Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

KEWIRAUSAHAAN
(AKBK 5403)
MENJAWAB SOAL

DOSEN PENGAMPU:
RIZKY FEBRIYANI PUTRI, M.Pd
MONRY FRAICK NICKY GILIAN RATUMBUSYANG M.Pd

OLEH:
Sella Lubis
(1810129220006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
DESEMBER 2020
Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) khususnya Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam, mencapai 5 persen pada tahun 2011, dan
ditargetkan menjadi 5,6 persen selama tahun 2012-2016, 2 persen lebih rendah dibanding tahun
2010. Permintaan dari luar tidak tumbuh terlalu banyak, maka ekonomi ASEAN beralih ke
penggerak pertumbuhan domestik dalam jangka menengah dan mulai menggali sebagai strategi
alternatif untuk perkembangan jangka panjang. Ketidakpastian global dan tantangan baru, sifat
pertumbuhan di Asia berubah menjadi lebih seimbang. Jenis baru pertumbuhan ekonomi
dibutuhkan di Asia Tenggara, ketidakpastian global adalah peluang untuk menciptakan ulang
pertumbuhan.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam ketidakpastian global, perlu


melakukan pemberdayaan usaha kecil yang dianggap mampu mengembangkan produksi. Sesuai
dengan program pemerintah ditargetkan 5 juta wirausaha baru sampai dengan 2025 dengan
mengembangkan sumber daya manusia untuk kemajuan wirausaha nasional. Terdapat empat
masalah pokok dalam pengembangan kewirausahaan nasional, terutama sektor kecil, dan
menengah, diantaranya adalah terkait dengan akses pembiayaan, akses pemasaran, regulasi
birokrasi, dan kapasitas UKM. Upaya peningkatan kapasitas wirausaha, pemerintah berupaya
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam kewirausahaan dengan tiga tahap,
yaitu pembibitan, penempaan, dan pengembangan.

Kewirausahaan tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM, Nomor:
06/Per/M.KUKM/VIII/ 2012 dengan harapan untuk mendorong dan mengakselerasi
pemberdayaan Koperasi dan UMKM serta meningkatkan daya saing. Usaha kecil merupakan
tumpuan yang diharapkan untuk mengambil strategi dengan menjadikan usaha yang mandiri,
sehat, kuat, berdaya saing serta mengembangkan diri untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, serta mendukung perluasan kesempatan kerja dalam mewujudkan demokrasi ekonomi.
Peningkatkan kualitas kelembagaan dilakukan secara berjenjang melalui upaya membangunkan
(awakening), pemberdayaan (empowering), pengembangan (developing), penguatan
(strengthening) (Primandaru, 2017).

Jumlah pemuda usia 16-30 tahun sebesar 64,19 juta jiwa atau 24 % dari total penduduk
Indonesia (tahun 2019) merupakan aset bangsa yang harus dikembangkan agar dapat
berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Akan tetapi, minat wirausaha muda di Indonesia
masih sangat rendah yakni 3,47 %. Hal ini terjadi karena modal yang belum mencukupi untuk
berwirausaha, selain itu mental anak muda yang takut gagal untuk berwirausaha menyebabkan
kendala. Mental tersebut tumbuh akibat kurangnya modal untuk berwirausaha, takut gagal, takut
dengan resiko yang akan dihadapi, padahal kegagalan merupakan awal dari pembelajaran untuk
mencapai kesuksesan. Anak muda yang memiliki rasa malas yang lebih besar daripada rasa
semangat untuk berwirausaha, takut bekerjasama atau kurangnya koneksi untuk bekerjasama
dengan orang lain, tidak berpikir luas bahwa jika niat berwirausaha akan membuka peluang
usaha baik itu untuk diri sendiri maupun untuk oranglain

Menurut Staf Ahli Bidang Ekonomi Kreatif Kementerian Pemuda dan Olahraga Joni
Mardizal mengatakan hingga Senin minat berwirausaha pemuda Indonesia masih relatif cukup
rendah. "Kami prihatin sampai sekarang jumlah pelajar maupun mahasiswa yang menyatakan
berminat menggeluti bidang wirausaha masih cukup rendah," kata Joni di Universitas Gadjah
Mada (UGM) Yogyakarta, Senin (5/9). Rendahnya minat berwirausaha itu, menurut dia,
disebabkan mayoritas pemuda masih berorientasi menjadi pekerja di Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) atau pegawai negeri sipil (PNS).

Jadi selain mental anak muda yang takut gagal serta malas untuk memulai sesuatu yang
menjadi penyebab rendahnya minat wirausaha yaitu pemikiran anak muda yang masih
berpatokan dan bergantung pada pemerintah yaitu PNS menyebabkan anak-anak muda di
Indonesia masih kurang berminat untuk berwirausaha. Untuk meningkatkan daya minat
berwirausaha pada muda diperlukan SDM yang mencukupi yakni dengan meningkatkan Sumber
Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing dan meningkatkan revolusi mental serta
pembangunan kebudayaan.

Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM, salah satu unsur terpenting yang menunjang
adalah pembangunan karakter pada SDM. Dengan SDM yang berkarakter, maka unsur-unsur
lain yang menjadi prasyarat bagi terbentuknya SDM yang berkualitas dan memadai, baik secara
teknis maupun non teknis, akan semakin berpeluang untuk tergapai. Sebaliknya, SDM yang
hanya terampil namun tanpa memiliki karakter yang kuat, tidak akan cukup untuk memberikan
kontribusi bagi upaya memajukan negara. Dengan karakter yang kuat, manusia-manusia
Indonesia tidak akan pernah menyerah dan selalu bekerja cerdas serta keras, disiplin,
mengembangkan spirit kegotongroyongan dalam mengerahkan segenap potensi dirinya, untuk
membawa kemajuan dan kejayaan negara. Maka, aspek pembangunan karakter pada SDM di
Indonesia menjadi begitu penting, dan perlu diberikan titik perhatian semenjak usia dini.

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan SDM yang berkualitas dan
berdaya saing dan meningkatkan revolusi mental serta pembangunan kebudayaan yaitu dengan
menciptakan masyarakat yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing yang mana hal ini dapat
diterapkan sejak dini baik itu di dalam lingkungan keluarga mauun di lingkungan sekolah
sehingga bisa menciptakan SDM yang berkualitas dan berdaya saing.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional maka pengembangan


kewirausahaan pemuda menjadi sangat penting dan strategis. Adapun strategi kebijakan
pengembangan kewirausahaan berdasarkan RPJMN 2020-2024 diantaranya: meningkatkan
kapasitas dan akses pembiayaan; meningkatkan peluang usaha dan startup; meningkatkan nilai
tambah usaha sosial. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan 3 hal tersebut pertama
pemerintah memberi kesempatan dengan cara memberikan modal usaha kepada masyarakat yang
mana modal tersebut akan diolah untuk berwirausaha, selain itu pemerintah mengadakan
workshop yang mana workshop tersebut memberikan pengetahuan dan menambah wawasan bagi
kaum muda untuk mebuka peluang start up SURABAYA – Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)
melalui Deputi Akses Permodalan meningkatkan kesiapan pengusaha rintisan (startup) untuk
bisa mengakses dan mendapatkan sumber permodalan non perbankan. Cara yang dilakukan
adalah dengan mengelola data ekonomi kreatif berbasis kreatifitas dan berwujud intelektual
properti.

”Dalam digital credibility, data atau informasi menjadi aset berharga. Oleh karena itu hal
ini juga menjadi salah satu cara untuk menyiapkan kesiapan investasi, kesiapan menerima pihak
ketiga, dan terobosan atau peluang ekonomi kreatif,” kata Syaifullah, Direktur Akses Non
Perbankan Badan Ekonomi Kreatif, dalam workshop yang diselenggarakan di Hotel Ciputra
World Surabaya.

Dari artikel yang telah disebutkan, cara yang dapat dilakukan utnuk meningkatkan
kapasitas dan akses pembiayaan; meningkatkan peluang usaha dan startup; meningkatkan nilai
tambah usaha social yaitu dengan memberikan modal usaha dan melakukan workshop kepada
anak muda.
Bewirausaha membuka peluang dan kesempatan bagi siapa saja untuk bisa meningkatkan
perekonomian di Indonesia. Selain laki-laki perempuan juga bisa mendapatkan kesempatan
untuk berwirausaha. Karena wanita juga bisa mendapatkan hak yang sama seperti laki-laki untuk
bisa memulai bew=rwirausaha Tetapi di zaman yang telah modern masih ada sebagian wanita
yang enggan untuk berwirausaha Hal ini terjadi karena beberapa factor, pertama wanita masih
merasakan takut dan cemas untuk memulai bisnis, seperti yang kita ketahui bahwa dunia kerja
memang lebih identik dengan pria jadi tidak heran kalau nama-nama pebisnis sukses baik di
tingkat dunia atau Indonesia, hampir pasti didominasi pria. Hal inilah yang kerap membuat
wanita minder bahkan sebelum memulai bisnis. Rasa takut dan cemas kerap dirasakan ketika
mengawali langkah sebagai pengusaha dan yang kedua masih adanya paradigma masyarakat
yang memandang sebelah mata wanita yang berwirausaha karena menganggap wanita
merupakan maksluk yang lemah, karena Budaya patriarki yang menempatkan pria sebagai
pemegang kekuasaan utama baik dalam bidang politik, hak sosial hingga pekerjaan memang
masih kental di kalangan masyarakat dunia. Bahkan dunia bisnis dianggap sangat maskulin dan
keras sehingga lebih cocok untuk pria. Wanita sering dinilai terlalu lemah untuk bisa bertahan
dalam kerasnya dunia bisnis dan bersaing dengan kaum laki-laki. Hal ini yang membuat
wirausaha wanita kerap diremehkan dann dipandang sebelah mata sehingga wanita kurang
percaya diri untuk berwirausaha.

Contoh kewirausahaan yang dapat dimulai sesuai dengan program studi yang saya
tempuh yaitu saya ingin mencoba membuka usaha menjual tanaman dan potnya yang mana
potnya berbeda dari pot pada umunya yaitu menggunakan pot berbentuk tabung reaksi selain itu
juga ingin menjual minuman yang yang menghasilkan reaksi misal menjual teh bunga telang
yang dicampur dengan perasan air jeruk lemon yang bisa merubah warna dari minuman tersebut
menjadi lebih menarik

Anda mungkin juga menyukai