Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ARIFAH NUR AFIFI

NIM : 20/459079/KT/09244

KELAS : EKOLOGI EKOSISTEM – A

Hari, tanggal : Selasa, 17 Mei 2022

Tugas 1 - Webinar Quo Vadis Pasca Revisi UU 5/1990

A. Poin – Poin Penting


1. Ir. KRT. H. Darori Wonodipuro, MM. IPU
Alasan atau latar belakang UU 5/1990 direvisi,
- UU 5/1990 sudah berusia 30 tahun yang hanya dapat direvisi oleh Pemerintah, sehingga
masih dalam proses.
- Kondisi fisik kawasan hutan itu sendiri bahwasanya kawasan hutan di Indonesia masih
dikelola oleh pemerintah.
- Adanya gangguan satwa yang terjadi di beberapa daerah yang menunjukkan adanya
kerusakan habitat.
- Dilakukannya sosialisasi pembelajaran terkait konservasi terhadap masyarakat atau
kondisi sosial di sekitar kawasan-kawasan hutan khususnya konservasi.
- Tindak pidana terhadap pelaku perusak konservasi sumberdaya hutan.
- Pendanaan bagi daerah yang memiliki kawasan hutan konservasi.
2. Ir. Wiratno, M. Sc.
Pandangan terhadap UU 5/1990
- UU 5/1990 menjadi dasar yang mengatur konservasi dalam melindungi sistem
penyangga kehidupan sekaligus dengan keanekaragaman hayati, juga dalam pemanfaatan
lestari; memberikan pandangan falsafaf Konservasi; serta UU ini tidak berubah dalam
UU Cipta Kerja.
- Terdapat lima kedigdayaan UU 5/1990 yakni terkait filosofi dasar yang mengacu pada
Sistem Konservasi Dunia; mengatur KEHATI; sejauh ini tidak digugat secara yudisial
review; UU 5/1990 menjadi dasar atau acuan bagi undang-undang lainnya.
- UU 5/1990 beserta turunannya memiliki peran penting dalam pembangunan nasional
yang terbagi dalam tujuh peran utama yang secara inti undang-undang ini tidak menolak
pembangunan nasional.
- Terdapat beberapa hal yang perlu dikaji kaitannya dalam revisi UU 5/1990 yakni antara
lain perbedaan representasi kawasan hutan kaitannya dalam kehati, terkait masyarakat
sekitar hutan; daftar spesies-spesies yang dilindungi; pihak-pihak yang terlibat dalam
kegiatan-kegiatan konservasi; sanksi pidana; pelaksanaan pengawasan pelindungan
ekosistem; aset negara; peran beberapa Lembaga; penelitian; Kerjasama internasional
dalam pengadaan konservasi.
- Langkah yang Sedang Dilakukan
a) Masih dalam proses finalisasi 3 RPP
b) pelaksanaan FGD di antara para ahli baik dari pakar, akademisi, dan pakar
- Penutup
a) UU 5/1990 telah mengatur KSDHE dan memiliki filosofi yang telah sesuai.
b) UU 5/1990 dipandang telah efektif kaitannya tentu dalam pengadaan KSDHE.
c) Dibutuhkan adanya penyesuaian sehingga UU 5/1990 menjadi sebagaimana yang
dibutuhkan serta perkembangan yang terjadi.
d) Pelaksanaan revisi undang-undang diharapkan dapat terus mendukung dan
melindungi pengadaan konservasi, serta mungkin hanya beberapa pasal saja yang
sebaiknya direvisi.
3. Samedi, Ir. Ph.D “PERAN PARA PIHAK DALAM KONSERVASI KEHATI
INDONESIA”
- KEHATI dalam tiga level masih belum banyak diatur dalam undang-undang, padahal
KEHATI memiliki tujuan pemanfaatan yang beragam dalam berbagai bidang serta
menjadi masa depan manusia.
- Yang perlu direvisi yakni terkait aturan itu sendiri yang seharusnya dapat melindungi
pengadaan KSDHE, aturan dalam UU 5/1990 diharapkan menjadi aturan yang efektif
bagi pengadaan KSDHE. selain itu, pengaturan UU 5/1990.
- UU 5/1990 masih memiliki banyak celah membuat adanya perubahan paradigma
konservasi sehingga perlu diubah.
- Pengaturan perlindungan pada tiga level keanekaragaman hayati yang diharapkan yakni
terkait ekosistem-ekosistem di luar kawasan konservasi, pemanfaatan jasa, kerja sama
dan aksesibilitas juga peran masyarakat; kemudian pada level genetik yakni
