Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN LENGKAP

PENENTUAN KADAR ABU

KELOMPOK 5

KELAS 22 A

NURJANNAH : 105131100322

HAQIQIH NURMIN : 105131101122

MIFTAKHUL MAGFIRAH : 105131102022

WIFA FAUZIYAH : 105131102222

WAHYUNI NUR RAHMA : 105131103222

SELFIRA : 105131104122

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang

atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan lengkap dengan judul

“PENETAPAN KADAR ABU”. Penulisan ini adalah salah satu syarat

masuk laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dalam praktikum selanjutnya

mata kuliah Farmakognosi 1.

Dalam penulisan laporan praktikum, ini kami merasa masih banyak

kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan

kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak

sangat kami harapkan demi penyempurnaan laporan ini. Atas tersusunnya

laporan ini, maka kami menyampaikan rasa terima kasih kepada ibu apt.

FITYATUN USMAN,S.Si.,M.Si dan apt. Hj. AINUN JARIAH, S. Farm.,

M.Kes selaku Dosen pengampuh mata kuliah Farmakignosi 1 , seluruh

asisten laboratorium, dan pihak yang telah membantu hingga laporan ini

akhirnya rampung. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi

sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khusunya bagi

kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Makassar, 5 November 2023

Kelompok 5
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki pulau

sekitar 17.000 pulau, 300 kelompok etnis dan 30.000 spesies tumbuhan.

Tumbuhan digunakan untuk berbagai keperluan oleh suku asli, terutama

dalam praktek pengobatan tradisional (Pandiangan et al., 2019).

Tanaman herbal telah banyak digunakan di seluruh dunia sebagai

bentuk perawatan kesehatan dan pengobatan modern. Obat tradisional

efektif secara klinis dan lebih disukai karena efek samping yang lebih

sedikit dibandingkan obat sintetik. (Musdalipah., dkk, 2023).

Berdasarkan uraian di atas yang melatarbelakangi percobaan

“Penetapan Kadar Abu” adalah untuk mengetahui penetapan kadar abu

dari suatu simplisia/ekstrak dan memahami prinsip dari penetapan kadar

abu.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan ini yaitu:

1. Bagaimana cara penetapan kadar abu suatu simplisia/ekstrak?

2. Bagaimana cara mengenal dan memahami prinsip penetapan kadar

abu?

1.3 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Untuk mengetahui cara penetapan kadar abu suatu simplisia/ekstrak

2. Untuk mengetahui cara mengenal dan memahami prinsip penetapan

kadar abu

1.4 Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu:

1. Agar mengetahui cara penetapan kadar abu suatu simplisia/ekstrak

2. Agar mengetahui cara mengenal dan memahami prinsip penetapan

kadar abu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Teori Umum

Secara harfiah, bahan alam didefinisikan sebagai bahan yang

berasal dari alam (sumber daya alam), seperti hasil tanaman pertanian,

hasil hutan, atau hasil dari bahan tambang atau mineral. Namun, dalam

bidang yang berkaitan dengan kimia organik, farmasi, dan ilu pangan,

produk alam umumnya merujuk pada metabolit sekunder berupa

sediaan kering, ekstrak, atau senyawa tunggal yang berasal dari

makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan (terutama hewan laut).

Di Indonesia, istilah “bahan alami” lebih umum digunakan daripada

“produk alam” atau produk alami” (Nugroho., 2017).

Istilah produk alami diartikan sebgai metabolit sekunder yang

memiliki berat molekul rendah yang dihasilkan oleh organisme tertentu

yang tidak dimaksudkan sebagai nutrisi dasar dalam proses

pertumbuhannya, melainkan sebagai komponen pendukung, sebagai

sarana perlindungan atau sebaliknya. Dengan demikian, bahan alam

dapat didefinisikan sebagai komponen atau substansi kimia yang

merupakan metabolit sekunder yang berupa senyawa tunggal/murni

hasil isolasi maupun yang masih berupa campuran ekstrak, sediaan

kering dari bagian tertentu atau keseluruhan dari suatu organisme baik
tumbuhan, mikroba, ataupun hewan yang dieksplorasi dan

dimanfaatkan karena efek farmakologis (Zhang., et al., 2018).

