Anda di halaman 1dari 7

JUDUL ESAI

PENINGKATAN PERAN PEMUDA DALAM INOVASI SEBAGAI WUJUD


KONTRIBUSI PEMBANGUNAN DALAM NEGERI

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai “Dengan Cara Apa Anak Muda
dapat Efektif Berkontribusi untuk Negeri?”

Disusun oleh:
Zahid Zufar At Thaariq
NIM. 170121600522

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


MALANG
2018
Peningkatan Peran Pemuda dalam Inovasi sebagai Wujud Kontribusi
Pembangunan Dalam Negeri

Tulisan ini adalah hasil analisa penulis tentang permasalahan pemuda yang
kurang senang dalam membuat suatu inovasi yang berguna dalam pembangunan di
Indonesia. Peningkatan peran pemuda dalam membuat inovasi sangat penting, di
samping dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, juga dapat
meningkatkan kreativitas pemuda. Kreativitas apabila diimplementasikan pada
masyarakat, maka akan sangat bermanfaat untuk kedepannya. Dalam tulisan ini, akan
sedikit menjelaskan peran pemuda dalam berinovasi guna berkontribusi dalam
pembangunan.
Indonesia memiliki target menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal ini
dikarenakan berdasarkan data dari Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dari Menko Perekonomian, pada tahun
tersebut, usia produktif di Indonesia mencapai 70 persen (usia 15-64 tahun). Selain
itu, dengan pertumbuhan usia produktif, diperkirakan pendapatan negara Indonesia
USD 47000. Sehingga Indonesia di tahun 2045, akan masuk ke dalam tujuh kekuatan
ekonomi terbesar di dunia. Di tahun ini, juga menjadi istilah baru bagi Indonesia,
yaitu Indonesia Emas 2045.
Dalam mewujudkan “Indonesia Emas 2045”, peran pemuda sangat penting
dalam berkontribusi aktif untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Bahkan
presiden pertama RI, Soekarno pernah berujar “beri aku sepuluh orang pemuda maka
akan kuguncang dunia!”. Hal ini dikarenakan secara psikologis, pemuda masih
memiliki rasa keingintahuan serta memiliki semangat dalam memperoleh hal yang
ingin diketahuinya. Apabila pemuda mampu memberikan kontribusinya untuk
bangsa, maka kualitas sumber daya manusia akan semakin meningkat.
Meskipun begitu, pada kenyataannya, banyak pemuda yang masih pasif.
Berdasarkan data penelitian dari Sembiring (2016) di Gereja Batak Karo Protestan
(GBKP), Semarang menyebutkan bahwa dari 250 pemuda yang dimiliki, keaktifan
pemuda yang sering mengikuti kegiatan-kegiatan di gereja tersebut tidak sampai 50
persen. Selain itu, di Yogyakarta, berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan DIY, dari
483 karang taruna, 30 persen diantaranya pasif. Karang taruna yang tidak aktif
tentunya disebabkan oleh pasifnya peran pemuda di dalamnya. Dikarenakan usia
keanggotaan dari karang taruna antara 11 tahun hingga 45 tahun (Wikipedia, 2018).
Menurut World Health Organization (WHO), pemuda adalah seseorang yang
memiliki usia antara 10 sampai 24 tahun (young people). Pemuda adalah individu
yang secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang
mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya
manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang (Fitriani, 2012). Sehingga
secara singkat, pemuda adalah individu yang berusia 10 sampai 24 tahun yang
mengalami perkembangan fisik dan psikis.
Realitas sekarang menunjukkan bahwa problem yang terkait dengan persoalan
generasi muda seperti sikap ketergantungan, kebingungan, kegoncangan hidup, serta
kehilangan orientasi-orientasi masa depan masih ada pada diri remaja (Ummah,
Habibullah dan Basri, 2011). Permasalahan generasi muda yang dikemukakan oleh
Suryadi (2014) yaitu menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme serta
kekurangpastian generasi muda tentang masa depan, belum seimbangnya jumlah
generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, kurangnya kesempatan dan
lapangan kerja, masalah gizi rendah menjadi hambatan perkembangan kecerdasan
dan pertumbuhan badan, banyaknya perkawinan dibawah umur, generasi muda yang
menderita tuna fisik, mental dan sosial, dan pergaulan termasuk penyalahgunaan
narkotika dan obat-obatan terlarang. Sedangkan Lickona (1992) mengemukakan
permasalahan umum yang dihadapi oleh para pemuda adalah (1) meningkatnya
kekerasan di kalangan remaja, (2) ketidakjujuran yang merajalela, (3) menurunnya
rasa hormat kepada orang tua, guru dan pemimpin, (4) tindakan kekerasan, (5)
meningkatnya rasa saling curiga dan kebencian, (6) penurunan etos kerja, (7)
menurunkan rasa tanggungjawab sebagai individu dan warga negara, (8) perilaku
merusak diri dengan narkoba, dan seks bebas, serta (9) semakin kaburnya pedoman
moral.
Hal ini diperkuat berdasarkan penelitian Ummah, Habibullah dan Basri (2011)
di Desa Bancelok, Kabupaten Sampang, mengungkapkan banyak pemuda yang
mengalami degradasi moral seperti (1) adanya pengelompokan dalam diri remaja, (2)
masih adanya tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja seperti judi, mabuk,
mencuri, dan sebagainya, (3) ada juga sebagian kecil para remaja berani terhadap
kedua orang tua dengan berkata kurang sopan, (4) pergaulan bebas yang masih ada
pada sebagian remaja karena pengaruh perkembangan jaman dan IPTEK dan (5)
kurangnya kesadaran pada diri remaja terhadap kewajiban melaksanakan sholat lima
waktu (melalaikan bahkan ada yang tidak mengerjakan). Selain itu, masalah lain yang
harus dihadapi pemuda adalah masa depan pemuda dengan terbatasnya lapangan
pekerjaan dan sikap apatis dari diri pemuda. Ini perlu untuk diantisipasi dengan
memberikan motivasi kepada pemuda agar pemuda dapat berinovasi guna
memberikan kontribusi aktif terhadap pembangunan bangsa ini.
Istilah inovasi berasal dari bahasa inggris “innovation” yang berarti reka baru.
Secara luas, inovasi adalah proses dan/atau hasil pengembangan
pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan
teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang
dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru (Wikipedia, 2018). Jadi singkatnya,
inovasi adalah pembaharuan yang memberikan nilai yang signifikan kepada
masyarakat.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2045,
Indonesia ditargetkan menjadi tujuh kekuatan ekonomi dunia dikarenakan banyaknya
jumlah usia produktif dibandingkan usia yang tidak produktif. Maka dari itu, peran
pemuda sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut. Namun, terdapat kepasifan
pemuda di beberapa wilayah, sehingga menyebabkan adanya degradasi moral yang
dialami oleh pemuda. Oleh sebab itu, peningkatan peran pemuda dalam berinovasi
sangat diperlukan guna memacu kreativitas dan tujuan akhirnya memberikan manfaat
pada orang lain.
Dalam meningkatkan peran pemuda dalam berinovasi, peran pemerintah,
masyarakat hingga keluarga sangat dibutuhkan. Peningkatan peran pemuda dalam
berinovasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu (1) mengadakan lomba karya
cipta inovasi oleh beberapa instansi maupun universitas, (2) mengadakan pameran
karya cipta inovasi, (3) pemberian dana kepada pemuda yang berinovasi dan (4)
mengirimkan delegasi pemuda ke luar negeri (student exchange). Manfaat dari
penerapan ini adalah (1) dengan mengadakan lomba karya cipta inovasi, pemuda
akan terpacu menuangkan gagasan-gagasan terbaiknya, (2) dengan mengadakan
pameran, maka pemuda yang menuangkan gagasan idenya dapat dihargai, (3)
pemberian dana berguna dalam memberikan support untuk merealisasikan ide atau
gagasan yang dituangkan dan (4) pemuda perlu belajar ke luar negeri agar mampu
mengembangkan gagasannya dengan baik.
Dalam berkontribusi untuk bangsa, peran pemuda sangat penting untuk
memajukan suatu bangsa. Negara maju seperti Amerika Serikat, menjadikan pemuda
sebagai kekuatan dalam memajukan bangsa. Tokoh-tokoh seperti Benjamin Franklin,
George Washington, John Adams, dan sebagainya merupakan pemuda yang
menjadikan negara Amerika Serikat menjadi negara adidaya dan terpandang hingga
saat ini. Semua itu berkat peran pemuda yang berkontribusi aktif dalam membangun
negaranya.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Dwi. 2016. 30 Persen Karang Taruna Tidak Aktif. (online)


