• Hilangnya Habitat dan Fragmentasi : hilangnya habitat adalah menyusutnya materi pada tempat
yang sesuai untuk hidup. Fragmentasi habitat adalah pemisahan suatu habiat menjadi lebih kecil
lagi.
• Spesies-spesies eksotik (pendatang) : spesies pendatang sering kali menjadi penyebab terhadap
rusaknya atau musnahnya spesies asli suatu ekosistem.
• Degradasi Habitat : kerusakan habitat oleh polusi dan polusi dapat diartikan sebagai perubahan-
perubahan lingkungan yang menimbulkan pengaruh negative terhadap kehidupan dan kesehatan
bagi makhluk hidup.
• Eksploitasi secara berlebihan : eksploitasi sumber daya alam dapat dikataka berlebihan jika
jumlah yang diambil lebih besar dibandingkan dengan sumber daya alam tersebut untuk
membarui diri.
Akibat kegiatan manusia beberapa satwa telah punah dari kehidupan di bumi. Informasi yang
paling banyak mengenai kepunahan adalah satwa mamalia dan burung, karena satwa ini
mempunyai anggota kelompok yang relatif besar dan banyak dipelajari dan mudah dilihat.
Berdasarkan bukti-bukti yang ada diperkirakan 85 spesies mamalia dan 113 spesies burung
telah punah sejak tahun 1600.
Keanekaragaman hayati merupakan issue yang paling hangat dibicarakan pada akhir-akhir ini.
Issue tersebut muncul akibat hilangnya keragaman genetik, jenis dan ekosistem dunia pada
akhir abad ke 20. Diperkirakan rata-rata sekitar 100.000 jenis telah punah setiap tahunnya,
bahkan dalam kurun waktu dua setengah abad yang akan datang sebanyak 25 % kehidupan
akan hilang dari permukaan bumi ini. Hal tersebut disebabkan karena aktivitas manusia yang
mengarah pada kerusakan habitat maupun pengalihan fungsi lahan. Kondisi tersebut sangat
mengkhawatirkan karena seperti kita ketahui keanekaragaman hayati mempunyai peranan
penting sebagai penyedia bahan makanan, obat-obatan dan berbagai komoditi lain penghasil
devisa negara, juga berperan dalam melindungi sumber air, tanah serta berperan sebagai paru-
paru dunia dan menjaga kestabilan lingkungan.
Penyebab Kepunahan
Kegiatan manusia adalah penyebab utama kepunahan. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
kekayaan alam yang semakin meningkat akibat semakin bertambahnya populasi manusia di
muka bumi. Ancaman kepunahan keanekaragaman hayati adalah:
1. Perusakan habitat
Ancaman utama pada keanekaragaman hayati adalah rusak dan hilangnya habitat. Kelompok
vertebrata, invertebrata, tumbuhan dan jamur akan kehilangan tempat jika habitat rusak atau
hilang. Kerusakan hutan hutan tropis akibat penebangan liar yang tak terkendali sama halnya
dengan kepunahan spesies.
Proses laju penurunan mutu hutan dan pengundulan hutan pada hutan alam dikhawatirkan
telah menyebabkan kepunahan banyak spesies. Kepunahan spesies merupakan aspek
kerusakan lingkungan yang sangat serius. Apabila suatu spesies punah, populasinya tidak
akan pernah pulih, dan komunitas tempat hidupnya akan tidak seimbang.
Perusakan habitat alami maupun mengubah habitat alami menjadi areal hutan tanaman
industri, areal perkebunan, areal pertanian, dan penukiman telah memberikan andil yang besar
bagi kepunahan keanekaragaman hayati di Indonesia.
2. Fragmantasi habitat
Fragmentasi habitat adalah peristiwa yang menyebabkan habitat yang luas dan berkelanjutan
diperkecil atau dibagi menjadi dua atau lebih fragmen. Fragmen-fragmen yang terjadi
adakalanya terisolasi satu dengan yang lainnya oleh daerah yang terdegradasi. Fragmentasi ini
biasanya disebabkan oleh pembuatan jalan, pembukaan areal pertanian dan perkotaan atau
kegiatan lainnya.
