Anda di halaman 1dari 28

PERAN PEMERINTAH DALAM USAHA MENCAPAI SUSTAINABLE

DEVELOPMENT GOALS (STUDI KASUS: KABUPATEN BANDUNG)

USULAN PENELITIAN

Disusun Oleh:

Nurul Siti Azizah

1198010154

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia terkenal sebagai negara kepulauan dan memiliki wilayah yang sangat
luas, sehingga tidak aneh jika wilayahnya kaya akan sumber daya alam. Bisa dikatakan
potensi kekayaan alam Indonesia sangat luar biasa besar. Selain sumber daya alam,
Indonesia pun diberkahi dengan sumber daya manusia yang banyak. Tercatat hingga
Desember 2020 jumlah penduduk Indonesia mencapai 271.349.889 jiwa dimana 70,7%
berada pada usia produktif (dukcapil.kemendagri.go.id, 2021). Berdasarkan potensi dan
kondisi yang ada pada Indonesia tentunya masyarakat berharap banyak untuk
memperoleh kesejahteraan dalam kehidupan bernegaranya. Untuk menanggapi harapan
tersebut diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyakat. Upaya
yang bisa menjadi salah satu pilihan untuk dilakukan adalah melakukan pembangunan
nasional.

Pembangunan merupakan proses dalam melakukan perubahan untuk


memperbaiki serta menaikan taraf hidup dan kesejahteraan manusia dalam hal ini
masyarakat. Sehingga sering kita mendengar istilah pembangunan dari, oleh dan untuk
rakyat. Pembangunan pada dasarnya dilakukan dengan niat baik untuk bisa mencapai
tujuan yang ingin mencapai berbagai tujuan negara demi kepentingan rakyat. Begitupun
dengan Indonesia, yang melakukan pembangunan nasional, dengan harapan yang jelas
yaitu akan berdampak baik kedepannya bagi Indonesia dan rakyatnya. Namun pada
kenyataannya tidak semua hasil dari pembangunan bernilai positif dan berdampak baik
pada masyarakat maupun lingkungan.

Kebanyakan pembangunan dilakukan dengan mengeksploitasi sumber daya


secara berlebihan. Hal ini banyak dilakukan diberbagai negara. Meskipun pada dasarnya
tujuan dari pembangunan tercepai namun nilai dari pembangunan itu untuk masyarakat
kurang ada. Pembangunan seperti ini sering kali mengorbankan aspek sosial dan
lingkungan untuk melakukan pembangunan ekonomi. Awalnya hal seperti ini biasa
terjadi namun belakangan terdapat pandangan mengenai pembangunan berkelanjutan
yang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan pembangunan biasa namun yang berbeda
adalah pemenuhan prinsip bahwa pembangunan yang dilakukan akan menggunakan dan
memanfaatkan sumber daya manusia maupun alam sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan tanpa mengeksploitasi sumber daya secara berlebihan. Oleh karenanya
pembangunan berkelanjutan mulai dilakukan diberbagai belahan dunia salah satunya di
Indonesia.

Indonesia melakukan konsep pembangunan berkelanjutan untuk menjaga


tersedianya sumber daya alam maupun manusia di masa mendatang. Pembangunan
berkelanjutan juga dilakukan agar pemenuhan kebutuhan masyarakat di masa depan
tidak terkorbankan atau tidak hilang hanya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan
untuk saat ini saja. Atas komitmen menjalankan pembangunan berkelanjutan, Indonesia
mensupport adanya konsep Sustainable Development Goals (SDGs) yang targetnya
akan dicapai dalam 15 tahun tepatnya di hingga tahun 2030. Indonesia pun sudah
melakukan upaya dan strategi untuk mencapai target dari SDGs itu baik ditingkat
nasional maupun daerah. Namun nyatanya sampai saat ini upaya yang telah dilakukan
belum mampu mencapai berbagai target berupa indicator dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) apalagi jika dilihat dari sisi daerah.

Kabupaten Bandung yang merupakan bagian dari wilayah Indonesia


memperoleh hasil yang relative sama dalam capaian target SDGs nasional yaitu hanya
mencapai beberapa target dan ada target lainnya yang perlu ditingkatkan. Di tahun 2020
jumlah warga miskin di Kabupaten Bandung lebih banyak 40360 jiwa dibandingkan
tahun sebelumnya (news.detik.com) begitupun dengan Jawa Barat yang mengalami
kenaikan sekitar 544.3 ribu jiwa dari tahun sebelumnya (bandungkab.bps.go.id). Hal ini
menunjukan bahwa target tanpa kemiskinan ini belum tercapai di Kabupaten Bandung.
Terlepas ada atau tidaknya pandemic covid-19 warga miskin tetap ada di Kabupaten
Bandung bahkan sejak adanya pandemic malah semakin bertambah banyak. Tidak
terkecuali, penerima program perlindungan social yang juga semakin banyak. Begitu
pula dengan masalah kesetaraan gender, di Kabupaten Bandung IPM laki-laki masih
lebih tinggi yaitu 72,65 dibandingkan perempuan yang IPM-nya 67,69 (jabar.bps.go.id).
Hal ini pun membuktikan bahwa meskipun IPM baik laki-laki dan perempuan lumayan
tinggi tapi masih ada perbedaan diantara keduanya yang mengindikasikan adanya
kesenjangan gender. Ketersediaan air bersih sebagai sumber air utama pun di Kabupaten
Bandung masih sangat kurang sehingga 58,29% masyarakat untuk kebutuhan sehari-
hari rumah tangganya menggunakan sumber air utama berupa air kemasan maupun air
isi ulang (indeks kesejahteraan rakyat kabupaten Bandung, 2020).

Untuk masalah Pendidikan sendiri diketahui bahwa jumlah persentase penduduk


Kabupaten Bandung pada tahun 2019 memiliki angka partisipasi sekolah formal
maupun nonformal. Dimana pada kelompok umur 7-12 tahun APS-nya mencapai 99,69
% namun pada kelompok usia 13-15 tahun APS-nya mengalami penurunan menjadi
90,48 %. Bahkan di kelompok umur yang semakin tingginya yaitu 16-18 tahun APS-
nya hanya 64,15% (Susenas, 2019). Dari data tersebut bisa diperoleh kesimpulan yang
berbanding terbalik antara tingginya kelompok umur dengan angka partisipasi sekolah
yang malah semakin kecil. Hal itu menunjukan banyak anak yang putus sekolah dan
tidak lagi bersekolah. Selain itu, untuk tingkat partisipasi murni formal dan informal
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2019 diperoleh data yang sama yaitu
terjadi penurunan dimana APM pada siswa SD itu sebesar 99,02 % sedangkan SMP
82,06% dan Jenjang SMA sebesar 52,75%. Sedangkan untuk angka partisipasi kasar
sendiri tidak jauh beda dengan APM dan APS dimana pada jenjang SMA lebih sedikit
disbanding jenjang SD dan SMP (IKR Kabupaten Bandung, 2020). Pada kesimpulannya
dengan melihat data seperti di atas belum terlaksananya pembangunan Pendidikan
dengan baik atau dengan kata lain belum berhasil.

