Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN BRIKET BATUBARA

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa Dapat membuat biobriket
2. Mahasiswa Dapat menganalisis kualitas biobriket

II. DASAR TEORI


2.1. Briket dan Biobriket
Briket merupakan konversi dari sumber energi padat berupa batubara yang
dibentuk dan dicampur dengan bahan baku lain sehingga memiliki nilai kalor
yang lebih rendah daripada nilai kalor batubara itu sendiri. Batubara dan
campuran lain yang digunakan untuk membuat briket akan melalui proses
pembakaran tidak sempurna sehingga tidak sampai menjadi abu atau biasa disebut
dengan proses pengarangan (karbonisasi). Selanjutnya arang tersebut dicampur
dengan perekat, dipadatkan dan dikeringkan kemudian disebut sebagai briket.
Kualitas briket yang baik adalah yang memiliki kandungan karbon yang besar dan
kandungan sedikit abu. Sehingga mudah terbakar, menghasilkan energi panas
yang tinggi dan tahan lama. Sementara Briket kualitas rendah adalah yang berbau
menyengat saat dibakar, sulit dinyalakan dan tidak tahan lama. Jumlah kalori yang
baik dalam briket adalah 5000 kalori dan kandungan abunya hanya sekitar 8%
(Sofyan Yusuf, 2013).
Menurut Sukandarrumidi (1995) dalam J.F. Gultom (2011) dikenal 2 jenis
briket yaitu:
1. Tipe Yontan (silinder berlubang), biasanya digunakan untuk keperluan
rumah tangga. Briket tipe ini berbentuk silinder dengan garis tengah 150
mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan mempunyai lubang-lubang sebanyak
≤ 22 lubang.

BRIKET BATUBARA | 1
2. Tipe Mametan (bantal/telur), biasanya untuk keperluan industri dan rumah
tangga. Jenis ini mempunyai lebar 32-39 mm, panjang 46-58 mm, dan
tebal 20-24 mm.

Selain itu, dikenal pula beberapa briket dengan bentuk lainnya, seperti
briket bentuk kenari, bentuk sarang tawon (honey comb), bentuk hexagonal atau
segi enam, bentuk kubus dan lain sebagainya. Adapun keuntungan dari bentuk
briket yang bermacam-macam ini adalah sebagai berikut: (1) Ukuran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, (2) porositas dapat diatur untuk memudahkan
pembakaran, (3) mudah dipakai sebagai bahan bakar (Adi Chandra Brades dkk,
2007). Biobriket adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan untuk
rumah tangga maupun industri. Biobriket mampu menyuplai energi dalam jangka
panjang.
Biobriket didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan
berasal dari sisa-sisa bahan organik yang mengalami proses pemampatan dengan
daya tekan tertentu. Biobriket dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang
mulai meningkat konsumsinya dan berpotensi merusak ekologi hutan. Biobriket
dapat dibuat dari campuran bermacam-macam sisa bahan organik antara lain
sekam padi, tempurung biji jarak, serbuk gergaji, sabut kelapa, tempurung kelapa
(sudah diarangkan), jerami, bottom ash, bungkil jarak pagar, eceng gondok, kulit
kacang, kulit kayu dan lain-lain. Dalam pembuatan biobriket memerlukan bahan
pengikat. Bahan pengikat organik yang bisa digunakan antara lain kanji, aspal,
mollases, parafin dan lain-lain (Sri Murwanti, 2009).
Penggunaan biobriket diyakini dapat bersaing dengan briket batubara
tentunya dengan berbagai persyaratan. Penggunaan batubara memang secara ad
hoc mampu mengatasi masalah harga BBM yang mahal. Namun dalam jangka
panjang, jika polusi udara maupun darat (sisa pembakaran) tidak ditangani dengan
baik akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Memang nilai kalor dari biobriket
lebih rendah dari batubara, tetapi jika dilihat dari aspek polusinya jauh lebih
rendah dibandingkan polusi dari pembakaran batubara, karena Biobriket juga
mempunyai kadar sulfur yang rendah (kurang dari 1%)

BRIKET BATUBARA | 2
2.2. Analisa Proksimat
1. Kandungan Air
Penentuan Total moisture ada dua cara, yaitu cara satu tahap dan
cara dua tahap. Pada cara satu tahap, semua moisture dalam sampel
langsung ditentukan, sedangkan pada cara dua tahap, peratama
ditentukan free moisture, kemudian ditentukan residual moisture.
Metode yang digunakan yaitu standar ASTM D-3173 dengan rumus :
W 0− W
Kadar air ( % )= × 100 % …(Pers. 1.1)
W s0
Dimana :
W0 = berat sampel dan cawan sebelum dikeringkan (gr)
W = berat sampel dan cawan sesudah dikeringkan (gr)
WS0 = berat sampel awal (gr).

2. Kandungan Abu
Abu adalah bahan yang tersisa apabila bahan bakar padat
dipanaskan hingga berat konstan. Kandungan abu dapat ditentukan
melalui metode ASTM D 3174-02 ‘Standard practice of
determination of ash in the analysis sample of coal and coke from
coal’. Kandungan abu dapat ditentukan dengan rumus berikut:
(m 3 − m4 )
Kadar abu ( % )= …
(m¿ ¿2 − m1 )× 100 % ¿
(pers.1.2)
Dimana :
m1 = berat cawan dan tutupnya (gr)
m2 = berat cawan dan tutupnya tambah sampel (gr)
m3 = berat sampel dan tutupnya tambah ash (gr)
m4 . = berat sampel dan tutupnya setelah semua ash dibuang dan
dibersihkan

3. Volatile Matter

BRIKET BATUBARA | 3
Volatile matter ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel
dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah
dikoreksi oleh kadar moisture). Semakin banyak kandungan volatile
matter pada biobriket maka semakin mudah biobriket untuk terbakar
dan menyala, sehingga laju pembakaran semakin cepat. Besarnya zat
mudah menguap dihitung menggunakan standar ASTM D-3175-02
dengan rumus :

VM =
{ (m2 − m3 )
(mm − m1) }
×100 % − M ad …(pers. 1.3)

Dimana :
m1 =berat cawan kosong + tutupnya (gr)
m2 =berat cawan kosong + tutupnya +sampel sebelum dipanaskan (gr)
m3 =berat cawan kosong + tutupnya +sampel setelah dipanaskan (gr)
M ad =persen moisture dalam sampel yang dianalisis (gr)

4. Fixed Carbon
Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang terdapat
dalam material sisa setelah volatile matter dihilangkan. Penentuan fixed
carbon dapat dilakukan dengan metode ASTM D 3172 dengan rumus
sebagai berikut:
FC ( % )=100 % −(% air+% abu+% VM ) …(pers. 1.4)

5. Nilai kalor
Nilai kalor ditentukan dengan cara membakar sampel dengan
oksigen didalam sebuah bomb calorimeter yang telah dikalibrasi
dalam kondisi terkontrol kalorimeter distandarisasikan dengan
membakar standar asam benzoat murni. Nilai GCV dihitung dari
pengamatan suhu sebelum, selama, dan sesudah pengamatan. Setelah
dikoreksi oleh panas dengan menggunakan thermometer, termokimia,
dan proses lainnya. Kalorimeter terdiri dari bomb, bucket serta
pengaduknya, air didalam bucket, dan bagian termometernya. Untuk

BRIKET BATUBARA | 4
pengujian nilai kalor digunakan standar ASTM D 1928-1976 ‘Solid
mineral fuel-Determination of gross calorific value by the calorimeter
bomb, and calculation of net calorific value’.
{(∆ θ) .C (5 ) − e1 −e 2 − e 3 − e 4 }
Q gr ,v = …(pers. 1.5)
mf
Dimana :

Q gr ,v = GCV pada volume konstan dari sampel yang ditentukan ( Jg )


(∆θ) = kenaikan suhu terkoreksi, dihitung dari pembacaan t 0, kesalahan
thermometer, dan tn

C ( 5) = rata-rata dari lima penentuan kapasitas panas calorimeter ( KJ )


C (1 −4 ) = masing-masing koreksi untuk panas pembakaran benang, kawat
pembakaran, panas pembentukan asam sulfat, dan asam nitrat.(J)
mf = berat sampel bahan bakar (g)