Fragmentasi habitat mengakibatkan daerah tersebut mempunyai daerah tepi yang lebih luas
dan daerah pusat (tengah) lebih dekat ke daerah tepi. Sebagai contoh, misalnya saja daerah
konservasi yang mempunyai panjang sisi masing-masing 1000 meter (1 km). Luas total area ini
adalah 1 km2 (100 hektar) . Luas daerah tepi adalah 4000 meter. Suatu titik di bagian tengah
daerah ini berjarak 500 meter dari daerah tepi yang terdekat. Jika kucing rumah dapat masuk
sejauh 100 meter untuk mengganggu kehidupan burung, maka terdapat 64 hektar wilayah yang
aman bagi burung untuk berkembang biak. Habitat tepi yang tidak baik bagi burung untuk
bertelur dan memelihara anaknya adalah seluas 36 hektar.
Kemudian daerah ini dibagi menjadi 4 wilayah yang besarnya sama oleh jalan yang lebarnya 10
meter dari utara ke selatan dan jalan kereta api dari timur ke barat dengan lebar 10 meter.
Keduanya mengambil kawasan konservasi seluas 2 x 1000 meter x 10 meter = 2 hektar.
Daerah yang terambil cuma 2 hektar, namun dampaknya sangat luar biasa. Daerah konservasi
tersebut sekarang menjadi empat bagian yang terpisah. Setiap bagiannya mempunyai luas 495
x 495 meter. Sekarang jarak suatu titik di bagian tengah dari tiap fragmen ke daerah tepi
terdekat menjadi 247 meter. Sekarang kucing rumah dapat masuk dari berbagai jalan, yaitu
jalan mobil dan kereta api. Dengan demikian burung dapat aman berkembang biak hanya pada
daerah paling dalam dari keempat fragmen tersebut.
Fragmentasi habitat juga mengancam kepunahan dengan cara yang lain. Fragmentasi habitat
dapat memperkecil potensi suatu spesies untuk menyebar dan berkolonisasi. Banyak spesies
burung, mamalia dan serangga pada daerah pedalaman hutan tidak dapat menyeberangi
daerah terbuka oleh karena adanya bahaya dimakan pemangsa, walaupun daerah terbuka ini
tidak begitu luas. Penurunan kemampuan penyebaran hewan ini berakibat pula menurunnya
penyebaran tumbuhan yang tergantung padanya.
Fragmentasi habitat akan mengurangi daerah jelajah hewan. Kebanyakan spesies hewan
mempunyai daerah jelajah yang luas untuk dapat memenuhi kenutuhan hidupnya.
Fragmentasi habitat juga akan mempercepat pengecilan atau pemusnahan populasi dengan
cara membagi populasi yang tersebar luas menjadi dua atau lebih subpopulasi dalam daerah
yang luasnya terbatas. Populasi yang lebih kecil ini menjadi lebih rentan terhadap tekanan
silang dalam (inbreeding depression), genetik drift dan masalah lain yang terkait dengan
populasi yang berukuran kecil.
Fragmentasi habitat akan menambah luas daerah tepi. Lingkungan mikro daerah tepi berbeda
dengan lingkungan mikro daerah tengah hutan. Beberapa efek tepi yang penting adalah naik
turunnya intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan kecepatan angin secara drastis. Oleh
karena tumbuhan dan hewan biasanya sangat tergantung pada suhu, kelembaban dan
intensitas cahaya tertentu , maka perubahan tersebut akan memusnahkan banyak spesies yang
tidak toleran.
Fragmentasi habitat juga menyebabkan spesies liar menjadi dekat dengan tumbuhan dan
hewan peliharaan. Penyakit spesies peliharaan ini akan dengan mudah menular ke spesies liar
yang tidak mempunyai imunitas tinggi terhadap penyakit tersebut. Sebaliknya pula dapat terjadi
penularan penyakit dari spesies liar ke hewan piaraan dan bahkan ke manusia.