(https://www.radarjogja.co.id/2016/03/31/30-persen-karang-taruna-tidak-
aktif/) diakses pada 28 Juli 2018
Bintari, P. N, Darmawan C. 2016. Peran Pemuda sebagai Penerus Tradisi Sambatan
dalam Rangka Pembentukan Karakter Gotong Royong. JPIS Vol. 25 No. 1
Fitriani, A,A. 2012. Kedudukan dan Peranan Pemuda dalam Rangka Memantapkan
Ketahanan Nasional Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009
tentang Kepemudaan Dikaitkan dengan Tanggung Jawab Warga Negara dalam
Mempertahankan Negara. Skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Pakuan.
Bogor: Universitas Pakuan
Khomsatun. 2018. Menjadi Warga Negara yang Baik dan Berkualitas (Edisi Revisi).
Malang: Intelegensia Media
Lickona, T. 1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect
and Responsibility. New York: Bantam Books
Rahmayanti, S. M. 2016. Menuju Indonesia Emas Tahun 2045, Bagaimana Peran
Pemuda? (online)
(https://www.kompasiana.com/cendekiacianjur/5805f030c223bd321a8b4568/
menuju-indonesia-emas-tahun-2045-bagaimana-peran-pemuda) diakses pada
28 Juli 2018
Sembiring, R. A. 2016. Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Semarang. Tugas Akhir pada Prodi
Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga: UKSW
Suryadi, K. dkk. 2014. Idrus Affandi Pendidik Pemimpin Mendidik Pemimpin
Memimpin Pendidik. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
Susanti, A. 2015. Masalah Terbesar Pemuda Saat Ini. (online)
(https://news.okezone.com/read/2015/10/27/65/1238809/masalah-terbesar-
pemuda-saat-ini) diakses pada 28 Juli 2018
Ummah, S.S, Habibulloh, M. Basri, H. 2011. Pembinaan Moral dan Kreativitas
Remaja. Nuansa Vol. 8 No. 1
Yulianti, R. 2017. Generasi Emas Produktif, Indonesia Siap di Tahun 2045. (online)
(https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/11/21/indonesia-bisa-lahirkan-
generasi-emas-bukan-micin) diakses pada 28 Juli 2018
Wikipedia. 2018. Karang Taruna. (online)
(https://id.wikipedia.org/wiki/Karang_Taruna) diakses pada 28 Juli 2018
_________. 2018. Reka Baru. (online) (https://id.wikipedia.org/wiki/Reka_baru)
diakses pada 28 Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai