Anda di halaman 1dari 10

Jumat, 26 Februari 2010

Penyebab Hilangnya Keanekaragaman Hayati

• Hilangnya Habitat dan Fragmentasi : hilangnya habitat adalah menyusutnya materi pada tempat
yang sesuai untuk hidup. Fragmentasi habitat adalah pemisahan suatu habiat menjadi lebih kecil
lagi.

• Spesies-spesies eksotik (pendatang) : spesies pendatang sering kali menjadi penyebab terhadap
rusaknya atau musnahnya spesies asli suatu ekosistem.

• Degradasi Habitat : kerusakan habitat oleh polusi dan polusi dapat diartikan sebagai perubahan-
perubahan lingkungan yang menimbulkan pengaruh negative terhadap kehidupan dan kesehatan
bagi makhluk hidup.

• Eksploitasi secara berlebihan : eksploitasi sumber daya alam dapat dikataka berlebihan jika
jumlah yang diambil lebih besar dibandingkan dengan sumber daya alam tersebut untuk
membarui diri.

5. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati


• Usaha perlindungan konversi
- Cagar Alam : kawasan suaka alam yang memiliki tumbuhan, hewan, ekosistem yang khas
sehingga perlu dilindungi.
- Suaka Margasatwa : kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan
keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya.
- Taman Nasional : kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan
sistem zonasi.
- Taman Wisata Alam : taman pelestarian alam.
-Taman Hutan Raya : kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi hewan dan tumbuhan yang
alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli.
- Taman Buru : kawasan yang didalamnya terdapat potensi satwa buru yang diperuntukkan untuk
rekreasi berburu.

• Usaha Perlindungan melalui Peraturan Perundangan


Tujuannya untuk melindungi beberapa jenis hewan yang terdapat di Indonesia.