Meskipun habitat tidak terganggu oleh kerusakan dan fragmentasi, spesies pada habitat
tersebut dapat dipengaruhi oleh kegiatan manusia. Spesies dapat punah oleh faktor-faktor luar
yang tidak mengubah struktur tumbuhan dominan pada suatu komunitas sehingga kerusakan
tersebut tidak langsung terlihat. Misalnya saja pelayaran dan penyelaman yang terlalu sering
dilakukan pada daerah terumbu karang dapat meyebabkan degradasi komunitas, sebab
spesies yang rentan akan terinjak oleh kaki penyelam, jangkar, dan perahu. Bentuk yang paling
umum adalah degradasi lingkungan oleh pencemaran atau polusi, sperti pestisida, bahan kimia
dan huangan oleh industri, sampah rumah tangga, gas dan asap yang dikeluarkan oleh pabrik,
kendaraan bermotor.
Efek polusi terhadap kualitas air, udara dan bahkan iklim global sangat mengkahawatirkan tidak
saja sebagai ancaman keanekaragaman hayati tetapi juga kesehatan manusia.
Pola penggunaan secara berlebihan atas suatu spesies akan berakibat jumlah populasi spesies
tersebut menjadi sedikit bahkan punah. Untuk mencegah kepunahan tersebut dilakukan
dengan memperkirakan penggunaan yang berkelanjutan secara maksimum, dimana
pemanenan dari suatu spesies di alam setiap tahunnya dilakukan berdasarkan keberadaan dan
tingkat pembaharuan oleh proses pertumbuhan secara alami. Disamping itu pemanenan harus
memperhatikan pula fluktuasi populasi yang terjadi pada setiap musim pada periode tahunnya.
6. Introduksi spesies-spesies eksotik
Sebaran geografis setiap spesies dibatasi oleh penghalang lingkungan dan iklim. Sehingga
setiap wilayah mempunyai keanekragaman spesies yang berbeda-beda. Adanya revolusi
industri telah banyak mengubah sebaran spesies oleh manusia, terutama spesies yang
mempunyai nilai ekonomi. Manusia membawa hewan peliharaan dan tumbuhan budidaya dari
suatu tempat ke tempat lain saat mereka membuka pertanian atau peternakan baru. Sehingga
banyak spesies baik hewan dan tumbuhan yang dimasukkan ke suatu daerah yang bukan
tempat aslinya. Sejumlah besar tumbuhan diintroduksi dan ditanam di daerah baru sebagai
tanaman hias, tanaman pangan atau tanaman makanan ternak. Banyak spesies ini yang
kemudian menjadi liar di komunitas lokal.
Selain itu penyebaran spesies introduksi juga dapat diakibatkan oleh pengangkutan yang tidak
disengaja. Misalnya saja tikus dan serangga yang terbawa kapal laut atau kapal udara. Atau
tanaman yang bijinya ikut terbawa oleh manusia.
Sejumlah besar spesies introduksi tidak dapat bertahan hidup di daerah barunya karena
lingkungan baru tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Walaupun demikian,
beberapa spesies dapat bertahan hidup bahkan membentuk koloni di tempat barunya dan
bahkan dapat bertambah besar jumlahnya. Biasnya koloni ini akan mengalahkan organisme asli
daerah tersebut melalui kompetisi mendapatkan bahan makanan yang jumlahnya terbatas.
Hewan introduksi mungkin juga memangsa spesies asli sampai punah, atau mereka mengubah
habitat sehingga organisme asli tidak dapat hidup lagi di tempat itu.
Dalam hal tertentu keberadaan spesies eksotik ini dapat merupakan ancaman yang serius
seperti halnya degradasi hutan.
Karakter spesies terhadap kepunahan
Para ahli ekologi telah mengetahui bahwa tidak semua spesies mempunyai kemungkinan yang
sama untuk menjadi punah. Kerentanan spesies terhadap kepunahan umumnya ditentukan
oleh salah satu karakter: