FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021 1. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein a. Nama Penyakit : Kwashiorkor b. Definisi Salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang nomal atau tinggi namun asupan protein yang inadekuat (Liansyah TM, 2015). c. Patofisiologi Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang snagat berlebiihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya oedema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati. d. Etiologi Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlangsung kronis. Faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain : 1) Pola makan Protein (Asam amini) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/asam amino yang memadai. 2) Faktor sosial Hidup di negara dengan tingkat kepdata pendduk yang tinggi, keadaan sosial tidak stabil, atapun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung turun temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor. 3) Faktor ekonomi Penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi pada anak tidak terpenuhi. 4) Faktor infeksi dan penyakit lain Infeksi apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Seperti gejala malnutrisi protein disebabkan oleh gangguan penyerapan protein. e. Penatalaksanaan 1) Penanganan / pengobatan Kwashiorkor dapat ditangani dengan memberikan makan yang mengandung lebih banyak protein dan kalori secara keseluruhan. 2) Pencegahan Apabila sudah ditangani dengan baik, bisa dilakukan pencegahan agar kwashiorkor tidak terulang kembali. Kwashiorkor dapat dicegah dengan memastikan makan cukup kalori dan protein. Pedoman diet dari Institu of Medicine merekomendasikan bahwa 10-35% kalori harian berasal dari protein untuk orang dewasa, 10- 30% kalori harian berasal dari protein untuk orang dewasa, 5-20% untuk anak-anak. Protein dapat ditemukan dalam makanan seperti : a) Makanan laut b) Telur c) Daging tanpa lemak d) Kacang-kacangan atau produk olahan sepeti tahu, tempe e) Biji-bijian f. Sumber pustaka https://id.scribd.com/doc/58938327/Askep-Kwashiorkor-Pada-Anak. Diakses pada tanggal 26 Maret 2021 pukul 12.15 WIB. https://www.honesdocs.id/kwashiorkor. Diakses pada tanggal 26 Maret 2021 pukul 13.00 WIB. Liansyah, TM. 2015. Malnutrisi Pada Anak Balita. Jurnal Ilmiah Universitas Syah Kuala; 2(1): 1-2.
2. Penyakit yang disebabkan kelebihan lemak
a. Nama penyakit : Jantung Koroner b. Definisi Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung diakibatkan penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah koroner. c. Patofisiologi Penyakit jantung koroner terjadi apabila pembuluh darah yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada pembuluh darah. Hal ini akan terjadi kekurangan supply oksigen dan nutrisi sehingga menimbulkan infark myocard. Kolesterol dibawa oleh beberapa lipoprotein antara lain VLDL (Very Low Density Lipoprotein) sebagai pengangkut dan salah satu penumpangnya yaitu trigliserida, LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir semua kolesterol. HDL akan menurunkan resiko penyakit jantung. Kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) akan mempengaruhi resiko penyakit jantung koroner ( Maulana, 2008). d. Etiologi Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian (Hermawati, 2014). Pada Faktor epidemiologis yang berhubungan dengan penyakit jantung diantaranya : 1) Dislipidemia, atau kelainan metabolisme lipid, seperti peningkatan kadar kolesterol, LDL, dan kadar triliserida serta penurunan HDL. Deposit kolesterol LDL dislipidemia aterogenik pada dinding pembuluh darah arteri menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi endotel sebagai proses awal terbentuknya plak aterosklerosis. (ma’rufi, 2014) 2) Kebiasaan merokok, bahan kimia pada rokok memicu penebalan dan penggumpalan darah di pembuluh darah arteri dan membuat darah susah menyalurkan oksigen. Resiko mengalami serangan jantung dua kali lebih besar terjadi pada perokok berat atau orang dengan konsumsi rokok 20 batang dalam sehari. (Pracilia, 2011) 3) Diabetes mellitus, penderita yang terkena diabetes melitus akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung. Diabetes mellitus akan timbul proses penebalan membran basalis dari kapiler dan pembuluh darah arteri koronaria, sehingga terjadi penyempitan aliran darah ke jantung. 4) Obesitas, Keadaan obesitas bisa memicu timbulnya keadaan stress oksidatif karena ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan didalam tubuh. Pada obesitas terjadi lipogenesis yang berlebihan dan penghambatan lipolisis. Lemak pada tubuh terutama didaerah viseral memiliki reseptor glukokortikoid dan androgen lebih banyak, metabolisme yang lebih aktif, lebih sensitif terhadap lipolisis dan lebih resisten insulin. (Jamluddin, 2019) e. Penatalaksanaan Bagi penderita jantung koroner disarankan untuk melakukan pola makan dan pola hidup yang sehat, pola makan dapat dilakukan dengan membatasi konsumsi garam, makanan berlemak, kafein, sayuran yang mengandung gas (kemenkes, 2019). Pola hidup yang sehat, seperti olahraga teratur dan menaga berat badan agar tetap stabil dapat menurunkan kadar LHL sehingga dapat menghindari terjadinya pengendapan kolesterol. f. Daftar Pustaka (WHO), W. H. (2011). Global Atlas on Cardiovascular Disease Prevention and Control. Switzerland: World Health organization. Farahdika, A. (2015). Faktor Resiko yang berhubungan dengan Penyakit Jantung Koroner pada Usia Dewasa Madya ( 40-60 Tahun) . Journal of Public Health , 4(2) : 117-123. Hermawati, R. A. (2014). Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: FMedia. Jamaluddin. (2019). Obesitas sebagai Faktor Resiko Penyakit jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Bahteramas provinsi Sulawesi Tenggara. Seminar Nasional Teknologi Terapan Inovasi dan Rekayasa , 2(1) : 505-508. Kemenkes. (2019, Agustus 14). p2ptm.kemenkes.go.id. Retrieved Maret 27, 2021, from p2ptm.kemenkes.go.id: p2ptm.kemenkes.go.id Ma'rufi, R. R. (2014). Hubungan Dislipidemia dan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. JKKi , 6(1) : 47-53. Maulana, M. (2008). Penyakit Jantung : Pengertian, Penanganan, dan Pengobatan. Yogyakarta: Kata Hati. Pracilia, P. C., Nelwan, J., & Langi, F. (2011). Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Pasien yang Berkunjung di Instalasi Cardiovaskular and Brain Centre (CVBC) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal KESMAS , 7(4) : 87. Willy, T. (2020, april 5). Retrieved maret 27, 2021, from www.alodokter.com