II.1.1 Definisi

Kadar abu total adalah suatu metode analisis proksimat untuk

mengetahui total mineral yang terkandung dalam suatu ekstrak dan

bersifat toksik. Menurut Depkes, RI. 2000, tujuan penetapan kadar abu

adalah dapat menunjukkan adanya kandungan mineral baik eksternal

maupun internal (Musdalipah., 2023).

Kadar abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu

bahan organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan

kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta

kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Pengukuran kadar abu

bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan mineral yang

terdapat dalam makanan/pangan, sehingga akan terjadi perubahan

pada bahan pangan (Sandjaja., 2009).

Abu adalah oksidasi logam yang merupakan residu pembakaran.

Penetapaan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan

senyawa anorganik total dalam bentuk oksida logammya

(Supriningrum.,dkk,2021).
II.1.2 Pengujian Kadar Abu

II.1.2.1 Uji Kadar Abu Total

Pengujian kadar abu total dilakukan dengan menggunakan proses

gravimetri (pengeringan) yaitu dengan cara menimbang 2 gram

simplisia yang dipijarkan dalam tanur 400°C dalam tanur selama 3 jam,

lalu didinginkan dan ditimbang kemudian. Kemudian dihitung kadar abu

dengan rumus.

X−a
Kadar abu (%) = ˟ 100%
w

Persamaan 1

Keterangan :

a : bobot cawan (g)

w : bobot sampel awal (g)

x : berat (cawan+abu) (g)

II.1.2.2 Uji Kadar Abu Tidak Larut Asam

Pengujian kadar abu tidak larut dalam asam dilakukan dengan

menggunakan metode gravimetri (pengeringan) yaitu dengan

menggunakan abu dari hasil kadar abu total yang didihkan dalam 100

ml asal klorida encer. Bagian yang tidak larut asam dikumpulkan

dengan menggunakan kertas saring bebas abu dan dicuci dengan air

panas. Kemudian dipijarkan di dalam tanur dengan suhu 400°C selama

15 menit hingga diperoleh bobot konstan dan dihitung kadar abu tidak

larut asammnya.
Berat akhir (g)
Kadar Abu Tidak Laru Asam (%) = ˟ 100%
Berat awal ( g)

Persamaan 2

(Narsa., dkk, 2022).

II.1.3 Penentuan Kadar Abu

Dalam penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu:

a) Penentuan kadar abu secara langsung (cara kering)

Anaisis kadar abu dengan metode pengabuan kering

dilakukan dengban mendekstruksi komponen organik contoh

dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur pengabuan dengan suhu

sekitar 500-600°C, tanpa terjadinya nyala api sampai terbentuk abu

berwarna putih keabuan dan berat tetap tercapai. Oksigen yang

terdapat di dalam udara bertindak sebagai oksidator. Residu yang

didapatkan merupakan total abu (Saputri & Purwayantie., 2022).

b) Penentuan kadar abu secara tidak langsung (cara basah)

Penentuan kadar abu secara basah yaitu dengan

menambahkan asam nitrat dan asam perklorat pada sampel

sehingga semua komponen abu organik akan hancur dan akan

didapatkan komponen anorganik (abu) (Santoso.,dkk, 2020).


II.1.4 Penetapan kadar Abu

a) Kadar abu total

Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui

kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses

pengolahan simplisia. Nlai kadar abu yang tinggi dan melebihi

batas persyaratan FHI memberikan indikasi adanya kontaminasi,

substitusi dan pemalsuan (2021).