• Usaha Perlindungan nelalui Keppres


Misalnya melalui Keppres No.4 Tahun 1993 trelah menetapkan beberapa tumbuhan dan hewan
asli Indonesia sebagai tumbuhan dan hewUpaya Internasional Melestarikan Keanekaragaman
Hayati
20/06/2008 07:04
SIARANPERS
Nomor : S. 246 /II/PIK-1/2008
UPAYA INTERNASIONAL MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Pada tanggal 19-30 Mei 2008 lalu, bertempat di Bonn, Jerman telah diselenggarakan konferensi
international upaya pelestarian keanekaragaman hayati ke-9 (The 9th Meeting of the Conference
the Contracting Parties to the Convention on Biological Diversity - COP-9 CBD -). Konferensi
internasional ke-9 ini bertujuan untuk mewujudkan kesepakatan mendorong upaya bersama bagi
pengurangan hilangnya keanekaragaman hayati.
Delegasi Indonesia dalam pertemuan tersebut diwakili oleh unsur-unsur dari Departemen Luar
Negeri, Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan, LIPI, dan Departemen
Kehutanan serta beberapa LSM.
Beberapa isu prioritas yang dibahas pada sidang COP-9 ini antara lain keanekaragaman hayati
bidang pertanian (agricultural biodiversity), yang banyak membahas mengenai biofuel dimana
pada prinsipnya semua menyadari perlunya upaya untuk meningkatkan dampak positif dan
mengurangi dampak negatif dari produksi dan konsumsi biofuel. Untuk isu strategi global
konservasi tanaman (Global Strategy for Plant Conservation-GSPC), negara berkembang pada
umumnya menekankan pentingnya dukungan dana dan teknis dalam pengembangan strategi
tersebut. Indonesia sendiri menganggap GSPC memiliki arti penting sebagai framework untuk
harmonisasi berbagai inisiatif dan program dalam konservasi tanaman di tingkat nasional
maupun regional. Terkait isu serbuan spesies asing (invasive alien species), beberapa hal penting
yang disampaikan negara peserta antara lain akses dan pertukaran informasi serta pengembangan
kapasitas.
Untuk isu keanekaragaman tanaman hutan (forest biodiversity), negara berkembang umumnya
menekankan pentingnya dukungan pengembangan kapasitas dari negara-negara maju untuk
implementasi program kerja forest biodiversity. Isu penanggulangan illegal logging dan illegal
trade juga menjadi perhatian negara maju seperti EU dan Jepang. Untuk isu pengukuran insentif
(incentive measures), Indonesia meminta sekretasis eksekutif COP-9 CBD melakukan kajian
mengenai upaya-upaya pemberian insentif yang telah diterapkan di berbagai negara serta
mendukung adanya Terms of Reference (TOR) tentang cara monitoring yang dapat mendukung
implementasi perangkat valuasi dan pengukuran insentif yang positif yang telah disediakan oleh
sekretariat CBD. Mengenai kawasan konservasi (protected areas), telah disepakati agar negara-
negara anggota melakukan analisis gap keterwakilan (ecological gap analisys) kawasan
konservasi sebelum tahun 2009 dan dihimbau untuk menetapkan kawasan-kawasan konservasi
baru dari hasil analisis tersebut. Dalam kesempatan ini negara-negara maju menyampaikan
keberatannya untuk menyiapkan dana tambahan baru sebagai biaya penetapan kawasan
konservasi baru dan pengelolaan kawasan konservasi secara efektif.
Pembahasan isu keanekaragaman hayati di perairan dan area pantai (biodiversity in marine and
coastal areas) menitikberatkan pada kriteria-kriteria yang dipakai untuk menentukan wlayah laut
yang membutuhkan perlindungan di kawasan lautan bebas dan habitat laut dalam. Disini, usul
Indonesia untuk membuat definisi kawasan lautan bebas dan habitat laut dalam langsung
diterima oleh forum. Terkait isu keanekaragaman hayati dan perubahan iklim (biodiversity and
climate change), pada umumnya negara peserta mendukung sinergi ketiga konvesi, yaitu
UNFCCC, UNCCD, dan CBD itu sendiri. Menanggapi mengemukanya isu ocean fertilization,
beberapa negara peserta menyampaikan pentingnya menerapkan prinsip kehati-hatian terhadap
ocean fertilization. Beberapa negara berkembang meminta moratorium ocean fertilization.
Isu Access and Benefit Sharing (ABS) merupakan salah satu isu utama. Pembahasan ABS
mengacu pada mandat Presiden COP-9 yang menekankan bahwa COP-9 CBD harus dapat
menghasilkan prosedur yang jelas dari penyelesaian pembahasan rezim internasional Access dan
Benefit Sharing.
COP-9 ini memiliki arti penting bagi usaha–usaha pengurangan hilangnya keanekaragaman
hayati secara signifikan. Dari pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan roadmap proses
penyelesaian perundingan suatu rezim internasional Access dan Benefit Sharing sebelum COP-
10 pada tahun 2010.
an nasional.

5. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati


• Usaha perlindungan konversi
- Cagar Alam : kawasan suaka alam yang memiliki tumbuhan, hewan, ekosistem yang khas
sehingga perlu dilindungi.
- Suaka Margasatwa : kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan
keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya.
- Taman Nasional : kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan
sistem zonasi.
- Taman Wisata Alam : taman pelestarian alam.
-Taman Hutan Raya : kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi hewan dan tumbuhan yang
alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli.
- Taman Buru : kawasan yang didalamnya terdapat potensi satwa buru yang diperuntukkan untuk
rekreasi berburu.

• Usaha Perlindungan melalui Peraturan Perundangan


Tujuannya untuk melindungi beberapa jenis hewan yang terdapat di Indonesia.

