KELOMPOK 10 (Produksi 4)
Diky Sugih Pangestu (18010114)
Muhammad Ridwan Mutaqin (18010126)
Nida Azizah (18010129)
Rama Aditya Khaidir M.S (18010133)
Tri Ardi Yanti (18010141)
TUJUAN
1. Mempelajari cara pembuatan sediaan steril volume besar beserta cara sterilisasi
2. Mempelajari cara perhitungan isotonis
3. Membuat sediaan bebas pyrogen
4. Melakukan sterilisasi alat dan bahan dengan pemanasan kering menggunakan oven
MONOGRAFI BAHAN
DEKSTROSA
Dekstrosa merupakan suatu monosakarida yang dapat diberikan secara peroral maupun
intravena sebagai treatment dalam depresi cairan dan karbonat. Disamping itu, dekstrosa dapat
menurunkan metabolisme lemak dan mencegah ketonemia.
Dekstrosa cepta diabsorbsi pada gastrointestinal, kadar puncak dekstrosa kira-kira 40 menit
setelah pemberian secara peroral pada pasien hipoglikemia. Dekstrosa dimetabolisme melalui
piruvat atau asam laktat untuk karbondioksida dan air dengan pembebasan energi.
(Martindale ed
32, Hal 1344)
• pH = 3,5-5,5 ;,
• Titik leleh = 83˚C ;
• Kelarutan = praktis tidak larut dalam klorofor dan eter, larut dalam 60 bagian etanol 95%, larut dalam
gliserin dan larut dalam 1 bagian air (HOPE: 223).
• Stabilitas dan Penyimpanan: Dekstrosa stabil pada kondisi penyimpanan yang sejuk dan kering (HOPE:
224).
• Inkompabilitas: Larutan dekstrosa inkompatibel dengan beberapa obat seperti cyanocobalamin,
kanammycin sulfate, novobiocin sodium, dan warfarin sodium (HOPE: 224).
ASAM
KLORIDA
Pemerian: Cairan tidak berwarna, tidak berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air,
asap
menghilang, bobot jenis kurang 1,8 (FI III, Hal 53)
Stabilitas: Bersifat korosif (FI III, Hal 53)
Penyimpanan: Wadah tertutup rapat (FI III, Hal 53)
Inkompabilitas: Dengan basa, alkali karbonat, dengan garam perak, dan garam merkuri (Martindale, Hal
783)
NATRIUM HIDROKSIDA
Pemerian: putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau
bentuk lain. Keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara, akan
cepat menyerap karbon dioksida dan lembab (FI IV, Hal. 589)
Kelarutan: mudah larut dalam air dan dalam etanol (FI IV, Hal. 589)
Konsentrasi: 0,1 N
Stabilitas dan kondisi penyimpanan:
disimpan dalam non-logam kedap udara wadah di tempat yang sejuk dan kering. Bila terkena
udara, natrium hidroksida cepat menyerap kelembaban dan mencair, tapi kemudian menjadi
padat lagi karena penyerapan karbon dioksida dan pembentukan natrium karbonat.
Inkompatibilitas:
Natrium hidroksida adalah basa kuat dan tidak kompatibel dengan
senyawa yang mudah mengalami hidrolisis atau oksidasi. Akan bereaksi dengan asam, ester,
dan eter, terutama dalam larutan air.
(HOPE, Hal. 649)
WATER FOR
INJECTION
Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa (FI III, Hal 1479)
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup kedap, jika disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus
digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan (FI III, Hal 1479)
UPS 32 mendeskripsikan WFI sebagai air yang dimurnikan dengan cara destilasi atau Revers Osmosis
(RO).
