Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum KI2241

Energetika Kimia

Percobaan A-1

TERMOKIMIA

Nama : Fry Voni Steky

NIM : 10514034

Kelompok : III

Tanggal Percobaan : 30 Maret 2016

Tanggal Pengumpulan : 6 April 2016

Asisten : Suhartini (20514055)

LABORATORIUM KIMIA FISIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016
I. JUDUL PERCOBAAN

Termokimia

II. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan kapasitas kalor kalorimeter bom.


2. Menentukan kalor pembakaran naftalena menggunakan kalorimeter bom.

III. TEORI DASAR

Kalorimeter adalah instrumen yang dapat mengukur perubahan energi yang terjadi
pada suatu sistem sebagai kalor. Kalorimeter terdiri atas banyak jenis dan salah
satu jenis kalorimeter yang umum digunakan adalah kalorimeter bom. Kalorimeter
bom dapat digunakan untuk mengukur perubahan energi pada suatu sistem yang
melibatkan reaksi pembakaran zat, misalnya asam benzoat dan naftalena.
Hubungan antara suhu dengan perubahan energi dalam serta faktor koreksi
diberikan oleh persamaan:

ΔUT + U1 + U2 = –C.(T’ – T) (1)

Kalorimeter bom bekerja pada volume tetap sehingga energi pembakaran yang
didapat merupakan perubahan energi dalam. Untuk menentukan perubahan entalpi,
digunakan hubungan:

ΔHT = ΔUT + (Δn).RT (2)

IV. DATA PENGAMATAN

A. Penentuan Kapasitas Kalor Kalorimeter

massa asam benzoat = 0,95 gr


suhu sistem awal = suhu lingkungan awal = 24,85oC
panjang kawat awal = 10,0 cm
panjang kawat akhir = 5,2 cm
volume titrasi = 7,0 mL

Menit ke- 0 1 2 3 4 5 6 7
Suhu ( C) 24,85 26,35 27,08 27,24 27,30 27,33 27,33 27,33
o

Suhu (K) 297,85 299,35 300,08 300,24 300,30 300,33 300,33 300,33
Tabel 1 Pengukuran suhu saat pembakaran asam benzoat

1
B. Penentuan Kalor Pembakaran Naftalena

massa naftalena = 0,96 gr


suhu sistem awal = suhu lingkungan awal = 24,70oC
panjang kawat awal = 10,0 cm
panjang kawat akhir = 2,4 cm
volume titrasi = 17,4 mL

Menit ke- 0 1 2 3 4 5 6 7
Suhu ( C) 24,70
o
26,85 28,17 28,42 28,47 28,485 28,485 28,485
Suhu (K) 297,70 299,85 301,17 301,42 301,47 301,485 301,485 301,485
Tabel 2 Pengukuran suhu saat pembakaran naftalena

V. PENGOLAHAN DATA

A. Penentuan Kapasitas Kalorimeter


a. Faktor koreksi asam nitrat (U1)
U1 = –Vtitran. 1 kal.mL-1
U1 = –7,0 mL. 1 kal.mL-1
U1 = –7,0 kal
b. Faktor koreksi pembakaran kawat (U2)
U2 = –ΔL. 2,3 kal.cm-1
U2 = – (10,0 – 5,2)cm. 2,3 kal.cm-1
U2 = –11,04 kal
c. Kapasitas kalor
UT .mHOBz + U1 + U2
C=– UT HOBz = -6318 kal.gr-1
∆T
(-6318)kal/gr. 0,95 gr - 7,0 kal - 11,04 kal
C=–
(300,33-297,85)K
C = 2427,48 kal.K-1

B. Penentuan Kalor Pembakaran Naftalena


a. Faktor koreksi asam nitrat (U1)
U1 = –Vtitran. 1 kal.mL-1
U1 = –17,4 mL. 1 kal.mL-1
U1 = –17,4 kal
b. Faktor koreksi pembakaran kawat (U2)
U2 = –ΔL. 2,3 kal.cm-1
U2 = – (10,0 – 2,4)cm. 2,3 kal.cm-1
U2 = –17,48 kal
c. Penentuan perubahan energi dalam naftalena (ΔUT)
-C.∆T + U1 + U2
ΔUT =
mnaftalena

2
-2427,48 kal/K.(301,485-297,70)K - 17,4 kal - 17,48 kal
ΔUT =
0,96 gr
-1 -9607,18 kal 4,184 J 128,17 gr
ΔUT = –9607,18 kal.gr = . .
1 gr 1 kal 1 mol
-1
ΔUT = –5151,98 kJ.mol
d. Penentuan perubahan entalpi naftalena (ΔHT)
C10H8(s) + 12 O2(g) → 10 CO2(g) + 4 H2O(g)
ΔHT = ΔUT + (Δn)RT
ΔHT = –5151,98 kJ.mol-1 + (14–12).8,314. 10-3 kJ.mol-1.K-1. 301,485 K
ΔHT = –5146,96 kJ.mol-1
e. Penentuan persen kesalahan
ΔHlit = –5150,09 kJ.mol-1
|∆Hlit - ∆HT | |-5150,09 - (-5146,96)|
% kesalahan = x 100% = x 100%
∆Hlit -5150,09
% kesalahan = 0,061%

3
VI. PEMBAHASAN

Prinsip Kalorimeter Bom


Kalorimeter bom adalah salah satu jenis kalorimeter yang dapat digunakan untuk
menentukan perubahan energi yang terjadi dalam suatu sistem. Kalorimeter bom
umum digunakan untuk menentukan kalor pembakaran dari reaksi pembakaran
suatu zat. Kalorimeter bom bekerja menurut proses adibatik, yaitu proses yang
tidak melibatkan perpindahan kalor antara sistem dan lingkungan, sehingga
pertukaran energi yang terjadi antara sistem dengan lingkungan hanya energi selain
kalor.

Kalorimeter bom terdiri atas komponen bom, ember berisi air, dan instrumen
kalorimeter. Di dalam bom, terdapat sistem yang menjadi pusat perhatian kita,
sedangkan ember berisi air sebagai lingkungannya. Di antara ember dan instrumen,
terdapat dinding adibatik sehingga tidak ada kalor yang dapat berpindah di antara
keduanya.

Bom dibuat dengan tutup rapat sehingga memiliki volume yang konstan selama
analisis. Di dalam bom, terdapat sampel yang akan dibakar yang diletakkan pada
sebuah pinggan. Sampel yang dibakar harus dibuat menjadi bentuk pelet agar
pembakaran yang terjadi merata. Ke dalam bom, dipasang juga kabel yang
terhubung pada elektroda yang dialiri arus listrik untuk membakar zat yang
diletakkan pada sebuah pinggan. Kedua elektroda tersebut dihubungkan dengan
kawat pemantik yang bersentuhan dengan analit agar pembakaran yang terjadi
sempurna. Selama proses pembakaran, energi akan diterima oleh air di dalam
ember sehingga suhu air akan naik. Untuk menentukan energi yang terlibat dalam
kalorimeter, dilakukan pengukuran suhu pada air.

Seideal apapun suatu kalorimeter, suatu kalorimeter tetap dapat menyerap energi
dari sistem yang dianalisis. Oleh karena itu, kapasitas kalor dari kalorimeter bom
yang terdiri atas seluruh bagian selain sistem harus ditentukan. Kapasitas kalor
adalah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu benda sebesar 1 K atau
1oC. Kapasitas kalor ini dapat ditentukan dengan cara membakar suatu zat yang
diketahui perubahan energinya. Asam benzoat adalah salah satu zat yang dapat
digunakan karena mudah didapat, tidak berbahaya, dan berbentuk padatan sehingga
mudah dibakar. Reaksi yang terjadi pada pembakaran asam benzoat:

2 C7H6O2(s) + 15 O2(g) → 14 CO2(g) + 6 H2O(g)

Selanjutnya, kalorimeter bom yang telah ditentukan kapasitas kalornya dapat


digunakan untuk analisis reaksi pembakaran naftalena. Reaksi yang terjadi pada
pembakaran naftalena:

C10H8(s) + 12 O2(g) → 10 CO2(g) + 4 H2O(g)

4
Faktor Koreksi
Selama analisis, reaksi yang diharapkan terjadi hanyalah reaksi pembakaran zat,
sehingga penentuan kalor pembakaran zat menjadi akurat. Akan tetapi, dapat
terjadi pembakaran zat lain dalam bom yang digunakan. Agar menjadi akurat,
faktor koreksi perlu ditambahkan ke dalam hasil perhitungan. Faktor koreksi ini
akan mengoreksi berbagai kemungkinan yang terjadi pada kalorimeter.

Faktor koreksi yang umum dilakukan adalah pembentukan asam nitrat dan
pembakaran kawat. Selama pembakaran, gas nitrogen (N2) dari udara yang ikut
masuk ke dalam bom yang pada kondisi normal tidak bereaksi dapat teroksidasi
menjadi gas nitrogen dioksida (NO2). Setelah itu, gas nitrogen dioksida akan laruta
dalam air yang dihasilkan dari pembakaran zat menghasilkan asam nitrat (HNO3).
Reaksi yang terjadi:

N2(g) + 2O2(g) → 2NO2(g)


4 NO2(g) + 2 O2(g) + H2O(g) → 4 HNO3(l)

Untuk mendeteksi keberadaan HNO3, bom dibilas dengan air dan kemudian
dititrasi menggunakan natrium karbonat (Na2CO3). Natrium karbonat digunakan
sebagai titran karena natrium karbonat merupakan larutan baku standar yang
bersifat basa sehingga konsentrasinya dapat diketahui dengan tepat dan dapat
digunakan untuk mentitrasi asam kuat. Pada titrasi, metil merah digunakan sebagai
indikator dengan trayek pH 4,8-6,0.

Koreksi lain dari kawat yang terbakar juga perlu diperhatikan. Pada suhu dan
tekanan tinggi, kawat seperti kawat timah mudah terbakar sehingga akan berkurang
jumlahnya selama proses analisis. Faktor koreksi dari terbakarnya kawat ini dapat
ditentukan dari selisih antara panjang kawat awal dengan panjang kawat akhir.

Analisis Hasil dan Data


Dari percobaan, didapat nilai dari kapasitas kalor kalorimeter bom sebesar 2427,48
kal.K-1. Hasil ini menunjukkan bahwa pada setiap kenaikan suhu sebesar 1 K atau
1oC, kalorimeter akan menyerap energi dari reaksi sebanyak 2427,48 kalori.
Kapasitas kalor yang terukur ini adalah kapasitas kalor pada volume tetap, karena
volume pada bom dibuat konstan.

Perubahan entalpi suatu sistem reaksi dapat ditentukan apabila sistem bekerja pada
tekanan tetap. Dengan kalorimeter, perubahan energi yang terukur adalah
perubahan energi dalam bukan perubahan entalpi, karena sistem reaksi terjadi pada
volume tetap, bukan pada tekanan tetap. Oleh karena itu, perlu dilakukan konversi
dari perubahan energi dalam menjadi perubahan entalpi, melalui persamaan
fundamental termodinamika:

5
dU = T.dS – p.dV
dU = dH + p.dV
dH = dU – p.dV
dH = dU – T.dS

Percobaan memberikan nilai perubahan entalpi reaksi pembakaran naftalena


sebesar –5146,96 kJ.mol-1, dengan galat sebesar 0,061% dari literatur yang bernilai
–5150,09 kJ.mol-1. Hal ini menunjukkan bahwa analisis dengan kalorimeter bom
adiabatik sangat baik untuk menentukan perubahan energi yang terjadi dalam
sistem.

VII. KESIMPULAN

Pada percobaan ini, kapasitas kalorimeter bom yang digunakan adalah 2427,48
kal.K-1 dan entalpi pembakaran dari naftalena adalah –5146,96 kJ.mol-1.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Atkins, Peter, Paula, Julio de. (2010). Physical Chemistry, 9th edition. W. H.
Freeman and Company, New York. hal. 181-198.
Balcan, M., Arzik, S., dan Altunata, T. (1996). The determination of the heats of
combustion and the resonance energies of some substituted naphthalenes,
Thermochim. Acta, 278, hlm. 49-56.
Coleman, D. J., dan Pilcher, G. (1966). Heats of combustion of biphenyl, bibenzyl,
naphthalene, anthracene and phenanthrene, Transactions of the Faraday
Society, Vol. 62, hlm. 821-827.
Lide, David R. (2004). CRC Handbook of Chemistry and Physics, 84th edition.
CRC Press, hlm. 1211.

6
IX. LAMPIRAN

A. Jawaban Pertanyaan

1. Apakah perbedaan ΔU dan ΔH?

Perubahan energi dalam (ΔU) merupakan suatu nilai yang menunjukkan


perubahan energi total baik dalam bentuk kalor maupun kerja yang terjadi
dalam sistem dalam keadaan tekanan dan volume berubah.

ΔU = q + W (1)

Perubahan entalpi (ΔH) merupakan salah satu jenis dari perubahan energi
dalam yang terjadi pada sistem pada keadaan tekanan tetap. Pada tekanan
tetap, berlaku persamaan:

ΔU = qp - p.ΔV
qp = ΔU + p.ΔV
ΔH = qp
ΔH = ΔU + p.ΔV (2)

2. Mengapa ΔUk pada persamaan ΔUk = ΔUT + C(T’ – T) sama dengan nol?

Persamaan yang disebutkan merupakan persamaan perubahan energi dalam


untuk kalorimeter. Kalorimeter bom merupakan suatu sistem adibatik, yaitu
sistem yang hanya melibatkan perubahan energi dalam bentuk kerja saja,
sehingga q = 0. Karena kalorimeter bom tidak mengalami perubahan
volume, maka nilai ΔU dari kalorimeter adalah:

ΔUk = q + W
ΔUk = q – p.ΔV
q = 0, ΔV = 0
ΔUk = 0

3. Turunkan persamaan ΔHT = ΔUT + Δn.RT!

Dari penurunan persamaan pada nomor 1 menjadi persamaan (2), yaitu ΔH


= ΔU + p.ΔV, kita dapat mengubah bentuk persamaan dengan menganggap
seluruh gas yang dihasilkan dari reaksi bersifat ideal, sehingga kita dapat
menggunakan persamaan gas ideal,
p. ΔV = Δn.R.T
ΔH = ΔU + Δn.RT (3)

7
4. Perkirakan kalor pembakaran naftalena dari energi ikatan dan data lain
yang diperoleh dari literatur.

C10H8(s) → C10H8(g) ΔH1 = ΔHosub

+ 12 O2(g) → 10 CO2(g) + 4 H2O(g) ΔH2 = ΔHoik

(g) +
C10H8(s) + 12 O2(g) → 10 CO2(g) + 4 H2O(g) ΔHR = ΔHosub + ΔHoik = ΔHoc

Data energi ikatan dan entalpi:


ΔHosub naftalena = 72,32 kJ/mol
E (C=C) = 146 kkal/mol
E (C-C) = 83 kkal/mol
E (H-C) = 99 kkal/mol
E (O=O) = 119 kkal/mol
E (C=O) = 192 kkal/mol
E (H-O) = 111 kkal/mol
Sumber: R. T. Sanderson, Polar Covalence, 1983

ΔHoik = Eik reaktan – Eik produk


= [8. E (C-H) + 5. E (C=C) + 6. E (C-C) + 12. E (O=O)]
– [24. E (C=O) + 8. E (H-O)]
= [8. 99 + 5. 146 + 6. 83 + 12. 119] – [20. 192 + 8. 111]
o
ΔH ik = -1280 kkal/mol = -5355,520 kJ/mol

ΔHoc = ΔHosub + ΔHoik = 72,32 – 5355,520


ΔHoc = -5283,2 kJ/mol

8
B. Data Pengamatan

C. Literatur Entalpi

Sumber: Balcan, M., Arzik, S., dan Altunata, T. The determination of the heats
of combustion and the resonance energies of some substituted naphthalenes,
1996

Anda mungkin juga menyukai