Anda di halaman 1dari 68

Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG


NOMOR 5 TAHUN 1990 REPUBLIK INDONESIA
TENTANG NOMOR … TAHUN …
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI TENTANG PERUBAHAN ATAS
DAN EKOSISTEMNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990
TENTANG
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI
DAN EKOSISTEMNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : Menimbang:
a. bahwa sumber daya alam hayati Indonesia a. a. bahwa sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya yang mempunyai Indonesia dan ekosistemnya merupakan
kedudukan serta peranan penting bagi karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
kehidupan adalah karunia Tuhan Yang memiliki kedudukan dan peranan yang
Maha Esa, oleh karena itu perlu dikelola sangat penting bagi kepentingan bangsa
dan dimanfaatkan secara lestari, selaras, Indonesia maupun masa depan dunia
serasi dan seimbang bagi kesejahteraan sebagai sistem penyangga kehidupan
masyarakat Indonesia pada khususnya dan utama bagi manusia baik generasi saat ini
umatmanusia pada umumnya, baik masa maupun yang akan datang, untuk itu
kini maupun masa depan; negara berkewajiban melindunginya
melalui penyelenggaraan konservasi
sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya dengan mengelola dan
memanfaatkannya secara lestari, selaras,
serasi, seimbang, dan berkelanjutan bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;
b. bahwa pembangunan sumber daya alam b. b. bahwa pembangunan sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya pada hakikatnya hayati dan ekosistemnya pada hakikatnya
adalah bagian integral dari pembangunan adalah bagian integral dari pembangunan
nasional yang berkelanjutan sebagai nasional yang berkelanjutan sebagai
pengamalan Pancasila; pengamalan Pancasila;
c. bahwa unsur-unsur sumber daya alam c. c. bahwa unsur-unsur sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya padadasarnya hayati dan ekosistemnya padadasarnya
saling tergantung antara satu dengan yang saling tergantung antara satu dengan yang
lainnya dan saling mempengaruhi sehingga lainnya dan saling mempengaruhi sehingga
kerusakan dan kepunahan salah satu kerusakan dan kepunahan salah satu
unsur akan berakibat terganggunya unsur akan berakibat terganggunya
ekosistem; ekosistem;
d. d. bahwa penyelenggaraan konservasi
sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya saat ini dirasa masih kurang
efektif karena lebih mengedepankan
paradigma perlindungan tanpa memajukan
aspek pemanfaatan secara berkelanjutan
dan lestari, tumpang tindih dan
ketidakjelasan kewenangan antar
kementerian di bidang konservasi, belum
memberikan peran yang maksimal kepada
masyarakat hukum adat dan masyarakat
sekitar kawasan konservasi, minimnya
peran serta masyarakat, serta kurang
mendukung upaya mengurangi dampak
perubahan iklim, sehingga harus segera

1
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

direspon agar penyelenggaraan konservasi


dapat berjalan lebih optimal;
e. e. bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya belum
mampu menampung dan mengatur secara
menyeluruh mengenai penyelenggaraan
konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, substansinya masih
tersebar di beberapa peraturan, belum
mengakomodasi beberapa substansi
terkait ratifikasi internasional di bidang
konservasi, kewenangan penyidik yang
masih terbatas, dan ketentuan sanksi yang
kurang menimbulkan efek jera, sehingga
perlu diubah;
d. bahwa untuk menjaga agar pemanfaatan f. bahwa berdasarkan pertimbangan
sumber daya alam hayati dapat sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
berlangsung dengan cara sebaik-baiknya, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e
maka diperlukan langkah-langkah perlu membentuk Undang-Undang tentang
konservasisehingga sumber daya alam Perubahan Atas Undang-Undang Republik
hayati dan ekosistemnya selalu terpelihara Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang
dan mampu mewujudkan keseimbangan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
serta melekat dengan pembangunan itu Ekosistemnya;
sendiri;
g. bahwa peraturan perundang-undangan
yang ada dan masih berlaku merupakan
produk hukum warisan pemerintah
kolonial yang bersifat parsial, sehingga
perlu dicabut karena sudah tidak sesuai
dengan perkembangan hukum dan
kepentingan nasional;
h. bahwa peraturan perundang-undangan
produk hukum nasional yang ada belum
menampung dan mengatur secara
menyeluruh mengenai konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya;
i. bahwa sehubungan dengan hal-hal di atas,
dipandang perlu menetapkan ketentuan
mengenai konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya dalam suatu
undang-undang.
Mengingat : Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 33 ayat (3) dan
33Undang-Undang Dasar 1945; ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 Republik Indonesia Tahun 1945;
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967
Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2823);
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3215);
4. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik

2
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1982


Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3234) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun
1988 (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor
3, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3368);
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3299).

Dengan persetujuan Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA INDONESIA
Dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Menetapkan:
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN
TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYAALAM ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN
HAYATI DAN EKOSISTEMNYA 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA
ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BAB I Pasal I
KETENTUAN UMUM Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419) diubah
sebagai beriku:

1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1 Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
dengan: dengan:
1. Sumber daya alam hayati adalah unsur- 1. Sumber Daya Alam Hayati adalah unsur-
unsur hayati di alam yang terdiri dari unsur hayati di alam yang terdiri dari
sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan
sumber daya alam hewani (satwa) yang sumber daya alam hewani (satwa) yang
bersama dengan unsur nonhayati di bersama dengan unsur nonhayati di
sekitarnya secara keseluruhan membentuk sekitarnya secara keseluruhan membentuk
ekosistem ekosistem.
2. Konservasi sumber daya alam hayati 2. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
adalah pengelolaan sumber daya alam adalah tindakan pelindungan sistem
hayati yang pemanfaatannya dilakukan penyangga kehidupan, pengawetan
secara bijaksana untuk menjamin keanekaragaman Sumber Daya Alam Hayati,
kesinambungan persediaannya dengan dan pemanfaatan secara lestari terhadap
tetap memelihara dan meningkatkan Sumber Daya Alam Hayati.
kualitas keanekaragaman dan nilainya.

3
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

3. Ekosistem sumber daya alam hayati adalah 3. Ekosistem adalah kesatuan antara makhluk
sistem hubungan timbal balik antara unsur hidup dan lingkungan nonhayati, yang
dalam alam, baik hayati maupun nonhayati saling berinteraksi satu sama lain, dan
yang saling tergantung dan pengaruh menjalankan fungsi pada suatu area
mempengaruhi. tertentu.
4. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan
adalah upaya menjaga dan melestarikan
keanekaragaman Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya dengan menetapkan dan
mengelola kawasan konservasi dan
Ekosistem penting di luar kawasan
konservasi untuk mendukung sistem
penyangga kehidupan
5. Pengawetan keanekaragaman Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya selanjutnya
disebut Pengawetan adalah upaya untuk
menjaga dan memelihara keanekaragaman
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya baik di dalam maupun di luar
habitatnya agar keberadaannya tidak
punah, tetap seimbang dan dinamis dalam
perkembangannya
6. Pemanfaatan keanekaragaman Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya selanjutnya
disebut Pemanfaatan adalah penggunaan
Sumber Daya Alam Hayati beserta
Ekosistemnya, baik dalam bentuk bagian-
bagiannya, serta hasil dari padanya yang
dilakukan secara lestari dan berkelanjutan
4. Satwa adalah semua jenis sumber daya 7. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam
alam hewani yang hidup di darat dan/atau hewani yang hidup di darat dan/atau di air,
di air, dan/atau di udara. dan/atau di udara.
5. Tumbuhan adalah semua jenis sumber 8. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya
daya alam nabati, baik yang hidup di darat alam nabati, baik yang hidup di darat
maupun di air. maupun di air.
6. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang 9. Tumbuhan Liar adalah tumbuhan yang
hidup di alam bebas dan/atau dipelihara, hidup di alam bebas dan/atau dipelihara,
yang masih mempunyai kemurnian yang masih mempunyai kemurnian jenisnya.
jenisnya

7. Satwa liar adalah semua binatang yang 10. Satwa Liar adalah semua binatang yang
hidup di darat, dan/atau di air, dan/atau hidup di darat, dan/atau di air, dan/atau di
di udara yang masih mempunyai sifat-sifat udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar,
liar, baik yang hidup bebas maupun yang baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia dipelihara oleh manusia.
8. Habitat adalah lingkungan tempat 11. Habitat adalah lingkungan tempat
tumbuhan atau satwa dapat hidup dan tumbuhan atau satwa dapat hidup dan
berkembang secara alami. berkembang secara alami.
12. Kawasan Konservasi adalah suatu kesatuan
kawasan dengan ciri khas tertentu, yang
berada di Ekosistem darat dan/atau
Ekosistem perairan, termasuk di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil, yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan
dikelola untuk terwujudnya Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
13. Kawasan Penyangga Konservasi adalah

4
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

daerah yang mengelilingi yang berfungsi


membatasi aktivitas manusia di dalam
kawasan lindung agar tidak merusak
ekosistem di dalam kawasan lindung
14. Ekosistem Penting di Luar Kawasan
Konservasi adalah ekosistem yang berada di
luar Kawasan Konservasi yang berupa
daerah penyangga Kawasan Konservasi,
koridor ekologis, memiliki nilai konservasi
tinggi, atau kawasan yang dilindungi oleh
masyarakat dengan kearifan lokalnya, yang
berfungsi penting bagi kelestarian
keanekaragaman Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.
9. Kawasan suaka alam adalah kawasan 15. Kawasan Suaka Alam adalah Kawasan
dengan ciri khas tertentu, baik di darat Konservasi untuk pelindungan kondisi alami
maupun di perairan yang mempunyai dan keasliannya bagi pelestarian Sumber
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang
keanekaragaman tumbuhan dan satwa juga berfungsi sebagai wilayah sistem
serta ekosistemnya yang juga berfungsi penyangga kehidupan, melalui pengelolaan
sebagai wilayah sistem penyangga dengan campur tangan manusia yang sangat
kehidupan. terbatas.
16. Kawasan Pelestarian Alam adalah Kawasan
Konservasi dengan spesies dan Ekosistem
khas dan asli, untuk Perlindungan Sistem
Penyangga Kehidupan serta Pengawetan dan
Pemanfaatan secara lestari.
10. Cagar alam adalah kawasan suaka alam 17. Cagar Alam adalah Kawasan Suaka Alam
yang karena keadaan alamnya mempunyai yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa, dan kekhasan tumbuhan, satwa, dan
ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang Ekosistemnya atau Ekosistem tertentu yang
perlu dilindungi dan perkembangannya perlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsung secara alami. berlangsung secara alami.
11. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka 18. Suaka Margasatwa adalah Kawasan Suaka
alam yang mempunyai ciri khas berupa Alam yang mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman dan/atau keunikan jenis keanekaragaman dan/atau keunikan jenis
satwa yang untuk kelangsungan hidupnya satwa yang untuk kelangsungan hidupnya
dapat dilakukan pembinaan terhadap dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya. habitatnya.
12. Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang 19. Cagar Biosfer adalah kawasan terpadu yang
terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik, mengharmonisasikan antara kepentingan
dan/atau ekosistem yang telah mengalami Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
degradasi yang keseluruhan unsur alamnya Ekosistemnya dengan pembangunan sosial-
dilindungi dan dilestarikan bagi ekonomi serta ilmu pengetahuan dan
kepentingan penelitian dan pendidikan. teknologi, yang keberadaannya diakui oleh
dunia internasional.
13. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan DIJADIKAN ANGKA 11
dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai
fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis Tumbuhan dan Satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya.
14. Taman nasional adalah kawasan 20. Taman Nasional adalah Kawasan Pelestarian
pelestarian alam yang mempunyai Alam yang mempunyai ekosistem asli,
ekosistem asli, dikelola dengan sistem dikelola dengan sistem zonasi yang

5
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, pengetahuan, dan pendidikan, serta
menunjang budidaya, pariwisata, dan menunjang budidaya dan wisata alam.
rekreasi.
15. Taman hutan raya adalah kawasan 21. Taman Hutan Raya adalah Kawasan
pelestarian alam untuk tujuan koleksi Pelestarian Alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau Tumbuhan dan/atau Satwa yang alami atau
buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang buatan, jenis asli dan atau bukan asli,
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, dikelola dengan sistem zonasi yang
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. pengetahuan, dan pendidikan, serta
menunjang budidaya dan wisata alam.
16. Taman wisata alam adalah kawasan 22. Taman Wisata Alam adalah Kawasan
pelestarian alam yang terutama Pelestarian Alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan dimanfaatkan untuk menunjang wisata
rekreasi alam. alam.
23. Taman Buru adalah Kawasan Pelestarian
Alam yang ditetapkan sebagai tempat
diselenggarakan perburuan secara teratur
untuk mengendalikan populasi satwa
tertentu.
24. Konservasi di dalam habitat alaminya yang
selanjutnya disebut Konservasi in situ
adalah Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya yang dilakukan
dalam habitat alaminya.
25. Konservasi di luar habitat alaminya yang
selanjutnya disebut Konservasi ex situ
adalah Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya yang dilakukan di
luar habitat alaminya.
26. Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok
orang yang secara turun-temurun bermukim
di wilayah geografis tertentu di Negara
Kesatuan Republik Indonesia karena adanya
ikatan pada asal usul leluhur, hubungan
yang kuat dengan tanah, wilayah, sumber
daya alam, memiliki pranata pemerintahan
adat, dan tatanan hukum adat di wilayah
adatnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
27. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau
kekayaan yang teroganisasi, baik berupa
badan hukum maupun bukan badan
hukum.
28. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
29. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.

6
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

2. Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2 Pasal 2
Konservasi sumber daya alam hayati dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
ekosistemnya berasaskan pelestarian Ekosistemnya diselenggarakan dengan
kemampuan dan pemanfaatan sumber daya berdasarkan pada asas:
alam hayati dalam ekosistemnya secara serasi
dan seimbang.
a. kelestarian;
b. keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan;
c. kemanfaatan yang berkelanjutan;
d. keterpaduan;
e. transparansi dan akuntabilitas;
f. kehati-hatian;
g. keadilan;
h. kearifan lokal;
i. kolaboratif, kemitraan, dan partisipatif;
dan
j. efisiensi.

3. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3 Pasal 3
Konservasi sumber daya alam hayati dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
ekosistemnya bertujuan mengusahakan Ekosistemnya bertujuan untuk:
terwujudnya kelestarian sumber daya alam
hayati serta keseimbangan ekosistemnya
sehingga dapat lebih mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia.
a. memelihara proses ekologis dan penyangga
sistem kehidupan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
mutu kehidupan manusia, dan melindungi
dari bencana alam;
b. mencegah kerusakan, kelangkaan,
dan/atau kepunahan serta menjamin
kelestarian fungsi dan manfaat serta
keseimbangan Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
c. menjamin keberadaan Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya dapat
dipertahankan bagi generasi saat ini
maupun generasi yang akan datang;
d. menjamin kemanfaatan Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya dapat
dilakukan secara lestari dan
berkelanjutan;
e. menjamin pemulihan Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya yang mengalami
degradasi dan kerusakan;
f. meningkatkan dan menjamin peran serta
masyarakat, khususnya Masyarakat
Hukum Adat dan masyarakat sekitar
Kawasan Konservasi dalam

7
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya


Alam Hayati dan Ekosistemnya; dan
g. menunjang upaya mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim.
Pasal 4 TETAP
Konservasi sumber daya alam hayati dan TETAP
ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan
kewajiban Pemerintah serta masyarakat.

4. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5 Pasal 5
Konservasi Sumber daya alam hayati dan (1) Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan: Ekosistemnya dilakukan di dalam dan di
luar Kawasan Konservasi, termasuk
terhadap Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya yang berada di ruang di
dalam bumi dan ruang udara sebagai satu
kesatuan wilayah.
a. perlindungan sistem penyangga kehidupan; (2) Lingkup wilayah Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
b. pengawetan keanekaragaman jenis a. Konservasi yang dilakukan di Ekosistem
Tumbuhan dan Satwa beserta wilayah darat, termasuk di dalam
ekosistemnya; kawasan hutan dan bukan kawasan
hutan, yang memiliki wilayah dengan
peruntukkan dan fungsi Konservasi;
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya b. Konservasi yang dilakukan di
alam hayati dan ekosistemnya. Ekosistem perairan, termasuk di dalam
wilayah perairan, wilayah yurisdiksi,
dan laut lepas yang memiliki fungsi
Konservasi; dan
c. Konservasi yang dilakukan di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.
(3) Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya yang dilakukan di luar
Kawasan Konservasi meliputi hutan lindung,
hutan produksi, hutan adat, dan bukan
kawasan hutan.
(4) Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:
a. perlindungan sistem penyangga
kehidupan;
b. pengawetan; dan/atau
c. pemanfaatan secara lestari.