Penentuan kadar abu metode kering

BA( gr )
Kadar Abu (%) = X 100%
BE ( GR )

Keterangan :

BA: Berat ekstrak + cawan setelah pengeringan – berat

cawan kosong

BE: Berat cawan dan berat sampel sebelum pengeringan

berat cawan kosong (Musdalipah.,dkk, 2023).

b) Kadar abu tidak larut asam

Parameter tersebut merupakan abu atau sisa zat yang ada

pada suata tungku, dimana abu tersebut tidak larut dalam suatu

asam. Tujuan parameter tersebut adalah untuk mengetahui jumlah

kadar abu yang diperoleh dari faktor eksternal seperti tanah dan

pasir (Depkes RI., 2000). Tingginya kadar abu tersebut juga


diindikasikan adanya kandungan silikat yang tinggi yang berasal

dari tanah, pasir dan lain-lain. Syarat parameter tersebut menurut

SNI 2886:2015 adalah 0,1% (Musdalipah., dkk, 2023).

c) Penetapan kadar air

Penetapan kadar abu larut air dilakukan dengan

menggunakan metode destilasis azeotrof. Kadar air dilakukan

bertujuan untuk memberikan batasan maksimal kandungan air yang

ada dalam simplisia setelah mengalami proses pengeringan

(Musdalipah., dkk, 2023).


II. 2 Uraian Bahan

II.2.1 Akuadest (Dirjen POM 1979 : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling, aquadest

BM/RM : H2O/18,02 g/mol

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

II.2.2 Silika gel (Dirjen POM 1979 : 729)

Nama resmi : SILIKA GEL

Nama lain : SiO zxH HAI

Rumus struktur :

Pemerian : SiO2 terhidrat sebagian, amorf, terdapat

dalam bentuk granul seperti kaca dengan

berbagai ukuran, tidak berbau.

Penyimpanan : Larut dalam air

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Untuk menjaga kelembapan

Kegunaan : Berkhasiat untuk menyerap senyawa yang


diekstraksi

II.2.3 Aluminium Foil (Dirjen POM 1979 : 639)

Nama resmi : ALUMINII

Nama lain : Aluminium, aluminium foil

BM/RM : Al/26,92 g/mol

Pemerian : Warna keperakan, tidak berbau, tidak

berasa

Kelarutan : Tidak larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai reaktan dalam reaksi kombinasi

II.2.4 Asam Klorida (Dirjen POM.,1979)

Nama resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam klorida

BM/RM : HCl/36,46 g/mol

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasa asam, bau

jika diencerkan dengan 2 bagian volume

air

Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai zat tambahan


II. 3 Uraian tanaman

II.3.1 Daun Angelin

1. Klasifikasi Daun Angelin (Plantamor, 2023)

Regnum : Plantae

Phylum : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Fabaleas

Famili : Fabaceae
(Gambar 1. Angelin)
Genus : Andira (Dokumentasi Pribadi, 2023)

Spesies : Andira inermis (Wright)

DC.

2. Habitat :Diambil di Desa Manggalung Kecamatan Mandalle

Kabupaten Pangkajene dan KepulauanSulawesi

Selatan Indonesia.

3. Nama lain :Biji teluk, kayu partridge, angelin, almond sungai,jantung

umum

4. Morfologi :Daun berwarna hijau tua mengkilat, majemuk menyirip

(panjang 15-40 cm) dan tersusun atas 7-17 helai daun

lonjong. Dedaunan muda berwarna coklat muda.

Susunan daunnya berselang-seling (National park.,

2023).
5. Kandungan :Saponin, terpen, tanin, steroid, flavanoid, alkaloid,

antrakuinon.

6. Manfaat :Sebagai obat malaria dan pohon hias.

II.3.2 Daun Sirih

1. Klasifikasi Daun Sirih (Plantamor, 2023)

2. Regnum : Plantae Habitat


Phylum : Magnoliophyta
:Diam
Class : Magnoliopsida
bil di
Ordo : Piperales
Desa
Famili : Piperaceae

Genus : Piper (Gambar 2.Sirih)


(Dokumentasi Pribadi, 2023)
Spesies : Piper betle

Manggalung, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan, Sulawesi Selatan, Indonesia.

3. Nama lain :Ranub (Sumatra), gapura (Sulawesi),base (Nusa

Tenggara), uwit (Kalimantan), afo (Papua)

(Moeljanto.,2023)

4. Morfologi :Jenis daun tunggal dengan bentuk bulat telur hingga

lonjong, untuk tepi daun meruncing, ujung daun

membulat, pangkal daun menyirip yang bentuknya halus

dan licin.

5. Kandungan :Mengandung flavanoid, fenol, estragol, kariofilen, terpen

fenilpropan, tanin, karotan.


6. Manfaat :Sebagai antiradang, antiseptik, antibakteri, penghenti

pendarahan, pereda batuk, perangsang keluarnya air

liur, pencegah cacingan, penghilang gatal dan penenang

(Wahyuningtias., 2023).

II.3.3 Daun Kenanga

1. Klasifikasi Kenanga (Plantamor, 2023)

2. Regnum : Plantae
Phylum : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Cananga (Gambar 3. Kananga)


(Dokumentasi Pribadi, 2023)
Spesies : Cananga odorata (Lamk.) Hook

Habitat :Diambil di Desa Manggalung, kec. Mandalle

Kabupaten pangkajene dan Kepulauan Sulawesi

Selatan Indonesia.

3. Nama lain :Adat (Sasak), kananga (Bugis), luit (Minahasa), sandat

(Bali), wangsa(Jawa).

4. Morfologi :Daun berwarna hijau yang tersusun secara

alternate, pinggiran daun bergelombang dan vena lateral

berwarna keputih-putihan dikedua sisinya.

5. Kandungan :Mengandung alkaloid, saponin.

6. Manfaat :Sebagai obat diare pada bayi, gatal


II.3.4 Daun Lampeni

1. Klasifikasi Daun Lampeli (Plantamor, 2023)

Regnum
2. Habitat : di
:Diambil Plantae
Desa Manggalung, Kecamatan

Phylum : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Primulales

Famili : Myrsinaceae

Genus : Aardisia (Gambar 4 . Lampeli)


(Dokumentasi Pribadi, 2023)
Spesies : Ardisia elliptica Thunb.

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Sulawesi Selatan

Indonesia.

3. Nama lain :Lygodium circinnatum dikenal dengan banyak nama

daerah, yakni paku hata (Pasundan, Jawa Barat), ata

atau ate (Bali), kapai gorita (Maluku), masem

(Minahasa), raga-raga (Makasar) dan Caweng (Bugis)

4. Morfologi :Jenis daun majemuk yang memiliki tekstur kasar dan

elastis, berbentuk bulat telur terbalik, berwarna merah

muda ketika masih muda dan akan menjadi hijau gelap

ketika sudah tua.

5. Kandungan :Kandungan: alkaloid, flavonoid, saponin dan

cumarin yang kaya serta lygodinolide.

6. Manfaat :Sebagai antiproliferati, antiviral, antiplatelet,

antibakterial, antiplasmodial (Amin., 2018).


II.3.5 Daun Saga

1. Klasifikasi Daun Saga (Plantamor, 2023)

Regnum
2. Habitat : di
:Diambil Plantae
Desa Manggalung, Kec. Mandalle,
Phylum : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Abrus (Gambar 5.Saga)


(Dokumentasi Pribadi, 2023)
Spesies : Abrus precatorius L.

Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan Indonesia.

3. Nama lain :Thaga (Aceh), Saga leuhk (Sunda), Waliropo

(Gorontalo).

4. Morfologi :Daun saga memiliki daun yang berbentuk bulat telur

serta berukuran kecil-kecil, daun saga bersirip ganjil.

5. Kandungan :Mengandung flavanoid, tanin dan saponin

6. Manfaat :Untuk mengatasi peradangan, infeksi, dan penyakit kulit.

II.3.6 Daun Mahoni

1. Klasifikasi Daun Mahoni (Plantamor.,2023)


Regnum : Plantae
2. Habitat
Divisi : : DMagnoliophyta
a u n M a

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Maliaceae
(Gambar 6. Mahoni)
Genus : Swietenia (Dokumentasi Pribadi, 2023)
Spesies : Swietenia mahagoni (L.)
Mandalle, Kabupaten Pangkajene, Sulawesi Selatan

Indonesia.

3. Nama lain :Mahoni (Majene), mahagoni (NTT), moni (Tinambung)

4. Morfologi :Tanaman mahoni adalah tanaman tahunan

dengan tinggi yang bisa mencapai 10-20 m dan diameter

lebih dari 100 cm. Daun mahoni berbentuk majemuk

menyırıp dengan helaian dan berbentuk bulat oval,

lonjong dan pangkal daun runcing, tulang daun menyırip.

Panjang daun berkisar 35-50 cm.

5. Kandungan :Mengandung Senyawa yang bersifat antioksidan seperti

alkdod, flavonoid, steroid, terpenoid, dan tanın

(safruddin & sri., 2022).

6. Manfaat :Untuk mengurangi polusi udara dan juga akan

membuntu mengikat air dengan baik. Selain itu. Dapat mengatasi

dan mengobati berbagai penyakit, diantaranga: melancarkan

peredaran darah, menurunkan atau mengurangi

Kelesterol, dan menugratuan kekebalan tubith

(Rahim.,2022).
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Alat dan bahan

III.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu batang

pengaduk, bunsen, cawan porselin, corong, desikator, gegep, gelas ukur,

gelas kimia, kaki tiga, kawat kasa, labu ukur, lap kasar, lap halus, oven,

sendok tanduk, timbangan digital, termometer.


III.1.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan Pada Percobaan ini yaitu aquadest,

asam klorida encer, aluminium foil, etanol 70%, kloroform, kertas saring,

silica gel, simplisia.

III.2 Cara kerja

III.2.1 Penetapan Kadar Total

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang serbuk simplisia masing-masing 5 gram

3. Ditimbang krus kosong dan masukan serbuk simplisia kedalam

krus

4. Diratakan dan ditimbang krus yang berisi serbuk simplisia

5. Dimasukan kedalam oven dengan suhu 200°C selama 30 menit

6. Didinginkan menggunakan deksikator sampai mencapai suhu

ruang

7. Ditimbang hasil pengabuan

III.2.2 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

1. Dimasukan 25 ml asam klorida encer kedalam abu yang telah

diperoleh

2. Dikumpulkan dan disaring bagian yang tidak larut dalam asam

3. Ditimbang hasil kadar abu yang tidak larut dalam asam

4. Dihitung kadar abu tidak larut asam

III.2.3 Penetapan Kadar Abu Larut Air


1. Dimasukan 25 ml air kedalam abu yang telah diperoleh

2. Dikumpulkan dan disaring bagian yang tidak larut dalam air

3. Diletakkan kertas saring diatas aluminium foil dan dipijarkan hingga

bobot tetap

4. Ditimbang kadar abu yang telah dipijarkan

5. Dihitung kadar abu larut air

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu:

1. Pengujian kadar abu total dilakukan dengan menggunakan proses

gravimetri (pengeringan) yaitu dengan cara menimbang 2 gram

simplisia yang dipijarkan dalam tanur 400°C dalam tanur selama 3


jam, lalu didinginkan dan ditimbang kemudian. Kemudian dihitung

kadar abu dengan rumus.

2. Prinsip penentuan kadar abu yaitu mengoksidasi semua zat organik

pada suhu tinggi, yakni sekitar 500-600°C dan kemudian melakukan

penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran

tersebut.

V.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada percobaan ini yaitu:

1. Diharapkan sebelum melakukan praktikum laboratorium dibersihkan

terlebih dahulu.

2. Diharapkan para praktikan tidak merusak atau alat yang ada didalam

laboratorium.

3. Diharapkan para asisten dosen memperhatikan adik-adik praktikan

saat melakukan praktikum.


LAMPIRAN

NO GAMBAR KETERANGAN

Proses pemanasan

1. silica gel didalam

oven

Proses penimbangan

2. serbuk simplisia

Proses pemanasan

3. krus + simplisia

hingga menjadi abu

total
NO GAMBAR KETERANGAN

Hasil abu total setelah

4. ditimbang dan dibagi

menjadi dua

Proses penyaringan

5. residu dan filtrat abu

total

6. Proses penimbangan

abu larut air


NO GAMBAR KETERANGAN

7. Proses penyaringan

kadar abu larut air

8. Penimbangan kadar

abu larut air

Proses penimbangan

9. abu tidak larut dalam

asam
NO GAMBAR KETERANGAN

Proses penyaringan

10. kadar abu tidak larut

dalam asam

11. Penimbangan kadar

abu tidak larut dalam

asam

Anda mungkin juga menyukai