Dalam urusan pekerjaan sendiri, tercatat pada tahun 2019 jumlah pengangguran
terbuka berjumlah 97.956 (Sukernas, 2019). Dimana 60.307 pengangguran laki-laki dan
37.649 orang pengangguran perempuan. Para pengangguran terbuka ini berasal dari
berbagai latar belakang Pendidikan 3.321 orang dengan latar belakang tidak atau belum
pernah sekolah atau tamat SD, 12.736 orang tamatan SD Sederajat, 18.838 orang
tamatan SMP Sederajat dan 48.722 orang tamatan SMA Sederajat. Bahkan ada yang
tamatan diploma/universitas yaitu sebanyak 14.339 orang yang menjadi pengangguran
terbuka di Kabupaten Bandung. Tentunya Jumlah itu bisa dikatakan jumlah yang besar
dimana masih tinggi untuk ukuran angka pengangguran yang lebih baik lebih untuk
mengalami penurunan dan lebih sedikit dari itu. Hal ini juga mengindikasikan adanya
pembangunan yang belum baik.

Mengutip hasil analisis kesiapan Kabupaten Bandung dalam menghadapi SDGs


diperoleh data sebagai berikut:
Table 1.1 Capaian Indikator SDGs Kabupaten Bandung

Sumber: Buku Kesiapan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dalam menyongsong


SDGs (2018)

Table 1.1 ini menunjukan capaian Kabupaten Bandung dalam mencapai target
atau indicator dari tujuan pembangunan berkelanjutan. Dimana ada 13 indikator yang
bernilai 4 atau A yang artinya hampir mencapai atau sudah mencapai target dari SDGs.
Terdapat 8 indikator yang memiliki skor B yang berarti telah mendekati target SDGs, 5
indikator C yang berarti baru 75% menuju tercapainnya target SDGs. Ada juga yang
indikatornya baru memiliki skor D yaitu ada 12 indikator yang artinya baru setengah
jalam menuju target SDGs bahkan ada yang E berjumlah 6 indikator yang artinya masih
sangat jauh baru 25% akan mencapai target. Namun, umumnya melihat dari rata-rata
skor yaitu 2,27 maka nilai dari capaian Kabupaten Bandung ini baru bernilai C yang
menunjukan bahwa Kabupaten bandung masih membutuhkan 25% lagi untuk mencapai
target SDGs karena baru mencapai sekitar 75 % atau baru sekitar tiga perempat langkah
menuju target.

Berbagai hal mengenai Kabupaten Bandung sebelumnya pada intinya


menunjukan belum tercapainya pembangunan berkelanjutan. Dimana meskipun aspek
pembangunan ekonominya sudah terlaksana dengan baik namun aspek pembangunan
lingkungan atau sosialnya tidak berjalan baik, sulit untuk mengatakan Kabupaten sudah
melakukan pembangunan berkelanjutan. Karena dalam tujuan pembangunan
berkelanjutan sendiri bukan hanya terdiri atas satu elemen saja melainkan terdiri atas 4
pilar. Sebagaimana dalam sdgs.bappenas.go.id, disana dijelaskan bahwa tujuan
pembangunan berkelanjutan di Indonesia terdiri atas empat pilar, pilar pertama
pembangunan social yaitu perubahan yang dilakukan dibidang social dalam rangka
mencapai keadilan dan meratanya hak asasi manusia dengan kualitas yang baik agar
masyarakat mengalami kesejahteraan dengan hidup dengan baik tidak kekurangan harta,
tanpa kekurangan makanan, hidup sehat, tidak mengalami diskriminasi karena lasan
apapun, dapat merasakan Pendidikan yang berkualitas, dan serba berkecukupan. Pilar
kedua, ada pembangunan ekonomi yaitu usaha untuk berubah dalam bidang ekonomi
kearah yang lebih baik dari sebelumnya guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang
terus mengalami peningkatan dan memperoleh manfaat yang lebih banyak melalui
berbagai cara yaitu menciptakan berbagai inovasi dalam industri, menyediakan
infrastruktur yang mampu memadai semua kebutuhan dalam industry, inklusivitas,
tersedianya energi maupun sumber daya maupun bahan baku yang bisa dan mudah
diperoleh, melakukan kemitraan dan dengan cara pemberian peluang dalam usaha dan
kerja yang berkelanjutan. Pilar ketiga terwujudnya pembangunan lingkungan hidup
yaitu terciptanya perubahan yang benilai baik dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup di sekitar masyarakat yang sifatnya berkelanjutan sebagai penopang
bagi seluruh kehidupan, dengan melakukan proses produksi maupun konsumsi yang
bertanggungjawab artinya tidak mengeksploitasi, berupaya mewujudkan lingkungan
yang baik sehingga dapat terwujud kota yang berkelanjutan dengan masyarakatnya,
melakukan respon yang cepat dan tepat terhadap segala bentuk bencana alam dan
perubahan iklim, menjaga ekosistem laut dan terestrial serta disediakannya fasilitas
sanitasi dan air bersih yang layak digunakan bagi masyarakat. Pilar keempat,
pembangunan dan pemerintahan hukum adalah mewujudkan kepastian hukum dan
pemerintahan yang efektif transparan, bertanggung jawan dan partisipatif untuk
menciptakan keamanan dan stabilitas serta mewujudkan negara hukum dengan
terciptanya perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang kuat (ICCTF, 2020).

Seharusnya dan idealnya keempat pilar dalam tujuan pembangunan


berkelanjutan beserta ketujuh belas tujuan pembangunan berkelanjutan itu bisa tercapai.
Dengan partisipasi aktif masyarakat, para pakar dan akademisi terkait di bidangnya,
para pelaku usaha baik pengusaha besar maupun yang masih kecil-kecilan dan
filantriopi, tidak lupa juga media untuk memperluas informasi dan tak kalah penting
pemerintah dan parlemen sebagai para pemangku kepentingan utama dalam
implementasi dan realisasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia (ICCTF,
2020). Peran pemerintah dan parlemen itu dilakukan mulai dari pendanaan, penetapan
indicator dalam target atau sasaran, perumusan kebijakan, regulasi, dan penyesuaian
rencana, penyiapan data dan informasi sosialisasi, komunikasi dan publisitas, penetapan
indicator dalam tujuan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Begitu pula dengan
pemerintah Kabupaten Bandung yang memiliki peran dalam mewujudkan TPB baik
pada pembangunan ekonomi, lingkungan, hukum dan tata kelola maupun dalam
pembangunan social yang pada intinya merupakan semua pilar pembangunan
berkelanjutan.