BAB II TETAP
PERLINDUNGAN SISTEM PENYANGGA TETAP
KEHIDUPAN
Pasal 6 TETAP
Sistem penyangga kehidupan merupakan satu TETAP
proses alami dari berbagai unsur hayati dan
nonhayati yang menjamin kelangsungan
kehidupan makhluk.

5. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga

8
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

berbunyi sebagai berikut:


Pasal 7 Pasal 7
Perlindungan sistem penyangga kehidupan Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan
ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis
yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk menunjang kelangsungan kehidupan
untuk meningkatkan kesejahteraan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupan manusia. masyarakat dan kualitas kehidupan manusia
dengan tetap menjaga kelestarian dan
keseimbangan alam.

6. Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8 Pasal 8
1. Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana (1) Dalam menyelenggarakan Perlindungan
dimaksud dalam Pasal 7, Pemerintah Sistem Penyangga Kehidupan sebagaimana
menetapkan : dimaksud dalam Pasal 7 Pemerintah
menetapkan:
b. wilayah tertentu sebagai wilayah a. wilayah tertentu sebagai wilayah
perlindungan sistem penyangga Perlindungan Sistem Penyangga
kehidupan; Kehidupan;
c. pola dasar pembinaan wilayah b. pola dasar pembinaan wilayah
perlindungan sistem penyangga Perlindungan Sistem Penyangga
kehidupan; Kehidupan;
d. pengaturan cara pemanfaatan wilayah c. pengaturan cara Pemanfaatan
perlindungan sistem penyangga Perlindungan Sistem Penyangga
kehidupan. Kehidupan.
(1) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana (2) Wilayah tertentu sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan pada ayat (1) huruf a meliputi Kawasan
Peraturan Pemerintah. Konservasi dan Ekosistem Penting di Luar
Kawasan Konservasi serta termasuk di
dalamnya kawasan hutan adat.
(3) Wilayah tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, ditetapkan dengan
memanfaatkan teknologi berbasis geospasial
(4) Kawasan Konservasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi Kawasan Suaka Alam
dan Kawasan Pelestarian Alam.
(5) Ekosistem Penting di Luar Kawasan
Konservasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), dapat berupa:
a. daerah penyangga Kawasan Konservasi;
b. koridor ekologis atau Ekosistem
penghubung;
c. areal dengan nilai Konservasi tinggi;
d. areal Konservasi kelola masyarakat;
dan/atau
e. daerah pelindungan adat atau budaya
maritim.

7. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 9 Pasal 9
(1) Setiap pemegang hak atas tanah dan hak (1) Orang perseorangan pemegang hak atas
pengusahaan di perairan dalam wilayah tanah pada Ekosistem Penting di Luar
sistem penyangga kehidupan wajib menjaga Kawasan Konservasi harus menjaga
kelangsungan fungsi perlindungan wilayah kelangsungan fungsi perlindungan wilayah
tersebut. tersebut dengan melakukan tindakan

9
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Konservasi.
(2) Dalam rangka pelaksanaan perlindungan (2) Dalam hal orang perseorangan pemegang
sistem penyangga kehidupan, Pemerintah hak atas tanah pada Ekosistem Penting di
mengatur serta melakukan tindakan Luar Kawasan Konservasi tidak bersedia
penertiban terhadap penggunaan dan melakukan tindakan Konservasi maka yang
pengelolaan tanah dan hak pengusahaan di bersangkutan harus melepaskan hak atas
perairan yang terletak dalam wilayah tanah untuk mendapatkan ganti untung.
perlindungan sistem penyangga kehidupan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(3) Tindakan penertiban sebagaimana (3) Orang perseorangan dan/atau Korporasi
dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan yang memiliki perizinan berusaha pada
sesuai dengan peraturan perundang- Ekosistem Penting di Luar Kawasan
undangan yang berlaku. Konservasi wajib menjaga kelangsungan
fungsi perlindungan wilayah tersebut
dengan melakukan tindakan Konservasi
termasuk menyediakan pendanaan atas
pelaksanaan tindakan Konservasi.
(4) Terhadap orang perseorangan dan/atau
Korporasi yang memiliki perizinan berusaha
pada Ekosistem Penting di Luar Kawasan
Konservasi wajib melakukan penyesuaian
pengelolaan areal perizinan berusahanya.
(5) Setiap pemegang perizinan berusaha di
Ekosistem Penting di Luar Kawasan
Konservasi yang tidak melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dan ayat (4) dikenai sanksi administratif
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan usaha;
c. penutupan lokasi;
d. pencabutan perizinan berusaha;
dan/atau
e. denda administratif.
(6) Ketentuan pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dikecualikan bagi Masyarakat Hukum Adat
dan masyarakat di sekitar Kawasan
Konservasi.

8. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 10 Pasal 10
Wilayah sistem penyangga kehidupan yang (1) Wilayah sistem penyangga kehidupan yang
mengalami kerusakan secara alami dan/atau mengalami degradasi, rusak, atau hancur
oleh karena peinanfaatannya serta oleh sebab- dikarenakan:
sebab lainnya diikuti dengan upaya a. peristiwa alami;
rehabilitasi secara berencana dan b. pemanfaatan yang tidak tepat; dan/atau
berkesinambungan. c. sebab lainnya,
dilakukan upaya pemulihan secara
berencana dan berkesinambungan.
(2) Pemulihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan untuk:
a. membantu memulihkan wilayah sistem
penyangga kehidupan yang telah
mengalami degradasi, rusak, atau
hancur;

10
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

b. mengembalikan fungsi sistem


penyangga kehidupan ke kondisi awal;
c. meningkatkan daya tahan terhadap
kerusakan; dan
d. meningkatkan daya lenting sistem
penyangga kehidupan.
(3) Pemulihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan terhadap Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya.
(4) Pemulihan Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan pada:
a. Kawasan Konservasi; dan/atau
b. Ekosistem Penting di Luar Kawasan
Konservasi.
(5) Pemulihan pada Kawasan Konservasi
dan/atau Ekosistem Penting di Luar
Kawasan Konservasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) yang disebabkan peristiwa
alami sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a menjadi tanggung jawab Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Pemulihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dapat dilakukan melalui mekanisme
kerja sama atau kemitraan pemulihan
Ekosistem antara Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan:
a. badan usaha milik negara;
b. badan usaha milik daerah;
c. badan usaha milik swasta;
d. lembaga pendidikan tinggi;
e. lembaga swadaya masyarakat;
f. pemegang hak atas tanah dan/atau
perizinan berusaha atas tanah dan/atau
perairan bagi kawasan Ekosistem Penting
di Luar Kawasan Konservasi; dan/atau
g. Masyarakat di sekitar kawasan
konservasi.
(7) Pemulihan pada Kawasan Konservasi
dan/atau Ekosistem Penting di Luar
Kawasan Konservasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) yang disebabkan pemanfaatan
yang tidak tepat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b menjadi tanggung
jawab pemegang hak atas tanah dan/atau
perizinan berusaha atas tanah dan/atau
perairan.
(8) Pemulihan pada Kawasan Konservasi
dan/atau Ekosistem Penting di Luar
Kawasan Konservasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) yang disebabkan oleh sebab
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c menjadi tanggung jawab pelaku
perusakan.

11
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

9. Ketentuan Pasal 11 sampai dengan Pasal 13


Bab III diubah, sehingga seluruh Bab III
berbunyi sebagai berikut:
BAB III BAB III
PENGAWETAN KEANEKARAGAMAN JENIS PENGAWETAN KEANEKARAGAMAN SUMBER
TUMBUHAN DAN SATWA BESERTA DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA
EKOSISTEMNYA

Pasal 11 Pasal 11
Pengawetan keanekaragaman Tumbuhan dan Pengawetan dilaksanakan melalui kegiatan:
Satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan
melaluikegiatan:
a. pengawetan keanekaragaman Tumbuhan a. Pengawetan keanekaragaman Ekosistem;
dan Satwa beserta ekosistemnya;
b. pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa. b. Pengawetan keanekaragaman jenis
Tumbuhan dan Satwa; dan
c. Pengawetan keanekaragaman genetik
Tumbuhan dan Satwa.
Pasal 12 Pasal 12
Pengawetan keanekaragaman Tumbuhan dan Pengawetan keanekaragaman Ekosistem
Satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a
denganmenjaga keutuhan kawasan suaka dilaksanakan dengan menjaga keutuhan
alam agar tetap dalam keadaan asli. Kawasan Konservasi dan Ekosistem Penting di
Luar Kawasan Konservasi.
Pasal 13 Pasal 13
(1) Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa (1) Pengawetan keanekaragaman jenis
dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan Tumbuhan dan Satwa sebagaimana
suaka alam. dimaksud dalam Pasal 11 huruf b
dilaksanakan dengan cara in situ dan ex
situ.
(2) Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa di (2) Pengawetan keanekaragaman jenis
dalam kawasan suaka alam dilakukan Tumbuhan dan Satwa di dalam Kawasan
denganmembiarkan agar populasi semua Suaka Alam dilakukan dengan membiarkan
jenis Tumbuhan dan Satwa tetap seimbang agar populasi semua jenis Tumbuhan dan
menurut proses alamidi habitatnya. Satwa tetap seimbang menurut proses alami
di habitatnya.
(3) Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa di (3) Pengawetan keanekaragaman jenis
luar kawasan suaka alam dilakukan dengan Tumbuhan dan Satwa di luar Kawasan
menjaga danmengembangbiakkan jenis Suaka Alam dilakukan dengan menjaga dan
Tumbuhan dan Satwa untuk menghindari mengembangbiakan jenis Tumbuhan dan
bahaya kepunahan. Satwa untuk menghindari bahaya
kepunahan.
Pasal 13A
Pengawetan keanekaragaman genetik
Tumbuhan dan Satwa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 huruf c dilakukan dengan
menjaga kemurnian genetik Tumbuhan dan
Satwa.

BAB IV TETAP
KAWASAN SUAKA ALAM TETAP

10. Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 14 Pasal 14
Kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud Kawasan Suaka Alam sebagaimana dimaksud

12
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

dalam Pasal 12 terdiri dari: dalam Pasal 8 ayat (3) terdiri dari:
a. Cagar alam; a. Cagar Alam;
b. suaka margasatwa. b. Suaka Margasatwa;

Pasal 15 TETAP
Kawasan suaka alam selain mempunyai fungsi TETAP
pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman Tumbuhan dan Satwa
beserta ekosistemnya, juga berfungsi sebagai
wilayah perlindungan sistem penyangga
kehidupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 ayat (1).

11. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 16 Pasal 16
(1) Kawasan Suaka Alam dikelola dengan
sistem zonasi/blok yang terdiri dari
zona/blok inti, zona/blok rimba, zona/blok
perlindungan, zona/blok Pemanfaatan, dan
zona/blok lain.
(2) Zona/blok Kawasan Suaka Alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(3) Perubahan atas zona/blok yang sudah
ditetapkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) hanya dapat dilakukan untuk
meningkatkan status zona/blok dalam
Kawasan Suaka Alam.
(4) Pengelolaan Kawasan Suaka Alam
dilaksanakan berdasarkan rencana
pengelolaan.
(5) Rencana pengelolaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
1. Pengelolaan kawasan suaka alam (6) Pengelolaan Kawasan Suaka Alam
dilaksanakan oleh Pemerintah sebagai dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat sebagai
upaya pengawetan keanekaragaman upaya Pengawetan keanekaragaman
Tumbuhan dan Satwa beserta Tumbuhan dan Satwa beserta
ekosistemnya. Ekosistemnya.
2. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan
bagi penetapan dan pemanfaatan suatu
wilayah sebagai kawasan suaka alam dan
penetapan wilayah yang berbatasan
dengannya sebagai daerah penyangga
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 17 TETAP
1. Di dalam cagar alam dapat dilakukan TETAP
kegiatan untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan, ilmu pengetahuan,
pendidikan, dan kegiatan lainnya yang
menunjang budidaya.
2. Di dalam suaka margasatwa dapat TETAP
dilakukan kegiatan untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan, ilmu
pengetahuan, pendidikan, wisata terbatas,
dan kegiatan lainnya yang menunjang

13
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

budidaya.
3. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana TETAP
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemeritah.
Pasal 18 TETAP
1. Dalam rangka kerjasama konservasi TETAP
internasional, khususnya dalam kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,
kawasan suaka alam dan kawasan tertentu
lainnya dapat ditetapkan sebagai cagar
biosfer.
2. Penetapan suatu kawasan suaka alam dan TETAP
kawasan tertentu lainnya sebagai cagar
biosfer diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah

12. Pasal 19 dihapus.


Pasal 19
1. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan
yang dapat mengakibatkan perubahan
terhadap keutuhan kawasan suaka alam.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) tidak termasuk kegiatan pembinaan
Habitat untuk kepentingan satwa di dalam
suaka margasatwa.
3. Perubahan terhadap keutuhan kawasan
suaka alam sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi mengurangi,
menghilangkan fungsi dan luas kawasan
suaka alam, serta menambah jenis
Tumbuhan dan Satwa lain yang tidak asli.

BAB V TETAP
PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA

13. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 20 Pasal 20
1. Tumbuhan dan Satwa digolongkan dalam (1) Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa
jenis: dilakukan dengan:
a. Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi; a. penetapan dan pemantauan status
pelindungan jenis Tumbuhan dan
Satwa;
b. Tumbuhan dan Satwa yang tidak b. pengaturan pelindungan jenis
dilindungi. Tumbuhan dan Satwa sesuai dengan
status dan habitatnya; dan/atau
c. pelaksanaan medik konservasi.
(2) Penetapan dan pemantauan status
pelindungan jenis Tumbuhan dan Satwa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dilakukan dengan mempertimbangkan
rekomendasi dari lembaga pemerintah di
bidang penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Jenis Tumbuhan dan Satwa yang (3) Penetapan dan pemantauan status

14
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

dilindungi sebagaimana dimaksud dalam pelindungan jenis Tumbuhan dan Satwa


ayat (1) digolongkan dalam : sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dilakukan dengan menetapkan:
a. Tumbuhan dan Satwa dalam bahaya a. jenis Tumbuhan dan Satwa kategori I;
kepunahan;
b. Tumbuhan dan Satwa yang populasinya b. jenis Tumbuhan dan Satwa kategori II;
jarang. dan
c. jenis Tumbuhan dan Satwa kategori III.
3. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana (4) Jenis Tumbuhan dan Satwa kategori I
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf
Peraturan Pemerintah. a dilindungi secara ketat dan/atau
dilindungi penuh.
(5) Jenis Tumbuhan dan Satwa kategori II
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b dilindungi dan/atau Pemanfaatannya
dikendalikan.
(6) Jenis Tumbuhan dan Satwa kategori III
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c Pemanfaatannya dipantau.
(7) Terhadap Tumbuhan atau Satwa yang
dilindungi di negara asal tetapi tidak
termasuk dalam jenis Tumbuhan dan
Satwa kategori I, II, dan III sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Pemanfaatannya
dilakukan melalui perjanjian kerja sama
bilateral.
(8) Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan melibatkan
masyarakat.

14. Pasal 21 dihapus.


Pasal 21
1. Setiap orang dilarang untuk :
a. mengambil, menebang, memiliki,
merusak, memusnahkan, memelihara,
mengangkut, dan memperniagakan
tumbuhan yang dilindungi atau bagian-
bagiannya dalam keadaan hidup atau
mati;
b. mengeluarkan tumbuhan yang
dilindungi atau bagian-bagiannya
dalam keadaan hidup atau mati dari
suatu tempat di Indonesia ke tempat
lain di dalam atau di luar Indonesia.

2. Setiap orang dilarang untuk :


a. menangkap, melukai, membunuh,
menyimpan, memiliki, memelihara,
mengangkut, dan memperniagakan
satwa yang dilindungi dalam keadaan
hidup;

15
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

b. menyimpan, memiliki, memelihara,


mengangkut, dan meperniagakan satwa
yang dilindungi dalam keadaan mati;
c. mengeluarkan satwa yang dilindungi
dari suatu tempat di Indonesia ke
tempat lain di dalam atau di luar
Indonesia;
d. memperniagakan, menyimpan atau
memiliki kulit, tubuh atau bagian-
bagian lain satwa yang dilindungi atau
barang-barang yang dibuat dari bagian-
bagian satwa tersebut atau
mengeluarkannya dari suatu tempat di
Indonesia ke tempat lain di dalam atau
di luar Indonesia;
3. mengambil, merusak, memusnahkan,
memperniagakan, menyimpan atau
memiliki telur dan/atau sarang satwa yang
dilindungi.

