Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PENETAPAN KADAR ABU PADA SUSU DAN OLAHAN SUSU

Disusun oleh:
Ana Selfi Maria Ulfa
(41204720115007)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA


UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2017
PENETAPAN KADAR ABU PADA SUSU DAN OLAHAN SUSU

I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui kadar abu pada susu dan
olahan susu.

1.2 Dasar Teori


Prinsip penentuan kadar abu di dalam bahan pangan adalah dengan
menimbang berat sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada
suhu sekitar 5500C. Penetuan kadar abu dapat dilakukan secara
langsung dengan cara membakar bahan pada suhu tinggi (500-6000C)
selama beberapa (2-8) jam dan kemudian menimbang sisa pembakaran
yang tertinggal sebagai abu. Jumlah sampel pada analisis kadar abu
adalah sekitar 2-5 gram untuk bahan yang banyak mengandung mineral,
(misalnya ikan, daging, susu, dan biji-bijian), atau lebih besar lagi; 20-
25 gram untuk bahan yang mengandung sedikit mineral seperti buah
segar, jus, dan anggur.

Penentuan kadar abu juga dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu
dengan cara melarutkan sampel ke dalam cairan yang ditambahkan
oksidator. Setelah itu baru dilakukan pembakaran sampel. Cara
pengabuan ini disebut pengabuan cara basah dan keuntungannya adalah
suhu pembakaran tidak terlalu tinggi.

berat abu (gram)


Kadar Abu (%) = berat sampel (gram) × 100

1
II. METODE PERCOBAAN
2.1 Waktu dan Tempat
Percobaan dilakukan di Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA,
Universitas Nusa Bangsa pada hari Sabtu tanggal 21 Januari 2017.

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
a. Cawan pijar / cawan porselen
b. Penjepit cawan
c. Pembakar bunsen
d. Tanur

2.2.2 Bahan
a. Sampel plant yoghurt (A)
b. Sampel plant yoghurt (B)
c. Sampel susu murni (C)
d. Sampel susu ultra (E)
e. Sampel bibit yoghurt (G)
f. Sampel bibit yoghurt (H)

2.3 Cara Kerja


1) Cawan pijar dipanaskan ke dalam oven dengan pengaturan suhu
100-1050C selama 30 menit.
2) Setelah dipanaskan di dalam oven, cawan didinginkan dalam
desikator selama 15 menit.
3) Cawan yang telah dingin, ditimbang dengan timbangan analitik
(cawan bobot kosong tetap).
4) Sampel dimasukan ke dalam cawan yang telah ditimbang bobot
konstannya sebanyak 2 gram.

2
5) Cawan yang berisi sampel dipanaskan di atas nyala pembakar
bunsen terlebih dahulu (pemanasan dengan suhu rendah) hingga
menjadi arang.
6) Kemudian cawan dipindahkan ke dalam tanur untuk proses
pengabuan (pemanasan suhu tinggi; 550-6000C) selama 6 (enam)
jam.
7) Cawan yang dipanaskan di dalam tanur, lalu didinginkan di dalam
desikator selama 15 menit.
8) Cawan ditimbang sebagai berat abu.

III. HASIL PERCOBAAN


3.1 Data Pengamatan
Tabel 1. Kadar Abu dalam Beberapa Jenis Sampel
Berat Sampel Berat Abu Kadar Abu *
Kode Sampel
(gram) (gram) (%)
A 2,0112 0,0107 0,53
B 2,0081 0,0115 0,57
C 2,0021 0,0124 0,62
E 2,0067 0,0141 0,70
G 2,0168 0,0118 0,59
H 2,0173 0,0112 0,56
Rerata 0,60
Standar Deviasi 0,06
*) Perhitungan kadar menggunakan rumus berikut:
berat abu (gram)
Kadar Abu (%) = berat sampel (gram) × 100

3.2 Pembahasan
Kadar abu dalam sampel ditetapkan secara gravimetri. Sampel yang
digunakan ada 6 (enam) jenis yang bahan bakunya menggunakan susu,
masing-masing sampel diberi kode A untuk sampel plant yoghurt, kode
B untuk sampel plant yoghurt, kode C untuk sampel susu murni, kode E

3
untuk sampel susu ultra, kode G untuk sampel bibit yoghurt, dan kode
H untuk sampel bibit yoghurt.

Sampel yang telah dikeringkan digunakan untuk penetapan kadar abu


total yang dipanaskan di dalam tanur pada temperatur 5500C sampai
sampel tersebut bebas karbon (pemanasan dilanjutkan hingga warna
hitam hilang atau residu abu berwarna putih keabuan) selama 4 (empat)
jam, kemudian sampel dipindahkan ke dalam desikator untuk
pendinginan (Gemechu, et.al., 2015).

Residu abu diperoleh dari sampel-sampel yang merupakan senyawa


organik. Sampel yang dipanaskan terjadi pendestruksian senyawa
organik, sehingga yang tersisa hanya unsur mineral dan anorganik.
Mineral dan anorganik yang tersisa merupakan residu abu yang
kemudian dihitung dengan rumus berikut:
berat abu (gram)
Kadar Abu (%) = berat sampel (gram) × 100

Tujuan penetapan ini adalah untuk memberikan gambaran kandungan


mineral. Selain itu penetapan kadar abu juga dimaksudkan untuk
mengontrol jumlah pencemar benda-benda organik seperti debu, atau
zat pengotor yang terikut dalam sediaan nabati maupun hewani
(Salamah, dkk., 2013).

Dari hasil tersebut diketahui bahwa sampel yang diuji mempunyai


kisaran kadar abu 0,53 – 0,70% b/b. Dalam hal ini dapat diketahui jika
kadar abunya relatif tinggi maka kandungan mineral dalam sampel uji
juga tinggi. Sampel dengan kode C dan E memiliki kadar mineral
paling tinggi, sedangkan sampel dengan kode A, B, G, dan H relatif
rendah namun masih memenuhi standar mutu yoghurt yaitu maksimum
1,0% (SNI, 1992).

4
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penetapan kadar abu dengan pembakaran
langsung secara gravimetri yang dilakukan terhadap 6 (enam) jenis
sampel uji menunjukan bahwa sampel susu (kode sampel C dan E)
memiliki kadar abu yang besar dibandingkan dengan produk olahan
susu (kode sampel A, B, G, dan H), sehingga susu memiliki kandungan
mineral yang tinggi.

4.2 Saran
Perlunya pengkajian lebih lanjut terkait parameter uji sampel produk
olahan susu dan uji lanjutan jika dilakukan pemberian varian rasa
dengan buah asli.

V. DAFTAR PUSTAKA
Gemechu, T., Fekadu Beyene, and Mitiku Eshetu. 2015. Physical and
Chemistry Quality of Raw Cow’s Milk Produced and Marketed in
Shashemene Town, Southern Ethiopia. Journal of Food and
Agricultural Science, Vol. 5 (2), pp.9.

Legowo, A.M., dan Nurwantoro. 2004. Diktat Kuliah Analisis Pangan.


Semarang: Universitas Diponegoro, Fakultas Peternakan.

Salamah, N., dan Barokati Azizah. 2013. Standarisasi Parameter Non Spesifik
dan Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak
Terpurifikasi Rimpang Kunyit. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 3(1),
hal.28. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, Fakultas Farmasi.

Yenrina, Rina. 2015. Metode Analisis Bahan Pangan dan Komponen Bioaktif.
Padang: Universitas Andalas.

5
LAMPIRAN 1. Bagan Kerja Penetapan Kadar Abu dan Data
Penimbangan Sampel

6
LAMPIRAN 2. Perhitungan Kadar Abu

7
LAMPIRAN 2. Perhitungan Kadar Abu (Lanjutan)

8
LAMPIRAN 3. Sampel Setelah Proses Pengabuan

9
LAMPIRAN 4. Sampel yang didinginkan dalam Desikator

10
LAMPIRAN 5. Penimbangan Sampel Setelah Proses Pengabuan

11
LAMPIRAN 6. Tanur

12

Anda mungkin juga menyukai