Berdasarkan penjelasan di atas, melihat dari besarnya peran pemerintah dalam


mewujudkan berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan yang terdiri atas
pembangunan social, pembangunan hukum dan tata kelola, pembangunan lingkungan
dan pembangunan ekonomi. Serta masih banyaknya tujuan pembangunan berkelanjutan
yang belum tercapai namun Kabupaten Bandung memiliki potensi. Kedua hal tersebut
merupakan hal yang menarik sehingga peneliti akan melaksanakan penelitian yang
berjudul “Peran Pemerintah Dalam Mewujudkan Sustaiinable Development Goals
(Studi Kasus: Kaupaten Bandung)”.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat latar belakang penelitian di atas, ditentukan rumusan masalah sebagai


berikut:

1. Bagaimana peran pemerintah Kabupaten Bandung untuk mewujudkan pembangunan


sosial?
2. Bagaimana peran pemerintah Kabupaten Bandung untuk mewujudkan pembangunan
ekonomi?
3. Bagaimana peran pemerintah Kabupaten Bandung dalam pembangunan lingkungan?
4. Bagaimana peran pemerintah Kabupaten Bandung dalam pembangunan hukum dan
tata Kelola?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang sudah diuraikan sebelumnya, maka


diperoleh tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran pemerintah Kabupaten Bandung untuk mewujudkan
pembangunan sosial
2. Untuk mengetahui peran pemerintah Kabupaten Badung untuk mewujudkan
pembangunan ekonomi
3. Untuk mengetahui peran pemerintah Kabupaten Bandung dalam mewujudkan
pembangunan lingkungan
4. Untuk mengetahui peran pemerintah Kabupaten Bandung dalam mewujudkan
pembangunan hukum dan tata Kelola
1.4 Penelitian Terdahulu

Mochamad Agin (2017) Universitas Brawijaya dalam penelitian yang berjudul


Pembangunan Lingkungan Kota Blitar Dalam Perspektif Sustainable Development.
Hasil penelitian ini yiatu pemenuhan kebutuhan manusia baik materi maupun non
materi berdasarkan konsep sustainable development oleh pemerintah kota blitar belum
sepenuhnya berjalan optimal dan pemeliharaan lingkungan secara umum pemerintah
kota Blitar sudah sadar akan pentingnya perlindungan lingkungan, pemerintah kota
blitar pun dalam keadilan sosial mampu menerjemahkan dengan baik melalui visi dan
misi solusi yang sesuai konsep sustainable development goals.

Ayu Oktaviani Musri (2020) Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
dalam penelitian yang berjudul Pelaksanaan Program Sustainable Development Goals
(SDGs) Oleh Dinas Sosial Kota Pekan Baru Dalam Mengurangi Kemiskinan. Hasil dari
penelitian ini, yaitu Dinas sosial telah melaksanakan program dengan baik meskipun
masih ada kekurangan dalam pelaksanaannya baik pada program IP, bantuan tunai dan
non tunai, serta program keluarga harapan maupun program Indonesia sehat yang masih
perlu dilakukan peningkatan program.

Rizki Akbar Prasojo (2015) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dengan judul


penelitian “Peranan Pemerintah Masyarakat dalam Pembangunan Desa”. Hasilnya yaitu
masyarakat dan pemerintah dalam pembangunan desa Sedatigede berperan agak
seimbang. Perangkat desa mengadakan pertemuan untuk membahas proses
pembangunan, memenuhi aspirasi masyarakat, memberikan bimbingan dan saran,
mengembangkan dana, menjadi pelopor dan inovator, memberikan banyak insentif
masyarakat. Pemerintah memainkan peran koordinasi dan animasi masyarakat.
Sementara itu, masyarakat berperan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan,
memberikan rekomendasi dan masukan kepada pemerintah, melaksanakan
pembangunan milik sendiri, mendukung pembangunan yang substansial (sumber daya
manusia dan sumber daya), dan berpartisipasi dalam mengawasi pembangunan yang
dilakukan pihak pemerintah desanya sendiri.

Kebaruan penelitian ini bisa dilihat dari perbedaan objek yang dibicarakan.
Dimana pada penelitian ini, objek yang dibicarakan adalah pemerintah yang dilihat itu
perannya dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Berbeda
dengan penelitian pertama yang membahas pembangunan lingkungan saja, penelitian ini
membahas mengenai keempat pilar pembangunan berkelanjutan baik lingkungan,
ekonomi, sosial dan hukum dan tata Kelola. Berbeda juga dengan penelitian kedua yang
membahas mengenai program bukan pemerintah seperti pada penelitian ini. Sedangkan
dengan penelitian ketiga meskipun sama membahas mengenai peran pemerintah tetapi
memiliki perbedaan dari sisi masalah yang dibahas jika penelitian ketiga membahas
tentang pembangunan desa sedangkan penelitian ini tentang pembangunan
berkelanjutan.

Penelitian ini juga berbeda dari ketiga penelitian sebelumnya dari segi lokus
penelitian. Meskipun pasti banyak dilakukan penelitian di tempat penelitian ini tetapi
yang peneliti temukan tidak sama dengan tema yang sama dengan penelitian ini.
Apalagi penelitian sebelumnya dengan lokus penelitian yang sama dengan konsep yang
sama. Selain itu kebanyakan penelitian sebelumnya dengan judul peran pemerintah itu
lokusnya lingkup lebih kecil seperti desa sedangkan penelitian ini lebih besar yaitu
daerah kabupaten.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Administrasi Pembangunan

Administrasi Pembangunan merupakan gabungan dari kata administrasi dan


pembangunan. Administrasi berasal dari Bahasa Yunani yang memiliki arti pelayanan.
Sedangkan secara istilah administrasi diartikan sebagai keseluruhan proses yang
dilakukan dalam kolaborasi atau kerja sama dua belah pihak atau lebih dalam rangka
pelaksanaan keputusan yang dilakukan guna bisa mencapai tujuan yang sudah dibuat
dan ditetapkan sebelum proses administrasi dimulai (Sondang P. Siagian, 2007).