15. Pasal 22 dihapus.


Pasal 22
1. Pengecualian dari larangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 hanya dapat
dilakukan untuk keperluan penelitian, ilmu
pengetahuan, dan/atau penyelamatan jenis
Tumbuhan dan Satwa yang bersangkutan.
2. Termasuk dalam penyelamatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah pemberian atau penukaran jenis
Tumbuhan dan Satwa kepada pihak lain di
luar negeri dengan izin Pemerintah.
3. Pengecualian dari larangan menangkap,
melukai, dan membunuh satwa yang
dilindungi dapat pula dilakukan dalam hal
oleh karena suatu sebab satwa yang
dilindungi membahayakan kehidupan
manusia.
4. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 23 TETAP
1. Apabila diperlukan, dapat dilakukan TETAP
pemasukan Tumbuhan dan Satwa liar dari
luar negeri ke dalam wilayah Negara
Republik Indonesia.
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana TETAP
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 24 TETAP
1. Apabila terjadi pelanggaran terhadap TETAP
larangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, Tumbuhan dan Satwa tersebut
dirampas untuk negara.
2. Jenis Tumbuhan dan Satwa yang TETAP
dilindungi atau bagian-bagiannya yang
dirampas untuk negara dikembalikan ke

16
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

habitatnya atau diserahkan kepada


lembaga-lembaga yang bergerak di bidang
konservasi tumbuhan dari satwa, kecuali
apabila keadaannya sudah tidak
memungkinkan untuk dimanfaatkan
sehingga dinilai lebih baik dimusnahkan.
Pasal 25 TETAP
1. Pengawasan jenis Tumbuhan dan Satwa TETAP
yang dilindungi hanya dapat dilakukan
dalam bentuk pemeliharaan atau
pengembangbiakan oleh lembaga-lembaga
yang dibentuk untuk itu.
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana TETAP
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

BAB VI TETAP
PEMANFAATAN SECARA LESTARI TETAP
SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN
EKOSISTEMNYA

16. Ketentuan Pasal 26 sampai dengan Pasal 28


Bab VI diubah sehingga seluruh Bab VI
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 26 Pasal 26
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam Pemanfaatan secara lestari dilakukan melalui
hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:
kegiatan :
a. pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan a. Pemanfaatan keanekaragaman Ekosistem;
pelestarian alam;
b. pemanfaatan jenis Tumbuhan dan Satwa b. Pemanfaatan keanekaragaman jenis
liar. Tumbuhan dan Satwa; dan
c. Pemanfaatan keanekaragaman genetik
Tumbuhan dan Satwa.
Pasal 27 Pasal 27
Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan (1) Pemanfaatan keanekaragaman Ekosistem
pelestarian alam dilakukan dengan tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
menjaga kelestarian fungsi kawasan. huruf a dilaksanakan dengan tetap menjaga
kelestarian fungsi kawasan.
(2) Pemanfaatan keanekaragaman Ekosistem
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan pada Kawasan Pelestarian
Alam dan Ekosistem Penting di Luar
Kawasan Konservasi.
(3) Pemanfaatan keanekaragaman Ekosistem
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan melalui:
a. Pemanfaatan jasa ekosistem;
b. Pemanfaatan untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan;
c. Pemanfaatan untuk pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan;
dan/atau
d. Pemanfaatan kawasan untuk
kepentingan khusus.
Pasal 28 Pasal 28
Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan Satwa liar Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan Satwa

17
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

dilakukan dengan memperhatikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b


kelangsungan potensi, daya dukung, dan dilakukan dengan memperhatikan
keanekaragaman jenis Tumbuhan dan Satwa kelangsungan potensi, daya dukung, dan
liar. keanekaragaman jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pasal 28A
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemanfaatan
keanekaragaman genetik Tumbuhan dan Satwa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c
diatur dengan undang-undang.

BAB VII TETAP


KAWASAN PELESTARIAN ALAM TETAP

17. Ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 35


Bab VII diubah, sehingga seluruh Bab VII
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 29 Pasal 29
1. Kawasan pelestarian alam sebagaimana (1) Kawasan Pelestarian Alam terdiri dari:
dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 terdiri
dari :
a. taman nasional; a. Taman Nasional;
b. taman hutan raya; b. Taman Hutan Raya;
c. taman wisata alam. c. Taman Wisata Alam; dan/atau
d. Taman Buru.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan
suatu wilayah sebagai kawasan pelestarian
alam dan penetapan wilayah yang
berbatasan dengannya sebagai daerah
penyangga diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 30 Pasal 30
Kawasan pelestarian alam mempunyai fungsi Kawasan Pelestarian Alam mempunyai fungsi:
perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis Tumbuhan
dan Satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
a. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan;
b. Pengawetan; serta
c. Pemanfaatan secara lestari
Pasal 31 Pasal 31
1. Di dalam taman nasional, taman hutan (1) Di dalam Kawasan Pelestarian Alam dapat
raya, dan taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan
dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, dan jasa
menunjang budidaya, budaya, dan wisata Ekosistem.
alam.
2. Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam (2) Di dalam taman buru dapat dilakukan
ayat (1) harus dilakukan tanpa mengurangi kegiatan untuk untuk kepentingan
fungsi pokok masing-masing kawasan. penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, budaya, jasa
Ekosistem, dan perburuan terkendali.
(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) harus dilakukan tanpa
mengurangi fungsi pokok masing-masing
kawasan.
Pasal 32 Pasal 32
Kawasan taman nasional dikelola dengan (1) Kawasan Pelestarian Alam dikelola dengan

18
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona sistem zonasi/blok yang terdiri dari
pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan zona/blok inti, zona/blok pemanfaatan, dan
keperluan. zona/blok lain sesuai dengan keperluan.
(2) Zona/blok Kawasan Pelestarian Alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(3) Perubahan atas zona/blok yang sudah
ditetapkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) hanya dapat dilakukan untuk
meningkatkan status zona/blok dalam
Kawasan Pelestarian Alam
(4) Pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam
dilaksanakan berdasarkan rencana
pengelolaan.
(5) Rencana pengelolaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
Pasal 33 Pasal 33
1. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan (1) Pemerintah Pusat dapat memberikan
yang dapat mengakibatkan perubahan perizinan berusaha:
terhadap keutuhan zona inti taman
nasional.
a. Pengawetan;
b. pengelolaan konservasi;
c. Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar; dan/atau;
d. pemanfaatan jasa lingkungan.
2. Perubahan terhadap keutuhan zona inti (2) Perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
taman nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada zona/blok
dalam ayat (1) meliputi mengurangi, Pemanfaatan Kawasan Pelestarian Alam
menghilangkan fungsi dan luas zona inti sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat
taman nasional, serta menambah jenis (1).
Tumbuhan dan Satwa lain yang tidak asli.
3. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan (3) Perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
yang tidak sesuai dengan fungsi zona pada ayat (1) dapat diberikan kepada:
pemanfaatan dan zona lain dari taman
nasional, taman hutan raya, dan taman
wisata alam.
a. badan usaha milik negara;
b. badan usaha milik daerah;
c. badan usaha swasta nasional;
d. lembaga pendidikan tinggi; atau
e. lembaga swadaya masyarakat;
(4) Perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan selama 35 tahun
dapat diperpanjang 1 (satu) kali selama 20
tahun berdasarkan evaluasi.
(5) Evaluasi perizinan berusaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilakukan setiap 2
(dua) tahun sekali
(6) Perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak dapat
dipindahtangankan.
(7) Pemegang perizinan berusaha yang
melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dapat dikenai
sanksi administratif.

19
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

(8) Sanksi administratif sebagaimana


dimaksud pada ayat (7) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan
berusaha;
c. penutupan lokasi kegiatan;
d. denda administratif;
e. ganti rugi; dan/atau
f. pencabutan perizinan berusaha.
(2) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan
yang tidak sesuai dengan fungsi zona/blok
pemanfaatan dan zona/blok lain dari
Kawasan Pelestarian Alam.
Pasal 34 Pasal 34
1. Pengelolaan taman nasional, taman hutan (1) Pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam
raya, dan taman wisata alam dilaksanakan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
oleh Pemerintah. dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.
2. Di dalam zona pemanfaatan taman (2) Di dalam zona/blok pemanfaatan Kawasan
nasional, taman hutan raya, dan taman Pelestarian Alam dapat dibangun sarana
wisata alam dapat dibangun sarana wisata alam berdasarkan rencana
kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan.
pengelolaan.
3. Untuk kegiatan kepariwisataan dan (3) Untuk kegiatan wisata alam pada Kawasan
rekreasi, Pemerintah dapat memberikan Pelestarian Alam Pemerintah dapat
hak pengusahaan atas zona pemanfaatan memberikan hak pengusahaan wisata alam
taman nasional, taman hutan raya, dan dengan mengikutsertakan Masyarakat
taman wisata alam dengan Hukum Adat dan/atau masyarakat sekitar
mengikutsertakan rakyat. Kawasan Konservasi.
4. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 35 Pasal 35
Dalam keadaan tertentu dan sangat diperlukan Dalam keadaan tertentu dan sangat diperlukan
untuk mempertahankan atau memulihkan untuk mempertahankan atau memulihkan
kelestarian sumber daya alam hayati beserta kelestarian Sumber Daya Alam Hayati dan
ekosistemnya, Pemerintah dapat menghentikan Ekosistemnya, Pemerintah Pusat dapat
kegiatan pemanfaatan dan menutup taman menghentikan kegiatan Pemanfaatan dan
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata menutup Kawasan Pelestarian Alam sebagian
alam sebagian atau seluruhnya untuk selama atau seluruhnya selama waktu tertentu.
waktu tertentu.

BAB VIII TETAP


PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN TETAP
SATWA LIAR
18. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 36 Pasal 36
1. Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan Satwa (1) Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan Satwa
liar dapat dilaksanakan dalam bentuk : Liar dapat dilaksanakan dalam bentuk:
a. pengkajian, penelitian dan a. pengkajian, penelitian dan
pengembangan; pengembangan;
b. penangkaran; b. penangkaran;
c. perburuan; c. perburuan;
d. perdagangan; d. perdagangan;
e. peragaan; e. peragaan;
f. pertukaran; f. pertukaran;

20
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

g. budidaya tanaman obat-obatan; g. budidaya tanaman obat-obatan;


h. pemeliharaan untuk kesenangan. h. pemeliharaan untuk kesenangan;
i. medik konservasi; dan
j. kepentingan religi atau budaya.
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana (2) Pemerintah Pusat memberikan izin
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan Satwa
Peraturan Pemerintah. Liar sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) (3) Pemberian izin oleh Pemerintah Pusat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan berdasarkan pertimbangan jenis
Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi
berdasarkan kategori sebagaimana diatur
dalam Pasal 20 ayat (4), ayat (5), dan ayat
(6)

19. Ketentuan Bab IX diubah sehingga berbunyi


sebagai beriku:
BAB IX BAB IX
PERANSERTA RAKYAT PERAN SERTA MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 37 Pasal 37
1. Peranserta rakyat dalam konservasi sumber (1) Penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya
daya alam hayati dan ekosistemnya Alam Hayati dan Ekosistemnya
diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan
melalui berbagai kegiatan yang berdaya Pemerintah Daerah sesuai dengan
guna dan berhasil guna. kewenangannya dengan melibatkan peran
serta masyarakat.
2. Dalam mengembangkan peranserta rakyat (2) Peran serta masyarakat sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
Pemerintah menumbuhkan dan secara perseorangan dan/atau
meningkatkan sadar konservasi sumber berkelompok.
daya alam hayati dan ekosistemnya di
kalangan rakyat melalui pendidikan dan
penyuluhan.
3. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana (3) Peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
dengan Peraturan Pemerintah. hal:
a. perencanaan;
b. pengelolaan;
c. Perlindungan Sistem Penyangga
Kehidupan;
d. Pengawetan;
e. Pemanfaatan; dan
f. pengawasan,
terhadap Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.

Pasal 37A
(1) Peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2),
dilaksanakan dalam bentuk:
a. pemberian informasi dan/atau usulan
penyelenggaraan Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

21
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

b. pemberian usulan/masukan materi


penyusunan rencana pengelolaan
Kawasan Konservasi;
c. keikutsertaan dalam kegiatan
pengelolaan Kawasan Konservasi;
d. keikutsertaan dalam upaya Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
e. keikutsertaan dalam pengawasan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya yang dilakukan oleh
pengelola atau pemegang perizinan
berusaha yang berdampak pada
kelestarian Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya; dan
f. keikutsertaan dalam pengawasan
dan/atau pengamanan Kawasan
Konservasi dan ruang kelola
kehidupannya.
(2) Masyarakat dapat menyampaikan keberatan
terhadap rencana pengelolaan Kawasan
Konservasi yang disusun oleh Pemerintah
Pusat maupun rencana penetapan sebuah
Kawasan Konservasi.
(3) Masyarakat di sekitar Kawasan Konservasi
berhak mendapat informasi awal terhadap
rencana penetapan Kawasan Konservasi dan
penetapan zona/blok Konservasi.

Bagian Kedua
Masyarakat Hukum Adat

Pasal 37B
(1) Masyarakat Hukum Adat yang berada di
dalam sistem pelindungan Ekosistem
penting di wilayah adat dan/atau areal
Konservasi kelola masyarakat harus
ditetapkan dengan Peraturan Daerah dalam
rangka melindungi kearifan lokal.
(2) Penetapan kriteria Masyarakat Hukum Adat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 37C
(1) Masyarakat Hukum Adat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37B dapat:
a. memanfaatkan jenis Tumbuhan dan
Satwa dari habitat alam untuk tujuan
subsisten atau adat dengan tetap
memperhatikan prinsip kelestarian;
b. melakukan budidaya Tumbuhan
dan/atau penangkaran Satwa dalam
rangka menunjang kebutuhan untuk
kepentingan religi atau budaya;
c. melakukan pemungutan hasil Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
untuk pemenuhan kebutuhan hidup

22
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

sehari-hari;
d. melakukan kegiatan pengelolaan
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya berdasarkan hukum adat
yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan undang-undang; dan
e. mendapatkan pemberdayaan dalam
rangka meningkatkan
kesejahteraannya.
(2) Dalam hal Pemanfaatan jenis Tumbuhan
dan Satwa sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilakukan terhadap
jenis Tumbuhan dan Satwa kategori I,
Pemanfaatannya dilakukan setelah
mendapat izin dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang kehutanan, kelautan, perikanan,
pertanian, dan perkebunan sesuai dengan
kewenangannya.
(3) Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.

Bagian Ketiga
Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi

Pasal 37D
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya
memberdayakan masyarakat di sekitar
Kawasan Konservasi dalam rangka
meningkatkan kesejahteraannya.
(2) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi
pengembangan kapasitas masyarakat dan
pemberian akses Pemanfaatan secara
lestari.
(3) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. pengembangan desa Konservasi;
b. kerja sama dalam Pemanfaatan secara
terbatas di zona/blok pemanfaatan dan
pemanfaatan tradisional;
c. pemberian perizinan berusaha untuk
pengusahaan jasa wisata alam dan
Pemanfaatan sarana wisata alam;
d. pemberian fasilitasi kemitraan
pemegang perizinan berusaha
Pemanfaatan Kawasan Konservasi
dengan masyarakat; dan/atau
e. Pemanfaatan tradisional oleh
masyarakat setempat.
Pasal 37E
(1) Kerja sama dan perizinan berusaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37D

23
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

ayat (3) huruf b dan huruf c diterbitkan oleh


kepala unit pengelola Kawasan Konservasi
sesuai dengan rencana pengelolaan.
(2) Kerja sama dan perizinan berusaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan
merupakan hak kepemilikan atas Kawasan
Konservasi.

