OLEH :
NURUL KHASANAH
1321800005
KELOMPOK 1
I. Tujuan
Untuk mengetahui jumlah kadar abu yang ada dalam suatu bahan pangan
3.2 Bahan
a. Kacang kedelai
Sampel Berat Cawan Berat Sampel Berat Cawan + Sampel Setelah % Kadar
Sebelum di (gr) Dikeringkan abu
Tanur (gr)
Kedelai I 43.4320 2.0018 43.5770 7.2 %
Kedelai II 44.2949 2.0011 44.4391 14.42%
Rata - rata 10.83%
5.2 Perhitungan
𝑎−𝑏
Rumus Kadar Abu = × 100%
𝑐
Keterangan :
a = berat cawan + sampel setelah dikeringkan
b = berat cawan kosong
c = berat sampel mula-mula
VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan praktikum dengan judul penentuan kadar abu.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jumlah kadar abu yang ada dalam
suatu bahan pangan. Bahan pangan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kacang
kedelai. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan
air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat
organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu
bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi
komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu.
Dalam praktikum ini penentuan kadar abu dilakukan dengan metode tanur.
Prinsip kerja tanur adalah dengan menggunakan tanur ( 300˚C – 800 ˚C) selama ± 3 jam,
lalu praktikum ini menggunakan berbagai macam alat dan bahan yang dapat memperlancar
praktikum. Bahan yang digunakan adalah kacang kedelai yang berfungsi sebagai sampel
yang akan diuji kandungan mineral atau kadar abu dalam sampel dan juga tissue digunakan
untuk membersihkan crusble atau cawan porselin.
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah Crusible atau cawan porselin yang
berfungsi sebagai wadah sampel, neraca analitik yang digunakan untuk menimbang cawan
porselin dan juga sampel, kemudian spatula yang berfungsi untuk mengambil sampel yang
akan digunakan. Lalu penjepit kayu yang digunakan untuk mengambil dan menaruh dari
oven, desikator timbangan dan juga tanur, kemudian desikator berfungsi untuk
menstabilkan suhu pada cawan porselin agar tidak menambah bobotnya, lalu oven yang
berfungsi menghilangkan kandungan kadar air pada cawan porselin.
Pada praktikum kali ini di siapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar
mempermudah praktikum lalu ditimbang 2 cawan porselin kosong yang sebelumya sudah
dipanaskan di oven agar tidak ada uap air yang menempel didalam atau pada cawan
porselin dan dimasukan ke desikator agar menstabilkan suhu sehingga tidak
mempengaruhi berat penimbangan. Dimasukkan sampel sebesar 2 gram ke dalam setiap
cawan porselin dalam penimbangan. (Ditimbang kedua cawan + sampel) lalu Dimasukkan
cawan berisi sampel kedalam tanur dengan suhu 400°C – 550oC selama kurang lebih 3
jam agar membuat sampel menjadi abu atau arang sehingga bisa dihitung atau diketahui
kandungan mineralnya. Pemanasan pada suhu tersebut untuk melindungi kandungan
bahan yang bersifat volatil dan bahan berlemak hingga kandungan asam ilang. Kemudian
Dikeluarkan dari tanur dan dimasukkan kedalam desikator ± 15 menit agar menurunkan
suhu sehingga tidak mempengaruhi penimbangan lalu ditimbang masing-masing cawan
dan dicatat serta dilakukan perhitungan.
Setelah didapatkan data pengamatannya maka dilakukan perhitungan dengan
rumus berat pengeringan akhir dikurangi berat cawan kosong kemudian dibagi berat
sampel lalu dikali 100 %, maka pada kadar abu cawan dengan cawan I berat cawan
ditambah sampel setelah pengeringan adalah 43.5770 gram, berat sampelnya 2.0018 gram
dengan berat cawan porselin kosongnya adalah 43.4320 gram. Setelah dihitung
mendapatkan hasil 7.2 % setelah itu menghitung kadar abu pada cawan II, diketahui berat
cawan ditambah sampel setelah dikeringkan adalah 44.4391 gram dan sampel awalnya
2.0011 gram serta berat cawan kosongnya 44.2949 gram, setelah dihitung mendapatkan
hasil 14.42 %. Setelah didapatkan kedua kadar abu dari masing-masing cawan maka
dilakukan rata-rata yaitu kadar abu cawan I ditambah kadar abu dengan cawan II dibagi 2
menghasilkan 10.83 %. Jadi kadar abu pada kedelai sebesar 10.83 %.
Jika dilihat dari Syarat Mutu kedelai menurut SNI 01-3144-2009 diketahui kadar
Abunya yaitu maksimal 1.5 %, dari hasil praktikum yang dilakukan hasilnya melewati
ketentuan. Kemungkinan karena tidak dilakukan pengeringan terlebih dulu pada sampel,
sehingga sampel nya masih mempunyai kadar air yang tinggi dan dapat mempengaruhi
bobot bahan. Pengeringan bisa dilakukan dengan oven atau dengan membakar dengan
nyala bunsen sampai terbentuk karbon dan baru dimasukkan ke dalam tanur sampai
terbentuk abu berwarna putih.
Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk
menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan, untuk mengetahui jenis bahan yang
digunakan, dan untuk parameter nilai gizi bahan makanan. Ada kandungan abu yang tidak
larut dalam asam yang cukup tinggi yang menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil praktikum penentuan kadar abu pada sampel kacang
kedelai adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil praktikum didapatkan kadar abu pada sampel kacang kedelai adalah 10.83%