2.3. Standar Mutu Briket


Standar kualitas secara baku untuk briket arang Indonesia mengacu pada
standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6235-2000 dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3. Standar mutu briket
Sifat arang briket Standar SNI
Kadar air (%maks) 8
Bagian yang hilang pada
15
pemanasan 950°C (%maks)
Fixed Carbon (%) -
Kadar abu (%maks) 8
Nilai kalori (cal/g) 5000
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2000)

BRIKET BATUBARA | 5
III. METODOLOGI
III.1. Alat dan Bahan
- Alat yang digunakan :
1. Crusher 7. Batang Pengaduk
2. Screnning 8. Loyang stainless
3. Neraca digital 9. Hot plate
4. Alat pencetak 10. Gelas kimia 250, 500, dan
briket 1000 ml
5. Oven
6. Desikator

- Bahan yang digunakan:


1. Batubara
2. Aquadest
3. Tepung tapioka

III.2. Prosedur Kerja


A. Crushing batubara
1. Menyalakan mesin crusher dengan menekan tombol pada papan kontrol
2. Mengambil batubara sebanyak 10 kg
3. Memasukkan batubara ke dalam mesin crusher secara perlahan-lahan,
diameter maksimal batubara yang dapat masuk kedalam crusher adalah
berkisar 4 -5 cm.
4. Menadah hasil yang diperoleh dari crusher tersebut
5. Diameter batubara hasil olahan crusher dan yang akan masuk kedalam
gasifier adalah 0,91 mm

B. Screnning batubara

BRIKET BATUBARA | 6
1. Menyusun screening dari No. Mesh terkecil (8,10,12,14,16, dan 18 Mesh)
secara berurutan dari atas ke bawah
2. Memasukan batubara yang sudah di crushing ke dalam alat screening
3. Menjalankan alat screen shaker dengan besar Amplitudo 30 A dan
dijalankan selama 6 menit
4. Memasukkan batu bara ke dalam plastik berdasarkan mesh ya

C. Persiapan alang – alang


1. Menggunting alang – alang hingga ukuran kecil
2. Menghaluskan alang – alang yang sudah digunting menggunakan
blender
3. Menscrenning alang – alang dengan ukuran 8 mesh

D. Pembuatan bahan perekat


1. Mencampurkan tepung tapioka dan air dengan perbandingan 1:10
2. Memanaskan campuran hingga bercampur dan berwarna bening

E. Pembuatan briket
1. Menimbang 200 gram batubara dan campurkan dengan perekat kanji
sebesar 10, 15, dan 25 % dari berat batubara.
2. Mengaduk batubara dan indikator kanji hingga menyatu.
3. Mencetak batubara dengan menggunakan alat cetakan (minimal
mendapatkan 5 briket).
4. Mengulangi langkah 1 – 4 dengan berat batubara 160 gram dan alang –
alang 40 gram.
5. Mengulangi langkah 1 – 4 dengan berat batubara 120 gram dan alang – a
alang 80 gram.
6. Mengoven hasil cetakan pada suhu 90 oC selama 1 jam.

BRIKET BATUBARA | 7
F. Prosedur Analisa Biobriket
a. Analisa Kadar Air (ASTM D-3173)
1. Menaikkan suhu oven hingga 105-110oC.
2. Menimbang cawan petridish kosong + tutupnya, mencatat data.
3. Menimbang sampel ± 1 gram kedalam cawan petridish, meletakkan
diatas tray
4. Memasukkan tray beserta sampel ke dalam oven, dan meletakkan tutup
cawan petridish di luar.
5. Memanaskan selama 1 jam
6. Mengeluarkan tray beserta sampel dari oven dan menutup kembali
dengan penutup cawan petridish yang sesuai.
7. Mendinginkan tray beserta sampel di dalam desikator selama ± 5
menit.
8. Menimbang kembali cawan petridish beserta sampel yang telah
didinginkan.
9. Mencatat data analisa pada kembar kerj analisa.
10. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan
11. Perhitungan :
m2 −m 3
% Kadar Air = × 100% .......(pers
m2 −m 1
2.1)
Keterangan :
m1= massa cawan kosong (gram)
m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) (gram)
m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan) (gram)

b. Analisa Kadar Abu (ASTM D 3174)


1. Mencatat nomor sampel, nomor pekerjaan, dan nomor crucible pada
lembar kerja analisa.
2. Menimbang crucible kosong, mencatat data.

BRIKET BATUBARA | 8
3. Menimbang sampel ± 1 gram kedalam crucible, meratakannya lalu
meletakkan diatas tray.
4. Memijarkan crucible yang telah berisi sampel di dalam furnace pada
suhu 400oC-450oC selama 1 jam, kemudian dilanjutkan pada suhu
750oC selama 3 jam. Mengeluarkan crucible dari furnace dan
mendinginkan di dalam desikator selama 5-10 menit.
5. Memanaskan crucible yang berisi residu.
6. Membersihkan resudu di dalam crucible dengan mengggunakan kuas
kering.
7. Menimbang crucible kosong setelah pemanasan.
8. Mencatat data analisa pada lembar kerja analisa.
9. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan :
10. Perhitungan:
m3 −m 4
% Kadar Abu = × 100% .......(pers
m 2− m1
2.2)
Keterangan :
m1= massa cawan kosong (sebelum pemanasan) (gram)
m2= massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) (gram)
m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan) (gram)
m4= massa cawan kosong (setelah pemanasan) (gram)

c. Analisa Uji Volatile Matter (ASTM D 3175)


1. Menaikkan suhu furnace VM hingga 950oC.
2. Mencatat nomor sampel, nomor pekerjaan dan nomor cawan crucible
pada lembar kerja analisa.
3. Menimbang cawan crucible kosong beserta tutup kemudian
mencatatnya pada lembar kerja analisa.
4. Menimbang secara merata sampel ± 1 gram kedalam cawan crucible,
lalu menutupnya kembali dan mencatat hasil timbangan.

BRIKET BATUBARA | 9
5. Memasukkan cawan crucible yang telah berisi sampel ke dalam
furnace beserta tutupnya dan memijarkannya selama 7 menit.
6. Mengeluarkan cawan crucible dari furnace dan mendinginkannya pada
desikator selama 7 menit.
7. Menimbang cawan yang berisi residu yang telah didinginkan tersebut
beserta tutupnya dan mencatatnya pada lembar kerja analisa.
8. Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan :
% Volatile Matter = ¿ × 100% ) – kadar air .......(pers 2.3)
Keterangan :
m1= massa cawan kosong (gram)
m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) (gram)
m3= massa cawan + sampel (setelah pemanasan) (gram)

d. Analisa Uji Fixed Carbon (ASTM D 3172)


Penentuan fixed carbon ditentukan dengan rumus :
% Fixed Carbon = 100% - (% M) - (% ash) - (% VM) ....(Pers.2.4)

IV. DATA PERCOBAAN


- Hasil analisa biobriket 100% batubara

Standar Mutu Briket Variasi Perekat Kanji


Karakteristik
(SNI) 01-6235-2000
10 % 15% 20%
Kadar Air (%) Maks 8
Kadar Abu (% ) Maks 8
Volatile Matter (% ) Maks 15
Fixed Carbon (% ) -

- Hasil analisa biobriket 80% batubara dan 20% Serbuk gergaji

Standar Mutu Briket Variasi perekat Kanji


Karakteristik
(SNI) 01-6235-2000
10 % 15% 20%

BRIKET BATUBARA | 10
Kadar Air (%) Maks 8
Kadar Abu (% ) Maks 8
Volatile Matter (% ) Maks 15
Fixed Carbon (% ) -

Tabel 3.3 Hasil analisa biobriket 60% batubara dan 40% serbuk gergaji

Standar Mutu Briket Variasi Indikator Kanji


Karakteristik
(SNI) 01-6235-2000
10 % 15% 20%
Kadar Air (%) Maks 8
Kadar Abu (% ) Maks 8
Volatile Matter (% ) Maks 15
Fixed Carbon (% ) -

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2000. Standar Mutu Briket. 1 November 2016.


Tim Laboratorium. 2017. Penuntun Praktikum Laboratorium Proses Produksi.
Samarinda : POLNES

BRIKET BATUBARA | 11
BRIKET BATUBARA | 12

Anda mungkin juga menyukai