Secara etimologis pembangunan artinya bangun. Menurut Pontoh dan Kustiwan,


pembangunan diartikan sebagai proses yang dilakukan secara sadar dan direncanakan
dalam melakukan perubahan. Pada saat yang sama, Katz mendefinisikan pembangunan
yaitu perubahan yang mencakup banyak orang dan banyak hal dari kondisi hidup yang
memiliki nilai lebih rendah ke kondisi yang lebih berharga. Tjokrowinoto juga
merangkum beberapa pengertian pembangunan, mulai dari pembangunan sebagai
proses transformasi masyarakat menuju tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik,
dari upaya manusia yang sadar, terencana, dan melembaga menjadi spesifik terhadap
budaya, keadaan tertentu, dan upaya pada tingkat waktu dimulai tertentu. Selanjutnya
Sondang P. Siagian juga mendefinisikannya sebagai hal yang berhubungan dengan
serangkaian upaya negara yang dilakukan secara sadar maupun sudah direncanakan
untuk mencapai perubahan dan pertumbuhan sebagai bagian dari pembangunan
nasional.

Berdasarkan pengertian administrasi dan pembangunan di atas, maka bisa ditarik


suatu kesimpulan mengenai konsep administrasi pembangunan. Dimana didefinisikan
juga sebagai kegiatan usaha dari awal hingga akhir sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh bayak orang yang pada intinya memenuhi konsep satu orang lebih atau dua orang
lebih dalam bentuk kerjasama dalam rangka usaha guna mencapai apa yang menjadi
goal atau tujuan yang baik dan dikehendaki untuk bisa dicapai. Usaha yang dikerjakan
ini dilakukan perubahan untuk mencapai tujuan yang hasilnya diharapkan baik bagi
semua orang dibanding sebelumnya. Sejalan dengan itu, hal serupa juga diungkapkan
J.B. Kristadi (1998), yang berpendapat bahwa administrasi pembangunan adalah
administrasi nasional yang dapat mendorong proses perubahan, pemutakhiran dan
penyesuaian serta mendukung rencana nasional.

2.2 Lokal Government/Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah didefinisikan sebagai pemerintah lokal (Hoessein dalam


Hanif, 2007:24), yang mengacu pada organisasi atau lembaga yang melakukan
kepemimpinan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah untuk mengatur dan
mengurus daerah otonom dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam
pemerintahan daerah seorang kepala daerah dan DPRD memliki peran yang penting
sebagai actor dalam pemerintahan daerah. Pemerintah daerah juga memiliki fungsi
merumuskan dan melaksanakan kebijakan baik berupa kebijakan yang sifatnya
menjelaskan kembali kebijakan pemerintahan pusat maupun kebijakan baru atau khusus
yang akan diterapkan di suatu daerah tertentu.

Bentuk pemerintahan daerah secara umum terbagi menjadi dua bentuk. Pertama,
local self government dimana pemerintah daerah yang berpemerintahan sendiri dengan
kepemilikan hak untuk mengawasi dan mengurus pemerintahannya sendiri. Bentuk ini
merupakan hasil dari prinsip desentralisasi yang dianut dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara, hal ini untuk menjawab kebutuhan pembangunan daerah sehingga
masyarakat di daerah pun bisa merasakan pembangunan, yang sebelumnya tidak dapat
dilakukan oleh pemerintah pusat. Kedua, local state government yaitu bentuk
pemerintahan daerah yang sesuai dengan asas dekonsentrasi dimana pembentukan
pemerintah daerah atau administratifnya dibentuk untuk menangani pelaksanaan tugas
dari pemerintahan di suatu daerah dibawah wewenang pemerintah pusat.
Berdasarkan pengertian tersebut, pemerintah daerah memiliki beberapa dimensi.
Pertama, ada dimensi sosial, dengan dasar bahwa pemerintah daerah itu merupakan
kelompok masyarakat yang terorganisir di wilayah tertentu. Kedua, pemerintah daerah
memiliki karakteristik dimensi ekonomi khusus, yang berkaitan dengan bagaimana
kondisi dari daerah itu, apakah memiliki potensi atau tidak. Pada praktiknya
pembangunan pemerintah daerah serta kondisi ekonomi dan potensi suatu daerah
merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan segala hal terkait urusan pemerintah
daerah serta mendorong terjadinya pemekaran daerah. Ketiga, dimensi geografis,
pemerintah daerah dipahami sebagai unit organisasi dengan karakteristik lingkungan
geografis tertentu, termasuk diantaranya kondisi fisik geografis, struktur penduduk, dan
potensi ekonomi tertentu yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pemerintahan.
Keempat, pemerintah daerah dianggap sebagai dimensi hukum suatu badan hukum
publik, yaitu dalam batas tertentu pemerintah daerah dipercayakan untuk mengurus
urusan pemerintahan tertentu. Kelima, pemerintah daerah dianggap sebagai dimensi
politik yang berkaitan erat dengan sebagian atau keseluruhan aspek dalam sistem politik
negara yang bersangkutan, dimana Pemda sebagai pelaksana dari tugas yang telah
diberikan pemerintah pusat. Keenam, dimensi administrasi dimana pada tataran
pemerintahan, pemerintah daerah dipahami sebagai organisasi otonom yang memiliki
kekuasaan dalam mengurus dan mengurus berbagai urusan tertentu pemerintahan yang
sudah pemerintah pusat serahkan kepada pemerintah daerah sebagai urusan internal
daerah.

Organisasi dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana organisasi itu berada, dan
sebaliknya organisasi dapat mempengaruhi lingkungan dimana organisasi itu berada.
Demikian pula pemerintah daerah akan dapat memberikan dampak terhadap lingkungan
atau daerah tertentu dimana pemerintah daerah tersebut berada. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa pemerintah daerah juga dipengaruhi oleh lingkungan setempat, seperti
yang dikemukakan oleh Muthalib serta Akbar Ali Khan (1971) mengenai berbagai
faktor yang berpengaruh dalam pemerintah daerah. Menurutnya perjalanan
sejarah/historis yang mencakup norma dasar dan tradisi yang sudah lama dijalankan di
suatu tempat menjadi factor yang paling signifikan dalam mempengaruhi pemerintahan
daerah di berbagai negara. Selain itu terdapat pula kebudayaan yang memiliki pengaruh
besar terhadap struktur maupun sistem pemerintahan suatu daerah. Ada pula tradisi
keagamaan masyarakat suatu negara yang telah dipegang dalam kurun waktu yang
lama dan diyakini kebenarannya oleh masyarakat menjadi bagian dari banyaknya faktor
yang mempengaruhi pemerintah daerah. Faktor lain, termasuk dantaranya geografi dan
demografi pun tak ketinggalan menjadi salah satu factor. Selain itu, kondisi politik dan
ekonomi juga merupakan bagian dari faktor lingkungan yang mempengaruhi
pemerintah daerah, karena biasanya bentuk pemerintahan suatu daerah akan mengikuti
bentuk dari pemerintahan pusat dan akan berpengaruh pada pelaksanaan pembangunan.
Faktor terakhir adalah kondisi social dimana karakteristik sosial masyarakat akan sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan masyarakat dan pemerintahan daerah.

