Anda di halaman 1dari 5

TUGAS DASAR ILMU GIZI

ZAT GIZI MAKRO

Disusun Oleh :

Anggota kelompok 7

1. Anisa Rika Yulia ( J310200039)


2. Fatikhah Izzatul Khusna ( J310200041)
3. Risti Dwi Widyastuti ( J310200042)
4. Prayoga Putri Perdanasari ( J310200046
5. Su’ud Nayla ( J310200047)

PRODI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
1. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein
a. Nama Penyakit : Kwashiorkor
b. Definisi
Salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh asupan
karbohidrat yang nomal atau tinggi namun asupan protein yang inadekuat
(Liansyah TM, 2015).
c. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
snagat berlebiihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori
dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan
perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena
kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino
dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke
jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan
menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian
berakibat timbulnya oedema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu
dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
d. Etiologi
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlangsung kronis. Faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain :
1) Pola makan
Protein (Asam amini) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak
untuk tumbuh kembang. Meskipun intake makanan mengandung
kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung
protein/asam amino yang memadai.
2) Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepdata pendduk yang tinggi,
keadaan sosial tidak stabil, atapun adanya pantangan untuk
menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung turun
temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.
3) Faktor ekonomi
Penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi pada anak tidak
terpenuhi.
4) Faktor infeksi dan penyakit lain
Infeksi apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Seperti
gejala malnutrisi protein disebabkan oleh gangguan penyerapan
protein.
e. Penatalaksanaan
1) Penanganan / pengobatan
Kwashiorkor dapat ditangani dengan memberikan makan yang
mengandung lebih banyak protein dan kalori secara keseluruhan.
2) Pencegahan
Apabila sudah ditangani dengan baik, bisa dilakukan
pencegahan agar kwashiorkor tidak terulang kembali. Kwashiorkor
dapat dicegah dengan memastikan makan cukup kalori dan protein.
Pedoman diet dari Institu of Medicine merekomendasikan bahwa
10-35% kalori harian berasal dari protein untuk orang dewasa, 10-
30% kalori harian berasal dari protein untuk orang dewasa, 5-20%
untuk anak-anak.
Protein dapat ditemukan dalam makanan seperti :
a) Makanan laut
b) Telur
c) Daging tanpa lemak
d) Kacang-kacangan atau produk olahan sepeti tahu, tempe
e) Biji-bijian
f. Sumber pustaka
https://id.scribd.com/doc/58938327/Askep-Kwashiorkor-Pada-Anak.
Diakses pada tanggal 26 Maret 2021 pukul 12.15 WIB.
https://www.honesdocs.id/kwashiorkor. Diakses pada tanggal 26 Maret
2021 pukul 13.00 WIB.
Liansyah, TM. 2015. Malnutrisi Pada Anak Balita. Jurnal Ilmiah Universitas
Syah Kuala; 2(1): 1-2.

2. Penyakit yang disebabkan kelebihan lemak


a. Nama penyakit : Jantung Koroner
b. Definisi
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung diakibatkan
penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah koroner.
c. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi apabila pembuluh darah yang
mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya
kalsium pada pembuluh darah. Hal ini akan terjadi kekurangan supply oksigen
dan nutrisi sehingga menimbulkan infark myocard. Kolesterol dibawa oleh
beberapa lipoprotein antara lain VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
sebagai pengangkut dan salah satu penumpangnya yaitu trigliserida, LDL
(Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa
hampir semua kolesterol. HDL akan menurunkan resiko penyakit jantung.
Kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
akan mempengaruhi resiko penyakit jantung koroner ( Maulana, 2008).
d. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian
(Hermawati, 2014).
Pada Faktor epidemiologis yang berhubungan dengan penyakit jantung
diantaranya :
1) Dislipidemia, atau kelainan metabolisme lipid, seperti peningkatan
kadar kolesterol, LDL, dan kadar triliserida serta penurunan HDL.
Deposit kolesterol LDL dislipidemia aterogenik pada dinding
pembuluh darah arteri menjadi salah satu penyebab terjadinya
disfungsi endotel sebagai proses awal terbentuknya plak
aterosklerosis. (ma’rufi, 2014)
2) Kebiasaan merokok, bahan kimia pada rokok memicu penebalan dan
penggumpalan darah di pembuluh darah arteri dan membuat darah
susah menyalurkan oksigen. Resiko mengalami serangan jantung dua
kali lebih besar terjadi pada perokok berat atau orang dengan
konsumsi rokok 20 batang dalam sehari. (Pracilia, 2011)
3) Diabetes mellitus, penderita yang terkena diabetes melitus akan
mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko
serangan jantung. Diabetes mellitus akan timbul proses penebalan
membran basalis dari kapiler dan pembuluh darah arteri koronaria,
sehingga terjadi penyempitan aliran darah ke jantung.
4) Obesitas, Keadaan obesitas bisa memicu timbulnya keadaan stress
oksidatif karena ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan
didalam tubuh. Pada obesitas terjadi lipogenesis yang berlebihan dan
penghambatan lipolisis. Lemak pada tubuh terutama didaerah viseral
memiliki reseptor glukokortikoid dan androgen lebih banyak,
metabolisme yang lebih aktif, lebih sensitif terhadap lipolisis dan lebih
resisten insulin. (Jamluddin, 2019)
e. Penatalaksanaan
Bagi penderita jantung koroner disarankan untuk melakukan pola makan
dan pola hidup yang sehat, pola makan dapat dilakukan dengan membatasi
konsumsi garam, makanan berlemak, kafein, sayuran yang mengandung gas
(kemenkes, 2019). Pola hidup yang sehat, seperti olahraga teratur dan menaga
berat badan agar tetap stabil dapat menurunkan kadar LHL sehingga dapat
menghindari terjadinya pengendapan kolesterol.
f. Daftar Pustaka
(WHO), W. H. (2011). Global Atlas on Cardiovascular Disease Prevention
and Control. Switzerland: World Health organization.
Farahdika, A. (2015). Faktor Resiko yang berhubungan dengan Penyakit
Jantung Koroner pada Usia Dewasa Madya ( 40-60 Tahun) . Journal
of Public Health , 4(2) : 117-123.
Hermawati, R. A. (2014). Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: FMedia.
Jamaluddin. (2019). Obesitas sebagai Faktor Resiko Penyakit jantung
Koroner di Rumah Sakit Umum Bahteramas provinsi Sulawesi
Tenggara. Seminar Nasional Teknologi Terapan Inovasi dan
Rekayasa , 2(1) : 505-508.
Kemenkes. (2019, Agustus 14). p2ptm.kemenkes.go.id. Retrieved Maret 27,
2021, from p2ptm.kemenkes.go.id: p2ptm.kemenkes.go.id
Ma'rufi, R. R. (2014). Hubungan Dislipidemia dan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner. JKKi , 6(1) : 47-53.
Maulana, M. (2008). Penyakit Jantung : Pengertian, Penanganan, dan
Pengobatan. Yogyakarta: Kata Hati.
Pracilia, P. C., Nelwan, J., & Langi, F. (2011). Hubungan Antara Kebiasaan
Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Pasien
yang Berkunjung di Instalasi Cardiovaskular and Brain Centre
(CVBC) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal KESMAS ,
7(4) : 87.
Willy, T. (2020, april 5). Retrieved maret 27, 2021, from www.alodokter.com

Anda mungkin juga menyukai