WFI tidak mengandung bahan tambahan lain (HOPE, Hal 762)
PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN
Nama bahan Kegunaan Per botol (50 0mL) Perbatch (1000 sediaan)
Dekstrosa 5 % Zat aktif 25,6 gram 25.600 gram
HCl 0,1 N Pengatur pH qs qs
NaOH 0,1 N Pengatur pH qs qs
NaCl 0,9% Pengisotonis qs qs
Water For Injection Pelarut Ad 500 mL Ad 500.000 mL
PERHITUNGAN TONISITAS
1. Metode ekuivalen NaCl
Dekstrose 5% : nilai tukar terhadap
NaCl 0.16 aqua pro injection ad 500
ml
jumlah gram NaCl yang
ekuivalen 5% x 0,16 = 0,8%
(hipotonis)
yang ditambahkan:
0,1
x 500 ml0,9%
= 0,5 -gram
100 𝑚𝑙
0,8% = 0,1%
2. Metode White and Vincent
V= W x E x 111,1
= (25,6 g x 0,16 x 111,1)
= 455,06 ml
volume NaCl yang
Volume yang dilebihkan: 4% (cairan encer 500 ml atau lebih berdasarkan FI IV Hal.
1044)
1. Dekstrose 4% x 25,6 gram = 1,024 gram, dekstrose yang dipakai 25,6 + 0,1 = 25,7
gram
2. NaCl 4 % x 0,05 gram = 0,002 gram, yang ditimbang 0,05 + 0,002 = 0,052 gram
3. WFI 4% X 500 ml = 20 ml, yang diadkan 500 ml + 2 ml = 502 ml
b. Bahan karet
5) Direndam dalam HCl 2% selama 2 hari
6) Direndam dalam larutan teepol 1% dan Na2Co3 0,5% dan didihkan selama 1 hari
7) Diulang prosedur 2 hingga larutan tetap jernih
8) Direndam dengan aquades dan didihkan selama 3 menit
9) Direndam dalam etanol
2. Pegeringan alat
Biasanya dikeringkan dioven pada suhu 110-105˚C selama 10 menit dalam keadaan terbalik
hingga kering
3. Pembungkusan alat
2 Oven 5
Timbangan
EVALUASI
Uji pH
Uji Uji
Sterilita Kejerni
s han
Evaluasi
Sediaan
Uji
Uji
Keserag
Pirogen
aman
itas
Volume
Uji
Keboco
ran
1. Uji pH (FI IV hal. 1039-1040)
Cek pH dilakukan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal. Dengan pH meter:
sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH
meter: bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji.
Baca harga pH.
2. Uji Kejernihan (Lachman hal. 1355)
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seorang yang memeriksa wadah bersih
dari luar dibawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi kedalam matanya, dan
berlatar belakang hitam dan putih dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus
benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.
3. Uji Keseragaman Volume (FI IV hal. 1044)
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume secara visual.
4. Uji Kebocoran (Lachman hal. 1354)
Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku. Cara kerja: Letakkan ampul di
dalam zat warna (metilen biru 0,5%-1%) dalam ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian
menyebabkan zat warna berpenetrasi ke dalam lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul
dicuciuntuk membersihkan zat warnanya.
5. Uji Sterilitas (FI IV hal. 855)
Metode uji: Teknik penyaringan dengan filter membran (dibagi menjadi dua) lalu diinkubasi.
Prosedur uji: Inokulasi langsung ke dalam media pertumbuhan.
Volume tertentu spesimen ditambah volume tertentu media uji, inkubasi selama tidak kurang dari 14
hari, kemudian amati perubahan secara visula sesering mungkin sekurang-kurangnya pada hari ke-3
atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
6. Uji Pirogenitas (Metode Seibert 1920: USP XII 1942)
Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci yang telah disuntikkan dengan larutan < 10 mg/kg BB
dalam vena auricularis.
1. Setiap penurunan suhu dianggap 0
2. Memenuhi syarat : Tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5ºC atau
lebih.
3. Jika ada kelinci dengan kenaikan suhu 0,5ºC atau lebih, lanjutkan dengan kelinci tambahan.
4.Memenuhi syarat: Tidak lebih dari 3 ekor kelinci dari 8 masing-masing menunjukkan kenaikan suhu
0,5ºC atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3ºC.
KEMASAN
TERIMA KASIH