• Usaha Perlindungan nelalui Keppres


Misalnya melalui Keppres No.4 Tahun 1993 trelah menetapkan beberapa tumbuhan dan hewan
asli Indonesia sebagai tumbuhan dan hewan nasional.
http://wwwbiologi-martha-biologi.blogspot.com/2010/02/penyebab-hilangnya-keanekaragaman.html
HILANGNYA KEANEKARAGAMAN HAYATI

Penyebab hilangnya keanekaragaman hayati antara lain :


1. Fragmentasi dan hilangnya habitat
    Pada hutan hujan tropis penyebab utama hilangnya hutan adalah ekstensifikasi pertanian
maupun    penebangan hutan.
2. Introduksi spesies
    Introduksi spesies merupakan upaya mendatangkan spesies asing ke wilayah yang telah
memiliki spesies lokal, misal penggunaan padi unggul menyebabkan punahnya padi tradisional.
3. Eksploitasi hewan dan tumbuhan yang berlebihan
    Sumber daya hutan, perikanan, kehidupan liar dieksploitasi sampai titik kepunahan.

4. Pencemaran tanah, air, dan udara


    Mikroorganisme tanah banyak yang mati karena pencemaran dari logam berat
perindustriandan pertanian. Tumbuhan dan organisme tanah mengalami kerusakan akibat hujan
asam.
5. Perubahan iklim global
    Pemanasan global menyebabkan naiknya suhu bumi akibat efek samping pencewmaran udara.
Beberapa pulau di dunia beserta flora dan fauna di dalamnya akan renggelam dengan naiknya
permukaan air laut.
6. Indrustialisasi kehutan dan pertanian
    Pemuaian tanaman mengakibatkan hasil pertanian dengan menggunakan varietas tanaman
yang lebih sedikit dan merespon lebih baik terhadap pupuk, air dan pestisida tetapi menurunkan
keanekaragaman. Penanaman secara monokultur juga menyebabkan menurunnya
keanekaragaman hayati.
http://alfiandart.blogspot.com/2012/04/hilangnya-keanekaragaman-hayati.html

ANCAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Posted by tanri alim
Keanekaragaman hayati mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kehidupan
manusia. Namun keanekaragaman hayati saat ini terancam oleh kegiatan manusia pula. 

Akibat kegiatan manusia beberapa satwa telah punah dari kehidupan di bumi.  Informasi yang
paling banyak mengenai kepunahan adalah satwa mamalia dan burung, karena satwa ini
mempunyai anggota kelompok yang relatif besar dan banyak dipelajari dan mudah dilihat. 

Berdasarkan bukti-bukti yang ada diperkirakan 85 spesies mamalia dan 113 spesies burung
telah punah sejak tahun 1600.  

Keanekaragaman hayati merupakan issue yang paling hangat dibicarakan pada akhir-akhir ini.
Issue tersebut muncul akibat hilangnya keragaman genetik, jenis dan ekosistem dunia pada
akhir abad ke 20. Diperkirakan rata-rata sekitar 100.000 jenis telah punah setiap tahunnya,
bahkan dalam kurun waktu dua setengah abad yang akan datang sebanyak 25 % kehidupan
akan hilang dari permukaan bumi ini. Hal tersebut disebabkan karena aktivitas manusia yang
mengarah pada kerusakan habitat maupun pengalihan fungsi lahan. Kondisi tersebut sangat
mengkhawatirkan karena seperti kita ketahui keanekaragaman hayati mempunyai peranan
penting sebagai penyedia bahan makanan, obat-obatan dan berbagai komoditi lain penghasil
devisa negara, juga berperan dalam melindungi sumber air, tanah serta berperan sebagai paru-
paru dunia dan menjaga kestabilan lingkungan.

Penyebab Kepunahan

Kegiatan manusia adalah penyebab utama kepunahan. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
kekayaan alam yang semakin meningkat akibat semakin bertambahnya populasi manusia di
muka bumi. Ancaman kepunahan keanekaragaman hayati adalah: 

1. Perusakan habitat

Ancaman utama pada keanekaragaman hayati adalah rusak dan hilangnya habitat.  Kelompok
vertebrata, invertebrata, tumbuhan dan jamur akan kehilangan tempat jika habitat rusak atau
hilang.  Kerusakan hutan hutan tropis akibat penebangan liar yang tak terkendali sama halnya
dengan kepunahan spesies.  