2.3 Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan mengacu pada upaya untuk menjaga kelangsungan


kegiatan konstruksi, tetapi tetap dapat menjamin ketersediaan sumber daya yang
berkelanjutan untuk pembangunan. Pembangunan berkelanjutan adalah penggunaan
sumber daya untuk memajukan pembangunan guna menberikan kesejahteraan manusia,
dan kecepatan pemanfaatannya tidak melebihi daya dukung sumber daya tersebut.
Pembangunan berkelanjutan juga diartikan sebagai upaya memasukan aspek
lingkungan, ekonomi, social ke dalam strategi pembangunan secara sadar dan terencana
dalam rangka memperoleh kepastian terhadap terjaganya keselamatan, kapasitas,
kesejahteraan, dan kualitas hidup serta keutuhan lingkungan saat ini dan masa depan
yang muncul karena Masyarakat (civil society) memiliki model pembangunan dan
konsep kebijakan yang salah sebelumnya.

Menurut definisi Perserikatan Bangsa-Bangsa, pembangunan berkelanjutan


didefinisikan sebagai pembangunan yang tidak menimbulkan kerugian kepada generasi
masa depan terkait kemampuan memenuhi kebutuhan mereka dan masyarakat
kontemporer tetap terpenuhi kebutuhannya pada saat ini. Artinya pembangunan
berkelanjutan merupakan pembangunan yang bertugas dalam hal ini memenuhi
kebutuhan masyarakat pada saat ini dan generasi di masa yang akan datang dengan
seimbang tanpa melalaikan salah satu generasi. Mannion mengatakan bahwa konsep
pembangunan berkelanjutan diperlukan untuk mengkoordinasikan pembangunan di
tingkat global dan internasional dalam bidang ekonomi, lingkungan dan kualitas hidup
yang beragam dalam kerangka politik.

Pembangunan berkelanjutan merupakan paradigma pembangunan yang


disebabkan oleh perilaku manusia pada tahun 1970-an dan dirasakan pada saat itu. Atas
dasar ini, Konferensi Stockholm diadakan pada tahun 1972 untuk memecahkan masalah
lingkungan alam global negara maju dan berkembang. Konsep ini dibahas kembali pada
26 Agustus 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan dalam KTT Bumi (Rio+10) yang
membahas pembangunan berkelanjutan global dengan tujuan mencapai pembangunan
berkelanjutan salah satunya yaitu membangun persatuan antar manusia.

Pembangunan berkelanjutan menurut Emil Salim (1990) memiliki tujuan guna


memenuhikeinginan dan kebutuhan manusia serta meningkatkan kesejahteraan
kumpulan manusia yaitu masyarakat. Hakikatnya berupaya menemukan pemerataan
pembangunan antara generasi sekarang dan generasi mendatang. Dengan perlu adanya
pemenuhan terhadap masyarakat akan kebutuhan dasar dan pemberian kesempatan
masyarakat untuk berusaha mencapai dan mewujudkan cita-cita kehidupan yang
dimiliki tentunya lebih baik tanpa mempengaruhi generasi mendatang. Pembangunan
berkelanjutan yang melibatkan dua generasi perlu bekerja sama untuk mewujudkan
berbagai indicator tujuan pembangunan berkelanjutan dengan melakukan upaya yang
sama terhadap ketiga aspek penting pembangunan yaitu ekonomi, masyarakat, dan
perlindungan lingkungan. Dengan dasar terbentuknya tujuan pembangunan
berkelanjutan berupa harmonisasi antara keempat pilarnya tanpa kurang satu pilar pun.

Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

Menurut Suweda (2011) terdapat prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam


pembangunan berkelanjutan yaitu, sebagai berikut:
1. Terciptanya keberlanjutan sosial budaya, yang terjadi dimana kondisi secara
alami berada pada keadaan terwujudnya keadilan dan kearifan local yang
mengutamakan pemerataan, keadilan dan kesetaraan serta jauh dari kondisi
terlantar, kekerasan maupun diskriminasi yang terjadi.
2. Terwujudnya keberlanjutan ekonomi, dimana kondisi ekonomi terus mengalami
perkembangan sehingga mengalami prospek maju dan terus mengalami
kenaikan waalupun sedikit tetapi tidak turun sehingga dapat teraga
keseimbangannya dalam jangka waktu yang lama dengan hasil produksi barang
dan jasa dengan hasil yang baik dan berkesinambungan.
3. Terciptanya keberlanjutan lingkungan yang ditunjukan dengan terlindungi dan
terjaganya sumber daya aalm sehingga terus melestari sehingga bisa digunakan
dalam mencukupi kebutuhan masyarakat saat ini maupun masih bisa dijumpai
hingga masa depan dengan kualitas yang hampir sama.

2.3.2 Sustainable Development Goals

Sustainable Development Goals ialah gagasan skema mengenai pencapaian


pembangunan berkelanjutan dunia yang bersumber dari PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) istilah tersebut pertama kali muncul pada tahun 2015 tepatnya pada tanggal 25
September yang memiliki tujuan agar kemiskinan bisa diakhiri, bumi dapat terlindungi
dan seluruh umat manusia dapat terjamin kemakmurannya. Pengertian Sustainable
Development Goals merupakan rancangan yang dibuat untuk mewujudkan kehidupan
yang baik dan tentunya berkelanjutan bagi seluruh umat manusia baik saat ini maupun
masa depan, juga untuk menjawab berbagai tantangan global yakni kemiskinan,
ketidakadilan, perubahan iklim, degradasi lingkungan dan kedamaian serta keadilan dan
masalah lainnya.

Sustainable Development Goals atau SDGs mengemban tugas dan peranan


penting dalam rangka membangun pembangunan berkelanjutan di dunia global, dalam
maknanya Sustainable Development Goals ialah suatu konvensi mengenai
pembangunan baru dalam dunia global yang mendorong dan mengedepankan perubahan
yang teradi dalam berbagai bentuk yang menuju terlaksananya pembangunan
berkelanjutan yang dilandasi kesetaraan dan penegakan HAM agar mendorong
pembangunan sosial dan lingkungan hayati maupun ekonomi sebagaimana pentingnya
penerapan pilar tujuan pembangunan berkelanjutan itu sendiri.

