Anda di halaman 1dari 17

JURNAL PRAKTIKUM

APLIKASI TEKNIK LABORATORIUM

PENGUJIAN KADAR ABU

NAMA : DWI GHINA NADHIFA


NIM : G031 18 1340
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN : NURIL HIDAYAH

LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN MUTU PANGAN


PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
PENGUJIAN KADAR ABU

Dwi Ghina Nadhifa1), Nuril Hidayah2)

ABSTRAK

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Umumnya terdapat standar yang mengatur
mengenai produk pangan. Salah satu standar yang dinilai dari suatu produk pangan adalah kadar
abu. Kadar abu adalah jumlah persentase mineral yang terkandung pada bahan pangan. Kadar abu
begitu penting diketahui karena merupakan parameter penentu kualitas dan nilai gizi suatu bahan
pangan. Mangga merupakan salah satu bahan pangan yang dapat dikonsumsi segar maupun dalam
bentuk olahan. Buah mangga banyak mengandung vitamin A dan C serta mengandung mineral seperti
fosfor dan besi. Tujuan dari praktikum pengujian kadar air yaitu untuk mengetahui kadar abu pada
suatu bahan pangan dan untuk mengetahui prinsip kerja tanur. Metode yang digunakan pada
pengujian kadar abu yaitu metode langsung menggunakan tanur. Hasil yang diperoleh yaitu mangga
memiliki kadar abu sebesar 0%. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum pengujian kadar
abu yaitu, kadar abu pada mangga sebesar 0%, bahan pangan yang memiliki kadar abu tertinggi
adalah susu bubuk sebesar 8,03 % dan bahan pangan dengan kadar abu terendah adalah abon
sebesar 0,11%. Prinsip penentuan kadar abu metode tanur, yaitu mengoksidasi semua zat organik
pada suhu tinggi, yakni sekitar 550-600oC dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal
setelah proses pembakaran tersebut.
Kata kunci : Kadar abu, mangga, metode tanur.

I. PENDAHULUAN digunakan yaitu metode langsung atau cara


kering menggunakan tanur. Prinsip kerja
I.1 Latar Belakang
dari metode langsung menggunakan tanur
Pangan merupakan salah satu yaitu mengoksidasi semua zat organik pada
kebutuhan pokok manusia. Pangan suhu tinggi, yakni sekitar 500-600oC
menurut Undang-Undang Nomor 18 selama 3 hingga 6 jam.
adalah segala sesuatu yang berasal dari Berdasarkan uraian di atas, penting
sumber hayati dan air, baik yang diolah untuk mengetahui kadar abu pada bahan
maupun tidak, yang diperuntukan sebagai pangan yang menentukan mutu atau
makanan dan minuman bagi konsumsi kualitas serta nilai gizi bahan pangan.
manusia. Umumnya terdapat standar yang Maka, dilakukan praktikum mengenai
mengatur mengenai produk pangan. pengujian kadar abu pada bahan pangan
Standar ini yang digunakan untuk menilai menggunakan metode tanur.
dan menguji suatu produk yang dimiliki
I.2 Rumusan Masalah
oleh pelaku usaha atau pemilik merek
dagang. Salah satu standar yang dinilai Bahan pangan olahan tanpa disadari
dari bahan pangan adalah kadar abu. sering dikonsumsi setiap hari. Umumnya
Kadar abu adalah jumlah persentase komponen yang terdapat pada bahan
mineral yang terkandung pada bahan pangan adalah karbohidrat, protein, lemak,
pangan. Setiap bahan pangan memiliki vitamin, dan mineral dalam jumlah sedikit.
kadar abu yang berbeda-beda. Kadar abu Bahan pangan olahan diproduksi oleh
begitu penting diketahui karena merupakan industri makanan dengan menambahkan
parameter penentu kualitas dan nilai gizi bahan tambahan pangan seperti pewarna,
suatu bahan pangan. Terdapat dua metode pemanis, pengawet dll. Bahan tambahan
yang dapat digunakan untuk pengujian yang digunakan tentu akan mempengaruhi
kadar abu. Salah satu metode yang mudah komponen utama bahan baku pangan
1)
Praktikan Aplikasi Teknik Laboratorium
2)
Asisten Aplikasi Teknik Laboratorium
tersebut dan kualitas serta nilai gizi yang II.3.2 Penentuan Kadar Abu
terkandung pada bahan pangan.
Sampel ditimbang sebanyak kurang
I.3 Tujuan dan Kegunaan lebih 2,5 gram. Setelah itu sampel
dimasukkan ke dalam cawan kosong yang
Tujuan dari praktikum pengujian
telah ditimbang beratnya. Kemudian di
kadar abu yaitu:
masukkan ke tanur dengan suhu 600oC
1. Untuk mengetahui kadar abu pada suatu
selama 3 hingga 6 jam. Setelah itu, cawan
bahan pangan.
dimasukkan ke dalam desikator selama 30
2. Untuk mengetahui prinsip kerja tanur
menit. Kemudian cawan ditimbang dan
Kegunaan yang diharapkan dari dihitung kadar abunya menggunakan
praktikum pengujian kadar abu yaitu rumus :
praktikan dapat meningkatkan 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
Kadar abu (%) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%
keterampilan dalam laboratorium dengan
mengetahui dan memahami tahapan serta
penggunaan metode tanur dalam pengujian
kadar abu suatu bahan pangan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
Hasil yang diperoleh pada praktikum
II.1 Waktu dan Tepat Praktikum pengujian kadar abu sebagai berikut :
Praktikum pengujian kadar abu Tabel 2. Hasil Praktikum Pengujian Kadar
dilakukan pada Selasa, 10 September Abu
2019, pukul 08.00 – 11.30 bertempat di
No. Bahan Kadar Abu (%)
Laboratorium Kimia Analisa dan
Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi 1. Wafer 0,8
Ilmu dan Teknologi Pangan, Departemen 2. Roti tawar 1,6
Teknologi Pertanian, Universitas
3. Selai 1,2
Hasanuddin, Makassar.
4. Cookies 1,98
II.2 Alat dan Bahan
5. Tepung terigu 0,78
Alat yang digunakan pada praktikum 6. Tomat 0
pengujian kadar abu adalah cawan
porselen, gunting, sendok tanduk, pisau, 7. Mangga 0
talenan, desikator, oven (Memmert), 8. Cabai 1,5
timbangan analitik (AND), dan tanur
9. Kentang 0,39
(Barnstead Thermolyne).
Bahan yang digunakan dalam 10. Beras 0,8
praktikum pengujian kadar abu adalah 11. Abon 0,11
aluminium foil, wafer, roti tawar, selai,
12. Pisang 0,87
cookies, tepung terigu, tomat, mangga,
cabai, kentang, beras, abon, pisang, susu 13. Susu bubuk 8,03
bubuk, dan jagung.
14. Jagung 0,75
II.3 Prosedur Kerja Sumber: Data Primer Hasil Praktikum
II.3.1 Preparasi Cawan Aplikasi Teknik Laboratorium,
2019.
Cawan dikalibrasi menggunakan
oven selama kurang lebih 30 menit.
Setelah itu cawan dimasukkan ke desikator
selama kurang lebih 15 menit.
III.2 Pembahasan III.2.2 Kadar Abu
III.2.1 Mangga (Mangifera indica L.) Kadar abu merupakan campuran
dari komponen anorganik atau mineral
Mangga (Mangifera indica L.) yang terdapat pada suatu bahan pangan.
merupakan salah satu tanaman yang Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
tumbuh subur di daerah tropis. Buah organik dan air, sedangkan sisanya
mangga dapat dikonsumsi segar maupun merupakan unsur – unsur mineral. Bahan-
dalam bentuk olahan. Taksonomi tanaman bahan organik dalam proses pembakaran
mangga diklasifikasikan sebagai berikut: akan terbakar tetapi komponen
Kingdom : Plantae anorganiknya tidak, sehingga disebut
Divisi : Spermatophyta sebagai kadar abu. Kadar abu suatu bahan
Kelas : Dicotyledoneae pangan berkaitan dengan kandungan
Ordo : Sapindales mineralnya. Mineral dalam suatu bahan
Famili : Anacardiaceae pangan terdapat dalam dua macam garam
Genus : Mangifera yaitu garam organik dan garam anorganik,
Spesies : Mangifera indica L. yang termasuk dalam garam organik
(Saputra, 2015). misalnya garam-garam asam mallat,
Buah mangga dapat dibagi dalam oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam
tiga bagian yaitu kulit, daging dan biji. anorganik antara lain dalam bentuk garam
Komposisi buah mangga terdiri dari kulit fosfat, karbonat, khlorida, sulfat, dan nitrat.
buah dengan bobot berkisar antara 11- Kadar abu yang terukur merupakan bahan-
18%, biji 14-22% serta daging buah yang bahan anorganik yang tidak terbakar dalam
berkisar antara 60-75% dari berat buah. proses pengabuan, sedangkan bahan bahan
Buah mangga banyak mengandung vitamin organik terbakar. Pengukuran kadar abu
A dan C. Buah mangga masak bertujuan untuk mengetahui besarnya
mengandung vitamin A sekitar 4800 IU kandungan mineral yang terdapat dalam
(International Unit) dan sekitar 13-80 mg makanan atau pangan yang dapat
vitamin C per 100 gram daging buah digunakan untuk menentukan baik atau
masak. Selain itu, buah mangga juga tidaknya suatu pengolahan, kebersihan
mengandung sekitar 0,04 mg vitamin B1 bahan pangan, mengetahui jenis bahan-
dan 0,05 mg vitamin B2. Komposisi buah bahan yang digunakan, menentukan
mangga terdiri dari 80% air dan 15%- 20% parameter nilai gizi suatu bahan makanan
gula, protein, lemak, mineral, zat warna, dan memperkirakan kandungan serta
tanin serta berbagai macam vitamin, antara keaslian bahan yang digunakan. Hal ini
lain vitamin A, B, C dan zat-zat yang sesuai dengan pernyataan Liu (2019)
mudah menguap. Buah mangga bahwa kadar abu atau total abu
(Mangifera indica L.) memiliki kadar merepresentasikan jumlah total mineral
kapur 0,03%, kadar fosfor 0,02% dan besi yang terkandung di dalam suatu biomassa
4,5 mg/gram. Hal ini sesuai dengan dan merupakan parameter kualitas
pernyataan Girma (2016) bahwa mangga terpenting.
merupakan salah satu buah yang kaya akan
III.2.3 Metode Pengujian Kadar Abu
nutrisi, khususnya vitamin A dan C serta
serat makanan. Rasa, wangi, tekstur, bahan Pengujian kadar abu suatu bahan
kimia yang terkandung dan tampilan warna pangan dapat dilakukan dengan
daging adalah komponen kunci yang menggunakan dua metode yaitu metode
berkontribusi pada mangga segar dan langsung (pengabuan kering) dan metode
berkualitas tinggi. tidak langsung (pengabuan basah). Metode
pengabuan kering yaitu mendestruksi
komponen organik sampel dengan suhu
tinggi dalam tanur pengabuan tanpa terjadi
nyala api sampai terbentuk abu berwarna kehilangan mineral, Mineral yang dapat
putih keabuan dan berat konstan tercapai. dianalisis seperti arsen, tembaga (Cu),
Sampel dianggap telah mencapai berat timbal (Pb), timah putih (Sn), dan zinc
konstan apabila selisih berat sampel (Zn). Kekurangan dari metode pengabuan
sebelum dan setelah pengabuan sebesar basah yaitu pereaksi bersifat korosif
0,02 gram, bila belum mencapai berat sehingga karbon lebih cepat
konstan sampel dimasukkan kembali ke terdekomposisi, membutuhkan reagen
dalam tanur. Penentuan kadar abu cara yang merupakan bahan kimia cukup
kering mempunyai prinsip yaitu, berbahaya, dan menganalisis sedikit bahan.
mengoksidasi semua zat organik pada suhu Hal ini sesuai dengan pernyataan Kaderi
tinggi, yakni sekitar 500-600oC selama (2015) bahwa cara basah dilakukan dengan
kurang lebih 3 jam. Pengabuan cara kering menambahkan senyawa tertentu pada
digunakan untuk penentuan total abu, abu bahan yang diabukan sepeti gliserol,
larut, tidak larut air dan tidak larut asam. alkohol asam sulfat atau asam nitrat.
Kelebihan dari metode pengabuan kering
III.2.4 Prinsip Metode Tanur
yaitu penggunaan instrument (tanur) relatif
mudah, sederhana, menganalisis bahan Metode tanur merupakan metode
lebih banyak dibanding pengabuan basah, langsung pengujian kadar abu. Prinsip
dapat diterapkan ke semua jenis mineral metode tanur yaitu mengoksidasi semua
kecuali merkuri dan arsen, dilakukan untuk zat organik pada suhu tinggi, yakni sekitar
menganalisis kalsium (Ca), fosfor (P) dan 550-600oC dan kemudian melakukan
besi (Fe). Kekurangan dari metode penimbangan zat yang tertinggal setelah
pengabuan kering yaitu instrument yang proses pembakaran tersebut. Pada metode
digunakan mahal, waktu relatif lama, ini bahan-bahan organik yang diuraikan
terjadi interaksi mineral antar bahan dan menjadi air (H2O) dan karbondioksida
cawan, dapat terjadi kehilangan mineral, (CO2) tetapi zat anorganik tidak terbakar.
suhu diatas 480˚C dapat merusak mineral Zat anorganik ini disebut abu. Hal ini
Kalium (K), suhu 450˚C tidak dapat sesuai dengan pernyataan Hafiluddin
digunakan jika akan menganalisis (2014) bahwa prinsip pengujian kadar abu
kandungan zinc (Zn), dan penggunaan metode tanur yaitu mengoksidasi zat
suhu yang terlalu tinggi juga akan organik pada suhu 550-600oC.
menyebabkan beberapa mineral menjadi III.2.5 Faktor - Faktor yang
tidak larut contohnya timah putih (Sn). Hal Mempengaruhi Hasil Pengujian
ini sesuai dengan pernyataan Kaderi (2015) Kadar Abu
bahwa cara kering dilakukan dengan
mengoksidasikan zat-zat organik pada Faktor faktor yang mempengaruhi
suhu 500-600oC. hasil pengujian kadar abu yaitu suhu dan
Metode pengabuan basah yaitu lama pembakaran. Semakin lama dan
mengoksidasi komponen organik sampel semakin tinggi suhu pembakaran maka
menggunakan oksidator kimiawi, misalnya kadar abu yang dihasilkan semakin
asam kuat. Prinsipnya adalah abu sampel meningkat. Hal ini karena jumlah kadar air
diperoleh dengan cara mengoksidasi yang semakin berkurang dan proses
komponen organik meggunakan asam kuat pembakaran terjadi secara sempurna. Hal
atau kombinasi asam kuat. Pengabuan ini sesuai dengan pernyataan Erni, dkk
basah digunakan untuk digesti atau (2018) bahwa semakin lama dan tinggi
pemecahan sampel dalam usaha suhu pengeringan yang digunakan akan
penentuan trace element dan logam-logam meningkatkan kadar abu, dikarenakan
beracun. Kelebihan dari metode pengabuan kadar air yang keluar dari dalam bahan
basah yaitu relatif cepat, menggunakan semakin besar.
suhu rendah sehingga dapat mencegah
III.2.6 Hasil Pengujian Kadar Abu susu mengandung 20 elemen makro dan
mikrounsur yang penting secara nutrisi
Hasil yang diperoleh yaitu mangga
bagi manusia seperti kalsium, sodium,
memiliki kadar abu sebesar 0%. Menurut
fosfor, zinc dll.
penelitian Ifmaily (2018), kadar abu dari
Bahan pangan yang memiliki kadar
buah mangga adalah 0,27%. Hal ini tidak
abu terendah adalah abon sebesar 0,11%.
sesuai dengan hasil yang diperoleh tetapi
Kadar abu pada produk abon ini masih
telah mendekati, diduga yang menjadi
memenuhi standar untuk produk abon
penyebab hal ini terjadi yaitu pertama,
sesuai dengan SNI 01-3707-1995 tentang
timbangan analitik yang digunakan untuk
kadar abu abon maksimal 7%. Kadar abu
menimbang sampel kurang akurat hanya
abon yang relatif rendah dikarenakan abon
menggunakan dua digit di belakang koma.
yang digunakan berbahan baku ikan tanpa
Kedua, jumlah sampel mangga yang
tulang. Menurut penelitian Eiliyasmi dan
diabukan terlalu sedikit. Jumlah sampel
Marnzah dapat disimpulkan bahwa kadar
yang akan diabukan bergantung pada jenis
abu abon ikan yang dihasilkan berbeda
bahannya. Bahan yang kadar airnya rendah
karena ikan yang digunakan tanpa tulang.
atau <15% digunakan 2-5 gram untuk
Abon juga merupakan salah satu jenis
pengabuan, untuk bahan yang kandungan
produk olahan makanan kering yang dalam
airnya tinggi, seperti mangga jumlah bahan
pengolahannya digoreng lalu dipres
yang ingin diabukan adalah sekitar 10-50
sehingga memiliki karakteristik kering,
gram karena saat dipanaskan air dalam
renyah dan gurih. Hal ini sesuai dengan
sampel akan menguap dan bahan
pernyataan Mustar (2013) bahwa Abon
mengalami penyusutan berat sehingga
dibuat dari daging yang diolah sedemikian
apabila sampel yang dianalisis terlalu
rupa sehingga memiliki karakteristik
sedikit, kemungkinan sisa zat tertinggal
kering, renyah dan gurih.
yang akan ditimbang tidak ada dan analisis
bisa terganggu. Hal ini sesuai dengan
IV. PENUTUP
pernyataan Kaderi (2015) bahwa jumlah
sampel yang akan diabukan bergantung
IV.1 Kesimpulan
pada keadaan bahannya, dalam hal ini
kadar air bahannya. Berdasarkan hasil praktikum
Bahan pangan yang memiliki kadar pengujian kadar abu, dapat disimpulkan
abu tertinggi berdasarkan hasil praktikum bahwa :
adalah susu bubuk sebesar 8,03%. Hal ini 1. Kadar abu pada mangga sebesar 0%,
tidak sesuai dengan SNI 01-2970-1999 bahan pangan yang memiliki kadar
tentang kadar abu susu bubuk maksimal abu tertinggi adalah susu bubuk
6%. Kadar abu yang relatif tinggi sebesar 8,03 % dan bahan pangan
dikarenakan susu umumnya mengandung dengan kadar abu terendah adalah
banyak mineral yang terdiri atas abon sebesar 0,11%
makrounsur dan mikrounsur. Mineral
2. Prinsip penentuan kadar abu metode
makrounsur tersedia dalam jumlah yang
tanur, yaitu mengoksidasi semua zat
relatif besar dan kebanyakan berfungsi
organik pada suhu tinggi, yakni sekitar
baik untuk tubuh, di antaranya kalsium,
550-600oC dan kemudian melakukan
fosforus, natrium, magnesium, dan
penimbangan zat yang tertinggal
kalium, sedangkan mineral mikrounsur
setelah proses pembakaran tersebut.
tersedia dalam jumlah sedikit, ada yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh seperti
aluminium, kadmium, dan tembaga,
namun ada pula yang berguna bagi
tubuh, misalnya zink. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Bilandzic (2019) bahwa
IV.2. Saran Balittra Litbang Pertanian.
Saran untuk praktikum selanjutnya http:/balittra.litbang.pertanian.go.i
yaitu pada pengujian kadar abu suatu d/index/php/ publikasi. Diakses
bahan pangan dapat dilakukan pada 11 September 2019 pukul
menggunakan metode secara tidak 21.04.
langsung untuk mengetahui metode
pengabuan mana yang lebih efektif dan Liu, K. 2019. Effects of Sample Size, Dry
efisien. Ashing Temperature and Duration
on Determination of Ash Content in
DAFTAR PUSTAKA Algae and Other Biomass. J. Algal
Research 40(1): 1-5.
Bilandzic, N., M. Sedak, B. Calopek, M.
Dokic, B. Solomun Kolanovic, I. Mustar. 2013. Studi Pembuatan Abon Ikan
Varenina, D. B. Luburic dan I. Gabus (Ophiocephalus striatus)
Varga. 2019. Macro- and Sebagai Makanan Suplemen.
Microelement Contents in Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Sterilized Milk of Different Makassar.
Manufacturers from Croatia and
The EU. J. Veterinarska Stanica
LAMPIRAN
50(1): 1-10.
Lampir 04. Diagram Alir Prosedur
Erni, N., Kadirman, dan R. Fadilah. 2018.
Pengujian Kadar Air
Pengaruh Suhu dan Lama
Pengeringan Terhadap Sifat Kimia 1. Preparasi Cawan
dan Organoleptik Tepung Umbi
Talas (Colocasia esculenta). J. Cawan
Pendidikan Teknologi Pertanian.
4(1): 95-105.
Di oven ± 30 menit
Girma, G. 2016. Chemical Composition of
Mango (Mangifera indica L.) Fruit T = 1050C
as Influence by Postharvest
Treatments in Arba Minch,
Southern Ethiopia. IOSR J. of Desikator
± 15 menit
Environmental Science, Toxicology
and Food Technology 10(11) : 70-
77. Cawan telah
di kalibrasi
Hafiluddin, Y. Perwitasari, dan S.
Budiarto. 2014. Analisis
Kandungan Gizi dan Bau Lumpur
Ikan Bandeng (Chanos chanos)
dari Dua Lokasi yang Berbeda. J.
Kelautan. 7(1) : 33-44.
Kaderi, H. 2015. Arti Penting Kadar Abu
pada Bahan Olahan. Publikasi
2. Prosedur Metode Tanur Lampiran 06. Gambar Praktikum
Kadar Abu
Sampel

Ditimbang
± 2,5 g

Dimasukkan
ke cawan

Dimasukkan ke tanur Preparasi sampel


T = 1050C
t = 3 jam

Dimasukkan
ke desikator
± 30 menit

Ditimbang
Sampel ditimbang

Hitung Kadar Abu

Lampiran 05. Perhitungan Kadar Abu


 Berat cawan = 36,20 g
 Berat sampel = 2,50 g
 Berat sampel setelah pengabuan =
36,20 g Cawan kosong ditimbang
Kadar abu =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑏𝑢𝑎𝑛−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛
𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

36,20−36,20
= x 100%
2,56

=0%

Sampel sebelum dimasukkan ke tanur


Sampel dimasukkan ke dalam tanur

Sampel dimasukkan ke desikator

Cawan setelah diabukan

Anda mungkin juga menyukai