Tugas 1 - Webinar Quo Vadis Pasca Revisi UU 5/1990
A. Poin – Poin Penting
1. Ir. KRT. H. Darori Wonodipuro, MM. IPU Alasan atau latar belakang UU 5/1990 direvisi, - UU 5/1990 sudah berusia 30 tahun yang hanya dapat direvisi oleh Pemerintah, sehingga masih dalam proses. - Kondisi fisik kawasan hutan itu sendiri bahwasanya kawasan hutan di Indonesia masih dikelola oleh pemerintah. - Adanya gangguan satwa yang terjadi di beberapa daerah yang menunjukkan adanya kerusakan habitat. - Dilakukannya sosialisasi pembelajaran terkait konservasi terhadap masyarakat atau kondisi sosial di sekitar kawasan-kawasan hutan khususnya konservasi. - Tindak pidana terhadap pelaku perusak konservasi sumberdaya hutan. - Pendanaan bagi daerah yang memiliki kawasan hutan konservasi. 2. Ir. Wiratno, M. Sc. Pandangan terhadap UU 5/1990 - UU 5/1990 menjadi dasar yang mengatur konservasi dalam melindungi sistem penyangga kehidupan sekaligus dengan keanekaragaman hayati, juga dalam pemanfaatan lestari; memberikan pandangan falsafaf Konservasi; serta UU ini tidak berubah dalam UU Cipta Kerja. - Terdapat lima kedigdayaan UU 5/1990 yakni terkait filosofi dasar yang mengacu pada Sistem Konservasi Dunia; mengatur KEHATI; sejauh ini tidak digugat secara yudisial review; UU 5/1990 menjadi dasar atau acuan bagi undang-undang lainnya. - UU 5/1990 beserta turunannya memiliki peran penting dalam pembangunan nasional yang terbagi dalam tujuh peran utama yang secara inti undang-undang ini tidak menolak pembangunan nasional. - Terdapat beberapa hal yang perlu dikaji kaitannya dalam revisi UU 5/1990 yakni antara lain perbedaan representasi kawasan hutan kaitannya dalam kehati, terkait masyarakat sekitar hutan; daftar spesies-spesies yang dilindungi; pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan konservasi; sanksi pidana; pelaksanaan pengawasan pelindungan ekosistem; aset negara; peran beberapa Lembaga; penelitian; Kerjasama internasional dalam pengadaan konservasi. - Langkah yang Sedang Dilakukan a) Masih dalam proses finalisasi 3 RPP b) pelaksanaan FGD di antara para ahli baik dari pakar, akademisi, dan pakar - Penutup a) UU 5/1990 telah mengatur KSDHE dan memiliki filosofi yang telah sesuai. b) UU 5/1990 dipandang telah efektif kaitannya tentu dalam pengadaan KSDHE. c) Dibutuhkan adanya penyesuaian sehingga UU 5/1990 menjadi sebagaimana yang dibutuhkan serta perkembangan yang terjadi. d) Pelaksanaan revisi undang-undang diharapkan dapat terus mendukung dan melindungi pengadaan konservasi, serta mungkin hanya beberapa pasal saja yang sebaiknya direvisi. 3. Samedi, Ir. Ph.D “PERAN PARA PIHAK DALAM KONSERVASI KEHATI INDONESIA” - KEHATI dalam tiga level masih belum banyak diatur dalam undang-undang, padahal KEHATI memiliki tujuan pemanfaatan yang beragam dalam berbagai bidang serta menjadi masa depan manusia. - Yang perlu direvisi yakni terkait aturan itu sendiri yang seharusnya dapat melindungi pengadaan KSDHE, aturan dalam UU 5/1990 diharapkan menjadi aturan yang efektif bagi pengadaan KSDHE. selain itu, pengaturan UU 5/1990. - UU 5/1990 masih memiliki banyak celah membuat adanya perubahan paradigma konservasi sehingga perlu diubah. - Pengaturan perlindungan pada tiga level keanekaragaman hayati yang diharapkan yakni terkait ekosistem-ekosistem di luar kawasan konservasi, pemanfaatan jasa, kerja sama dan aksesibilitas juga peran masyarakat; kemudian pada level genetik yakni perlindungan spesies-spesies, aksebilitas SDG, riset dan pengembangan teknologi; sementara itu dari level spesies setidaknya dibuat klasifikasi perlindungan tidak hanya spesies dilindungi dan tidak dilindungi, kaitannya dalam larangan dan anjuran, memulihkan populasi, integrasi ex-situ in-situ. - Terdapat beberapa hal yang perlu diubah kaitannya dalam informasi sumberdaya genetik sehingga tidak lagi terjadi pencurian informasi. - Pengaturan yang juga diharapkan terdapat di dalam revisi UU 5/1990 terhadap empat jasa ekosistem yakni jasa penyediaan, jasa pengaturan, jasa budaya, dan jasa pendukung. - Peran-peran para pihak dalam pengaturan KSDHE yakni seperti Public-Private Partnership, kerja sama dari pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, mobilisasi dana, peran dari sektor swasta terkait investasi berkelanjutan, peran dan koordinasi kaitannya dalam pengaturan dan penegakan hukum KSDHE. 4. Prof. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc. “KESENJANGAN PELINDUNGAN EKOSISTEM DAN SATWA LIAR DI INDONESIA” - Revisi UU perlu dilakukan karena adanya perubahan paradigma seperti adanya bias dan lebih kepada perlindungan, serta dasar yang berbeda yakni pada UU 5 90 berbasis spesies dan kawasan sementara revisi UU berbasis pada ekosistem; serta masih banyak lingkup peraturan lain yang masih belum ada dalam UU 5/1990; juga terkait data-data informasi, masyarakat sekitar, dana dan penegakan hukum sebagaimana pada poin-poin yang telah dijelaskan sebelumnya. - Kesenjangan perlindungan ekosistem a) Interpretasi dari revisi UU yang kurang sesuai atau kurang tepat serta karena menggunakan definisi biodiversitas CBD. b) Terjadi kesalahan pemahaman yakni pada konsep ekosistem yang dipahami hanya pada satu level kehati dan tidak secara saintifik. c) Nilai ekonomi kehati dan jasa ekosistem yang dicampur. d) Jasa ekosistem yang tereduksi sebab hilangnya jasa fundamental - Konsekuensi dalam pengaturan a) Kata ekosistem yang hilang b) Hanya berfokus pada perwakilan kaitannya dalam melindungi ekosistem, padahal itu belum cukup c) Perubahan paradigma - Kesenjangan perlindungan satwa liar a) Definisi harus dapat menjelaskan UU sebagai UU yang mengatur KEHATI & ekosistem b) Pentingnya identitas KEHATI & ekosistem pada level spesies khususnya c) Adanya krisis satwa liar - Tujuan perlindungan spesies a) Perlindungan spesies dirasa kurang tepat b) Perlu adanya perlindungan spesies dengan habitat yang memadai c) Pidana pada pelaku kejahatan satwa liar d) Rehabilitasi satwa liar - Penetapan kategori spesies a) Kemungkinan bersifat kontroversial b) Perlu adanya aturan yang mengatur pengadaan inventarisasi dan monitoring satwa liar c) Perlu adanya aturan yang mengatur tata cara penetapan kategori spesies dengan proses yang transparan dan akuntabel. B. Kesimpulan Berdasarkan pada poin-poin yang telah disampaikan oleh empat narasumber maka dapat diambil kesimpulan yakni bahwasanya UU 5/1990 revisi masih banyak terdapat celah- celah atau masih terdapat beberapa aspek penting yang seharusnya perlu pengaturan dan penegakan secara hukum namun tidak dimasukkan ke dalam aturan tersebut. UU 5/1990 ini sudah dirasa layak akan tetapi masih belum dapat dikatakan sempurna yakni karena adanya celah atau kekurangan yang telah disebutkan di atas, maka perlu untuk dikaji lebih dalam terkait aspek- aspek penting yang semestinya dimasukkan ke dalam aturan. UU 5/1990 ini akan dikatakan efektif dengan menambahkan beberapa pasal serta mempertahankan pasal-pasal yang telah ada yang bertujuan memperkuat dari adanya Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekosistem.