Dosen Pengampu :
Jauhar Khabibi,S.Hut.,M.Si
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
METODOLOGI
2.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum adalah sebagai berikut:
Hari / Tanggal : Kamis / 15 November 2018
Pukul : 13.00 WIB s/d
Tempat : Laboratorium Teknologi Hasil Hutan
Bahan :
Tepung Kanji
Arang dari Ampas Tebu
Air
Spritus
c) Laju Pembakaran
Pecahan hasil uji ketahanan beban kemudian pilih 3 buah yang paling besar.
Kemudian timbang pecahan – pecahan tersebut.
Bakar pecahan tersebut di atas bunsen sampai pecahan tersebut terbakar.
Kemudian padamkan apinya dan tunggu hingga bara tersebut berubah menjadi
abu.
Lakukan pada ketiga pecahan.
Hitung waktu laju penyalaan mulai dari bara hingga berubah menjadi abu.
Bba( g)
Hitung laju pembakaran dengan rumus :
Lama waktu (s)
Dengan : Bba ( berat pecahan briket)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Kerapatan
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
Kerapatan
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Medang Ampas Tebu Serasah Tembesu Renghas
Kadar Air
1.6
1.4
1.2
1
Kadar Air
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Medang Ampas Tebu Serasah Tembesu Renghas
Ketahanan Air
120
100
80
Ketahanan Air
60
40
20
0
Medang Ampas Tebu Serasah Tembesu Renghas
Ketahanan Beban
30
25
20
Ketahanan Beban
15
10
0
Medang Ampas Tebu Serasah Tembesu Renghas
Laju Pembakaran
0.03
0.02
0.01
0.01
0
Medang Ampas Tebu Serasah Tembesu Renghas
3.2. Pembahasan
Briket adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang
tersusun dari butiran halus dari bahan yang mengandung karbon tinggi dengan sedikit
campuran bahan perekat. Briket merupakan bahan bakar padat yang dapat digunakan
untuk memasak. Briket Arang adalah arang yang diperoleh dengan membakar
biomassa kering dengan sedikit udara (karbonisasi). Manfaat Briket yaitu sebagai
pengganti bahan bakar lain seperti kayu bakar, minyak tanah, dan lain-lain ;
merupakan bahan bakar yang cukup aman dalam proses penghidupannya ; dan mudah
ditemui karena bahan utamanya disediakan oleh alam.
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat diketahui bahwa
pengukuran kadar air sangat penting. Kadar air kayu adalah banyaknya air
yang terkandung dalam kayu yang dinyatakan dalam persen (%) terhadap
berat kering ovennya. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan
yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) yaitu Kadar air
mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, atau berdasarkan berat
kering (dry basis) yaitu kadar airnya dapat lebih dari 100% (Syarif dan Halid,
1993). Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat
bahan basah, misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gr bahan disebut
kadar air berat basah. Berat bahan kering adalah berat bahan setelah
mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap
(konstan), namun pada proses pengeringan air yang terkandung dalam bahan
tidak dapat seluruhnya diuapkan (Kusumah, dan Andarwulan, 1989).
Tinggi rendahnya kadar air arang kayu dipengaruhi oleh lama proses
pengarangan serta faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban disekitarnya
setelah pendinginan dilakukan. Nilai kadar air arang kayu dari setiap pembakaran
bervariasi karena adanya perbedaan menyerap dan mengeluarkan air (sifat
higroskopis dan porositas dari arang) terhadap lingkungan sekitar sehingga tercapai
kadar air kesetimbangan (Fatriani, 2006). Kadar air pada arang juga dipengaruhi oleh
berat jenis kayu. Semakin tinggi berat jenis kayu semakin rendah kemampuan air
untuk menyerap ke dalam kayu (Damanik, 2009).
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dengan adanya briket kita dapat mengolah bahan-bahan yang sudah tidak
terpakai lagi menjadi barang yang lebih multifungsi dan proses pembriketan adalah
proses pengolahan yang mengalami perlakuan pencampuran bahan baku, pencetakan,
dan pengeringan. Sehingga diperoleh briket yang mempunyai bentuk, ukuran fisik,
dan sifat kimia tertentu.
4.2. Saran
Saran saya agar praktikum ini lebih baik kedepannya yaitu dalam
pembuatan briket sebaiknya dilakukan dengan menggunakan peralatan standar agar
hasil praktikum yang didapatkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Hendra, D dan S. Darmawan. 2000. Pembuatan briket arang dari serbuk gergajian
kayu dengan penambahan tempurung kelapa. Buletin Penelitian Hasil Hutan
18 (1): 1-9.
Hendra, D dan G. Pari. 2000. Penyempurnaan Teknologi Pengolahan Arang. Laporan
Hasil Penelitian Hasil Hutan, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Bogor.
Kandpal, J.B. and M. Madan. 1995. Jatropha curcas : A Renewable source of energy
for meeting future energy needs. Technology Note. Renewable Energy, 6 (2) :
159-160 Mikrova, K. 1985. Pengaruh Pengempaan dan Jenis Perekat dalam
Pembuatan Arang Briket dari Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis quinensis
Jacq). Skripsi. FATETA IPB, Bogor. (tidak diplubikasikan)
Sudrajat, R. 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat dan Ketahanan Kempa
terhadap Kualitas Briket Arang. Laporan No. 165. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Agung Setiawan, Okvi Andrio, Pamilia Coni Wanti, “pengaruh komposisi pembuatan
biobriket dari campuran kulit kacang dan serbuk gergaji terhadap nilai
pembakaran”, Jurnal Teknik Kimia, 18 no. 2, h. 9
A. Rasyidi Fachry, dkk, “Mencari Suhu Optimal Proses Karbonisasi dan Pengaruh
PencampuranBatu Bara Terhadap Kualitas Briket Eceng Gondok”, Jurnal
Teknik Kimia, 17 no. 2, ( 2010), 59
Reny Nurainy, Sri Sumiyati, Endro Sustrisno, “Pemanfaatan Ampas Bioetanol Dari
Kulit Pisang (Musa Sapientum) Sebagai Briket”, (2013), h. 2