perlindungan spesies-spesies, aksebilitas SDG, riset dan pengembangan teknologi;
sementara itu dari level spesies setidaknya dibuat klasifikasi perlindungan tidak hanya
spesies dilindungi dan tidak dilindungi, kaitannya dalam larangan dan anjuran,
memulihkan populasi, integrasi ex-situ in-situ.
- Terdapat beberapa hal yang perlu diubah kaitannya dalam informasi sumberdaya genetik
sehingga tidak lagi terjadi pencurian informasi.
- Pengaturan yang juga diharapkan terdapat di dalam revisi UU 5/1990 terhadap empat
jasa ekosistem yakni jasa penyediaan, jasa pengaturan, jasa budaya, dan jasa pendukung.
- Peran-peran para pihak dalam pengaturan KSDHE yakni seperti Public-Private
Partnership, kerja sama dari pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, mobilisasi
dana, peran dari sektor swasta terkait investasi berkelanjutan, peran dan koordinasi
kaitannya dalam pengaturan dan penegakan hukum KSDHE.
4. Prof. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc. “KESENJANGAN PELINDUNGAN
EKOSISTEM DAN SATWA LIAR DI INDONESIA”
- Revisi UU perlu dilakukan karena adanya perubahan paradigma seperti adanya bias dan
lebih kepada perlindungan, serta dasar yang berbeda yakni pada UU 5 90 berbasis
spesies dan kawasan sementara revisi UU berbasis pada ekosistem; serta masih banyak
lingkup peraturan lain yang masih belum ada dalam UU 5/1990; juga terkait data-data
informasi, masyarakat sekitar, dana dan penegakan hukum sebagaimana pada poin-poin
yang telah dijelaskan sebelumnya.
- Kesenjangan perlindungan ekosistem
a) Interpretasi dari revisi UU yang kurang sesuai atau kurang tepat serta karena
menggunakan definisi biodiversitas CBD.
b) Terjadi kesalahan pemahaman yakni pada konsep ekosistem yang dipahami hanya
pada satu level kehati dan tidak secara saintifik.
c) Nilai ekonomi kehati dan jasa ekosistem yang dicampur.
d) Jasa ekosistem yang tereduksi sebab hilangnya jasa fundamental
- Konsekuensi dalam pengaturan
a) Kata ekosistem yang hilang
b) Hanya berfokus pada perwakilan kaitannya dalam melindungi ekosistem, padahal itu
belum cukup
c) Perubahan paradigma
- Kesenjangan perlindungan satwa liar
a) Definisi harus dapat menjelaskan UU sebagai UU yang mengatur KEHATI &
ekosistem
b) Pentingnya identitas KEHATI & ekosistem pada level spesies khususnya
c) Adanya krisis satwa liar
- Tujuan perlindungan spesies
a) Perlindungan spesies dirasa kurang tepat
b) Perlu adanya perlindungan spesies dengan habitat yang memadai
c) Pidana pada pelaku kejahatan satwa liar
d) Rehabilitasi satwa liar
- Penetapan kategori spesies
a) Kemungkinan bersifat kontroversial
b) Perlu adanya aturan yang mengatur pengadaan inventarisasi dan monitoring satwa
liar
c) Perlu adanya aturan yang mengatur tata cara penetapan kategori spesies dengan
proses yang transparan dan akuntabel.
B. Kesimpulan
Berdasarkan pada poin-poin yang telah disampaikan oleh empat narasumber maka
dapat diambil kesimpulan yakni bahwasanya UU 5/1990 revisi masih banyak terdapat celah-
celah atau masih terdapat beberapa aspek penting yang seharusnya perlu pengaturan dan
penegakan secara hukum namun tidak dimasukkan ke dalam aturan tersebut. UU 5/1990 ini
sudah dirasa layak akan tetapi masih belum dapat dikatakan sempurna yakni karena adanya celah
atau kekurangan yang telah disebutkan di atas, maka perlu untuk dikaji lebih dalam terkait aspek-
aspek penting yang semestinya dimasukkan ke dalam aturan. UU 5/1990 ini akan dikatakan
efektif dengan menambahkan beberapa pasal serta mempertahankan pasal-pasal yang telah ada
yang bertujuan memperkuat dari adanya Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai