Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKHNOLOGI HASIL HUTAN

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ARANG BRIKET

Nama : Putra Ananda


NIM : D1D016062

Dosen Pengampu :
Jauhar Khabibi,S.Hut.,M.Si

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Serbuk kayu merupakan salah satu limbah industri pengolahan kayu seperti
serbuk gergajian, sebetan, sisa kupasan. Briket merupakan gumpalan yang terbuat
dari bahan lunak yang dikeraskan. Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau
batang batangan arang yang terbuat dari biomassa. Briket bioarang ini merupakan
sumber 4 energi yang penting seperti bahan bakar lainnya. Bahan-bahan yang dapat
juga digunakan misalnya, daun-daun yang sudah kering, bagian dari buah, dan
tanaman-tanaman tertentu yang kurang bermanfaat dapat juga dijadikan briket. Ini
termasuk upaya dalam rangka mengurangi sampah-sampah dedaunan, pemanfaatan
tumbuhan yang jarang digunakan, dan usaha untuk mengurangi ketergantungan akan
minyak bumi. Sebagai bahan dasar pembuatan briket, tentu saja harus dipilih bahan
yang memiliki unsur karbon. Salah satu bahan tanaman yang bisa di manfaatkan
untuk menghasilkan karbon adalah cangkang biji ketapang.
Pembuatan briket juga tergolong mudah. Proses pembuatannya adalah dengan
metode pengarangan. Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka
cara ini dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan. Bahan
pembuatan briket arang mudah didapatkan yaitu berupa tanaman-tanaman atau
limbah dedaunan. Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka dapat
menghemat penggunaan minyak tanah dan elpiji yang sering digunakan masyarakat.
Selain itu, penggunaan briket dari ketapang dapat menghemat pengeluaran biaya
untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji. Dengan memanfaatkan ketapang sebagai
bahan pembuatan briket arang maka akan meningkatkan pemanfaatan tumbuhan yang
jarang digunakan, karena selama ini buah ketapang dibiarkan begitu saja dan tidak
dimanfaatkan.
Briket dengan kerapatan tinggi dapat meningkatkan nilai kalor bakarnya.
Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan keseragaman partikel
penyusun briket tersebut. Semakin tinggi keseragaman ukuran partikel, kerapatan dan
keteguhan briket semakin tinggi pula (Nurhayati, 1983). Kerapatan briket pada
penelitian ini relatif sama pada berbagai konsentrasi perekat tapioka dan gaplek,
karena besarnya tekanan pengempaan juga sama. Namun kerapatan yang sama
ternyata tidak menggambarkan ketahanan tekan yang sama.
Ketahanan atau keteguhan tekan menunjukkan daya tahan atau kekompakan
briket terhadap tekanan luar sehingga mengakibatkan briket itu pecah atau hancur.
Semakin besar nilai kekuatan tekan berarti daya tahan atau kekompakan briket
semakin baik. Kondisi tersebut sangat menguntungkan di dalam pengemasan maupun
distribusi atau pengangkutan (Hendra dan Darmawan, 2000). Semakin tinggi
konsentrasi perekat ada kecenderungan semakin tinggi kekuatan pecahnya. Hal ini
disebabkan dengan bertambahnya kadar perekat maka ikatan partikel bahan semakin
kuat. Rata-rata nilai ketahanan tekan briket dengan perekat tapioka lebih tinggi
dibandingkan briket dengan perekat gaplek. Hal ini disebabkan kandungan pati
sebagai perekat pada tapioka lebih tinggi dibandingkan pada gaplek.
Menurut Stevens dan Verhe (2004), pembakaran biomassa akan mengubah
bahan anorganik menjadi abu. Pada tahap pertama proses pembakaran, kandungan air
diuapkan untuk mengeringkan bahan, dan kemudian bahan volatil dikeluarkan dan
terbakar. Selanjutnya, biomassa padat diubah menjadi volatil dan arang padat. Tahap
akhir pembakaran adalah oksidasi arang.

1.2. Tujuan Pratikum


Adapun tujuan pratikum ini dilakukan agar mahasiswa mampu melakukan
pengujian dan analisis briket arang

BAB II
METODOLOGI
2.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum adalah sebagai berikut:
Hari / Tanggal : Kamis / 15 November 2018
Pukul : 13.00 WIB s/d
Tempat : Laboratorium Teknologi Hasil Hutan

2.2. Alat dan Bahan


Briket arang dilakukan setelah pembuatan arang selesai, adapun arang yang
dipakai adalah arang yang telah jadi dan siap dipakai, dan bahan – bahan yang
digunakan adalah :
 Alat :
 Kompor gas  Saringan/ jarring net
 Panci  Timbangan
 Spatula  Bunsen
 Nampan  Kompor Spritus
 Penghalus arang

 Bahan :
 Tepung Kanji
 Arang dari Ampas Tebu
 Air
 Spritus

2.3. Prosedur Kerja


2.3.1 Pembuatan Briket
 Hancurkan arang dengan menggunakan alat penghalus arang.
 Kemudian saring arang tersebut dengan menggunakan saringan/ jaringan net,
dan arang yang lolos dari saringan yang akan digunakan. Jika arang yang
tidak lolos akan dihancurkan kembali hingga lolos.
 Arang yang lolos ditimbang seberat 500 gr dan dicampur dengan perekat
dengan perbandingan 1 : 1.
 Masukkan air dan tepung kanji ke dalam panci dengan perbandingan 2: 24
kemudian aduk didalam panci dan kondisi kompor gas menyala dan aduk
terus hingga tepung berubah menjadi bening yang akan digunakan sebagai
bahan perekat.
 Timbang perekat dan arang yang lolos dari jaringan/jarring net masing-
masing 500 g
 Kemudian aduk secara merata arang dan bahan perekat hingga menyatu.
 Timbang campuran tersebut seberat ±20 gr dengan jumlah 25 buah.
 Bahan yang ditimbang kemudian dicetak dengan alat penghalus arang .
 Lakukan pengovenan briket yang sudah dibuat selama 24 jam dengan suhu ±
105º C.

2.3.2. Pengujian Briket


a) Uji Ketahanan Beban
 Pilih 3 buah briket yang sudah dioven.
 Kemudian jatuhkan briket dari ketinggian 2m.
 Catat berapa kali briket dijatuhkan hingga briket hancur menjadi kepingan –
kepingan besar.
 Lakukan sebanyak 3 pengulangan.
 Kemudian hitung nilai IRI dari briket tersebut dengan rumus :
100 x Rata−rata penjatuhan
Rata−rata k epingan
b) Uji Ketahanan Air
 Pilih 3 buah briket yang sudah dioven
 Kemudian timbang berat ketiga briket tersebut
 Masukkan ketiga briket tersebut ke dalam air selama 30 menit.
 Setiap 10 menit lakukan pengetesan dengan perlakuan teakanan terhadap
briket.
 Setelah 30 menit angkat briket dan tiriskan dan timbang kembali.
( Bbr−Bba ) x 100 %
 Hitunglah % peresapan airnya dengan rumus :
Bba
 Dengan : - Bba (berat briket sebelum direndam)
- Bbr (berat setelah peresapan air)
 Setelah itu hitunglah water resistant indexnya (WRI) dengan rumus :
 100 - % peresapan air setelah 30 menit.

c) Laju Pembakaran
 Pecahan hasil uji ketahanan beban kemudian pilih 3 buah yang paling besar.
 Kemudian timbang pecahan – pecahan tersebut.
 Bakar pecahan tersebut di atas bunsen sampai pecahan tersebut terbakar.
 Kemudian padamkan apinya dan tunggu hingga bara tersebut berubah menjadi
abu.
 Lakukan pada ketiga pecahan.
 Hitung waktu laju penyalaan mulai dari bara hingga berubah menjadi abu.
Bba( g)
 Hitung laju pembakaran dengan rumus :
Lama waktu (s)
 Dengan : Bba ( berat pecahan briket)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Kerapatan
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
Kerapatan
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Medang Ampas Tebu Serasah Tembesu Renghas

Kadar Air
1.6
1.4
1.2
1
Kadar Air
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Medang Ampas Tebu Serasah Tembesu Renghas
Ketahanan Air
120

100

80
Ketahanan Air
60

40

20

0
Medang Ampas Tebu Serasah Tembesu Renghas
Ketahanan Beban
30

25

20
Ketahanan Beban
15

10

0
Medang Ampas Tebu Serasah Tembesu Renghas

Laju Pembakaran
0.03

0.02

0.02 Laju Pembakaran

0.01

0.01

0
Medang Ampas Tebu Serasah Tembesu Renghas

3.2. Pembahasan
Briket adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang
tersusun dari butiran halus dari bahan yang mengandung karbon tinggi dengan sedikit
campuran bahan perekat. Briket merupakan bahan bakar padat yang dapat digunakan
untuk memasak. Briket Arang adalah arang yang diperoleh dengan membakar
biomassa kering dengan sedikit udara (karbonisasi). Manfaat Briket yaitu sebagai
pengganti bahan bakar lain seperti kayu bakar, minyak tanah, dan lain-lain ;
merupakan bahan bakar yang cukup aman dalam proses penghidupannya ; dan mudah
ditemui karena bahan utamanya disediakan oleh alam.
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat diketahui bahwa
pengukuran kadar air sangat penting. Kadar air kayu adalah banyaknya air
yang terkandung dalam kayu yang dinyatakan dalam persen (%) terhadap
berat kering ovennya. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan
yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) yaitu Kadar air
mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, atau berdasarkan berat
kering (dry basis) yaitu kadar airnya dapat lebih dari 100% (Syarif dan Halid,
1993). Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat
bahan basah, misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gr bahan disebut
kadar air berat basah. Berat bahan kering adalah berat bahan setelah
mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap
(konstan), namun pada proses pengeringan air yang terkandung dalam bahan
tidak dapat seluruhnya diuapkan (Kusumah, dan Andarwulan, 1989).
Tinggi rendahnya kadar air arang kayu dipengaruhi oleh lama proses
pengarangan serta faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban disekitarnya
setelah pendinginan dilakukan. Nilai kadar air arang kayu dari setiap pembakaran
bervariasi karena adanya perbedaan menyerap dan mengeluarkan air (sifat
higroskopis dan porositas dari arang) terhadap lingkungan sekitar sehingga tercapai
kadar air kesetimbangan (Fatriani, 2006). Kadar air pada arang juga dipengaruhi oleh
berat jenis kayu. Semakin tinggi berat jenis kayu semakin rendah kemampuan air
untuk menyerap ke dalam kayu (Damanik, 2009).
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dengan adanya briket kita dapat mengolah bahan-bahan yang sudah tidak
terpakai lagi menjadi barang yang lebih multifungsi dan proses pembriketan adalah
proses pengolahan yang mengalami perlakuan pencampuran bahan baku, pencetakan,
dan pengeringan. Sehingga diperoleh briket yang mempunyai bentuk, ukuran fisik,
dan sifat kimia tertentu.

4.2. Saran
Saran saya agar praktikum ini lebih baik kedepannya yaitu dalam
pembuatan briket sebaiknya dilakukan dengan menggunakan peralatan standar agar
hasil praktikum yang didapatkan lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Boedjang, K. 1973. Pembuatan Arang Cetak. Laporan Karya Utama. Departemen


Teknologi Kimia, Fakultas Teknologi Industri ITB, Bandung.

Hendra, D dan S. Darmawan. 2000. Pembuatan briket arang dari serbuk gergajian
kayu dengan penambahan tempurung kelapa. Buletin Penelitian Hasil Hutan
18 (1): 1-9.
Hendra, D dan G. Pari. 2000. Penyempurnaan Teknologi Pengolahan Arang. Laporan
Hasil Penelitian Hasil Hutan, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Bogor.

Kandpal, J.B. and M. Madan. 1995. Jatropha curcas : A Renewable source of energy
for meeting future energy needs. Technology Note. Renewable Energy, 6 (2) :
159-160 Mikrova, K. 1985. Pengaruh Pengempaan dan Jenis Perekat dalam
Pembuatan Arang Briket dari Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis quinensis
Jacq). Skripsi. FATETA IPB, Bogor. (tidak diplubikasikan)

Sudrajat, R. 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat dan Ketahanan Kempa
terhadap Kualitas Briket Arang. Laporan No. 165. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Agung Setiawan, Okvi Andrio, Pamilia Coni Wanti, “pengaruh komposisi pembuatan
biobriket dari campuran kulit kacang dan serbuk gergaji terhadap nilai
pembakaran”, Jurnal Teknik Kimia, 18 no. 2, h. 9
A. Rasyidi Fachry, dkk, “Mencari Suhu Optimal Proses Karbonisasi dan Pengaruh
PencampuranBatu Bara Terhadap Kualitas Briket Eceng Gondok”, Jurnal
Teknik Kimia, 17 no. 2, ( 2010), 59
Reny Nurainy, Sri Sumiyati, Endro Sustrisno, “Pemanfaatan Ampas Bioetanol Dari
Kulit Pisang (Musa Sapientum) Sebagai Briket”, (2013), h. 2

Anda mungkin juga menyukai