulawesi Selatan belum akurat, karena sebagian hanya menggunakan data prediksi, belum menggunakan data by name dan by address (data dengan nama dan alamat lengkap), yang memudahkan melayani mereka sampai benarbenar tuntas dalam jangka waktu tertentu. Program Pendidikan keaksaraan di Sulawesi Selatan sekalipun dengan berbagai kekurangannya telah mampu memelekhurufkan warga belajar buta aksara, dan telah mampu menurunkan tingkat kebutahurufan yang ada.

Saran-Saran
Perlu dikembangkan model pembelajaran keaksaraan yang bersifat inovatif, yang dapat mempermudah dan memberi motivasi kepada semua pihak agar percepatan penuntasan buta aksara betul-betul dapat terwujud. Salah satu model yang dapat dipilih dan dikembangkan adalah model pembelajaran sistem kontrak kepada tutor KF dalam melayani warga belajar buta aksara dengan jaminan insentif lebih baik dari model konvensional selama ini. Juga dapat mengadopsi model pembelajaran pendidikan keaksaraan pendekatan tutor Balibolae yang telah dikembangkan Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) regional V Makassar. Pelatihan atau orientasi kerja bagi Penyelenggara Program KF, Tutor KF, dan Penilik PLS perlu ditingkatkan kualitasnya, sekaligus ditingkatkan jumlah peserta dan jumlah penyelenggaraannya, dengan penyiapan anggaran dari pemda tingkat I, pemda tingkat II dan mitra kerja lainnya. Perlu ditingkatkan koordinasi dan diciptakan mekanisme kerjasama yang disepakati diantara pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan dan pembinaan program pendidikan keaksaraan sehingga masing-masig pihak terkait mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.

Saran-Saran
Pembiayaan program pendidikan keaksaraan perlu ditingkatkan jumlahnya, untuk membiayai manajemen operasional program dan insentif tutor KF, serta semakin memperluas sasaran sampai kepelosok yang susah terjangkau oleh alat terasportasi. Perlu dibuat dan dikembangkan program keberlanjutan dari program pendidikan keaksaraan, sehingga para luarannya tidak kembali menjadi buta aksara, seperti memperbanyak Taman Bacaan Masyarakat (TBM), pemberian keterampilan praktis yang layak memasuki dunia kerja, serta pemberian bantuan modal kerja. Perlu terus dikembangkan adanya pendataan penduduk buta aksara by name by address (data dengan nama dan alamat lengkap), sehingga dapat mempercepat penuntasan buta aksara, jangan sampai terjadi lagi warga belajar dibelajarkan berulang-ulang pada program KF tiap tahun, tanpa tuntas atau mencapai melek aksara (mendapatkan sertifikat SUKMA). Perlu terus diteliti dan dicari kelemahan dan keunggulan dalam program pendidikan keaksaraan yang berlangsung, sehingga suatu saat ditemukan model pendidikan keaksaraan yang ideal dan efektif untuk mempercepat penuntasan buta aksara di Sulawesi Selatan.

Anda mungkin juga menyukai