20. Ketentuan Pasal 38 Bab X diubah, sehingga


seluruh Bab X berbunyi sebagai berikut:
BAB X BAB X
PENYERAHAN URUSAN DAN TUGAS KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN
PEMBANTUAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 38 Pasal 38
1. Dalam rangka pelaksanaan konservasi (1) Kewenangan Pemerintah Pusat di bidang
sumber daya alam hayati dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
ekosistemnya, Pemerintah dapat Ekosistemnya meliputi:
menyerahkan sebagian urusan di bidang
tersebut kepada Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana a. penetapan dan pengukuhan Kawasan
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Konservasi;
Peraturan Pemerintah.
b. persetujuan penetapan Ekosistem
Penting di Luar Kawasan Konservasi;
c. penyelenggaraan Perlindungan Sistem
Penyangga Kehidupan;

d. penyelenggaraan pengelolaan Kawasan


Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam;
e. penetapan dan pemantauan status
pelindungan jenis Tumbuhan dan Satwa
yang dilindungi dan diatur
perdagangannya secara internasional;
f. menyiapkan areal pelepasliaran Satwa
hasil rehabilitasi sesuai dengan
kebutuhan Satwa
g. penyelenggaraan Pemanfaatan secara
lestari kondisi lingkungan Kawasan
Pelestarian Alam;
h. penyelenggaraan Pemanfaatan
Tumbuhan dan Satwa;
i. memberikan izin penelitian di kawasan
konservasi
j. melakukan perjanjian kerja sama
bilateral atas Pemanfaatan Tumbuhan
dan/atau Satwa yang dilindungi di
negara asal tetapi tidak termasuk dalam
jenis Tumbuhan dan Satwa kategori I, II,
dan III
k. penerbitan perizinan berusaha
Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa
antarnegara;

24
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

l. penerbitan perizinan berusaha


pengelolaan konservasi di dalam
Kawasan Pelestarian Alam;
m. penetapan Tumbuhan dan Satwa yang
dilindungi dan diatur perdagangannya
secara internasional; dan
n. pemberian izin Pemanfaatan jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar; dan
o. penyelenggaraan sistem satu data, peta,
dan informasi Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya yang
terintegras.
(2) Penetapan dan pengukuhan Kawasan
Konservasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dan b dilakukan dengan
mempertimbangkan rekomendasi dari
lembaga pemerintah dibidang penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(3) Kewenangan Pemerintah Pusat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal38A
(1) Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi di
bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati
meliputi:
a. penetapan Ekosistem Penting di Luar
Kawasan Konservasi yang berada di luar
kawasan hutan sesuai dengan
kewenangannya;
b. pelaksanaan pengelolaan Ekosistem
Penting di Luar Kawasan Konservasi
yang berada di luar kawasan hutan
sesuai kewenangannya; dan
c. pelaksanaan pelindungan, Pemanfaatan
secara lestari dan pemulihan Taman
Hutan Raya lintas daerah
kabupaten/kota.
(2) Penetapan dan pengukuhan Ekosistem
Penting di Luar Kawasan Konservasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dilakukan setelah mendapat persetujuan
dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kehutanan
dengan mempertimbangkan rekomendasi
dari lembaga pemerintah di bidang
penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan/atau
perguruan tinggi.
(3) Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 38B
(1) Kewenangan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota di bidang Konservasi

25
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Keanekaragaman Hayati meliputi:


a. penetapan Ekosistem Penting di Luar
Kawasan Konservasi yang berada di luar
kawasan hutan sesuai dengan
kewenangannya;
b. pelaksanaan pengelolaan Ekosistem
Penting di Luar Kawasan Konservasi
yang berada di luar kawasan hutan
sesuai kewenangannya;
c. pelaksanaan pelindungan, Pemanfaatan
secara lestari, dan pemulihan Taman
Hutan Raya sesuai dengan
kewenangannya; dan
d. pelaksanaan pengelolaan Taman Hutan
Raya sesuai dengan kewenangannya.
(2) Penetapan dan pengukuhan Ekosistem
Penting di Luar Kawasan Konservasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dilakukan setelah mendapat persetujuan
dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kehutanan
dengan mempertimbangkan rekomendasi
dari lembaga pemerintah di bidang
penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan/atau
perguruan tinggi
(3) Kewenangan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

21. Di antara Bab X dan Bab XI disisipkan 2


(dua) Bab yakni Bab XA dan Bab XB
sehingga berbunyi sebagai berikut:
BAB XA
PENDANAAN

Pasal 38C
(1) Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya wajib
menyediakan pendanaan yang memadai
dan berkelanjutan untuk kegiatan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
(2) Pendanaan yang memadai dan
berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berasal dari:
a. anggaran pendapatan dan belanja
negara;
b. anggaran pendapatan dan belanja
daerah;
c. dana yang berasal dari Setiap Orang
yang dialokasikan langsung dan
diperuntukkan bagi kegiatan Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya di Kawasan Konservasi
tertentu; dan

26
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

d. sumber dana lainnya yang sah sesuai


dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Setiap pemegang perizinan berusaha:
a. pada kawasan hutan;
b. Pengawetan;
c. pengelolaan konservasi di dalam
Kawasan Pelestarian Alam;
d. Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar;
e. Pemanfaatan jasa lingkungan; atau
f. pada wilayah perairan
dikenakan pungutan untuk dana
konservasi.
(4) Pemerintah Pusat dan pihak lain
memberikan insentif kepada provinsi
dan/atau kabupaten/kota yang memiliki
luas Kawasan Konservasi di atas 30% (tiga
puluh persen) dari keseluruhan luas
wilayahnya.
(5) Besaran insentif yang diberikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diberikan secara proporsional dengan
mempertimbangkan:
a. rasio luas Kawasan Konservasi dengan
luas wilayahnya;
b. kemampuan mempertahankan luas
Kawasan konservasi.
(6) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, dan pihak lain dapat
memberikan insentif kepada pihak yang
memulihkan, mempertahankan, dan/atau
melestarikan Keanekaragaman Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
(7) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XB
LARANGAN

Pasal 38D
(1) Orang perseorangan dan Korporasi dilarang:
a. mengurangi luas Kawasan Konservasi.;
b. menghilangkan fungsi Kawasan
Konservasi;
c. menambah jenis Tumbuhan dan Satwa
lain yang tidak asli di Kawasan
Konservasi;
d. mengambil atau memindahkan benda
apapun baik hidup maupun mati yang
secara alami berada di dalam Kawasan
Suaka Alam kecuali kegiatan pembinaan
Habitat untuk kepentingan Satwa di
dalam Suaka Margasatwa dan mitigasi
bencana;

27
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

e. menambah jenis Tumbuhan dan/ atau


Satwa yang tidak asli yang tidak secara
alami berada di dalam Kawasan Suaka
Alam kecuali untuk menunjang
kebutuhan makanan Satwa di dalam
Suaka Margasatwa, yang dilakukan
secara terbatas dan ketat serta telah
melalui kajian dari lembaga pemerintah
di bidang penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi;
f. melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan bentang
alam zona/blok pemanfaatan Kawasan
Konservasi;
g. melakukan kegiatan yang tidak sesuai
dengan fungsi zona/blok pemanfaatan
dan zona/blok lain dari Kawasan
Konservasi;
h. mengambil, menebang, memiliki,
merusak, memusnahkan, memelihara,
mengangkut, dan memperdagangkan
Tumbuhan kategori I atau bagian-
bagiannya dalam keadaan hidup atau
mati;
i. mengambil, menebang, memiliki,
merusak, memusnahkan, memelihara,
mengangkut, dan memperdagangkan
Tumbuhan kategori II, dan kategori III
atau bagian-bagiannya dalam keadaan
hidup atau mati tanpa izin;
j. mengeluarkan Tumbuhan kategori I
atau bagian-bagiannya dalam keadaan
hidup atau mati dari suatu tempat di
wilayah Indonesia ke tempat lain di
dalam dan/atau keluar wilayah
Indonesia;
k. mengeluarkan Tumbuhan kategori II,
dan kategori III, atau bagian-bagiannya
dalam keadaan hidup atau mati dari
suatu tempat di wilayah Indonesia ke
tempat lain di dalam dan/atau keluar
wilayah Indonesia tanpa izin;
l. memburu, menangkap, melukai,
membunuh, menyimpan, memiliki,
memelihara, mengangkut, dan
memperdagangkan Satwa kategori I
dalam keadaan hidup;
m. menyimpan, memiliki, mengangkut, dan
memperdagangkan spesimen dari Satwa
kategori;
n. melukai, membunuh, menyimpan,
memiliki, memelihara, Satwa kategori II,
dan kategori III, dalam keadaan hidup;
o. memburu menangkap, mengangkut, dan
memperdagangkan Satwa kategori II dan
kategori III, dalam keadaan hidup tanpa
izin;

28
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

p. menyimpan, memiliki, memelihara,


mengangkut, dan memperdagangkan
Satwa kategori I dalam keadaan mati;
q. menyimpan, memiliki, memelihara,
mengangkut, dan memperdagangkan
Satwa kategori II dan kategori III, dalam
keadaan mati;
r. mengeluarkan Satwa kategori I dari
suatu tempat di wilayah Indonesia ke
tempat lain di dalam dan/atau keluar
wilayah Indonesia;
s. mengeluarkan Satwa kategori II, dan
kategori III, dari suatu tempat di wilayah
Indonesia ke tempat lain di dalam
dan/atau keluar wilayah Indonesia;
t. memperdagangkan, menyimpan atau
memiliki kulit, tubuh atau bagian-
bagian lain Satwa kategori I atau
barang-barang yang dibuat dari bagian-
bagian Satwa tersebut atau
mengeluarkannya dari suatu tempat di
wilayah Indonesia ke tempat lain di
dalam dan/atau keluar Indonesia;
u. memperdagangkan, menyimpan atau
memiliki kulit, tubuh atau bagian-
bagian lain Satwa kategori II, dan
kategori III, atau barang-barang yang
dibuat dari bagian-bagian Satwa
tersebut atau mengeluarkannya dari
suatu tempat di wilayah Indonesia ke
tempat lain di dalam dan/atau keluar
Indonesia;
v. mengambil, merusak, memusnahkan,
memperdagangkan, menyimpan atau
memiliki telur dan/atau sarang Satwa
kategori I; dan
w. mengambil, merusak, memusnahkan,
memperdagangkan, menyimpan atau
memiliki telur dan/atau sarang Satwa
kategori II dan kategori III.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikecualikan untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan melalui
riset ilmiah, penyelamatan jenis Tumbuhan
dan Satwa yang bersangkutan, dan/atau
kepentingan religi atau budaya Masyarakat
Hukum Adat dengan memperhatikan
keterancaman ekosistem dan kepunahan
jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi.
(3) Termasuk dalam penyelamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pemberian atau penukaran jenis Tumbuhan
dan Satwa kepada pihak lain di luar negeri
dengan izin Pemerintah Pusat.
(4) (4) Pengecualian dari larangan menangkap
dan melukai Satwa kategori I, kategori II,
dan kategori III dapat dilakukan dalam hal

29
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

oleh karena suatu sebab Satwa yang


dilindungi membahayakan kehidupan
manusia.

22. Ketentuan Pasal 39 Bab XI diubah, sehingga


seluruh Bab XI berbunyi sebagai berikut:
BAB XI BAB XI
PENYIDIKAN PENYIDIKAN

Pasal 39 Pasal 39
1. Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara (1) Selain penyidik pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia, juga pejabat Pegawai Republik Indonesia, masing-masing
Negeri Sipil tertentu di lingkungan penyidik pegawai negeri sipil di bawah
departemen yang lingkup tugas dan menteri yang menyelenggarakan urusan
tanggung jawabnya meliputi pembinaan pemerintahan di bidang kehutanan,
konservasi sumber daya alam hayati dan kelautan, perikanan, pertanian, dan
ekosistemnva, diberi wewenang khusus perkebunan sesuai dengan
sebagai penyidik sebagaimana dimaksud kewenangannya, diberi wewenang khusus
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun sebagai penyidik sebagaimana dimaksud
1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk dalam ketentuan peraturan perundang-
melakukan penyidikan tindak pidana di undangan di bidang hukum acara pidana.
bidang konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya.
2. Kewenangan penyidik sebagaimana (2) Wilayah hukum atau wilayah kerja penyidik
dimaksud dalam ayat (1), tidak pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
mengurangi kewenangan penyidik pada ayat (1) meliputi seluruh wilayah
sebagaimana diatur dalam Undang- Negara Kesatuan Republik Indonesia.
undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985
tentang Perikanan.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditempatkan di
setiap unit yang mengelola Kawasan
Konservasi.
3. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam (4) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
ayat (1), berwenang untuk: dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran
laporan atau keterangan berkenaan laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang dengan tindak pidana di bidang
konservasi sumber daya alam hayati dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
ekosistemnya; dan Ekosistemnya;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang b. melakukan pemeriksaan terhadap Setiap
yang diduga melakukan tindak pidana di Orang yang diduga melakukan tindak
bidang konservasi sumber daya alam pidana di bidang Konservasi Sumber
hayati dan ekosistemnya; Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
c. memeriksa tanda pengenal seseorang c. meminta keterangan dan barang bukti
yang berada dalam kawasan suaka alam dari Setiap Orang sehubungan dengan
dan kawasan pelestarian alam; peristiwa tindak pidana di bidang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
d. melakukan penggeledahan dan d. melakukan pemeriksaan atas
penyitaan barang bukti tindak pidana di pembukuan, catatan, dan dokumen lain
bidang konservasi sumber daya alam berkenaan dengan tindak pidana di
hayati dan ekosistemnya; bidang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
e. meminta keterangan dan bahan bukti e. melakukan pemeriksaan di tempat

30
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

dari orang atau badan sehubungan tertentu yang diduga terdapat barang
dengan tindak pidana di bidang bukti, pembukuan, pencatatan, dan
konservasi sumber daya alam hayati dan dokumen lain serta melakukan
ekosistemnya; penyitaan terhadap bahan dan barang
hasil kejahatan yang dapat dijadikan
bukti dalam perkara tindak pidana di
bidang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
f. membuat dan menandatangani berita f. melakukan penangkapan, penahanan,
acara; penggeledahan, dan penyitaan dalam
perkara tindak pidana di bidang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
g. menghentikan penyidikan apabila tidak g. meminta bantuan ahli dalam rangka
terdapat cukup bukti tentang adanya pelaksanaan tugas penyidikan tindak
tindak pidana di bidang konservasi pidana di bidang Konservasi Sumber
sumber daya alam hayati dan Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
ekosistemnya.
h. menghentikan penyidikan apabila tidak
terdapat alat bukti yang cukup tentang
adanya tindakan pidana di bidang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
i. memanggil orang untuk didengar dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. membuat dan menandatangani berita
acara dan surat-surat lain yang
menyangkut penyidikan perkara di
bidang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
k. memotret dan/atau merekam melalui
alat potret, alat perekam dan/atau
media audio visual lainnya terhadap
orang, barang, sarana pengangkut, atau
apa saja yang dapat dijadikan alat bukti
tindak pidana yang menyangkut tindak
pidana di bidang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
dan/atau
l. memberikan tanda pengaman dan
mengamankan tempat dan/atau barang
yang dapat dijadikan sebagai alat bukti
terjadinya tindak pidana di bidang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.
4. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam (5) Dalam melaksanakan kewenangan
ayat (1) memberitahukan dimulainya sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
penyidikan dan melaporkan hasil penyidik pegawai negeri sipil
penyidikannya kepada Penuntut Umum memberitahukan dimulainya penyidikan
melalui Pejabat Penyidik Kepolisian Negara dan melaporkan hasil penyidikannya
Republik Indonesia sesuai dengan kepada penuntut umum setelah
ketentuan Pasal 107 Undang-undang berkoordinasi dengan penyidik pejabat
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Polisi Negara Republik Indonesia.
Acara Pidana
Pasal 39A
(1) Barang bukti pemeriksaan perbuatan
tindak pidana di bidang Konservasi Sumber

31
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya


meliputi:
c. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di
bidang hukum acara pidana; dan/atau
d. alat bukti lain berupa:
1) informasi elektronik;
2) dokumen elektronik; dan/atau
3) peta.
(2) Peruntukan pemanfaatan alat bukti
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan:
a. untuk kepentingan pembuktian
perkara;
b. untuk pemanfaatan bagi kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan;
c. untuk dimusnahkan; dan/atau
d. untuk kepentingan publik atau
kepentingan sosial.
(3) Pemerintah Pusat bertanggung jawab
memelihara, dan/atau menyelamatkan
barang bukti Tumbuhan dan Satwa yang
hidup atau mati dan/atau spesimen,
sebelum proses pengadilan dilaksanakan.
Pasal 39B
(1) Penyidik pegawai negeri sipil dapat
melaksanakan kerja sama dalam
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya dengan lembaga penegak
hukum dalam negeri dan negara lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai administrasi
penyidikan atau berdasarkan perjanjian
internasional yang telah diakui oleh
Pemerintah Republik Indonesia.
(2) Dalam melakukan penyidikan, penyidik
pegawai negeri sipil berkoordinasi dan
bekerja sama dengan penyidik di
lingkungan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan dapat berkoordinasi dan
bekerja sama dengan penyidik di
lingkungan Tentara Nasional Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 39C
Ketentuan mengenai penyidik pegawai negeri
sipil, administrasi penyidikan, barang bukti,
mekanisme dan tata cara penyelesaian perkara
tindak pidana di bidang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

23. Ketentuan Pasal 40 Bab XII diubah,


sehingga seluruh Bab XII berbunyi sebagai
berikut:

32
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

BAB XII BAB XII


KETENTUAN PIDANA KETENTUAN PIDANA

Pasal 40 Pasal 40
(1) Barangsiapadengansengajamelakukanpelan (1) Orang perseorangan yang tidak memiliki
ggaranterhadapketentuansebagaimanadima perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
ksuddalamPasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 dalam Pasal 9 ayat (1) dipidana dengan
ayat (1) dipidanadenganpidanapenjara pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda
paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus
ratus juta rupiah). lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Barangsiapadengansengajamelakukanpelan (2) (2) Korporasi yang tidak memiliki perizinan
ggaranterhadapketentuansebagaimanadima berusaha sebagaimana dimaksud dalam
ksuddalamPasal 21 ayat (1) dan ayat (2) Pasal 9 ayat (1) dipidana dengan pidana
sertaPasal 33 ayat(3) penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
dipidanadenganpidanapenjara paling lama paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua
100.000.000,00(seratusjuta rupiah). miliar rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
Pasal 40A
(1) (1) Orang perseorangan yang melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38D ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, atau huruf e dipidana dengan
pidana penjara paling paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar lima ratus
juta rupiah) dan paling banyak
Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar
rupiah).
(2) Orang perseorangan yang melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38D ayat (1) huruf h, huruf j, huruf l,
huruf m, huruf p, huruf r, huruf t, atau
huruf v dipidana dengan pidana penjara
paling paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus
juta rupiah) dan paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar
rupiah).
(3)
(3) Orang perseorangan yang melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38D ayat (1) huruf f atau huruf g
dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
(4) Orang perseorangan yang melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam

33
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Pasal 38D ayat (1) huruf i, huruf k, huruf n,


huruf o, huruf q, huruf s, huruf u, atau
huruf w dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
(5) Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(4), orang perseorangan dapat dijatuhi
pidana tambahan berupa:
a. biaya pemulihan Ekosistem Kawasan
Suaka Alam dan/atau Kawasan
Pelestarian Alam;
b. biaya penanaman kembali Tumbuhan di
habitat asli;
c. biaya pengembalian, rehabilitasi, dan
pelepasliaran Satwa ke habitat asli;
dan/atau
d. biaya Pengawetan Tumbuhan dan/atau
Satwa yang tidak dapat dikembalikan ke
habitat asli.
Pasal 40B
(1) Korporasi yang melakukan kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38D
ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e,
atau huruf f dipidana dengan pidana
penjara paling paling singkat 10 (sepuluh)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar lima
ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah).
(2) Korporasi yang melakukan kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38D
ayat (1) huruf i, huruf k, huruf m, huruf n,
huruf q, huruf s, atau huruf u dipidana
dengan pidana penjara paling paling singkat
10 (sepuluh) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) dan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah).
(3) Korporasi yang melakukan kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38D
ayat (1) huruf f, atau Pasal 38D huruf g
dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 10 (sepuluh) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp15.000.000.000,00 (lima
belas miliar rupiah) dan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah).

34
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

(4) Korporasi yang melakukan kegiatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38D
ayat (1) huruf j, huruf l, huruf o, huruf p,
huruf r, huruf t, huruf v, dan huruf x
dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
(5) Dalam hal tindak pidana Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, dilakukan oleh atau atas
nama suatu korporasi, tuntutan dan
penjatuhan pidana dilakukan terhadap
pengurusnya.
(6) Dalam hal korporasi dijatuhi pidana,
korporasi tersebut diwakili oleh pengurus.
(7) Selain dapat dijatuhi pidana denda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40,
korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa:
a. biaya pemulihan Ekosistem Kawasan
Suaka Alam dan/atau Kawasan
Pelestarian Alam;
b. biaya penanaman kembali Tumbuhan di
habitat asli;
c. biaya pengembalian, rehabilitasi, dan
pelepasliaran Satwa ke habitat asli;
dan/atau
d. biaya Pengawetan Tumbuhan dan/atau
Satwa yang tidak dapat dikembalikan ke
habitat asli;
e. penutupan seluruh atau sebagian
perusahaan; dan/atau
f. pencabutan perizinan berusaha.
Pasal 40C
(1) Setiap pejabat yang dengan sengaja
memberikan perizinan berusaha yang tidak
sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan pidana denda paling sedikit
Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
(2) Setiap pejabat dan/atau penanggung jawab
pengelola Kawasan Konservasi yang karena
kelalaiannya menyebabkan terjadinya
konflik Satwa dengan manusia yang
menimbulkan bahaya bagi nyawa orang lain
dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua milyar
rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(3) Setiap pejabat dan/atau penanggung jawab

35
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

pengelola Kawasan Konservasi yang karena


kelalaiannya mengakibatkan kerusakan
Kawasan Konservasi atau kematian Satwa
kategori I dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua
milyar rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

24. Di antara Bab XII dan Bab XIII disisipkan 1


(satu) bab, yakni Bab XIIA sehingga
berbunyi sebagai berikut:

BAB XIIA
KETENTUAN PELAKSANAAN
PENYELENGGARAAN KONSERVASI SUMBER
DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

Pasal 40D
Ketentuan lebih lanjut mengenai:
a. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8;
b. pemulihan wilayah sistem penyangga
kehidupan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10;
c. pengelolaan Kawasan Suaka Alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16;
d. Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20;
e. pengecualian atas larangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22;
f. penetapan suatu wilayah sebagai Kawasan
Pelestarian Alam sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29;
g. pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32;
h. perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33;
i. Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan Satwa
Liar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36;
j. peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 37A;
k. peran serta Masyarakat Hukum Adat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37B
dan pasal 37C;
l. peran serta masyarakat di sekitar Kawasan
Konservasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37D dan Pasal 37 E;
m. pendanaan yang memadai dan
berkelanjutan untuk kegiatan Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38C;
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

36
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 41
Hutan suaka alam dan taman wisata yang TETAP
telah ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebelum berlakunya Undang-undang ini
dianggap telah ditetapkan sebagai kawasan
suaka alam dan taman wisata alam
berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 42
Semua peraturan pelaksanaan dari peraturan TETAP
perundang-undangan di bidang konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
yang telah ada sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-undang ini, tetap berlaku
sampai dengan dikeluarkannya peraturan
pelaksanaan yang baru berdasarkan Undang-
Undang ini.
25. Di antara Pasal 42 dan Pasal 43 disisipkan 1
(satu) pasal, yakni Pasal 42A sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 42A
Kepemilikan bagian-bagian dari Satwa kategori
I, kategori II, dan kategori III sebelum undang-
undang ini berlaku wajib dilaporkan kepada
Pemerintah Pusat.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 43
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang TETAP
ini maka:
1. Ordonansi Perburuan (Jachtordonnantie
1931 Staatsblad 1931 Nummer 133);
2. Ordonansi Perlindungan Binatang-binatang
Liar (Dierenbeschermingsordonnantie 1931
Staatsblad 1931 Nummer 134);
3. Ordonansi Perburuan Jawa dan Madura
(Jachtcrdonnantie Java en Madoera 1940
Staatsblad 1939 Nummer 733);
4. Ordonansi Perlindungan Alam
(Natuurbeschermingsordonnantie 1941
Staatsblad 1941 Nummer 167);
dinyatakan tidak berlaku lagi.

26. Pasal 44 dihapus.


Pasal 44
Undang-undang ini dapat disebut Undang-
undang Konservasi Hayati

Pasal II
Pasal 45
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal

37
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

diundangkan diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, Agar setiap orang mengetahuinya,


memerintahkan pengundangan Undang- memerintahkan pengundangan Undang-
Undang ini dengan penempatannya dalam Undang ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia. Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta Disahkan di Jakarta


pada tanggal 10 Agustus 1990 pada tanggal .....

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA., PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd. ttd.

SOEHARTO JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal .....

MENTERI/SEKRETARIS NEGARA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

Ttd, ttd.

MOERDIONO YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PENJELASAN ATAS


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
NOMOR 5 TAHUN 1990 PERUBAHAN ATAS
TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
HAYATI NOMOR 5 TAHUN 1990
DAN EKOSISTEMNYA TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
HAYATI
DAN EKOSISTEMNYA

UMUM I. UMUM
Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang
Maha Esa kekayaan berupa sumber daya alam Maha Esa kekayaan keanekaragaman sumber
yang berlimpah, baik di darat, di perairan daya alam hayati yang tinggi dan berlimpah
maupun di udara yang merupakan modal baik di darat, perairan, maupun di pesisir dan
dasar pembangunan nasional di segala bidang. pulau-pulau kecil, sehingga Indonesia dikenal
Modal dasar sumber daya alam tersebut harus sebagai salah satu dari sedikit negara mega bio-
dilindungi, dipelihara, dilestarikan, dan diversitas di dunia. Keanekaragaman sumber
dimanfaatkan secara optimal bagi daya alam hayati tersebut merupakan sumber
kesejahteraan masyarakat Indonesia pada daya strategis karena menyangkut ketahanan
khususnya dan mutu kehidupan manusia pada nasional, dikuasai oleh negara yang

38
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

umumnya menurut cara yang menjamin pengelolaan dilakukan dengan penuh kehati-
keserasian, keselarasan dan keseimbangan, hatian dengan tetap memperhatikan
baik antara manusia dengan Tuhan kelestarian, keselarasan, keseimbangan, dan
penciptanya, antara manusia dengan keberlanjutan sumber daya alam hayati beserta
masyarakat maupun antara manusia dengan ekosistemnya bagi terwujudnya kesejahteraan
ekosistemnya. Oleh karena itu, pengelolaan masyarakat Indonesia saat ini dan yang akan
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya datang. Walaupun keanekaragaman sumber
sebagai bagian dari modal dasar tersebut pada daya alam hayati di Indonesia berlimpah,
hakikatnya merupakan bagian integral dari namun sumberdaya tersebut tidak tak terbatas
pembangunan nasional yang berkelanjutan dan mempunyai sifat yang tidak dapat kembali
sebagai pengamalan Pancasila. seperti asalnya (irreversible) apabila
Sumber daya alam hayati dan dimanfaatkan secara berlebihan atau tidak
ekosistemnya merupakan bagian terpenting terkendali. Pemanfaatan secara berlebihan
dari sumber daya alam yang terdiri dari alam akan mengancam keberadaan sumber daya
hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam itu sendiri, dan sampai pada tahap
alam, baik secara masing-masing maupun tertentu akan dapat memusnahkan
bersama-sama mempunyai fungsi dan manfaat keberadaannya.
sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup, Sumber daya alam hayati terdapat pada
yang kehadirannya tidak dapat diganti. tiga tingkatan, yaitu pada tingkat genetik, jenis,
Mengingat sifatnya yang tidak dapat diganti dan ekosistem. Secara sendiri-sendiri maupun
dan mempunyai kedudukan serta peranan bersama-sama sumber daya alam hayati
penting bagi kehidupan manusia, maka upaya tersebut mempunyai fungsi sebagai sistem
konservasi sumber daya alam hayati dan penyangga kehidupan, dimana konservasi
ekosistemnya adalah menjadi kewajiban terhadap sumber daya alam hayati harus
mutlak dari tiap generasi. Tindakan yang tidak mampu menghasilkan dan memenuhi
bertanggung jawab yang dapat menimbulkan kebutuhan dasar hidup manusia. Untuk itu,
kerusakan pada kawasan suaka alam dan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan
kawasan pelestarian alam ataupun tindakan melalui kegiatan Perlindungan Sistem
yang melanggar ketentuan tentang Penyangga Kehidupan, Pengawetan, dan
perlindungan Tumbuhan dan Satwa yang Pemanfaatan secara lestari.
dilindungi, diancam dengan pidana yang berat Melalui tiga kegiatan tersebut diharapkan
berupa pidana badan dan denda. Pidana yang mampu memelihara proses ekologis dan
berat tersebut dipandang perlu karena penyangga sistem kehidupan dalam rangka
kerusakan atau kepunahan salah satu unsur meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mutu
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya kehidupan manusia, dan melindungi dari
akan mengakibatkan kerugian besar bagi bencana alam; mencegah kerusakan,
masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan kelangkaan, dan/atau kepunahan serta
materi, sedangkan pemulihannya kepada menjamin kelestarian fungsi dan manfaat serta
keadaan semula tidak mungkin lagi. keseimbangan sumber daya alam hayati dan
Oleh karena sifatnya yang luas dan ekosistemnya; menjamin keberadaan sumber
menyangkut kepentingan masyarakat secara daya alam hayati dan ekosistemnya dapat
keseluruhan, maka upaya konservasi sumber dipertahankan bagi generasi saat ini maupun
daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan generasi yang akan datang; menjamin
tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah kemanfaatan sumber daya alam hayati dan
serta masyarakat. Peranserta rakyat akan ekosistemnya dapat dilakukan secara lestari
diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah dan berkelanjutan; menjamin pemulihan
melalui kegiatan yang berdaya guna dan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
berhasil guna. Untuk itu, Pemerintah yang mengalami degradasi dan kerusakan;
berkewajiban meningkatkan pendidikan dan meningkatkan dan menjamin peran serta
penyuluhan bagi masyarakat dalam rangka masyarakat dalam penyelenggaraan Konservasi
sadar konservasi. Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
Berhasilnya konservasi sumber daya alam dan menunjang upaya mitigasi dan adaptasi
hayati dan ekosistemnya berkaitan erat dengan terhadap perubahan iklim.
tercapainya tiga sasaran konservasi, yaitu: Guna terjaminnya kelestarian manfaat
1. menjamin terpeliharanya proses ekologis sumber daya alam hayati dan kesejahteraan
yang menunjang sistem penyangga masyarakat Indonesia secara berkelanjutan,
kehidupan bagi kelangsungan pembangunan maka kegiatan konservasi terhadap sumber
dan kesejahteraan manusia (perlindungan daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan

39
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

sistem penyangga kehidupan); tidak hanya di kawasan konservasi. Akan tetapi


2. menjamin terpeliharanya keanekaragaman juga dilakukan di luar kawasan konservasi.
sumber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya Karena penyelenggaraan Konservasi Sumber
sehingga mampu menunjang pembangunan, Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
ilmu pengetahuan, dan teknologi yang merupakan kewajiban bersama, baik
memungkinkan pemenuhan kebutuhan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
manusia yang menggunakan sumber daya maupun masyarakat. Untuk penyelenggaraan
alam hayati bagi kesejahteraan (pengawetan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
sumber plasma nutfah); Ekosistemnya diperlukan dana yang besar.
3. mengendalikan cara-cara pemanfaatan Oleh karenanya, pendanaan menjadi hal
sumber daya alam hayati sehingga penting untuk diatur. Juga peran masyarakat,
terjamin kelestariannya. Akibat sampingan mengingat Konservasi Sumber Daya Alam
ilmu pengetahuan dan teknologi yang Hayati dan Ekosistemnya tidak terlepas juga
kurang bijaksana, belum harmonisnya dari peran masyarakat, termasuk di dalamnya
penggunaan dan peruntukan tanah serta masyarakat sekitar kawasan konservasi dan
belum berhasilnya sasaran konservasi masyarakat hukum adat. Kearifan lokal
secara optimal, baik di darat maupun di masyarakat di sekitar kawasan konservasi dan
perairan dapat mengakibatkan timbulnya masyarakat hukum adat adalah hal yang juga
gejala erosi genetik, polusi, dan penurunan perlu diperhatikan.
potensi sumber daya alam hayati Saat ini telah ada Undang-Undang Nomor 5
(pemanfaatan secara lestari). Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Mengingat Negara Republik Indonesia Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-
adalah negara berdasar atas hukum, maka undang ini telah berumur lebih dari 30 tahun,
pengelolaan konservasi sumber daya alam dan selama masa tersebut telah menjadi dasar
hayati beserta ekosistemnya perlu diberi dasar hukum bagi penyelenggaraan Konservasi
hukum yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
menjamin kepastian hukum bagi usaha Dalam tenggang waktu tersebut telah terjadi
pengelolaan tersebut. banyak sekali perubahan lingkungan strategis
Dewasa ini kenyataan menunjukkan bahwa nasional seperti berubahnya sistem politik dan
peraturan perundang-undangan yang pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi
mengatur konservasi sumber daya alam hayati dan demokratisasi, tumpang tindih dan
dan ekosistemnya yang bersifat nasional belum ketidakjelasan kewenangan antar-kementerian
ada. Peraturan perundang-undangan warisan di bidang Konservasi, belum memberikan peran
pemerintah kolonial yang beranekaragam yang maksimal kepada kepada masyarakat
coraknya, sudah tidak sesuai lagi dengan hukum adat dan masyarakat sekitar daerah
tingkat perkembangan hukum dan kebutuhan Konservasi, minimnya peran serta masyarakat,
bangsa Indonesia. maupun perubahan pada tataran global berupa
Perubahan-perubahan yang menyangkut bergesernya beberapa kebijakan internasional
aspek-aspek pemerintahan, perkembangan dalam penyelenggaraan Konservasi.
kependudukan, ilmu pengetahuan, dan Namun demikian, prinsip dalam melakukan
tuntutan keberhasilan pembangunan pada saat konservasi melalui kegiatan Perlindungan
ini menghendaki peraturan perundang- Sistem Penyangga Kehidupan, Pengawetan, dan
undangan di bidang konservasi sumber daya Pemanfaatan lestari masih tetap diperlukan
alam hayati dan ekosistemnya yang bersifat dengan dimungkinkan dilakukannya
nasional sesuai dengan aspirasi bangsa pemulihan ketika terjadi degradasi sumber
Indonesia. daya alam hayati. Untuk itu, perlu ada
Upaya pemanfaatan secara lestari sebagai perubahan dan penambahan pengaturan yang
salah satu aspek konservasi sumber daya alam disesuaikan dengan kondisi perkembangan
hayati dan ekosistenmya, belum sepenuhnya yang terjadi sehingga tujuan konservasi
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. terwujud. Penyesuaian dan penambahan
Demikian pula pengelolaan kawasan pengaturan yang dilakukan diharapkan
pelestarian alam dalam bentuk taman nasional, mampu:
taman hutan raya, dan taman wisata alam, a. mencegah kerusakan atau kepunahan serta
yang menyatukan fungsi perlindungan sistem menjamin kelestarian fungsi dan manfaat
penyangga kehidupan, pengawetan Sumber Daya Alam Hayati dan
keanekaragaman jenis Tumbuhan dan Satwa Ekosistemnya bagi keberlangsungan sistem
beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara penyangga kehidupan;
lestari. b. meningkatnya luasan jaringan Kawasan

40
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Peraturan perundang-undangan yang Konservasi serta kesejahteraan satwa;


bersifat nasional yang ada kaitannya dengan c. meningkatnya koordinasi lintas sektor bagi
konservasi sumber daya alam hayati dan keberhasilan Konservasi, serta semakin
ekosistemnya seperti Undang-undang Nomor 5 efektifnya kegiatan koordinasi baik antar-
Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan kementerian, antara pemerintah pusat dan
Pokok Kehutanan, Undang-undang Nomor 4 pemerintah daerah di bawah satu kejelasan
Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan regulasi Konservasi;
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, d. meningkatnya peluang lapangan pekerjaan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 berbasis kelestarian bagi masyarakat sekitar
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kawasan Konservasi, meningkatnya legalitas
Pertahanan Keamanan Negara Republik dan penghasilan pengelolaan jasa ekosistem,
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan serta terkendalinya konflik kawasan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988, dan dan/atau konflik satwa dengan manusia;
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang e. mewujudkan prinsip tata kelola
Perikanan belum mengatur secara lengkap dan pemerintahan yang baik di bidang
belum sepenuhnya dapat dipakai sebagai dasar Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
hukum untuk pengaturan lebih lanjut. Ekosistemnya, termasuk meningkatnya
Undang-undang konservasi sumber daya partisipasi para pihak dalam pendanaan
alam hayati dan ekosistemnya yang bersifat Konservasi;
nasional dan menyeluruh sangat diperlukan f. meningkatnya keadilan dalam penegakan
sebagai dasar hukum untuk mengatur hukum, serta tumbuhnya efek jera bagi
perlindungan sistem penyangga kehidupan, setiap tindakan merusak atau yang dapat
pengawetan keanekaragaman jenis Tumbuhan mengganggu kelestarian Sumber Daya Alam
dan Satwa beserta ekosistemnya, dan Hayati dan Ekosistemnya; dan
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam g. mengisi kekosongan hukum, antara lain
hayati dan ekosistemnya agar dapat menjamin dalam pengaturan konservasi genetik,
pemanfaatannya bagi kesejahteraan kesejahteraan satwa, dan perlindungan
masyarakat dan peningkatan mutu kehidupan Namun demikian, prinsip dalam melakukan
manusia. konservasi melalui kegiatan Perlindungan
Undang-undang ini memuat ketentuan- Sistem Penyangga Kehidupan, Pengawetan,
ketentuan yang bersifat pokok dan mencakup dan Pemanfaatan lestari.
semua segi di bidang konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya,
sedangkan pelaksanaannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

PASAL DEMI PASAL I. PASAL DEMI PASAL


Angka 1
Pasal 1 Pasal 1
Angka 1 Cukup jelas.
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Ikan dan ternak tidak termasuk di dalam
pengertian satwa liar, tetapi termasuk di
dalam pengertian satwa.

41
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
Cukup jelas.
Angka 12
Cukup jelas.
Angka 13
Cukup jelas.
Angka 14
Cukup jelas.
Angka 15
Cukup jelas.
Angka 16
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 2 Pasal 2
Pada dasarnya semua sumber daya alam Huruf a
termasuk sumber daya alam hayati harus
dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakat dan umat manusia sesuai
dengan kemampuan dan fungsinya.
Namun, pemanfaatannya harus sedemikian
rupa sesuai dengan Undangundang ini
sehingga dapat berlangsung secara lestari
untuk masa kini dan masa depan.
Pemanfaatan dan pelestarian seperti
tersebut di atas harus dilaksanakan secara
serasi dan seimbang sebagai perwujudan
dari asas konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya.
Yang dimaksud dengan “asas
kelestarian” adalah usaha
pengendalian/pembatasan dalam
Pemanfaatan sehingga Pemanfaatan
tersebut dapat dilakukan secara terus
menerus pada masa mendatang.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas
keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan” adalah penyelengaraan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya harus
memperhatikan berbagai aspek seperti
kepentingan ekonomi, sosial, budaya,
dan perlindungan serta pelestarian
Ekosistem.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas
kemanfaatan yang berkelanjutan”
adalah penyelenggaraan Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya harus dapat
memberikan manfaat bagi generasi

42
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

saat ini dan generasi masa mendatang


dengan menjamin kesinambungan
persediaannya, tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas dan nilainya,
serta pemakaian yang bijaksana
dengan memperhitungkan kebutuhan
generasi saat ini dan akan datang.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas
keterpaduan” adalah penyelengaraan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya harus
memperhatikan berbagai aspek seperti
kepentingan ekonomi, sosial, dan
budaya.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “asas
keterpaduan” adalah penyelengaraan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya harus
memperhatikan berbagai aspek seperti
kepentingan ekonomi, sosial, dan
budaya.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asas kehati-
hatian” adalah bahwa ketidakpastian
mengenai dampak suatu usaha
dan/atau kegiatan karena
keterbatasan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi bukan
merupakan alasan untuk menunda
langkah-langkah meminimalisasi atau
menghindari ancaman terhadap
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “asas
keadilan” adalah penyelenggaraan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya harus
mencerminkan keadilan secara
proporsional dalam pembagian
keuntungan dan akses terhadap
teknologi bagi setiap warga negara,
baik lintas daerah, maupun lintas
generasi.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “asas kearifan
lokal” adalah dalam penyelenggaraan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya harus
memperhatikan nilai-nilai luhur yang
berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “asas
kolaboratif, kemitraan, dan

43
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

partisipatif” adalah dalam


penyelenggaraan Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
dilakukan melalui peran dan
kerjasama dengan masyarakat dan
juga diselenggarakan dengan transfer
kewenangan dari lembaga pemangku
kawasan kepada pihak lain (single
institution) maupun secara bersama.
Huruf j
Yang dimaksud dengan “asas efisiensi”
adalah dalam penyelenggaraan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya harus
memperhatikan faktor efisiensi, baik
dari segi waktu, proses, maupun
pembiayaannya.
Angka 3
Pasal 3 Pasal 3
Sumber daya alam hayati merupakan unsur Cukup jelas.
ekosistem yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mutu kehidupan manusia. Namun,
keseimbangan ekosistem harus tetap
terjamin.
Pasal 4
Mengingat pentingnya konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia, maka
masyarakat juga mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab dalam kegiatan konservasi.
Angka 4
Pasal 5 Pasal 5
Ayat (1)
Konservasi sumber daya alam hayati dan Cukup jelas.
ekosistemnya dilakukan melalui tiga
kegiatan :
g. Perlindungan sistem penyangga
kehidupan. Kehidupan adalah
merupakan suatu sistem yang
terdiri dari proses yang berkait
satu dengan lainnya dan saling
mempengaruhi, yang apabila
terputus akan mempengaruhi
kehidupan. Agar manusia tidak
dihadapkan pada perubahan
yang tidak diduga yang akan
mempengaruhi kemampuan
pemanfaatan sumber daya alam
hayati, maka proses ekologis
yang mengandung kehidupan
itu perlu dijaga dan dilindungi.
Perlindungan sistem penyangga
kehidupan ini meliputi usaha-usaha dan
tindakan-tindakan yang berkaitan
dengan perlindungan mata air, tebing,

44
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

tepian sungai, danau, dan jurang,


pemeliharaan fungsi hidrologi hutan,
perlindungan pantai, pengelolaan daerah
aliran sungai; perlindungan terhadap
gejala keunikan dan keindahan alam,
dan lain-lain.
h. Pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya. Sumber
daya alam hayati dan
ekosistemnya terdiri dari unsur-
unsur hayati dan nonhayati
(baik fisik maupun nonfisik).
Semua unsur ini sangat berkait dan
pengaruh mempengaruhi. Punahnya
salah satu unsur tidak dapat diganti
dengan unsur yang lain. Usaha dan
tindakan konservasi untuk menjamin
keanekaragaman jenis meliputi
penjagaan agar unsur-unsur tersebut
tidak punah dengan tujuan agar
masing-masing unsur dapat berfungsi
dalam alam dan agar senantiasa siap
untuk sewaktu-waktu dimanfaatkan bagi
kesejahteraan manusia.
Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa
dapat dilaksanakan di dalam kawasan
(konservasi in-situ) ataupun di luar
kawasan (konservasi exsitu).
i. Pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
Usaha pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya pada hakikatnya
merupakan usaha
pengendalian/pembatasan dalam
pemanfaatan sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya sehingga pemanfaatan
tersebut dapat dilaksanakan secara terus
menerus pada masa mendatang
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “wilayah
perairan” adalah perairan
pedalaman, perairan kepulauan,
dan laut teritorial.
Perairan pedalaman antara lain
meliputi teluk, selat, sungai,
danau, waduk, rawa, rawa
banjiran, estuari, kolong bekas
galian, dan embung.
Perairan kepulauan adalah semua
perairan yang terletak pada sisi
dalam garis pangkal kepulauan
tanpa memperhatikan kedalaman

45
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

atau jarak dari pantai.


Laut teritorial Indonesia adalah
jalur laut selebar 12 (dua belas) mil
yang diukur dari garis pangkal
kepulauan Indonesia.

Yang dimaksud dengan “wilayah


yurisdiksi” adalah wilayah di luar
wilayah negara yang terdiri atas
zona ekonomi eksklusif, landas
kontinen, dan zona tambahan di
mana negara memiliki hak-hak
berdaulat dan kewenangan tertentu
lainnya sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan
dan hukum internasional.Huruf
Yang dimaksud dengan “wilayah
pesisir” adalah daerah peralihan
antara Ekosistem darat dan laut
yang dipengaruhi oleh perubahan
di darat dan laut
Huruf c
Yang dimaksud dengan “wilayah
pesisir” adalah daerah peralihan
antara Ekosistem darat dan laut
yang dipengaruhi oleh perubahan
di darat dan laut
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “bukan
kawasan hutan” adalah:
1. wilayah selain hutan yang dibebani
maupun tidak dibebani hak atas
tanah dan/atau perizinan berusaha
di atas tanah;
2. wilayah perairan yang dibebani
maupun tidak dibebani perizinan
berusaha.
Ayat (4)
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya dilakukan melalui
tiga kegiatan :
a. Perlindungan Sistem Penyangga
Kehidupan. Kehidupan adalah
merupakan suatu sistem yang
terdiri dari proses yang berkait satu
dengan lainnya dan saling
mempengaruhi, yang apabila
terputus akan mempengaruhi
kehidupan. Agar manusia tidak
dihadapkan pada perubahan yang
tidak diduga yang akan
mempengaruhi kemampuan
Pemanfaatan, maka proses ekologis
yang mengandung kehidupan itu
perlu dijaga dan dilindungi.

Perlindungan Sistem Penyangga


Kehidupan meliputi usaha-usaha

46
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

dan tindakan-tindakan yang


berkaitan dengan perlindungan
mata air, tebing, tepian sungai,
danau, dan jurang, pemeliharaan
fungsi hidrologi hutan,
perlindungan pantai, pengelolaan
daerah aliran sungai; perlindungan
terhadap gejala keunikan dan
keindahan alam, dan lain-lain.

b. Pengawetan keanekaragaman jenis


Tumbuhan dan Satwa beserta
ekosistemnya. Sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya terdiri dari
unsur-unsur hayati dan nonhayati
(baik fisik maupun nonfisik). Semua
unsur ini sangat berkait dan
pengaruh mempengaruhi.
Punahnya salah satu unsur tidak
dapat diganti dengan unsur yang
lain. Usaha dan tindakan
konservasi untuk menjamin
keanekaragaman jenis meliputi
penjagaan agar unsur-unsur
tersebut tidak punah dengan tujuan
agar masing-masing unsur dapat
berfungsi dalam alam dan agar
senantiasa siap untuk sewaktu-
waktu dimanfaatkan bagi
kesejahteraan manusia.
Pengawetan jenis Tumbuhan dan
Satwa dapat dilaksanakan di dalam
kawasan (konservasi in situ)
ataupun di luar kawasan
(konservasi ex situ).
c. Pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
Usaha Pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya pada hakikatnya
merupakan usaha
pengendalian/pembatasan dalam
Pemanfaatan sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya sehingga
Pemanfaatan tersebut dapat
dilaksanakan secara terus menerus
pada masa mendatang.
Pasal 6
Unsur hayati adalah makhluk hidup yang
terdiri dari manusia, tumbuhan, satwa, dan
jasad renik. Unsur nonhayati terdiri dari
sinar matahari, air, udara, dan tanah.
Hubungan antara unsur hayati dan
nonhayati harus berlangsung dalam
keadaan seimbang sebagai suatu sistem
penyangga kehidupan dan karena itu perlu
dilindungi.

47
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Angka 5
Pasal 7 Pasal 7
Cukup jelas. Cukup jelas.