Proses laju penurunan mutu hutan dan pengundulan hutan pada hutan alam dikhawatirkan
telah menyebabkan kepunahan banyak spesies.  Kepunahan spesies merupakan aspek
kerusakan lingkungan yang sangat serius.  Apabila suatu spesies punah, populasinya tidak
akan pernah pulih, dan komunitas tempat hidupnya akan tidak seimbang.  

Perusakan habitat alami maupun mengubah habitat alami menjadi areal hutan tanaman
industri, areal perkebunan, areal pertanian, dan penukiman telah memberikan andil yang besar
bagi kepunahan keanekaragaman hayati di Indonesia.   

2. Fragmantasi habitat

Fragmentasi habitat adalah peristiwa yang menyebabkan habitat yang luas dan berkelanjutan
diperkecil atau dibagi menjadi dua atau lebih fragmen. Fragmen-fragmen yang terjadi
adakalanya terisolasi satu dengan yang lainnya oleh daerah yang terdegradasi.  Fragmentasi ini
biasanya disebabkan oleh pembuatan jalan, pembukaan areal pertanian dan perkotaan atau
kegiatan lainnya.

Fragmentasi habitat mengakibatkan daerah tersebut mempunyai daerah tepi yang lebih luas
dan daerah pusat (tengah) lebih dekat ke daerah tepi.  Sebagai contoh, misalnya saja daerah
konservasi yang mempunyai panjang sisi masing-masing 1000 meter (1 km).  Luas total area ini
adalah 1 km2 (100 hektar) . Luas daerah tepi adalah 4000 meter. Suatu titik di bagian  tengah
daerah ini berjarak 500 meter dari daerah tepi yang terdekat.  Jika kucing rumah dapat masuk
sejauh 100 meter untuk mengganggu kehidupan burung, maka terdapat 64 hektar wilayah yang
aman bagi burung untuk berkembang biak.  Habitat tepi yang tidak baik bagi burung untuk
bertelur dan memelihara anaknya adalah seluas 36 hektar. 

Kemudian daerah ini dibagi menjadi 4 wilayah yang besarnya sama oleh jalan yang lebarnya 10
meter dari utara ke selatan dan jalan kereta api dari timur ke barat dengan lebar 10 meter.
Keduanya mengambil kawasan konservasi seluas 2 x 1000 meter x 10 meter = 2 hektar.  
Daerah yang terambil cuma 2 hektar, namun dampaknya sangat luar biasa.  Daerah konservasi
tersebut sekarang menjadi empat bagian yang terpisah. Setiap bagiannya mempunyai luas 495
x 495 meter.  Sekarang jarak suatu titik di bagian tengah dari tiap fragmen ke daerah tepi
terdekat menjadi 247 meter.  Sekarang kucing rumah dapat masuk dari berbagai jalan, yaitu
jalan mobil dan kereta api. Dengan demikian burung dapat aman berkembang biak hanya pada
daerah paling dalam dari keempat fragmen tersebut.

Fragmentasi habitat juga mengancam kepunahan dengan cara yang lain. Fragmentasi habitat
dapat memperkecil potensi suatu spesies untuk menyebar dan berkolonisasi.  Banyak spesies
burung, mamalia dan serangga pada daerah pedalaman hutan tidak dapat menyeberangi
daerah terbuka oleh karena adanya bahaya dimakan pemangsa, walaupun daerah terbuka ini
tidak begitu luas. Penurunan kemampuan penyebaran hewan ini berakibat pula menurunnya
penyebaran tumbuhan yang tergantung padanya. 

Fragmentasi habitat akan mengurangi daerah jelajah hewan.  Kebanyakan spesies hewan
mempunyai daerah jelajah yang luas untuk dapat memenuhi kenutuhan hidupnya. 

Fragmentasi habitat juga akan mempercepat pengecilan atau pemusnahan populasi dengan
cara membagi populasi yang tersebar luas menjadi dua atau lebih subpopulasi dalam daerah
yang luasnya terbatas.  Populasi yang lebih kecil ini menjadi lebih rentan terhadap tekanan
silang dalam (inbreeding depression), genetik drift dan masalah lain yang terkait dengan
populasi yang berukuran kecil. 