Pembangunan berkelanjutan sendiri memiliki tujuan yang dikenal sebagai


Sustainable Development Goals (SDGs). Dimana tujuan pembangunan berkelanjutan ini
sudah direncanakan dari tahun 2015. Dimana saat ini sedang diusahakan untuk dapat
dicapai dengan dilakukannya berbagai usaha yang mana dijadwalkan untuk dapat
dicapai pada tahun 2030 sebagai puncak tercapainya semua SDGs. Adapun Sustainable
Development Goals sendiri ada 17 dengan indicator yang banyak mencapai ratusan
indicator. Berikut Tujuan pembangunan berkelanjutan yang diharapkan akan bisa
terwujud di tahun 2030, yaitu:

1. Terciptanya kehidupan tanpa kemiskinan di semua tempat dengan cara


melakukan pengentasan segala bentuk kemiskinan baik mereka yang kelaparan,
mereka yang pengangguran, dll.
2. Mencapai tingkat ketersediaan pangan yang cukup bahkan lebih sehingga
masyarakat mengalami ketahanan pangan dan terwujudnya masyarakat bergizi
baik berkurangnya masyarakat bergizi buruk karena banyak pangan yang bergizi
sehingga terhindar dari kelaparan dan krisis pangan dan dapat hidup sehat dan
baik karena memakan makanan yang bergizi dengan cara mewujudkan
pertanian berkelanjutan.
3. Terciptanya kesejahteraan bagi seluruh penduduk baik laki-laki maupun
perempuan, baik memiliki profesi formal maupun tidak, pada semua usia baik
anak kecil maupun lansia atau remaja serta tercapainya Kesehatan bagi semua
masyarakat.
4. Terwujudnya Pendidikan yang berkualitas yaitu Pendidikan yang merata dan
inklusif serta bisa dimiliki dan dirasakan atau dilakukan oleh semua orang
karena pada dasarnya untuk semua orang dengan meningkatkan kesempatan
belajar sepanjang hayat.
5. Terciptanya kesetaraan gender dan tidak ada lagi kesenjangan gender. Sehingga
baik laki-laki maupun perempuan diperlakukan sama tidak ada yang
didiskriminasi dan perempuan semua bisa terberdayakan.
6. Tersedianya sanitasi yang layak digunakan beserta air bersih untuk sumber
kehidupan yang berkelanjutan untuk semua orang dengan melakukan
pengelolaan air bersih dan sanitasi dengan baik sehingga dimasa depan tidak
akan terjadi krisis karena kurangnya ketersediaan air bersih baik untuk
dikonsumsi maupun untuk kebutuhan rumah tangga seperti memasak, mencuci,
mandi, dll.
7. Terjaminnya kemudahaan untuk memperoleh dan memiliki energi yang
harganya terjangkau, andal, dan berkelanjutan serta penuh dengan inovasi dan
kebaruan bagi semua orang sehingga semua orang dapat membeli dan memiliki
energi yang andal dan modern tanpa takut akan kelangkaan energi dan harga
yang mahal.
8. Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang menyeluruh, luas dan berkelanjutan.
Selain itu tersedianya tempat kerja yang baik dengan lowongan pekerjaan yang
layak untuk semua orang dengan kesempatan kerja yang besar dan menyeluruh
bagi semua orang juga menjadi tujuan pembangunan berkelanjutan yang
diperlukan masyakat.
9. Adanya infrastruktur yang tangguh dan penuh inovasi untuk dapat meningkatkan
industri inklusif dan berkelanjutan sebagai upaya meningkatkan perekonomian.
10. Hilangnya atau terjadi pengurangan kesenjangan yang terjadi dalam suatu
negara maupun antar negara sehingga perbedaan yang ada tidak akan terlalu
jauh atau banyak.
11. Terciptanya kota dan permukiman atau wilayah tempat tinggal yang besar,
nyaman, aman, dan berkelanjutan.
12. Terwujudnya kegiatan produksi dan konsumsi yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan yang menjamin aspek produksi tidak akan memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan begitupun aspek konsumsi tidak membuat habis
untuk masa mendatang.
13. Teratasinya perubahan iklim dan berbagai dampak perubaha iklimnya dengan
pengambilan tindakan yang cepat dalam mengatasinya.
14. Lestarinya laut yang merupakan perairan di Indonesia beserta sumber daya
kelautannya seperti berbagai biota laut, hasil minyak buminya, dalam rangka
pembangunan yang berkelanjutan dengan melakukan pelestarian dan
memanfaatkan secara baik dan benar terhadap sumber saya kelautan dan
samudera.
15. Terlindunginya ekosistem daratan seperti hutan, lahan, tumbuhan dan satwa
dengan melakukan perlindungan, pemeliharaan, pencegahan dan melakukan
pemanfaatan dengan baik terhadap seluruh ekosistem daratan. seperti dengan
melestarikan hutan, menghentikan penggundulan, memulihkan degradasi lahan,
menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati dan berhenti terlalu
mengekploitasi lingkungan daratan.
16. Terciptanya keadilan untuk semua orang, sehingga terjadi kehidupan yang damai
di masyarakat karena masyarakan merasakan keadilan sehingga dapat
mendorong pembangunan kelembagaan yang tidak saja berkelanjutan tetapi juga
efektif dan bertanggung jawab.
17. Menguatnya Kerjasama global yang dilakukan alam rangka pembangunan
nasional dengan ketersediaan sarana pelaksanaan yang lebih baik.

Dalam SDGs ini juga terdapat pilar utamanya yang menurut UN (2015) ada
lima. Pertama, people atau manusia yang menunjukan bahwa tujuan pembangunan
berkelanjutan ini dilakukan untuk kepentingan manusia seperti agar manusia bebas dari
kemiskinan, tidak kekurangan makanan sebagai kebutuhannya dan memperoleh hak
hidup secara bermartabat sebagai makhluk terhormat. Kedua, planet yang
mengindikasikan SDGs itu dilakukan dalam rangka upaya perlindungan atas berbagai
bentuk akibat yang disebabkan manusia yang tak bertanggung jawab maupun bencana
alam sendiri terhadap bumi baik daratan maupun lautan dengan harapannya bumi masih
bisa ditinggali manusia maupun dimanfaatkan manusia di masa depan. Ketiga,
prosperity yang menunjukan SDGs ada agar manusia bisa hidup Makmur dengan
kehidupan yang damai, sejahtera, dan berkecukupan serta manusia dan lingkungannya
bisa harmonis hidup berdampingan dengan selalu menjaga alam bukan merusak alam.
Keempat, peace yang merupakan bagian penting dan harus ada dalam pembangunan
berkelanjutan karena keduanya saling berhubungan. Kelima, partnership yaitu adanya
kolaborasi dan kerja sama yang erat dengan menekankan asas solidaritas dalam
kerjasama global karena hal itu dapat mempengaruhi dari tercapainya keberhasilan
pembangunan berkelanjutan.

2.3 Peranan Pemerintah

Menurut Merton, peran adalah pola perilaku yang diharapkan untuk dilakukan
seseorang atau timbul dari seseorang yang berada pada posisi tertentu sehingga dibebani
harapan oleh banyak orang seperti masyarakat atau rakyat yang percaya dan punya
keyakinan pada seseorang tertentu. John Wahlke mengklasifikasikan peran politik
menurut aktor yang memainkannya, yaitu oleh aktor politik dan actor institusi. Pada
saat yang sama, pemerintah adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan
berdirinya lembaga yang bertujuan mewujudkan berbagai keinginan rakyat dengan
mengambil jalan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pemerintah berhak
menentukan, membuat dan memaksakan atas pelaksanaan sesuatu dan dapat melakukan
eksplorasi terhadap sumber daya alam maupun rakyatnya guna mendorong lebih
cepatnya tujuan negara tercapai

Henry J. Abraham (Tjokroamidjojo, 1988:18), berpandangan bahwa peran


pemerintah dapat dibagi atas tiga bentuk. Pada awalnya, pemerintah memiliki peran
sebagai penjaga keamanan dan ketertiban dalam pembangunan. Namun, setelah service
state ada, peran pemerintah sebagai penyedia layanan sosial perlu disesuaikan di
masyarakat. Dalam proses pembangunannya, pemerintah juga berperan sebagai
pengusaha atau promotor dalam upaya pembaruan dan pembangunan masyarakat.
Pemerintah menjadi “agen pembangunan” atau penggerak pembaruan.

Pada laporan The World Bank, disebutkan terdapat lima tugas dasar yang
dimiliki pemerintah. Pertama, pemerintah bertugas menetapkan dan menempatkan dasar
hukum (establishing a foundation of law) artinya membuat aturan hukum untuk
melindungi masyarakat pada umumnya dari berbagai tindakan yang tidak diingkan.
Kedua, pemerintah memiliki tugas untuk mengadakan kebijakan yang tidak
menyimpang artinya kebijakan yang dibuat memang benar dibutuhkan dan dikehendaki
oleh masyarakat. Ketiga, pemerintah mengemban tanggung jawab untuk memenuhi
tugasnya dalam melaksanakan penanaman modal dibidang infrastruktur dan pelayanan
yang sifatnya umum secara sosial untuk menunjukan pemerintah sangat berperan alam
perekonomian negara. Keempat, melindungi yang lemah (protecting vulnerable) dalam
hal ini pihak-pihak yang tertekan dan kurang memiliki kemampuan untuk melindungi
diri sendiri dan kelima melindungi lingkungan hidup (protecting the environment) yang
dilakukan pada tempat dimana pemerintahan ini memerintah.

Peran pemerintah bisa diartikan juga dengan jalinan hubungan diantara pihak
yang berhak untuk memberikan perintah dalam suatu negara yaitu pemerintah dengan
pihak yang harus memenuhi perintah tersebut atau orang yang diperintah, dalam hal ini
rakyat atau masyarakat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Talidzu Ndraha (2011)
juga memiliki pandangan yang sama, bahwa pemerintah itu memiliki peran untuk
memenuhi kebutuhan dan memberikan layanan kepada public terkait apa yang menjadi
kebutuhan public yang tidak diprivatisasi sebagai upaya membangun hubungan
transaksional. Sondang P. Siagian (2009:132) menulis dalam buku “Manajemen
Pembangunan” bahwa peran pemerintah diwujudkan dalam fungsi pengawasan,
perumusan berbagai kebijakan, fungsi pelayanan, fungsi penegakan hukum, dan fungsi
mengayomi masyarakat, ketertiban dan keamanan. Namun pada hakikatnya, peran
pemerintah perlu dipahami sebagai peran yang amat diperlukan dan penting yang harus
diperhatikan dalam kehidupan bernegara maupun berbangsa contohnya peran
pemerintah dalam menciptakan keamanan dasar.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Pada penelitian ini digunakan paradigma naturalisme atau kualitatif, karena dalam
penelitian ini dibutuhkan pengembangan yang lebih lanjut dari lapangan. Dimana teori
atau konsep yang saat ini digunakan hanya hanya dimanfaatkan sebagai pedoman agar
penelitian terarah dan focus serta sebagai batasan ruang lingkup penelitian agar tidak
terlalu luas. Sehingga penelitian tidak harus terbukti atau sesuai dengan teori atau
konsep tersebut. Penulis ingin menganalisis permaslahan penelitian yang merefleksikan
sebenar-benarnya realita yang ditemukan dalam penelitian lapangan. Sehingga dari
proses analisis diharapkan dapat ditemukan hasil yang objektif tentang jawaban dari
rumusan masalah.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif agar memahami mengenai teori,
kondisi dan situasi yang terjadi dalam masalah penelitian melalui gambaran yang
diberikan, serta sebagai gambaran dalam mengungkapkan segala sesuatu atau aneka
macam berdasarkan sasaran atau objek penelitian sehingga pembaca diharapkan akan
lebih baik dalam memahami apa yang menjadi pembahasan yang peneliti jelaskan dan
memahami lebih baik terkait fakta yang ditemukan dengan sebenar-benarnya oleh
peneliti.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan salah satu komponen penting dalam penelitian, guna
membatasi ruang lingkup penelitian yang dilakukan, membuat penelitian lebih
terkonsentrasi, dan tidak menceraikan atau memperluas subjek sebagai bahan atau objek
penelitian. pada konsep tujuan pembangunan berkelanjutan dan melibatkan Pilar-pilar
tujuan pembangunan berkelanjutan terdiri dari empat pilar, yaitu pilar pembangunan
sosial. Pilar pembangunan lingkungan, pilar pembangunan ekonomi, dan pilar
pembangunan hukum dan pemerintahan (sdgs.bappenas.go.id). Dijelaskan pula peran
pemerintah sebagai salah satu pemangku kepentingan utama dalam mewujudkan
keempat pilar tersebut.

3.4 Lokus Penelitian

Lokus pada penelitian ini adalah Kabupaten Bandung. Pemilihan dan


pengambilan Kabupaten Bandung sebagai lokus penelitian ini didasari besarnya potensi
Kabupaten Bandung yang penulis lihat dalam mencapai berbagai tujuan pembangunan
berkelanjutan, di bandingkan daerah lain di Jawa Barat. Sehingga Kabupaten Bandung
termasuk daerah yang memiliki potensi besar ke depannya dalam mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk sementara hanya satu metode
baik dalam mengumpulkan data primer maupun pada data sekunder yaitu studi
dokumentasi. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh melalui studi dokumentasi
atas dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi terkait dengan penelitian sedangkan
untuk data sekunder diperoleh dengan studi dokumentasi terhadap skripsi-skripsi
terdahulu yang memiliki kesamaan tema dengan judul penelitian ini. Dengan teknik
yang digunakan ini, diperoleh sejumlah data dengan mencari dan menelaah beberapa
referensi atau dokumen terpilih lainnya sesuai dengan kebutuhan penelitian. Penulis
melakukannya dengan mengakses beberapa dokumen diantaranya buku, skripsi, jurnal
ilmiah, laporan indeks kesejahteraan masyarakat, dan lainnya yang berhubungan dengan
tema dan judul penelitian ini.

3.6 Operasionalisasi Konsep

Variabel Dimensi Indikator


Pembangunan Sosial (1) Masyarakat hidup tanpa
kemiskinan yaitu tidak hidup
dalam kekurangan
(2) Masyarakat hidup dengan
berkecukupan untuk makan
sehingga tidak akan merasakan
kelaparan
(3) Masyarakat hidup sehat dan
sejahtera dimana tersedia
berbagai fasilitas Kesehatan,
olahraga untuk masyarakat
dengan kondisi ekonomi yang
baik sehingga dapat
mengkonsumsi makanan bergizi
(4) Masyarakat memperoleh
Pendidikan yang berkualitas,
dimana semua masyarakat
memperoleh hak yang sama untuk
bersekolah, memiliki waktu
belajar yang sama dengan jenjang
yang sama, dan pendidikan
dengan fasilitas baik dari segi
bangunan, media, dan
pengajarnya.
(5) Terwujudnya kesetaraan gender
dan tidak lagi adanya kesenjangan
gender dimana antara pria dan
Wanita mempunyai kedudukan
yang setara, tidak ada istilah
dibeda-bedakan, dengan
diperlakukan setara dalam
berbagai hal yang sifatnya bukan
kodrati seperti dalam bidang
politik, pekerjaan, Pendidikan,
dan lain-lain.
Pilar Pembangunan Ekonomi (1) Tersedianya energi bersih dan
Sustainable terjangkau yaitu tidak terlalu
Development mahal
Goals (2) Tersedianya pekerjaan layak bagi
masyarakat baik dari segi gaji
maupun perlakuan yang diperoleh
dan terjadi pertumbuhan ekonomi
(3) Adanya industri, inovasi dan
infrastruktur untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi
(4) Berkurangnya kesenjangan yang
terjadi di masyarakat terkait
ekonomi
(5) Kemitraan untuk mencapai tujuan
Pembangunan (1) Tersedianya air bersih dan
Lingkungan sanitasi layak bagi masyarakat
(2) Terwujudnya kumpulan
masyarakat yang baik dan
terwujudnya kota atau daerah
yang berkelanjutan
(3) Terciptanya tingkah laku produksi
maupun konsumsi yang ramah
lingkungan, tidak merusak aspek
lainnya,dan dapat dipertanggung
jawabkan
(4) Adanya upaya dalam menangani
iklim yang berubah dengan
ekstrim
(5) Terjaganya ekosistem darat
maupun laut dari segala bentuk
kerusakan yang dibuat manusia

Pembangunan Hukum (1) Terwujudnya perdamaian di


dan Tata Kelola masyarakat nasional maupun
dunia dengan adanya aturan
hukum nasional dan
internasioanal
(2) Terwujudnya keadilan bagi
seluruh masyarakat dunia atau
nasional atas hak nya sebagai
masyarakat dunia dan kewajiban
yang sama pula.
(3) Adanya kelembagaan atau
organisasi yang tangguh dalam
mewujudkan pembangunan
hukum dan tata kelola
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya, Ii Sumantri. (2016). Administrasi Pembangunan Teori dan Praktik.


Bandung: CV. Pustaka Setia.

BPS. (2015). Indikator Pembangunan Berkelanjutan 2015 . Jakarta: Badan Pusat


Statistik.

Cahyani, Ferina Ardhi. (2020). Upaya Peningkatan Daya Dukung Lingkungan Melalui
Penerapan Prinsip Sustainable Development Berdasarkan Undang-Undang
Nomer 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hdup. Indonesian State Law Review, 168-179.

Djaenuri, Aries. (-). Sistem Pemerintahan Daerah. -: Universitas Terbuka Press.

Fahmadia, Eva, dkk. (2020). Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2020. Jakarta:
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen
PPPA).

Fauzi, Akhmad, Alex Oktavianus. (2014). Pengukuran Pembangunan Berkelanjutan di


Indonesia. MIMBAR, 42-52.

Jumadi. (2020). Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bandung 2020. Bandung:


BPS Kabupaten Bandung.

Rahardian, A. H. (2016). Strategi Pembangunan Berkelanjutan. Prosiding Seminar


STIAMI, 45-56.

Rosana, Mira. (2018). Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan


Lingkungan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial, 148-163.

Sutopo, Agus, dkk. (2014). Kajian Indikator Sustainable Development Goals. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Yusuf, Arief Anshory, dkk. (2018). Seri Menyongsong SDGs Kesiapan
Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Barat. Bandung: Unpad Press.

Agin, Mochamad. (2017). Pembangunan Lingkungan Kota Blitar Dalam Perspektif


Sustainable Development. Skripsi.

Kartika, Eva Arum. (2020). Analisis Implementasi Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) Dalam Menunjang Sustainable Development Goals (SDGs)
(Studi Kasus Pada PT. Madubaru/PG-PS Madukismo. Skripsi.

Putra, Rama Permana. (2015). Strategi Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan di Kota


Batu. Skripsi.

Sumiati, Wina. (2018). Upaya Southeast Asian Ministers of Education (SEAMEO)


Dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDG's) Poin 4.2 Periode
2017-2018. Skripsi.

Wulandari, Brigitta Amalia Rama. (2021). Sustainable Development Goals Dalam


Upaya Penguatan Pembangunan Kelapa Sawit Indonesia Melalui Indonesia
Sustainable Falm Oil (ISFO). Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai