DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang : Menimbang:
a. bahwa sumber daya alam hayati Indonesia a. a. bahwa sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya yang mempunyai Indonesia dan ekosistemnya merupakan
kedudukan serta peranan penting bagi karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
kehidupan adalah karunia Tuhan Yang memiliki kedudukan dan peranan yang
Maha Esa, oleh karena itu perlu dikelola sangat penting bagi kepentingan bangsa
dan dimanfaatkan secara lestari, selaras, Indonesia maupun masa depan dunia
serasi dan seimbang bagi kesejahteraan sebagai sistem penyangga kehidupan
masyarakat Indonesia pada khususnya dan utama bagi manusia baik generasi saat ini
umatmanusia pada umumnya, baik masa maupun yang akan datang, untuk itu
kini maupun masa depan; negara berkewajiban melindunginya
melalui penyelenggaraan konservasi
sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya dengan mengelola dan
memanfaatkannya secara lestari, selaras,
serasi, seimbang, dan berkelanjutan bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;
b. bahwa pembangunan sumber daya alam b. b. bahwa pembangunan sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya pada hakikatnya hayati dan ekosistemnya pada hakikatnya
adalah bagian integral dari pembangunan adalah bagian integral dari pembangunan
nasional yang berkelanjutan sebagai nasional yang berkelanjutan sebagai
pengamalan Pancasila; pengamalan Pancasila;
c. bahwa unsur-unsur sumber daya alam c. c. bahwa unsur-unsur sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya padadasarnya hayati dan ekosistemnya padadasarnya
saling tergantung antara satu dengan yang saling tergantung antara satu dengan yang
lainnya dan saling mempengaruhi sehingga lainnya dan saling mempengaruhi sehingga
kerusakan dan kepunahan salah satu kerusakan dan kepunahan salah satu
unsur akan berakibat terganggunya unsur akan berakibat terganggunya
ekosistem; ekosistem;
d. d. bahwa penyelenggaraan konservasi
sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya saat ini dirasa masih kurang
efektif karena lebih mengedepankan
paradigma perlindungan tanpa memajukan
aspek pemanfaatan secara berkelanjutan
dan lestari, tumpang tindih dan
ketidakjelasan kewenangan antar
kementerian di bidang konservasi, belum
memberikan peran yang maksimal kepada
masyarakat hukum adat dan masyarakat
sekitar kawasan konservasi, minimnya
peran serta masyarakat, serta kurang
mendukung upaya mengurangi dampak
perubahan iklim, sehingga harus segera
1
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
2
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN:
Menetapkan : Menetapkan:
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN
TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYAALAM ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN
HAYATI DAN EKOSISTEMNYA 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA
ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA
BAB I Pasal I
KETENTUAN UMUM Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419) diubah
sebagai beriku:
3
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
3. Ekosistem sumber daya alam hayati adalah 3. Ekosistem adalah kesatuan antara makhluk
sistem hubungan timbal balik antara unsur hidup dan lingkungan nonhayati, yang
dalam alam, baik hayati maupun nonhayati saling berinteraksi satu sama lain, dan
yang saling tergantung dan pengaruh menjalankan fungsi pada suatu area
mempengaruhi. tertentu.
4. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan
adalah upaya menjaga dan melestarikan
keanekaragaman Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya dengan menetapkan dan
mengelola kawasan konservasi dan
Ekosistem penting di luar kawasan
konservasi untuk mendukung sistem
penyangga kehidupan
5. Pengawetan keanekaragaman Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya selanjutnya
disebut Pengawetan adalah upaya untuk
menjaga dan memelihara keanekaragaman
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya baik di dalam maupun di luar
habitatnya agar keberadaannya tidak
punah, tetap seimbang dan dinamis dalam
perkembangannya
6. Pemanfaatan keanekaragaman Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya selanjutnya
disebut Pemanfaatan adalah penggunaan
Sumber Daya Alam Hayati beserta
Ekosistemnya, baik dalam bentuk bagian-
bagiannya, serta hasil dari padanya yang
dilakukan secara lestari dan berkelanjutan
4. Satwa adalah semua jenis sumber daya 7. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam
alam hewani yang hidup di darat dan/atau hewani yang hidup di darat dan/atau di air,
di air, dan/atau di udara. dan/atau di udara.
5. Tumbuhan adalah semua jenis sumber 8. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya
daya alam nabati, baik yang hidup di darat alam nabati, baik yang hidup di darat
maupun di air. maupun di air.
6. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang 9. Tumbuhan Liar adalah tumbuhan yang
hidup di alam bebas dan/atau dipelihara, hidup di alam bebas dan/atau dipelihara,
yang masih mempunyai kemurnian yang masih mempunyai kemurnian jenisnya.
jenisnya
7. Satwa liar adalah semua binatang yang 10. Satwa Liar adalah semua binatang yang
hidup di darat, dan/atau di air, dan/atau hidup di darat, dan/atau di air, dan/atau di
di udara yang masih mempunyai sifat-sifat udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar,
liar, baik yang hidup bebas maupun yang baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia dipelihara oleh manusia.
8. Habitat adalah lingkungan tempat 11. Habitat adalah lingkungan tempat
tumbuhan atau satwa dapat hidup dan tumbuhan atau satwa dapat hidup dan
berkembang secara alami. berkembang secara alami.
12. Kawasan Konservasi adalah suatu kesatuan
kawasan dengan ciri khas tertentu, yang
berada di Ekosistem darat dan/atau
Ekosistem perairan, termasuk di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil, yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan
dikelola untuk terwujudnya Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
13. Kawasan Penyangga Konservasi adalah
4
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
5
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, pengetahuan, dan pendidikan, serta
menunjang budidaya, pariwisata, dan menunjang budidaya dan wisata alam.
rekreasi.
15. Taman hutan raya adalah kawasan 21. Taman Hutan Raya adalah Kawasan
pelestarian alam untuk tujuan koleksi Pelestarian Alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau Tumbuhan dan/atau Satwa yang alami atau
buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang buatan, jenis asli dan atau bukan asli,
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, dikelola dengan sistem zonasi yang
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. pengetahuan, dan pendidikan, serta
menunjang budidaya dan wisata alam.
16. Taman wisata alam adalah kawasan 22. Taman Wisata Alam adalah Kawasan
pelestarian alam yang terutama Pelestarian Alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan dimanfaatkan untuk menunjang wisata
rekreasi alam. alam.
23. Taman Buru adalah Kawasan Pelestarian
Alam yang ditetapkan sebagai tempat
diselenggarakan perburuan secara teratur
untuk mengendalikan populasi satwa
tertentu.
24. Konservasi di dalam habitat alaminya yang
selanjutnya disebut Konservasi in situ
adalah Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya yang dilakukan
dalam habitat alaminya.
25. Konservasi di luar habitat alaminya yang
selanjutnya disebut Konservasi ex situ
adalah Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya yang dilakukan di
luar habitat alaminya.
26. Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok
orang yang secara turun-temurun bermukim
di wilayah geografis tertentu di Negara
Kesatuan Republik Indonesia karena adanya
ikatan pada asal usul leluhur, hubungan
yang kuat dengan tanah, wilayah, sumber
daya alam, memiliki pranata pemerintahan
adat, dan tatanan hukum adat di wilayah
adatnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
27. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau
kekayaan yang teroganisasi, baik berupa
badan hukum maupun bukan badan
hukum.
28. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
29. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
6
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
7
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
BAB II TETAP
PERLINDUNGAN SISTEM PENYANGGA TETAP
KEHIDUPAN
Pasal 6 TETAP
Sistem penyangga kehidupan merupakan satu TETAP
proses alami dari berbagai unsur hayati dan
nonhayati yang menjamin kelangsungan
kehidupan makhluk.
8
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
9
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Konservasi.
(2) Dalam rangka pelaksanaan perlindungan (2) Dalam hal orang perseorangan pemegang
sistem penyangga kehidupan, Pemerintah hak atas tanah pada Ekosistem Penting di
mengatur serta melakukan tindakan Luar Kawasan Konservasi tidak bersedia
penertiban terhadap penggunaan dan melakukan tindakan Konservasi maka yang
pengelolaan tanah dan hak pengusahaan di bersangkutan harus melepaskan hak atas
perairan yang terletak dalam wilayah tanah untuk mendapatkan ganti untung.
perlindungan sistem penyangga kehidupan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(3) Tindakan penertiban sebagaimana (3) Orang perseorangan dan/atau Korporasi
dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan yang memiliki perizinan berusaha pada
sesuai dengan peraturan perundang- Ekosistem Penting di Luar Kawasan
undangan yang berlaku. Konservasi wajib menjaga kelangsungan
fungsi perlindungan wilayah tersebut
dengan melakukan tindakan Konservasi
termasuk menyediakan pendanaan atas
pelaksanaan tindakan Konservasi.
(4) Terhadap orang perseorangan dan/atau
Korporasi yang memiliki perizinan berusaha
pada Ekosistem Penting di Luar Kawasan
Konservasi wajib melakukan penyesuaian
pengelolaan areal perizinan berusahanya.
(5) Setiap pemegang perizinan berusaha di
Ekosistem Penting di Luar Kawasan
Konservasi yang tidak melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dan ayat (4) dikenai sanksi administratif
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan usaha;
c. penutupan lokasi;
d. pencabutan perizinan berusaha;
dan/atau
e. denda administratif.
(6) Ketentuan pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dikecualikan bagi Masyarakat Hukum Adat
dan masyarakat di sekitar Kawasan
Konservasi.
10
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
11
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Pasal 11 Pasal 11
Pengawetan keanekaragaman Tumbuhan dan Pengawetan dilaksanakan melalui kegiatan:
Satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan
melaluikegiatan:
a. pengawetan keanekaragaman Tumbuhan a. Pengawetan keanekaragaman Ekosistem;
dan Satwa beserta ekosistemnya;
b. pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa. b. Pengawetan keanekaragaman jenis
Tumbuhan dan Satwa; dan
c. Pengawetan keanekaragaman genetik
Tumbuhan dan Satwa.
Pasal 12 Pasal 12
Pengawetan keanekaragaman Tumbuhan dan Pengawetan keanekaragaman Ekosistem
Satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a
denganmenjaga keutuhan kawasan suaka dilaksanakan dengan menjaga keutuhan
alam agar tetap dalam keadaan asli. Kawasan Konservasi dan Ekosistem Penting di
Luar Kawasan Konservasi.
Pasal 13 Pasal 13
(1) Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa (1) Pengawetan keanekaragaman jenis
dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan Tumbuhan dan Satwa sebagaimana
suaka alam. dimaksud dalam Pasal 11 huruf b
dilaksanakan dengan cara in situ dan ex
situ.
(2) Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa di (2) Pengawetan keanekaragaman jenis
dalam kawasan suaka alam dilakukan Tumbuhan dan Satwa di dalam Kawasan
denganmembiarkan agar populasi semua Suaka Alam dilakukan dengan membiarkan
jenis Tumbuhan dan Satwa tetap seimbang agar populasi semua jenis Tumbuhan dan
menurut proses alamidi habitatnya. Satwa tetap seimbang menurut proses alami
di habitatnya.
(3) Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa di (3) Pengawetan keanekaragaman jenis
luar kawasan suaka alam dilakukan dengan Tumbuhan dan Satwa di luar Kawasan
menjaga danmengembangbiakkan jenis Suaka Alam dilakukan dengan menjaga dan
Tumbuhan dan Satwa untuk menghindari mengembangbiakan jenis Tumbuhan dan
bahaya kepunahan. Satwa untuk menghindari bahaya
kepunahan.
Pasal 13A
Pengawetan keanekaragaman genetik
Tumbuhan dan Satwa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 huruf c dilakukan dengan
menjaga kemurnian genetik Tumbuhan dan
Satwa.
BAB IV TETAP
KAWASAN SUAKA ALAM TETAP
12
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
dalam Pasal 12 terdiri dari: dalam Pasal 8 ayat (3) terdiri dari:
a. Cagar alam; a. Cagar Alam;
b. suaka margasatwa. b. Suaka Margasatwa;
Pasal 15 TETAP
Kawasan suaka alam selain mempunyai fungsi TETAP
pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman Tumbuhan dan Satwa
beserta ekosistemnya, juga berfungsi sebagai
wilayah perlindungan sistem penyangga
kehidupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 ayat (1).
13
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
budidaya.
3. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana TETAP
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemeritah.
Pasal 18 TETAP
1. Dalam rangka kerjasama konservasi TETAP
internasional, khususnya dalam kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,
kawasan suaka alam dan kawasan tertentu
lainnya dapat ditetapkan sebagai cagar
biosfer.
2. Penetapan suatu kawasan suaka alam dan TETAP
kawasan tertentu lainnya sebagai cagar
biosfer diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah
BAB V TETAP
PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA
14
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
15
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
16
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
BAB VI TETAP
PEMANFAATAN SECARA LESTARI TETAP
SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN
EKOSISTEMNYA
17
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
18
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona sistem zonasi/blok yang terdiri dari
pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan zona/blok inti, zona/blok pemanfaatan, dan
keperluan. zona/blok lain sesuai dengan keperluan.
(2) Zona/blok Kawasan Pelestarian Alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(3) Perubahan atas zona/blok yang sudah
ditetapkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) hanya dapat dilakukan untuk
meningkatkan status zona/blok dalam
Kawasan Pelestarian Alam
(4) Pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam
dilaksanakan berdasarkan rencana
pengelolaan.
(5) Rencana pengelolaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
Pasal 33 Pasal 33
1. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan (1) Pemerintah Pusat dapat memberikan
yang dapat mengakibatkan perubahan perizinan berusaha:
terhadap keutuhan zona inti taman
nasional.
a. Pengawetan;
b. pengelolaan konservasi;
c. Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar; dan/atau;
d. pemanfaatan jasa lingkungan.
2. Perubahan terhadap keutuhan zona inti (2) Perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
taman nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada zona/blok
dalam ayat (1) meliputi mengurangi, Pemanfaatan Kawasan Pelestarian Alam
menghilangkan fungsi dan luas zona inti sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat
taman nasional, serta menambah jenis (1).
Tumbuhan dan Satwa lain yang tidak asli.
3. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan (3) Perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
yang tidak sesuai dengan fungsi zona pada ayat (1) dapat diberikan kepada:
pemanfaatan dan zona lain dari taman
nasional, taman hutan raya, dan taman
wisata alam.
a. badan usaha milik negara;
b. badan usaha milik daerah;
c. badan usaha swasta nasional;
d. lembaga pendidikan tinggi; atau
e. lembaga swadaya masyarakat;
(4) Perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan selama 35 tahun
dapat diperpanjang 1 (satu) kali selama 20
tahun berdasarkan evaluasi.
(5) Evaluasi perizinan berusaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilakukan setiap 2
(dua) tahun sekali
(6) Perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak dapat
dipindahtangankan.
(7) Pemegang perizinan berusaha yang
melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dapat dikenai
sanksi administratif.
19
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
20
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 37 Pasal 37
1. Peranserta rakyat dalam konservasi sumber (1) Penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya
daya alam hayati dan ekosistemnya Alam Hayati dan Ekosistemnya
diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan
melalui berbagai kegiatan yang berdaya Pemerintah Daerah sesuai dengan
guna dan berhasil guna. kewenangannya dengan melibatkan peran
serta masyarakat.
2. Dalam mengembangkan peranserta rakyat (2) Peran serta masyarakat sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
Pemerintah menumbuhkan dan secara perseorangan dan/atau
meningkatkan sadar konservasi sumber berkelompok.
daya alam hayati dan ekosistemnya di
kalangan rakyat melalui pendidikan dan
penyuluhan.
3. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana (3) Peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
dengan Peraturan Pemerintah. hal:
a. perencanaan;
b. pengelolaan;
c. Perlindungan Sistem Penyangga
Kehidupan;
d. Pengawetan;
e. Pemanfaatan; dan
f. pengawasan,
terhadap Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
Pasal 37A
(1) Peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2),
dilaksanakan dalam bentuk:
a. pemberian informasi dan/atau usulan
penyelenggaraan Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
21
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Bagian Kedua
Masyarakat Hukum Adat
Pasal 37B
(1) Masyarakat Hukum Adat yang berada di
dalam sistem pelindungan Ekosistem
penting di wilayah adat dan/atau areal
Konservasi kelola masyarakat harus
ditetapkan dengan Peraturan Daerah dalam
rangka melindungi kearifan lokal.
(2) Penetapan kriteria Masyarakat Hukum Adat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 37C
(1) Masyarakat Hukum Adat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37B dapat:
a. memanfaatkan jenis Tumbuhan dan
Satwa dari habitat alam untuk tujuan
subsisten atau adat dengan tetap
memperhatikan prinsip kelestarian;
b. melakukan budidaya Tumbuhan
dan/atau penangkaran Satwa dalam
rangka menunjang kebutuhan untuk
kepentingan religi atau budaya;
c. melakukan pemungutan hasil Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
untuk pemenuhan kebutuhan hidup
22
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
sehari-hari;
d. melakukan kegiatan pengelolaan
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya berdasarkan hukum adat
yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan undang-undang; dan
e. mendapatkan pemberdayaan dalam
rangka meningkatkan
kesejahteraannya.
(2) Dalam hal Pemanfaatan jenis Tumbuhan
dan Satwa sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilakukan terhadap
jenis Tumbuhan dan Satwa kategori I,
Pemanfaatannya dilakukan setelah
mendapat izin dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang kehutanan, kelautan, perikanan,
pertanian, dan perkebunan sesuai dengan
kewenangannya.
(3) Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.
Bagian Ketiga
Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi
Pasal 37D
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya
memberdayakan masyarakat di sekitar
Kawasan Konservasi dalam rangka
meningkatkan kesejahteraannya.
(2) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi
pengembangan kapasitas masyarakat dan
pemberian akses Pemanfaatan secara
lestari.
(3) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. pengembangan desa Konservasi;
b. kerja sama dalam Pemanfaatan secara
terbatas di zona/blok pemanfaatan dan
pemanfaatan tradisional;
c. pemberian perizinan berusaha untuk
pengusahaan jasa wisata alam dan
Pemanfaatan sarana wisata alam;
d. pemberian fasilitasi kemitraan
pemegang perizinan berusaha
Pemanfaatan Kawasan Konservasi
dengan masyarakat; dan/atau
e. Pemanfaatan tradisional oleh
masyarakat setempat.
Pasal 37E
(1) Kerja sama dan perizinan berusaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37D
23
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Pasal 38 Pasal 38
1. Dalam rangka pelaksanaan konservasi (1) Kewenangan Pemerintah Pusat di bidang
sumber daya alam hayati dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
ekosistemnya, Pemerintah dapat Ekosistemnya meliputi:
menyerahkan sebagian urusan di bidang
tersebut kepada Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana a. penetapan dan pengukuhan Kawasan
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Konservasi;
Peraturan Pemerintah.
b. persetujuan penetapan Ekosistem
Penting di Luar Kawasan Konservasi;
c. penyelenggaraan Perlindungan Sistem
Penyangga Kehidupan;
24
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
25
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Pasal 38C
(1) Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya wajib
menyediakan pendanaan yang memadai
dan berkelanjutan untuk kegiatan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
(2) Pendanaan yang memadai dan
berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berasal dari:
a. anggaran pendapatan dan belanja
negara;
b. anggaran pendapatan dan belanja
daerah;
c. dana yang berasal dari Setiap Orang
yang dialokasikan langsung dan
diperuntukkan bagi kegiatan Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya di Kawasan Konservasi
tertentu; dan
26
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
BAB XB
LARANGAN
Pasal 38D
(1) Orang perseorangan dan Korporasi dilarang:
a. mengurangi luas Kawasan Konservasi.;
b. menghilangkan fungsi Kawasan
Konservasi;
c. menambah jenis Tumbuhan dan Satwa
lain yang tidak asli di Kawasan
Konservasi;
d. mengambil atau memindahkan benda
apapun baik hidup maupun mati yang
secara alami berada di dalam Kawasan
Suaka Alam kecuali kegiatan pembinaan
Habitat untuk kepentingan Satwa di
dalam Suaka Margasatwa dan mitigasi
bencana;
27
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
28
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
29
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Pasal 39 Pasal 39
1. Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara (1) Selain penyidik pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia, juga pejabat Pegawai Republik Indonesia, masing-masing
Negeri Sipil tertentu di lingkungan penyidik pegawai negeri sipil di bawah
departemen yang lingkup tugas dan menteri yang menyelenggarakan urusan
tanggung jawabnya meliputi pembinaan pemerintahan di bidang kehutanan,
konservasi sumber daya alam hayati dan kelautan, perikanan, pertanian, dan
ekosistemnva, diberi wewenang khusus perkebunan sesuai dengan
sebagai penyidik sebagaimana dimaksud kewenangannya, diberi wewenang khusus
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun sebagai penyidik sebagaimana dimaksud
1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk dalam ketentuan peraturan perundang-
melakukan penyidikan tindak pidana di undangan di bidang hukum acara pidana.
bidang konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya.
2. Kewenangan penyidik sebagaimana (2) Wilayah hukum atau wilayah kerja penyidik
dimaksud dalam ayat (1), tidak pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
mengurangi kewenangan penyidik pada ayat (1) meliputi seluruh wilayah
sebagaimana diatur dalam Undang- Negara Kesatuan Republik Indonesia.
undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985
tentang Perikanan.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditempatkan di
setiap unit yang mengelola Kawasan
Konservasi.
3. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam (4) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
ayat (1), berwenang untuk: dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran
laporan atau keterangan berkenaan laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang dengan tindak pidana di bidang
konservasi sumber daya alam hayati dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
ekosistemnya; dan Ekosistemnya;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang b. melakukan pemeriksaan terhadap Setiap
yang diduga melakukan tindak pidana di Orang yang diduga melakukan tindak
bidang konservasi sumber daya alam pidana di bidang Konservasi Sumber
hayati dan ekosistemnya; Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
c. memeriksa tanda pengenal seseorang c. meminta keterangan dan barang bukti
yang berada dalam kawasan suaka alam dari Setiap Orang sehubungan dengan
dan kawasan pelestarian alam; peristiwa tindak pidana di bidang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
d. melakukan penggeledahan dan d. melakukan pemeriksaan atas
penyitaan barang bukti tindak pidana di pembukuan, catatan, dan dokumen lain
bidang konservasi sumber daya alam berkenaan dengan tindak pidana di
hayati dan ekosistemnya; bidang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
e. meminta keterangan dan bahan bukti e. melakukan pemeriksaan di tempat
30
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
dari orang atau badan sehubungan tertentu yang diduga terdapat barang
dengan tindak pidana di bidang bukti, pembukuan, pencatatan, dan
konservasi sumber daya alam hayati dan dokumen lain serta melakukan
ekosistemnya; penyitaan terhadap bahan dan barang
hasil kejahatan yang dapat dijadikan
bukti dalam perkara tindak pidana di
bidang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
f. membuat dan menandatangani berita f. melakukan penangkapan, penahanan,
acara; penggeledahan, dan penyitaan dalam
perkara tindak pidana di bidang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
g. menghentikan penyidikan apabila tidak g. meminta bantuan ahli dalam rangka
terdapat cukup bukti tentang adanya pelaksanaan tugas penyidikan tindak
tindak pidana di bidang konservasi pidana di bidang Konservasi Sumber
sumber daya alam hayati dan Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
ekosistemnya.
h. menghentikan penyidikan apabila tidak
terdapat alat bukti yang cukup tentang
adanya tindakan pidana di bidang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
i. memanggil orang untuk didengar dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. membuat dan menandatangani berita
acara dan surat-surat lain yang
menyangkut penyidikan perkara di
bidang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
k. memotret dan/atau merekam melalui
alat potret, alat perekam dan/atau
media audio visual lainnya terhadap
orang, barang, sarana pengangkut, atau
apa saja yang dapat dijadikan alat bukti
tindak pidana yang menyangkut tindak
pidana di bidang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
dan/atau
l. memberikan tanda pengaman dan
mengamankan tempat dan/atau barang
yang dapat dijadikan sebagai alat bukti
terjadinya tindak pidana di bidang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.
4. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam (5) Dalam melaksanakan kewenangan
ayat (1) memberitahukan dimulainya sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
penyidikan dan melaporkan hasil penyidik pegawai negeri sipil
penyidikannya kepada Penuntut Umum memberitahukan dimulainya penyidikan
melalui Pejabat Penyidik Kepolisian Negara dan melaporkan hasil penyidikannya
Republik Indonesia sesuai dengan kepada penuntut umum setelah
ketentuan Pasal 107 Undang-undang berkoordinasi dengan penyidik pejabat
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Polisi Negara Republik Indonesia.
Acara Pidana
Pasal 39A
(1) Barang bukti pemeriksaan perbuatan
tindak pidana di bidang Konservasi Sumber
31
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
32
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Pasal 40 Pasal 40
(1) Barangsiapadengansengajamelakukanpelan (1) Orang perseorangan yang tidak memiliki
ggaranterhadapketentuansebagaimanadima perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
ksuddalamPasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 dalam Pasal 9 ayat (1) dipidana dengan
ayat (1) dipidanadenganpidanapenjara pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda
paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus
ratus juta rupiah). lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Barangsiapadengansengajamelakukanpelan (2) (2) Korporasi yang tidak memiliki perizinan
ggaranterhadapketentuansebagaimanadima berusaha sebagaimana dimaksud dalam
ksuddalamPasal 21 ayat (1) dan ayat (2) Pasal 9 ayat (1) dipidana dengan pidana
sertaPasal 33 ayat(3) penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
dipidanadenganpidanapenjara paling lama paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua
100.000.000,00(seratusjuta rupiah). miliar rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
Pasal 40A
(1) (1) Orang perseorangan yang melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38D ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, atau huruf e dipidana dengan
pidana penjara paling paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar lima ratus
juta rupiah) dan paling banyak
Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar
rupiah).
(2) Orang perseorangan yang melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38D ayat (1) huruf h, huruf j, huruf l,
huruf m, huruf p, huruf r, huruf t, atau
huruf v dipidana dengan pidana penjara
paling paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus
juta rupiah) dan paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar
rupiah).
(3)
(3) Orang perseorangan yang melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38D ayat (1) huruf f atau huruf g
dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
(4) Orang perseorangan yang melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
33
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
34
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
35
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
BAB XIIA
KETENTUAN PELAKSANAAN
PENYELENGGARAAN KONSERVASI SUMBER
DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA
Pasal 40D
Ketentuan lebih lanjut mengenai:
a. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8;
b. pemulihan wilayah sistem penyangga
kehidupan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10;
c. pengelolaan Kawasan Suaka Alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16;
d. Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20;
e. pengecualian atas larangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22;
f. penetapan suatu wilayah sebagai Kawasan
Pelestarian Alam sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29;
g. pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32;
h. perizinan berusaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33;
i. Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan Satwa
Liar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36;
j. peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 37A;
k. peran serta Masyarakat Hukum Adat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37B
dan pasal 37C;
l. peran serta masyarakat di sekitar Kawasan
Konservasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37D dan Pasal 37 E;
m. pendanaan yang memadai dan
berkelanjutan untuk kegiatan Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38C;
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
36
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 41
Hutan suaka alam dan taman wisata yang TETAP
telah ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebelum berlakunya Undang-undang ini
dianggap telah ditetapkan sebagai kawasan
suaka alam dan taman wisata alam
berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 42
Semua peraturan pelaksanaan dari peraturan TETAP
perundang-undangan di bidang konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
yang telah ada sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-undang ini, tetap berlaku
sampai dengan dikeluarkannya peraturan
pelaksanaan yang baru berdasarkan Undang-
Undang ini.
25. Di antara Pasal 42 dan Pasal 43 disisipkan 1
(satu) pasal, yakni Pasal 42A sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 42A
Kepemilikan bagian-bagian dari Satwa kategori
I, kategori II, dan kategori III sebelum undang-
undang ini berlaku wajib dilaporkan kepada
Pemerintah Pusat.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang TETAP
ini maka:
1. Ordonansi Perburuan (Jachtordonnantie
1931 Staatsblad 1931 Nummer 133);
2. Ordonansi Perlindungan Binatang-binatang
Liar (Dierenbeschermingsordonnantie 1931
Staatsblad 1931 Nummer 134);
3. Ordonansi Perburuan Jawa dan Madura
(Jachtcrdonnantie Java en Madoera 1940
Staatsblad 1939 Nummer 733);
4. Ordonansi Perlindungan Alam
(Natuurbeschermingsordonnantie 1941
Staatsblad 1941 Nummer 167);
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal II
Pasal 45
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
37
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
diundangkan diundangkan
Ttd. ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal .....
Ttd, ttd.
UMUM I. UMUM
Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang
Maha Esa kekayaan berupa sumber daya alam Maha Esa kekayaan keanekaragaman sumber
yang berlimpah, baik di darat, di perairan daya alam hayati yang tinggi dan berlimpah
maupun di udara yang merupakan modal baik di darat, perairan, maupun di pesisir dan
dasar pembangunan nasional di segala bidang. pulau-pulau kecil, sehingga Indonesia dikenal
Modal dasar sumber daya alam tersebut harus sebagai salah satu dari sedikit negara mega bio-
dilindungi, dipelihara, dilestarikan, dan diversitas di dunia. Keanekaragaman sumber
dimanfaatkan secara optimal bagi daya alam hayati tersebut merupakan sumber
kesejahteraan masyarakat Indonesia pada daya strategis karena menyangkut ketahanan
khususnya dan mutu kehidupan manusia pada nasional, dikuasai oleh negara yang
38
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
umumnya menurut cara yang menjamin pengelolaan dilakukan dengan penuh kehati-
keserasian, keselarasan dan keseimbangan, hatian dengan tetap memperhatikan
baik antara manusia dengan Tuhan kelestarian, keselarasan, keseimbangan, dan
penciptanya, antara manusia dengan keberlanjutan sumber daya alam hayati beserta
masyarakat maupun antara manusia dengan ekosistemnya bagi terwujudnya kesejahteraan
ekosistemnya. Oleh karena itu, pengelolaan masyarakat Indonesia saat ini dan yang akan
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya datang. Walaupun keanekaragaman sumber
sebagai bagian dari modal dasar tersebut pada daya alam hayati di Indonesia berlimpah,
hakikatnya merupakan bagian integral dari namun sumberdaya tersebut tidak tak terbatas
pembangunan nasional yang berkelanjutan dan mempunyai sifat yang tidak dapat kembali
sebagai pengamalan Pancasila. seperti asalnya (irreversible) apabila
Sumber daya alam hayati dan dimanfaatkan secara berlebihan atau tidak
ekosistemnya merupakan bagian terpenting terkendali. Pemanfaatan secara berlebihan
dari sumber daya alam yang terdiri dari alam akan mengancam keberadaan sumber daya
hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam itu sendiri, dan sampai pada tahap
alam, baik secara masing-masing maupun tertentu akan dapat memusnahkan
bersama-sama mempunyai fungsi dan manfaat keberadaannya.
sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup, Sumber daya alam hayati terdapat pada
yang kehadirannya tidak dapat diganti. tiga tingkatan, yaitu pada tingkat genetik, jenis,
Mengingat sifatnya yang tidak dapat diganti dan ekosistem. Secara sendiri-sendiri maupun
dan mempunyai kedudukan serta peranan bersama-sama sumber daya alam hayati
penting bagi kehidupan manusia, maka upaya tersebut mempunyai fungsi sebagai sistem
konservasi sumber daya alam hayati dan penyangga kehidupan, dimana konservasi
ekosistemnya adalah menjadi kewajiban terhadap sumber daya alam hayati harus
mutlak dari tiap generasi. Tindakan yang tidak mampu menghasilkan dan memenuhi
bertanggung jawab yang dapat menimbulkan kebutuhan dasar hidup manusia. Untuk itu,
kerusakan pada kawasan suaka alam dan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan
kawasan pelestarian alam ataupun tindakan melalui kegiatan Perlindungan Sistem
yang melanggar ketentuan tentang Penyangga Kehidupan, Pengawetan, dan
perlindungan Tumbuhan dan Satwa yang Pemanfaatan secara lestari.
dilindungi, diancam dengan pidana yang berat Melalui tiga kegiatan tersebut diharapkan
berupa pidana badan dan denda. Pidana yang mampu memelihara proses ekologis dan
berat tersebut dipandang perlu karena penyangga sistem kehidupan dalam rangka
kerusakan atau kepunahan salah satu unsur meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mutu
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya kehidupan manusia, dan melindungi dari
akan mengakibatkan kerugian besar bagi bencana alam; mencegah kerusakan,
masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan kelangkaan, dan/atau kepunahan serta
materi, sedangkan pemulihannya kepada menjamin kelestarian fungsi dan manfaat serta
keadaan semula tidak mungkin lagi. keseimbangan sumber daya alam hayati dan
Oleh karena sifatnya yang luas dan ekosistemnya; menjamin keberadaan sumber
menyangkut kepentingan masyarakat secara daya alam hayati dan ekosistemnya dapat
keseluruhan, maka upaya konservasi sumber dipertahankan bagi generasi saat ini maupun
daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan generasi yang akan datang; menjamin
tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah kemanfaatan sumber daya alam hayati dan
serta masyarakat. Peranserta rakyat akan ekosistemnya dapat dilakukan secara lestari
diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah dan berkelanjutan; menjamin pemulihan
melalui kegiatan yang berdaya guna dan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
berhasil guna. Untuk itu, Pemerintah yang mengalami degradasi dan kerusakan;
berkewajiban meningkatkan pendidikan dan meningkatkan dan menjamin peran serta
penyuluhan bagi masyarakat dalam rangka masyarakat dalam penyelenggaraan Konservasi
sadar konservasi. Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
Berhasilnya konservasi sumber daya alam dan menunjang upaya mitigasi dan adaptasi
hayati dan ekosistemnya berkaitan erat dengan terhadap perubahan iklim.
tercapainya tiga sasaran konservasi, yaitu: Guna terjaminnya kelestarian manfaat
1. menjamin terpeliharanya proses ekologis sumber daya alam hayati dan kesejahteraan
yang menunjang sistem penyangga masyarakat Indonesia secara berkelanjutan,
kehidupan bagi kelangsungan pembangunan maka kegiatan konservasi terhadap sumber
dan kesejahteraan manusia (perlindungan daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan
39
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
40
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
41
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Angka 8
Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
Cukup jelas.
Angka 12
Cukup jelas.
Angka 13
Cukup jelas.
Angka 14
Cukup jelas.
Angka 15
Cukup jelas.
Angka 16
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 2 Pasal 2
Pada dasarnya semua sumber daya alam Huruf a
termasuk sumber daya alam hayati harus
dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakat dan umat manusia sesuai
dengan kemampuan dan fungsinya.
Namun, pemanfaatannya harus sedemikian
rupa sesuai dengan Undangundang ini
sehingga dapat berlangsung secara lestari
untuk masa kini dan masa depan.
Pemanfaatan dan pelestarian seperti
tersebut di atas harus dilaksanakan secara
serasi dan seimbang sebagai perwujudan
dari asas konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya.
Yang dimaksud dengan “asas
kelestarian” adalah usaha
pengendalian/pembatasan dalam
Pemanfaatan sehingga Pemanfaatan
tersebut dapat dilakukan secara terus
menerus pada masa mendatang.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas
keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan” adalah penyelengaraan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya harus
memperhatikan berbagai aspek seperti
kepentingan ekonomi, sosial, budaya,
dan perlindungan serta pelestarian
Ekosistem.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas
kemanfaatan yang berkelanjutan”
adalah penyelenggaraan Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya harus dapat
memberikan manfaat bagi generasi
42
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
43
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
44
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
45
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
46
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
47
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Angka 5
Pasal 7 Pasal 7
Cukup jelas. Cukup jelas.
Angka 6
Pasal 8 Pasal 8
Ayat (1) Ayat (1)
Perlindungan sistem penyangga Perlindungan Sistem Penyangga
kehidupan dilaksanakan dengan cara Kehidupan yang dilaksanakan dengan
menetapkan suatu wilayah tertentu cara menetapkan suatu wilayah
sebagai wilayah perlindungan. Guna tertentu sebagai wilayah perlindungan
pengaturannya Pemerintah menetapkan dengan pola pembinaan Pemanfaatan
pola dasar pembinaan pemanfaatan tersendiri dimaksudkan agar fungsi
wilayah tersebut sehingga fungsi perlindungan dan pelestarian sistem
perlindungan dan pelestariannya tetap penyangga kehidupan tetap terjamin.
terjamin. Pemanfaatan wilayah tertentu tersebut
Wilayah perlindungan sistem penyangga tetap pada subyek yang diberi hak,
kehidupan ini meliputi antara lain hutan akan tetapi pemanfaatannya harus
lindung, daerah aliran sungai, areal tepi mematuhi ketentuan yang ditetapkan
sungai, daerah pantai, bagian tertentu Pemerintah. Dalam menetapkan
dari zona ekonomi eksklusif Indonesia, wilayah tertentu sebagai wilayah
daerah pasang surut, jurang, dan areal sistem penyangga kehidupan perlu
berpolusi berat. Pemanfaatan areal atau diadakan penelitian dan inventarisasi,
wilayahtersebut tetap pada subyek yang baik terhadap wilayah yang sudah
diberi hak, tetapi pemanfaatan itu harus ditetapkan maupun yang akan
mematuhi ketentuan yang ditetapkan ditetapkan.
Pemerintah.
Dalam menetapkan wilayah tertentu
sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan, perlu diadakan penelitian dan
inventarisasi, baik terhadap wilayah yang
sudah ditetapkan maupun yang akan
ditetapkan.
Ayat (2) Ayat (2)
Dalam Peraturan Pemerintah ini perlu
diperhatikan kepentingan yang serasi
antara kepentingan pemegang hak
dengan kepentingan perlindungan sistem
penyangga kehidupan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “teknologi
berbasis geospasial” adalah teknologi
keruangan yang menunjukkan lokasi,
letak, dan posisi suatu objek atau
kejadian yang berada di bawah, pada,
atau di atas permukaan bumi yang
dinyatakan dalam sistem koordinat
tertentu.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “daerah
penyangga Kawasan Konservasi”
adalah daerah di sekitar Kawasan
Konservasi yang dapat berupa
Ekosistem alami atau buatan,
48
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
49
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
atribut berikut:
1) areal yang secara signifikan baik
di tingkat global, regional atau
nasional mengandung
konsentrasi nilai-nilai Sumber
Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (seperti
endemisme, Spesies langka,
pengungsian, atau persinggahan
Spesies migran); dan atau
bentang alam yang cukup luas
yang terdapat di dalam unit
pengelolaan atau mencakup unit
pengelolaan, dimana populasi
yang viabel dari mayoritas
Tumbuhan dan Satwa yang
tinggal secara alami berada pada
pola yang alami dari distribusi
dan kelimpahannya;
2) areal yang berada atau berisi
Ekosistem langka, terancam
atau dalam bahaya kepunahan;
3) areal yang dapat menyediakan
jasa Ekosistem dasar pada saat
terjadi situasi kritis (seperti
pelindungan daerah aliran
sungai dan pengendalian erosi);
4) areal yang menjadi
ketergantungan dari masyarakat
lokal untuk memenuhi
kebutuhan dasar (seperti
subsisten, kesehatan) dan atau
penting bagi identitas budaya
tradisional dari masyarakat lokal
(kawasan yang bersama
masyarakat diidentifikasi
signifikan secara budaya,
ekologi, ekonomi atau religi
masyarakat lokal).
Huruf d
Yang dimaksud dengan “areal
konservasi kelola masyarakat
(AKKM)” adalah Ekosistem alami
dan modifikasi Ekosistem alami
yang mengandung
Keanekaragaman Hayati, jasa
ekologis dan nilai-nilai budaya yang
signifikan yang secara sukarela
dilindungi oleh Masyarakat Hukum
Adat atau masyarakat lokal
berdasarkan hukum adat atau
pengikat lain. Dengan demikian
AKKM dapat berupa hutan ulayat,
kawasan yang dilindungi adat,
situs-situs yang dikeramatkan,
pelindungan sumberdaya alam
masyarakat lokal atau adat, serta
areal yang dikelola Masyarakat
50
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
51
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
52
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
53
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
adalah usaha untuk menjaga agar Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa.
keanekaragaman jenis Tumbuhan dan Pengawetan di dalam kawasan dilakukan
Satwa beserta ekosistemnya tidak punah. dalam bentuk kawasan suaka alam dan
Pengawetan diluar kawasan meliputi zona inti taman nasional
pengaturan mengenai pembatasan
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan
terhadap Tumbuhan dan Satwa
sebagaimana diatur dalam Pasal 20 sampai
dengan Pasal 25 Undang-undang ini.
Pengaturan diluar kawasan berupa
pengawetan jenis (spesies) Tumbuhan dan
Satwa. Pengawetan di dalam kawasan
dilakukan dalam bentuk kawasan suaka
alam dan zona inti taman nasional.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pengawetan keanekaragaman genetik
Tumbuhan dan Satwa termasuk jasad
renik.
Angka 10
Pasal 12 Pasal 12
Upaya pengawetan keanekaragaman TETAP
tumbuhan dan satwa berupa kawasan
suaka alam yang karena fungsi pokoknya
adalah pengawetan keanekaragaman
Tumbuhan dan Satwa beserta
ekosistemnya, maka keutuhan dan keaslian
dari kawasan suaka alam tersebut perlu
dijaga dari gangguan agar prosesnya
berjalan secara alami.
Pasal 13 Pasal 13
Ayat (1) Pengawetan keanekaragaman jenis
Tumbuhan dan Satwa di dalam habitat
alaminya (in situ) adalah upaya
membiarkan agar populasi semua jenis
Tumbuhan dan Satwa tetap seimbang
menurut proses alami di habitatnya.
54
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
55
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Pasal 17
Ayat (1)
Fungsi penunjang budidaya dapat
dilaksanakan dalam bentuk penggunaan
plasma nutfah yang terdapat dalam cagar
alam yang bersangkutan untuk keperluan
permuliaan jenis dan penangkaran.
Plasma nutfah adalah unsur-unsur gen
yang menentukan sifat kebakaan suatu
jenis.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan wisata terbatas
adalah suatu kegiatan untuk
mengunjungi, melihat, dan menikmati
keindahan alam di suaka margasatwa
dengan persyaratan tertentu.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Adanya cagar biosfer dimaksudkan
sebagai tempat penelitian, ilmu
pengetahuan, dan pendidikan, serta
mengamati dan mengevaluasi perubahan-
perubahan yang terjadi pada kawasan
yang bersangkutan. Dengan
ditentukannya suatu kawasan suaka
alam dan kawasan tertentu lainnya
sebagai cagar biosfer, maka kawasan
yang bersangkutan menjadi bagian dari
pada jaringan konservasi internasional.
Namun, kewenangan penentuan kegiatan
penelitian, ilmu pengetahuan dan
pendidikan, serta mengamati dan
mengevaluasi perubahan- perubahan di
dalam cagar biosfer sepenuhnya berada
di tangan Pemerintah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1) Dihapus
Yang dimaksud dengan perubahan
terhadap keutuhan suaka alam adalah
melakukan perusakan terhadap
keutuhan kawasan dan ekosistemnya,
perburuan satwa yang berada dalam
kawasan, dan memasukkan jenis-jenis
bukan asli.
56
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pembinaan
habitat satwa adalah kegiatan yang
dilakukan di dalam kawasan dengan
tujuan agar satwa dapat hidup dan
berkembang secara alami. Contoh
kegiatan tersebut antara lain pembuatan
padang rumput untuk makanan satwa,
pembuatan fasilitas air minum, dan
sebagainya.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan jenis Tumbuhan
dan Satwa yang tidak asli adalah jenis
tumbuhan dan jenis satwa yang tidak
pernah terdapat di dalam kawasan.
Angka 12
Pasal 20 Pasal 20
Ayat (1) Ayat (1)
Dalam rangka mengawetkan jenis, maka Huruf a
ditetapkan jenis-jenis tumbuhan satwa
yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan dan Satwa yang
dilindungi dimaksudkan untuk
melindungi spesies Tumbuhan dan Satwa
agar jenis Tumbuhan dan Satwa tersebut
tidak mengalami kepunahan.
Penetapan ini dapat diubah sewaktu-
waktu tergantung dari tingkat
keperluannya yang ditentukan oleh
tingkat bahaya kepunahan yang
mengancam jenis bersangkutan.
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “medik
Konservasi” adalah penerapan
medik veteriner dalam
penyelenggaraan kesehatan hewan
di bidang Konservasi Satwa.
Ayat (2) Ayat (2)
Jenis Tumbuhan dan Satwa dalam Cukup jelas.
bahaya kepunahan meliputi jenis
Tumbuhan dan Satwa yang dalam
keadaan bahaya nyaris punah dan
menuju kepunahan. Tumbuhan dan
satwa yang endemik adalah
Tumbuhan dan Satwa yang terbatas
penyebarannya, sedangkan jenis yang
terancam punah adalah karena
57
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
58
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
59
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Pasal 23
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan apabila
diperlukan adalah untuk koleksi
Tumbuhan dan Satwa untuk kebun
binatang, taman safari, dan untuk
permuliaan jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pemasukan jenis Tumbuhan dan Satwa
liar ke dalam wilayah Republik
Indonesia perlu diatur untuk
mencegah terjadinya polusi genetik dan
menjaga kemantapan ekosistem yang
ada, guna pemanfaatan optimal bagi
bangsa Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan dirampas untuk
negara adalah bahwa di samping
dirampas sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana, juga memberikan
kewenangan kepada pejabat yang
ditetapkan oleh Pemerintah untuk
menguasai dan menyelamatkan
Tumbuhan dan Satwa sebelum proses
pengadilan dilaksanakan.
Ayat (2)
Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi
harus dipertahankan agar tetap berada di
habitatnya. Oleh karena itu, Tumbuhan
dan Satwa yang dirampas harus
dikembalikan ke habitatnya. Kalau tidak
mungkin dikembalikan ke habitatnya
karena dinilai tidak dapat beradaptasi
dengan habitatnya dan/atau untuk
dijadikan barang bukti di pengadilan,
maka Tumbuhan dan Satwa tersebut
diserahkan atau dititipkan kepada
lembaga yang bergerak di bidang
konservasi Tumbuhan dan Satwa.
60
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
61
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
62
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
63
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Angka 19
Pasal 37 Pasal 37
Ayat (1) Cukup jelas.
Peranserta rakyat dapat berupa
64
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
65
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas
Huruf o
Yang dimaksud dengan “sistem
satu data, peta, dan informasi”
adalah membangun suatu sistem
yang berisi data, peta, dan
informasi yang menjadi satu-
satunya sumber informasi
mengenai penyelenggaraan
konservasi keanegaragaman
hayati dan ekosistemnya
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 38A
Cukup jelas.
Pasal 38B
Cukup jelas.
Angka 21
Pasal 38C
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “dana
konservasi” adalah dana yang
dipungut dari pemegang perizinan
berusaha pada kawasan hutan,
Pengawetan, pengelolaan
konservasi di dalam Kawasan
Pelestarian Alam, pemanfaatan jasa
lingkungan
Dana konservasi tersebut
digunakan hanya untuk membiayai
kegiatan Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas
66
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan “Pihak”
antara lain Pemerintah Daerah
Provinsi, Pemerintah Daerah
Kota/Kabupaten, orang
perseorangan, lembaga swadaya
masyarakat, masyarakat hukum
adat, dan masyarakat di sekitar
Kawasan konservasi
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 38D
Cukup jelas
Angka 22
Pasal 39 Pasal 39
Ayat (1) Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 39A
Cukup jelas.
Pasal 39B
Cukup jelas.
Pasal 39C
Cukup jelas.
Angka 23
Pasal 40 Pasal 40
Ayat (1) Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 40A
Cukup jelas.
Pasal 40B
Cukup jelas.
Pasal 40C
Cukup jelas
Pasal 40D
Cukup jelas
Pasal 41
Berdasarkan Ordonansi Perlindungan Alam
Tahun 1941 Stbl. 1941 Nomor 167
(Natuurbeschermingsordonnantie 1941
Staatsblad 1941 Nummer 167) dan Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang
67
Matriks Persandingan RUU Perubahan UU 5/1990 - 20 Nov 2021
68