3. Efek tepi (edge effect)

Fragmentasi habitat akan menambah luas daerah tepi.  Lingkungan mikro daerah tepi berbeda
dengan lingkungan mikro daerah tengah hutan.  Beberapa efek tepi yang penting adalah naik
turunnya intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan kecepatan angin secara drastis.  Oleh
karena tumbuhan dan hewan biasanya sangat tergantung pada suhu, kelembaban dan
intensitas cahaya tertentu , maka perubahan tersebut akan memusnahkan banyak spesies yang
tidak toleran.  

Karena fragmentasi maka kecepatan angin akan bertambah, sehingga memperbesar


kemungkinan terjadi kebakaran hutan.  Api dapat berasal dari daerah pertanian sekitar yang
memang sengaja di bakar.  
Fragmentasi habitat juga akan memperbesar invasi spesies eksotik dan spesies hewan dan
tumbuhan penganggu.  Daerah tepi hutan merupakan lingkungan yang terganggu sehingga
spesies penganggu dapat dengan mudah berkembang dan menyebar ke bagian dalam fragmen
hutan.  

Fragmentasi habitat juga menyebabkan spesies liar menjadi dekat dengan tumbuhan dan
hewan peliharaan.  Penyakit spesies peliharaan ini akan dengan mudah menular ke spesies liar
yang tidak mempunyai imunitas tinggi terhadap penyakit tersebut. Sebaliknya pula dapat terjadi
penularan penyakit dari spesies liar ke hewan piaraan dan bahkan ke manusia.

4. Polusi dan degradasi habitat

Meskipun habitat tidak terganggu oleh kerusakan dan fragmentasi, spesies pada habitat
tersebut dapat dipengaruhi oleh kegiatan manusia.  Spesies dapat punah oleh faktor-faktor luar
yang tidak mengubah struktur tumbuhan dominan pada suatu komunitas sehingga kerusakan
tersebut tidak langsung terlihat.  Misalnya saja pelayaran dan penyelaman yang terlalu sering
dilakukan pada daerah terumbu karang dapat meyebabkan degradasi komunitas, sebab
spesies yang rentan akan terinjak oleh kaki penyelam, jangkar, dan perahu.  Bentuk yang paling
umum adalah degradasi lingkungan oleh pencemaran atau polusi, sperti pestisida, bahan kimia
dan huangan oleh industri, sampah rumah tangga, gas dan asap yang dikeluarkan oleh pabrik,
kendaraan bermotor. 

Efek polusi terhadap kualitas air, udara dan bahkan iklim global sangat mengkahawatirkan tidak
saja sebagai ancaman keanekaragaman hayati tetapi juga kesehatan manusia. 

5. Penggunaan spesies yang berlebih untuk kepentingan manusia

Pola penggunaan secara berlebihan atas suatu spesies akan berakibat jumlah populasi spesies
tersebut menjadi sedikit bahkan punah.  Untuk mencegah kepunahan tersebut dilakukan
dengan memperkirakan penggunaan  yang berkelanjutan secara maksimum, dimana
pemanenan dari suatu spesies di alam setiap tahunnya dilakukan berdasarkan keberadaan dan
tingkat pembaharuan oleh proses pertumbuhan secara alami. Disamping itu pemanenan harus
memperhatikan pula fluktuasi populasi yang terjadi pada setiap musim pada periode tahunnya.
6. Introduksi spesies-spesies eksotik

Sebaran geografis setiap spesies dibatasi oleh penghalang lingkungan dan iklim.  Sehingga
setiap wilayah mempunyai keanekragaman spesies yang berbeda-beda. Adanya revolusi
industri telah banyak mengubah sebaran spesies oleh manusia, terutama spesies yang
mempunyai nilai ekonomi.  Manusia membawa hewan peliharaan dan tumbuhan budidaya dari
suatu tempat ke tempat lain saat mereka membuka pertanian atau peternakan baru.  Sehingga
banyak spesies baik hewan dan tumbuhan yang dimasukkan ke suatu daerah yang bukan
tempat aslinya.  Sejumlah besar tumbuhan diintroduksi dan ditanam di daerah baru sebagai
tanaman hias, tanaman pangan atau tanaman makanan ternak. Banyak spesies ini yang
kemudian menjadi liar di komunitas lokal.

Selain itu penyebaran spesies introduksi juga dapat diakibatkan oleh pengangkutan yang tidak
disengaja.  Misalnya saja tikus dan serangga yang terbawa kapal laut atau kapal udara. Atau
tanaman yang bijinya ikut terbawa oleh manusia.  

Sejumlah besar spesies introduksi tidak dapat bertahan hidup di daerah barunya karena
lingkungan baru tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya.  Walaupun demikian,
beberapa spesies dapat bertahan hidup bahkan membentuk koloni di tempat barunya dan
bahkan dapat bertambah besar jumlahnya. Biasnya koloni ini akan mengalahkan organisme asli
daerah tersebut melalui kompetisi mendapatkan bahan makanan yang jumlahnya terbatas.

Hewan introduksi mungkin juga memangsa spesies asli sampai punah, atau mereka mengubah
habitat sehingga organisme asli tidak dapat hidup lagi di tempat itu. 

Tindakan manusia (seperti pemupukan, pengendalian hama penyakit, peningkatan kadar


cahaya dan lain-lain) dapat pula menyebabkan timbulnya kondisi linglkungan yang
memungkinkan spesies eksotik lebih mudah menyesuaikan diri daripada spesies lokal. 

Dalam hal tertentu keberadaan spesies eksotik ini dapat merupakan ancaman yang serius
seperti halnya degradasi hutan. 
Karakter spesies terhadap kepunahan

Para ahli ekologi telah mengetahui bahwa tidak semua spesies mempunyai kemungkinan yang
sama untuk menjadi punah. Kerentanan spesies terhadap kepunahan umumnya ditentukan
oleh salah satu karakter:

 Spesies yang mempunyai sebaran geografis sempit, umumnya rentan terhadap


kerusakan habitat oleh kegiatan manusia.
 Spesies yang terdiri dari satu atau sedikit populasi akan sangat rentan terhadap
kerusakan habitat dibandingkan dengan spesies yang terdiri dari banyak populasi
 Spesies yang memiliki ukuran populasi yang kecil akan mudah punah akibat pengaruh
variasi demografi dan lingkungan serta hilangnya keanekaragaman genetik bila
dibandingkan dengan spesies yang berukuran populasinya yang besar.
 Spesies yang ukuran populasinya cenderung menurun akan mudah punah bilamana
penyebab penurunan tidak dapat diketahui dan diperbaiki.
 Spesies yang memiliki densitas rendah per satuan luas, terutama pada kawasan yang
terfrsgmentasi akan mudah mengalami kepunahan.
 Spesies yang memerlukan jelajah yang luas akan sangat rentan terhadap kepunahan
bilamana wilayah jelajahnya dirusak atau mengalami fragmentasi.
 Hewan yang mempunyai ukurantubuh yang besar akan memiliki wilayah jelajah yang
luas serta makanan yang lebih banyak secara individu, serta rentan untuk diburu
maupun dirusak wilayah jelajahnya maupun habitat untuk mencari makan dan
minumnya.
 spesies yang tidak memiliki kemampuan menyebar yang baik di alam akan sangat
rentan terhadap perubahan dan perusakan habitat, karena spesies tersebut tidak
mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
 Spesies yang bermigrasi musiman akan sangat rentan terhadap kepunahan karena
ketidakmampuan bertahan di habitatnya.
 Spesies yang mempunyai keanekaragaman genetik yang rendah akan lebih banyak
kemungkinan punah karena penyakit, atau perubahan lingkungan.
 Spesies yang memiliki relung tertentu akan rentan terhadap kepunahan apabila relung
tempat hidupnya rusak.

Demikian posting hari ini mengenai 6 ancaman keanekaragaman hayati.


http://www.biologi-sel.com/2013/09/6-ancaman-keanekaragaman-hayati.html

Anda mungkin juga menyukai