Angka 6
Pasal 8 Pasal 8
Ayat (1) Ayat (1)
Perlindungan sistem penyangga Perlindungan Sistem Penyangga
kehidupan dilaksanakan dengan cara Kehidupan yang dilaksanakan dengan
menetapkan suatu wilayah tertentu cara menetapkan suatu wilayah
sebagai wilayah perlindungan. Guna tertentu sebagai wilayah perlindungan
pengaturannya Pemerintah menetapkan dengan pola pembinaan Pemanfaatan
pola dasar pembinaan pemanfaatan tersendiri dimaksudkan agar fungsi
wilayah tersebut sehingga fungsi perlindungan dan pelestarian sistem
perlindungan dan pelestariannya tetap penyangga kehidupan tetap terjamin.
terjamin. Pemanfaatan wilayah tertentu tersebut
Wilayah perlindungan sistem penyangga tetap pada subyek yang diberi hak,
kehidupan ini meliputi antara lain hutan akan tetapi pemanfaatannya harus
lindung, daerah aliran sungai, areal tepi mematuhi ketentuan yang ditetapkan
sungai, daerah pantai, bagian tertentu Pemerintah. Dalam menetapkan
dari zona ekonomi eksklusif Indonesia, wilayah tertentu sebagai wilayah
daerah pasang surut, jurang, dan areal sistem penyangga kehidupan perlu
berpolusi berat. Pemanfaatan areal atau diadakan penelitian dan inventarisasi,
wilayahtersebut tetap pada subyek yang baik terhadap wilayah yang sudah
diberi hak, tetapi pemanfaatan itu harus ditetapkan maupun yang akan
mematuhi ketentuan yang ditetapkan ditetapkan.
Pemerintah.
Dalam menetapkan wilayah tertentu
sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan, perlu diadakan penelitian dan
inventarisasi, baik terhadap wilayah yang
sudah ditetapkan maupun yang akan
ditetapkan.
Ayat (2) Ayat (2)
Dalam Peraturan Pemerintah ini perlu
diperhatikan kepentingan yang serasi
antara kepentingan pemegang hak
dengan kepentingan perlindungan sistem
penyangga kehidupan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “teknologi
berbasis geospasial” adalah teknologi
keruangan yang menunjukkan lokasi,
letak, dan posisi suatu objek atau
kejadian yang berada di bawah, pada,
atau di atas permukaan bumi yang
dinyatakan dalam sistem koordinat
tertentu.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “daerah
penyangga Kawasan Konservasi”
adalah daerah di sekitar Kawasan
Konservasi yang dapat berupa
Ekosistem alami atau buatan,

48
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

kawasan produksi, desa atau areal


lainnya yang pengelolaanya
ditujukan untuk meningkatkan
dampak positif dari masyarakat
dan menurunkan dampak negatif
pada Kawasan Konservasi.
Peningkatan dampak positif dari
masyarakat dilakukan dengan
membatasi kegiatan pemanfaatan
sumberdaya alam atau
membangun tindakan tertentu.
Membangun tindakan tertentu
diantaranya melalui pengembangan
ekonomi masyarakat dengan
kegiatan-kegiatan yang kompatibel
dengan pengelolaan Kawasan
Konservasi, yang pada gilirannya
masyarakat dengan sendirinya
melindungi Kawasan Konservasi
Huruf b
Yang dimaksud dengan “koridor
ekologis atau Ekosistem
penghubung” adalah areal atau
jalur bervegetasi yang cukup lebar
baik alami maupun buatan yang
menghubungkan dua atau lebih
habitat atau Kawasan Konservasi
atau ruang terbuka dan
sumberdaya lainnya, yang
memungkinkan terjadinya
pergerakan atau pertukaran
individu antar populasi Satwa atau
pergerakan faktor biotik sehingga
mencegah terjadinya dampak
buruk pada habitat yang
terfragmentasi pada populasi
karena in-breeding dan mencegah
penurunan keanekaragaman
genetik akibat erosi genetik (genetic
drift) yang sering terjadi pada
populasi yang terisolasi. Koridor
dapat melindungi areal yang secara
ekologis sensitif dengan
menyediakan keterhubungan pada
bentang alam dan sebagai
penyangga potensial antara alam
dan manusia. Koridor juga dapat
membantu memfasilitasi pemulihan
populasi yang mengalami
penurunan atau tereliminasi akibat
kejadian-kejadian gangguan habitat
seperti penyakit atau kebakaran
Huruf c
Yang dimaksud dengan “areal
dengan nilai Konservasi tinggi”
adalah areal atau bentang alam
berupa hutan atau Ekosistem lain
yang memiliki satu atau lebih

49
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

atribut berikut:
1) areal yang secara signifikan baik
di tingkat global, regional atau
nasional mengandung
konsentrasi nilai-nilai Sumber
Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (seperti
endemisme, Spesies langka,
pengungsian, atau persinggahan
Spesies migran); dan atau
bentang alam yang cukup luas
yang terdapat di dalam unit
pengelolaan atau mencakup unit
pengelolaan, dimana populasi
yang viabel dari mayoritas
Tumbuhan dan Satwa yang
tinggal secara alami berada pada
pola yang alami dari distribusi
dan kelimpahannya;
2) areal yang berada atau berisi
Ekosistem langka, terancam
atau dalam bahaya kepunahan;
3) areal yang dapat menyediakan
jasa Ekosistem dasar pada saat
terjadi situasi kritis (seperti
pelindungan daerah aliran
sungai dan pengendalian erosi);
4) areal yang menjadi
ketergantungan dari masyarakat
lokal untuk memenuhi
kebutuhan dasar (seperti
subsisten, kesehatan) dan atau
penting bagi identitas budaya
tradisional dari masyarakat lokal
(kawasan yang bersama
masyarakat diidentifikasi
signifikan secara budaya,
ekologi, ekonomi atau religi
masyarakat lokal).
Huruf d
Yang dimaksud dengan “areal
konservasi kelola masyarakat
(AKKM)” adalah Ekosistem alami
dan modifikasi Ekosistem alami
yang mengandung
Keanekaragaman Hayati, jasa
ekologis dan nilai-nilai budaya yang
signifikan yang secara sukarela
dilindungi oleh Masyarakat Hukum
Adat atau masyarakat lokal
berdasarkan hukum adat atau
pengikat lain. Dengan demikian
AKKM dapat berupa hutan ulayat,
kawasan yang dilindungi adat,
situs-situs yang dikeramatkan,
pelindungan sumberdaya alam
masyarakat lokal atau adat, serta
areal yang dikelola Masyarakat

50
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Hukum Adat atau masyarakat


lokal. Tiga karakteristik yang
mengindikasikan AKKM adalah:
1) hubungan yang kuat antara satu
atau lebih masyarakat adat atau
lokal dengan kawasan (teritori,
Ekosistem, habitat atau
sumberdaya) dimana hubungan
tersebut harus menyatu di
dalam identitas masyarakat dan
atau ketergantungan untuk
kehidupan atau kesejahteraan;
2) Masyarakat Hukum Adat atau
masyarakat lokal merupakan
pemain utama dalam
pengambilan keputusan dan
implementasi pengelolaan
kawasan. Pihak lain dapat
berkolaborasi sebagai mitra,
terutama dalam hal kawasan
tersebut merupakan kawasan
negara, namun keputusan tetap
pada Masyarakat Hukum Adat
atau masyarakat lokal;
3) keputusan pengelolaan dan
upaya dari masyarakat
mengarah pada Konservasi
keanekaragaman habitat,
Spesies genetik dan nilai-nilai
budaya yang terkait, walaupun
disadari bahwa tujuan
pengelolaan bukan hanya
Konservasi.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “adat atau
kearifan lokal” adalah norma dan
kebiasaan yang berlaku pada
masyarakat tertentu yang
berkaitan dengan nilai-nilai
pelestarian lingkungan hidup.
Contoh adat atau kearifan lokal
antara lain “Pranata Sasi” di
Maluku, “Adat Mandati Pulau
Wangi-Wangi” di Kabupaten
Wakatobi Sulawesi Tenggara,
“Tradisi Mane'e” di Sulawesi Utara,
“Adat Lembata Teluk Hadakewa” di
Nusa Tenggara Timur, “Adat Laot
dan Lembaga Panglima Laot” di
Aceh dan “Adat Awig-awig” di Nusa
Tenggara Barat
Angka 7
Pasal 9 Pasal 9
Ayat (1) Ayat (1)
Yang dimaksud dengan hak pengusahaan Cukup jelas.
di perairan adalah hak yang diberikan
oleh Pemerintah untuk memanfaatkan
sumber daya alam yang ada di perairan,

51
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

baik yang bersifat ekstratif maupun


nonekstratif, bukan hak penguasaan atas
wilayah perairan tersebut. Yang
dimaksud dengan perairan adalah
perairan Indonesia yang meliputi perairan
pedalaman (sungai, danau, waduk, rawa,
dan genangan air lainnya), laut wilayah
Indonesia, dan zona ekonomi eksklusif
Indonesia.
Ayat (2) Ayat (2)
Cukup jelas. Cukup Jelas.
Ayat (3) Ayat (3)
Termasuk dalam pengertian penertiban Yang dimaksud dengan “perizinan
terhadap penggunaan dan pengelolaan berusaha” adalah legalitas yang
tanah dan hak pengusahaan di perairan diberikan kepada pelaku usaha untuk
meliputi pencabutan hak atas tanah dan memulai dan menjalankan usaha
hak pengusahaan di perairan yang dan/atau kegiatannya.
pelaksanaannya sesuai dengan peraturan Adapun kegiatan usaha antara lain:
perundang-undangan yang berlaku. penggunaan kawasan hutan,
Dalam hal penertiban tersebut berupa pemanfaatan jasa lingkungan,
pencabutan hak atas tanah, maka kepada pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
pemegang hak diberikan ganti rugi serta pemungutan hasil hutan bukan
sesuai dengan peraturan perundang- kayu, dan pembudidayaan ikan
undangan yang berlaku.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “penyesuaian
pengelolaan areal perizinan berusaha”
adalah penyesuaian pengelolaan areal
perizinan berusaha yang sesuai
dengan kaidah Konservasi.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Angka 8
Pasal 10 Pasal 10
Ayat (1)
Wilayah sistem penyangga kehidupan Wilayah sistem penyangga kehidupan
yang mengalami kerusakan karena yang mengalami kerusakan karena
bencana alam seperti longsor, erosi, bencana alam seperti longsor, erosi,
kebakaran, dan gempa bumi, atau karena kebakaran, dan gempa bumi, atau
pemanfaatannya yang tidak tepat serta oleh karena pemanfaatannya yang tidak
sebab-sebab lainnya perlu segera tepat serta oleh sebab-sebab lainnya
direhabilitasi agar dapat berfungsi perlu segera direhabilitasi agar dapat
sebagaimana mestinya. Rehabilitasi ini perlu berfungsi sebagaimana mestinya.
mengikutsertakan masyarakat, khususnya Rehabilitasi ini perlu
mereka yang berhak di atas wilayah mengikutsertakan masyarakat,
tersebut. khususnya mereka yang berhak di
atas wilayah tersebut.

a. “peristiwa alami” berupa bencana


alam seperti longsor, erosi,
kebakaran, dan gempa bumi.
b. “pemanfaatannya yang tidak tepat”
adalah pemanfaatan yang merusak
wilayah sistem penyangga
kehidupan dan tidak sesuai

52
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

dengan ketentuan perundang-


undangan.
c. “sebab lainnya” adalah kegiatan
yang dilakukan oleh manusia di
luar aktifitas pemanfaatan wilayah
sistem penyangga kehidupan yang
menyebabkan degradasi, rusak,
atau hancur. Contoh: kerusakan
terumbu karang akibat ditabrak
oleh kapal pesiar.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan ”daya
lenting” adalah kemampuan
wilayah sistem penyangga
kehidupan untuk pulih kembali
pada keadaan seimbang jika
mengalami perubahan atau
gangguan
Ayat (3)
Pemulihan sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya dilakukan pada
semua level sumber daya alam hayati
(genetik, spesies, dan ekosistem) guna
meningkatkan keanekaragaman
genetik bagi spesies yang telah
mengalami degradasi genetik,
mengembalikan populasi suatu
spesies ke tingkat yang aman dari
bahaya kepunahan (viabel),
memulihkan kondisi ekosistem yang
telah mengalami degradasi,
meningkatkan daya tahan dan daya
lenting sumber daya alam hayati
beserta keanekaragamannya terhadap
degradasi.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 11 Pasal 11
Yang dimaksud dengan pengawetan disini Pengaturan diluar kawasan berupa

53
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

adalah usaha untuk menjaga agar Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa.
keanekaragaman jenis Tumbuhan dan Pengawetan di dalam kawasan dilakukan
Satwa beserta ekosistemnya tidak punah. dalam bentuk kawasan suaka alam dan
Pengawetan diluar kawasan meliputi zona inti taman nasional
pengaturan mengenai pembatasan
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan
terhadap Tumbuhan dan Satwa
sebagaimana diatur dalam Pasal 20 sampai
dengan Pasal 25 Undang-undang ini.
Pengaturan diluar kawasan berupa
pengawetan jenis (spesies) Tumbuhan dan
Satwa. Pengawetan di dalam kawasan
dilakukan dalam bentuk kawasan suaka
alam dan zona inti taman nasional.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pengawetan keanekaragaman genetik
Tumbuhan dan Satwa termasuk jasad
renik.
Angka 10
Pasal 12 Pasal 12
Upaya pengawetan keanekaragaman TETAP
tumbuhan dan satwa berupa kawasan
suaka alam yang karena fungsi pokoknya
adalah pengawetan keanekaragaman
Tumbuhan dan Satwa beserta
ekosistemnya, maka keutuhan dan keaslian
dari kawasan suaka alam tersebut perlu
dijaga dari gangguan agar prosesnya
berjalan secara alami.
Pasal 13 Pasal 13
Ayat (1) Pengawetan keanekaragaman jenis
Tumbuhan dan Satwa di dalam habitat
alaminya (in situ) adalah upaya
membiarkan agar populasi semua jenis
Tumbuhan dan Satwa tetap seimbang
menurut proses alami di habitatnya.

Pengawetan keanekaragaman jenis


Tumbuhan dan Satwa di luar habitat
alaminya (ex situ) adalah upaya menjaga
dan mengembangbiakkan jenis
Tumbuhan dan Satwa di luar habitat
alaminya untuk menghindari bahaya
kepunahan.
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pasal 13A
Pengawetan keanekaragaman genetik
Tumbuhan dan Satwa dilakukan melalui:
a. penetapan jenis Tumbuhan dan
Satwa target bagi pelindungan

54
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

sumber daya genetik;


b. pelindungan sumber daya genetik
bagi jenis Tumbuhan dan Satwa
target;
c. pengaturan Pemanfaatan sumber
daya genetik baik bagi jenis
Tumbuhan dan Satwa target maupun
jenis Tumbuhan dan Satwa non-
target;
d. pelindungan pengetahuan tradisional
yang berasosiasi dengannya.
Angka 10
Pasal 14 Pasal 14
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Angka 11
Pasal 16 Pasal 16
Ayat (1) Ayat (1)
Pengelolaan kawasan suaka alam Yang dimaksud dengan “zona/blok
merupakan kewajiban Pemerintah lain” adalah zona/blok yang
sebagai konsekuensi penguasaan oleh ditetapkan karena adanya
negara atas sumber daya alam kepentingan khusus guna menjamin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 efektivitas pengelolaan Kawasan
Undang-Undang Dasar 1945. Suaka Alam.
Zona/blok lain antara lain meliputi
zona/blok perlindungan bahari,
zona/blok koleksi Tumbuhan
dan/atau Satwa, zona/blok
tradisional, zona/blok rehabilitasi,
zona/blok religi, budaya, dan
sejarah, dan zona/blok khusus.
Ayat (2) Ayat (2)
Yang dimaksud dengan daerah Cukup jelas.
penyangga adalah wilayah yang berada di
luar kawasan suaka alam, baik sebagai
kawasan hutan lain, tanah negara bebas
maupun tanah yang dibebani hak yang
diperlukan dan mampu menjaga
keutuhan kawasan suaka alam.
Pengelolaan atas daerah penyangga tetap
berada di tangan yang berhak, sedangkan
cara-cara pengelolaan harus mengikuti
ketentuan- ketentuan yang ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “rencana
pengelolaan” adalah rencana yang
memuat susunan kerangka kebijakan,
prosedur, dan tanggung jawab dalam
rangka pengoordinasian pengambilan
keputusan di antara berbagai
lembaga/instansi pemerintah
mengenai kesepakatan penggunaan
sumber daya atau kegiatan

55
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

pembangunan di zona yang


ditetapkan.
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas

Pasal 17
Ayat (1)
Fungsi penunjang budidaya dapat
dilaksanakan dalam bentuk penggunaan
plasma nutfah yang terdapat dalam cagar
alam yang bersangkutan untuk keperluan
permuliaan jenis dan penangkaran.
Plasma nutfah adalah unsur-unsur gen
yang menentukan sifat kebakaan suatu
jenis.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan wisata terbatas
adalah suatu kegiatan untuk
mengunjungi, melihat, dan menikmati
keindahan alam di suaka margasatwa
dengan persyaratan tertentu.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Adanya cagar biosfer dimaksudkan
sebagai tempat penelitian, ilmu
pengetahuan, dan pendidikan, serta
mengamati dan mengevaluasi perubahan-
perubahan yang terjadi pada kawasan
yang bersangkutan. Dengan
ditentukannya suatu kawasan suaka
alam dan kawasan tertentu lainnya
sebagai cagar biosfer, maka kawasan
yang bersangkutan menjadi bagian dari
pada jaringan konservasi internasional.
Namun, kewenangan penentuan kegiatan
penelitian, ilmu pengetahuan dan
pendidikan, serta mengamati dan
mengevaluasi perubahan- perubahan di
dalam cagar biosfer sepenuhnya berada
di tangan Pemerintah.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 19
Ayat (1) Dihapus
Yang dimaksud dengan perubahan
terhadap keutuhan suaka alam adalah
melakukan perusakan terhadap
keutuhan kawasan dan ekosistemnya,
perburuan satwa yang berada dalam
kawasan, dan memasukkan jenis-jenis
bukan asli.

56
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pembinaan
habitat satwa adalah kegiatan yang
dilakukan di dalam kawasan dengan
tujuan agar satwa dapat hidup dan
berkembang secara alami. Contoh
kegiatan tersebut antara lain pembuatan
padang rumput untuk makanan satwa,
pembuatan fasilitas air minum, dan
sebagainya.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan jenis Tumbuhan
dan Satwa yang tidak asli adalah jenis
tumbuhan dan jenis satwa yang tidak
pernah terdapat di dalam kawasan.

Angka 12
Pasal 20 Pasal 20
Ayat (1) Ayat (1)
Dalam rangka mengawetkan jenis, maka Huruf a
ditetapkan jenis-jenis tumbuhan satwa
yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan dan Satwa yang
dilindungi dimaksudkan untuk
melindungi spesies Tumbuhan dan Satwa
agar jenis Tumbuhan dan Satwa tersebut
tidak mengalami kepunahan.
Penetapan ini dapat diubah sewaktu-
waktu tergantung dari tingkat
keperluannya yang ditentukan oleh
tingkat bahaya kepunahan yang
mengancam jenis bersangkutan.
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “medik
Konservasi” adalah penerapan
medik veteriner dalam
penyelenggaraan kesehatan hewan
di bidang Konservasi Satwa.
Ayat (2) Ayat (2)
Jenis Tumbuhan dan Satwa dalam Cukup jelas.
bahaya kepunahan meliputi jenis
Tumbuhan dan Satwa yang dalam
keadaan bahaya nyaris punah dan
menuju kepunahan. Tumbuhan dan
satwa yang endemik adalah
Tumbuhan dan Satwa yang terbatas
penyebarannya, sedangkan jenis yang
terancam punah adalah karena

57
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

populasinya sudah sangat kecil serta


mempunyai tingkat perkembangbiakan
yang sangat lambat, baik karena
pengaruh habitat maupun ekosistemnya.
Jenis Tumbuhan dan Satwa yang
populasinya jarang dalam arti
populasinya kecil atau jarang sehingga
pembiakannya sangat sulit.
Ayat (3) Ayat (3)
Cukup jelas. Kriteria jenis Tumbuhan dan Satwa
kategori I adalah jenis Tumbuhan dan
Satwa yang:
a. populasi di alamnya berada dalam
bahaya kepunahan,
b. secara alami mempunyai populasi
kecil, penyebaran yang terbatas
(endemik),
c. tingkat reproduksi rendah,
dan/atau
d. menurut konvensi tentang
pengendalian perdagangan
Tumbuhan dan Satwa internasional
perdagangannya dilarang.
Kriteria jenis Tumbuhan dan Satwa
kategori II adalah jenis Tumbuhan dan
Satwa yang:
a. saat ini belum berada dalam
bahaya kepunahan namun data
tentang jenis Tumbuhan dan Satwa
tersebut belum cukup tersedia
sehingga dapat berada dalam
bahaya kepunahan apabila tidak
dikendalikan,
b. sebagian siklus hidup,
tempat,waktu, dan ukurannya
apabila tidak dilindungi dapat
berada dalam bahaya kepunahan,
c. secara bilogis lebih memenuhi
kriteria jenis Tumbuhan dan Satwa
kategori III namun secara visual
mirip dan sulit dibedakan dengan
jenis Tumbuhan dan Satwa
ketegori II, dan/atau
d. menurut konvensi tentang
pengendalian perdagangan
Tumbuhan dan Satwa internasional
pelindungan dan/atau
perdagangannya dikendalikan atau
diatur ketat.
Kriteria jenis Tumbuhan dan Satwa
kategori III adalah jenis Tumbuhan
dan Satwa yang:
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “dilindungi
secara ketat dan/atau dilindungi
penuh” adalah jenis Tumbuhan dan
Satwa kategori I hanya dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan

58
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

pendidikan dan ilmu pengetahuan


melalui riset ilmiah dan/atau
penyelamatan jenis Tumbuhan dan
Satwa yang bersangkutan
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “dilindungi
terbatas dan/atau pemanfaatannya
dikendalikan” adalah jenis Tumbuhan
dan Satwa kategori II dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan
komersial berdasarkan kuota yang
ditetapkan oleh pemerintah. Besaran
kuota pemanfaatan didasarkan dari
hasil penelitian yang dilakukan
lembaga otoritas penelitian dan ilmu
pengetahuan.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan
“pemanfaatannya dipantau” adalah
jenis Tumbuhan dan Satwa kategori
III dapat dimanfaatkan secara bebas
atau tidak berdasarkan kuota, namun
selalu dilakukan pemantauan
populasinya di alam ataupun di
penangkaran.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Angka 14
Pasal 21 Cukup jelas
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Angka 15
Pasal 22
Ayat (1) Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan penyelamatan
jenis Tumbuhan dan Satwa adalah suatu
upaya penyelamatan yang harus
dilakukan apabila dalam keadaan
tertentu Tumbuhan dan Satwa terancam
hidupnya bila tetap berada dihabitatnya
dalam bentuk pengembangbiakan dan
pengobatan, baik di dalam maupun di
luar negeri.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pemberian atau
penukaran jenis Tumbuhan dan Satwa
kepada pihak lain di luar negeri adalah
untuk keperluan tukar menukar antar
lembaga-lembaga yang bergerak di bidang
konservasi Tumbuhan dan Satwa dan
hadiah Pemerintah.
Ayat (3)
Membahayakan di sini berarti tidak
hanya mengancam jiwa manusia
melainkan juga menimbulkan gangguan

59
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

atau keresahan terhadap ketenteraman


hidup manusia, atau kerugian materi
seperti rusaknya lahan atau tanaman
atau hasil pertanian.
Ayat (4)
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut
antara lain diatur cara-cara mengatasi
bahaya, cara melakukan penangkapan
hidup-hidup, penggiringan dan
pemindahan satwa yang bersangkutan,
sedangkan pemusnahan hanya
dilaksanakan kalau cara lain ternyata
tidak memberi hasil efektif.

Pasal 23
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan apabila
diperlukan adalah untuk koleksi
Tumbuhan dan Satwa untuk kebun
binatang, taman safari, dan untuk
permuliaan jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pemasukan jenis Tumbuhan dan Satwa
liar ke dalam wilayah Republik
Indonesia perlu diatur untuk
mencegah terjadinya polusi genetik dan
menjaga kemantapan ekosistem yang
ada, guna pemanfaatan optimal bagi
bangsa Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan dirampas untuk
negara adalah bahwa di samping
dirampas sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana, juga memberikan
kewenangan kepada pejabat yang
ditetapkan oleh Pemerintah untuk
menguasai dan menyelamatkan
Tumbuhan dan Satwa sebelum proses
pengadilan dilaksanakan.
Ayat (2)
Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi
harus dipertahankan agar tetap berada di
habitatnya. Oleh karena itu, Tumbuhan
dan Satwa yang dirampas harus
dikembalikan ke habitatnya. Kalau tidak
mungkin dikembalikan ke habitatnya
karena dinilai tidak dapat beradaptasi
dengan habitatnya dan/atau untuk
dijadikan barang bukti di pengadilan,
maka Tumbuhan dan Satwa tersebut
diserahkan atau dititipkan kepada
lembaga yang bergerak di bidang
konservasi Tumbuhan dan Satwa.

60
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Apabila keadaan sudah tidak


memungkinkan karena rusak, cacat, dan
tidak memungkinkan hidup, lebih baik
dimusnahkan. Lembaga yang dimaksud
dalam ayat ini dapat berupa lembaga
pemerintah dan lembaga non
pemerintah, misalnya kebun binatang,
kebun botani, museum biologic
herbarium, taman safari dan
sebagainya yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 25
Ayat (1)
Lihat penjelasan Pasal 24 ayat (2).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Angka 16
Pasal 26 Pasal 26
Yang dimaksud dengan kondisi lingkungan Huruf a
adalah potensi kawasan berupa ekosistem,
keadaan iklim, fenomena alam, kekhasan
jenis Tumbuhan dan Satwa, dan
peninggalan budaya yang berada dalam
kawasan tersebut.
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pemanfaatan keanekaragaman genetik
Tumbuhan dan Satwa termasuk jasad
renik.
Pasal 27 Pasal 27
Cukup jelas. Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud pemanfaatan jasa
ekosistem antara lain wisata alam,
penyimpanan dan penyerapan
karbon, jasa massa air dan tenaga
air, energi baru terbarukan,
pemanfaatan tradisional oleh
masyarakat.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “kawasan
untuk kepentingan khusus” antara
lain:
1. terdapat bangunan yang bersifat
strategis yang tidak dapat
dielakkan;
2. merupakan pemukiman

61
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

masyarakat yang bersifat


sementara yang keberadaannya
telah ada sebelum penetapan
kawasan tersebut sebagai Cagar
Alam; dan/atau
3. memenuhi kriteria sebagai
wilayah pembangunan strategis
yang tidak dapat dielakkan yang
keberadaannya tidak
mengganggu fungsi utama
kawasan.
Pasal 28 Pasal 28
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 28A
Cukup jelas.
Angka 17
Pasal 29 Pasal 29
Ayat (1) Ayat (1)
Wilayah taman nasional, taman hutan Cukup jelas.
raya, dan taman wisata alam meliputi
areal daratan dan perairan.
Ayat (2)
Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (2).
Pasal 30 Pasal 30
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 31 Pasal 31
Ayat (1) Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 32 Pasal 32
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan zona inti adalah Yang dimaksud dengan “zona/blok
bagian kawasan taman nasional yang inti” adalah bagian Kawasan
mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan Pelestarian Alam yang mutlak
adanya perubahan apa pun oleh aktivitas dilindungi dan tidak diperbolehkan
manusia. adanya perubahan apapun oleh
Yang dimaksud dengan zona pemanfaatan aktivitas manusia.
adalah bagian dari kawasan taman nasional Yang dimaksud dengan “zona/blok
yang dijadikan pusat rekreasi dan pemanfaatan” adalah bagian dari
kunjungan wisata. Yang dimaksud dengan Kawasan Pelestarian Alam yang dapat
zona lain adalah zona di luar kedua zona dimanfaatkan, seperti untuk wisata
tersebut karena fungsi dan kondisinya alam.
ditetapkan sebagai zona tertentu seperti Yang dimaksud dengan “zona/blok
zona rimba, zona pemanfaatan traditional lain” adalah zona/blok di luar kedua
zona rehabilitasi, dan sebagainya. zona tersebut karena fungsi dan
kondisinya ditetapkan sebagai
zona/blok tertentu seperti zona rimba,
zona pemanfaatan tradisional, zona
rehabilitasi, dan sebagainya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh perubahan zona/blok:
Perubahan zona/blok pemanfaatan
diubah menjadi zona/blok
perlindungan dengan pertimbangan

62
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

kelestarian Kawasan Konservasi.


Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “rencana
pengelolaan” adalah rencana yang
memuat susunan kerangka kebijakan,
prosedur, dan tanggung jawab dalam
rangka pengoordinasian pengambilan
keputusan di antara berbagai
lembaga/instansi pemerintah
mengenai kesepakatan penggunaan
sumber atau kegiatan pembangunan
di zona yang ditetapkan.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 32A
Cukup jelas.
Pasal 33 Pasal 33
Ayat (1) Cukup jelas.
Lihat penjelasan Pasal 19 ayat (1).
Ayat (2)
Cukup jelas..
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 34 Pasal 34
Ayat (1) Cukup jelas.
Pada dasarnya pengelolaan kawasan
pelestarian alam merupakan kewajiban
dari Pemerintah sebagai konsekuensi
penguasaan oleh negara atas sumber
daya alam sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan
atas zona pemanfaatan taman nasional,
taman hutan raya, dan taman wisata
alam, Pemerintah dapat memberikan hak
pengusahaan kepada koperasi, badan
usaha milik negara, perusahaan swasta
dan perorangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pengertian mengikutsertakan rakyat di
sini adalah memberi kesempatan kepada
rakyat sekitarnya untuk ikut berperan
dalam usaha di kawasan tersebut.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 35 Pasal 35
Yang dimaksud dengan dalam keadaan Yang dimaksud dengan “dalam keadaan
tertentu dan sangat diperlukan adalah tertentu dan sangat diperlukan” adalah
keadaan dan situasi yang terjadi di kawasan keadaan dan situasi yang terjadi di
pelestarian alam karena bencana alam Kawasan Pelestarian Alam karena
(gunung meletus, keluar gas beracun, bencana alam (gunung meletus, keluar
bahaya kebakaran),dan kerusakan akibat gas beracun, bahaya kebakaran), dan
pemanfaatan terus menerus yang dapat kerusakan akibat pemanfaatan terus
membahayakan pengunjung atau menerus yang dapat membahayakan

63
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

kehidupan Tumbuhan dan Satwa. pengunjung atau kehidupan Tumbuhan


dan Satwa.
Angka 18
Pasal 36 Pasal 36
Ayat (1) Ayat (1)
Dalam pemanfaatan jenis Tumbuhan dan Huruf a
Satwa liar harus dilakukan dengan tetap
menjaga keseimbangan populasi dengan
habitatnya.
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Hasil penangkaran satwa liar yang
dilindungi yang dapat digunakan
untuk keperluan pemeliharaan
untuk kesenangan adalah satwa
liar generasi kedua dan generasi
berikutnya.
Generasi kedua ini dalam istilah
penangkaran dikenal dengan Kode
F2 yaitu individu satwa hasil
keturunan kedua
(pengembangbiakan) dari induk
yang ditangkap atau diambil
langsung dari alam..
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Ayat (2) Ayat (2)
Cukup jelas. Izin Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar antara lain: perizinan
berusaha, perizinan penelitian, atau
perizinan untuk kepentingan religi
atau budaya.
Ayat (3)
Dalam Pemanfaatan jenis Tumbuhan
dan Satwa harus dilakukan dengan
tetap menjaga keseimbangan populasi
dengan habitatnya.

Angka 19
Pasal 37 Pasal 37
Ayat (1) Cukup jelas.
Peranserta rakyat dapat berupa

64
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

perorangan dan kelompok masyarakat


baik yang terorganisasi maupun tidak.
Agar rakyat dapat berperan secara aktif
dalam kegiatan konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya, maka
melalui kegiatan penyuluhan, Pemerintah
perlu mengarahkan dan menggerakkan
rakyat dengan mengikutsertakan
kelompok-kelompok masyarakat.
Ayat (2)
Dalam upaya menumbuhkan dan
meningkatkan sadar konservasi di
kalangan rakyat, maka perlu
ditanamkan pengertian dan motivasi
tentang konservasi sejak dini melalui
jalur pendidikan sekolah dan luar
sekolah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 37A
Cukup jelas.
Pasal 37B
Cukup jelas.
Pasal 37C
Cukup jelas.
Pasal 37D
Cukup jelas.
Pasal 37E
Cukup jelas.
Pasal 37F
Cukup jelas..
Angka 20
Pasal 38 Pasal 38
Ayat (1)
Selain Pemerintah Pusat dapat
menyerahkan sebagian urusan di bidang
konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya kepada Pemerintah
Daerah, juga Pemerintah Pusat dapat
menugaskan kepada Pemerintah Daerah
Tingkat I untuk melaksanakan urusan
tersebut sebagai tugas pembantuan.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.

65
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas
Huruf o
Yang dimaksud dengan “sistem
satu data, peta, dan informasi”
adalah membangun suatu sistem
yang berisi data, peta, dan
informasi yang menjadi satu-
satunya sumber informasi
mengenai penyelenggaraan
konservasi keanegaragaman
hayati dan ekosistemnya
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 38A
Cukup jelas.
Pasal 38B
Cukup jelas.

Angka 21
Pasal 38C
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “dana
konservasi” adalah dana yang
dipungut dari pemegang perizinan
berusaha pada kawasan hutan,
Pengawetan, pengelolaan
konservasi di dalam Kawasan
Pelestarian Alam, pemanfaatan jasa
lingkungan
Dana konservasi tersebut
digunakan hanya untuk membiayai
kegiatan Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas

66
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Ayat (6)
Yang dimaksud dengan “Pihak”
antara lain Pemerintah Daerah
Provinsi, Pemerintah Daerah
Kota/Kabupaten, orang
perseorangan, lembaga swadaya
masyarakat, masyarakat hukum
adat, dan masyarakat di sekitar
Kawasan konservasi
Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 38D
Cukup jelas
Angka 22
Pasal 39 Pasal 39
Ayat (1) Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 39A
Cukup jelas.
Pasal 39B
Cukup jelas.
Pasal 39C
Cukup jelas.
Angka 23
Pasal 40 Pasal 40
Ayat (1) Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 40A
Cukup jelas.
Pasal 40B
Cukup jelas.
Pasal 40C
Cukup jelas
Pasal 40D
Cukup jelas
Pasal 41
Berdasarkan Ordonansi Perlindungan Alam
Tahun 1941 Stbl. 1941 Nomor 167
(Natuurbeschermingsordonnantie 1941
Staatsblad 1941 Nummer 167) dan Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang

67
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021

UU 5/1990 TENTANG KSDAE KONSEP RUU PERUBAHAN UU 5/1990

Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan


telah ditetapkan hutan suaka alam dan
taman wisata.
Dengan ditetapkannya Undang-undang ini,
maka hutan suaka alam dan taman wisata
dianggap telah ditetapkan sebagai kawasan
suaka alam dan taman wisata alam
Pasal 42
Cukup jelas.
Angka 25
Pasal 42A
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas.
Angka 26

Pasal 44 Cukup jelas.


Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA NOMOR …..

68

Anda mungkin juga menyukai