Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

DIPHENHYDRAMIN HCL

Dosen Pengampu :

apt.Made Prita Artika, S.farm., M.farm

apt.Made Dwike Swari Santi, S.farm., M.farm

OLEH :

1. Kadek Aldi Sastra Pramudya (2103010005)


2. Ni Wayan Ari Satya Wijayanti (2103010006)
3. Desak Made Ayu Antari (2103010007)
4. Kadek Nila Wulandari (2103010024)
5. Ni Kadek Putri Dwiyanti (2103010026)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BINTANG PERSADA
2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
Teknologi Sediaan Steril yang berjudul “Diphenhydramine HCL” bisa selesai pada
waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Teknologi Sediaan Steril yang telah
membimbing kami dan teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Denpasar, 13 Januari 2024

Penulis
PRAKTIKUM 3
FORMULASI DIPHENHYDRAMINE HCL

Topik : Pembuatan sediaan injeksi Diphenhidramin HCl 0,5% single dose


yang dikemas dalam vial (3 vial)
Tujuan :

1. Mempelajari cara pembuatan sediaan steril dengan bahan aktif yang mudah teroksidasi
2. Melakukan sterilisasi sediaan injeksi dengan metode filtrasi (dengan menggunakan
teknik

aseptik)
3. Mempelajari pembuatan sediaan steril volume kecil yang dikemas dalam vial

I. PRAFORMULASI

1. Tinjauan farmakologi bahan obat

 Efek utama : Diphenhidramin HCl merupakan golongan antihistamin antagonis reseptor


H1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau
mengobati mabuk perjalanan dengan efek sedatif.
 Efek samping :
1. Bervariasi mulai dari drawsiness sampai kantuk, sakit kepala, gangguan psikomotorik,
gangguan saluran cerna dan efek muskarinik seperti mulut kering, gangguan penglihatan,
retensi urin dan konstipasi. Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral
antagonis reseptor H1 ialah vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur,
diplopia, euforia, gelisah, insomnia dan tremor.
2. Efek samping yang termasuk sering ditemukan adalah nafsu makan berkurang, mual,
muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare.
3. Efek samping lain yang mungkin timbul oleh antagonis reseptor H1 ialah mulut
kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan
reseptor H1 bisa menimbulkan alergi pada pemberian oral, tetapi lebih sering terjadi
akibat penggunaan lokal berupa dermatitis alergik. Demam dan fotosensitivitas juga
pernah dilaporkan terjadi. Antagonis reseptor H1 sangat jarang menimbulkan komplikasi
berupa leukopenia dan agranulositosis.
 Indikasi :
1. Digunakan pada kondisi alergi termasuk urtikaria dan angioderma, rhinitis, dan
konjungtivitis dan gangguan gatal-gatal pada kulit.
2. Digunakan juga sebagai antiemetik untuk pengobatan mual dan muntah.
3. Diphenhidramin memiliki efek antimuskarinik yang digunakan sebagai kontrol
terhadap sindrom parkinson.
 Kontraindikasi :
1. Penderita asma, neonatus, anak di bawah 2 tahun, dan ibu hamil.
2. Bayi yang baru lahir karena dapat terjadi efek antimuskarinik karena organ-organ hati,
liver yang belum terbentuk dengan sempurna.
2. Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Bahan Obat
a. Kelarutan
Larut dalam 1 : 1 bagian air, 1 : 2 bagian alkohol dan kloroform, 1 : 50 bagian aseton,
sangat sedikit larut dalam eter dan benzena. (FI Ed III hai. 228)
b. Stabilitas
 Terhadap cahaya Tidak stabil, perlahan-lahan menjadi gelap karena cahaya (FI ed IV,
hal.330). Simpan di tempat kering terlindung dari cahaya
 Terhadap suhu Tidak stabil pada suhu tinggi, melebur pada suhu 1670C – 172oC. (FI ed
III Hal.228)
 Terhadap pH Stabil pada pH sediaan 4,0 – 6,0.
 Terhadap udara Tidak stabil terhadap udara, disimpan dalam wadah tertutup kedap
udara.
d. OTT (inkompatibilitas):
Amphotericin, Amyobarbitone Sodium, Cephalotin Sodium, Iodides, Phenobarbitone
Sodium, Phentobarbitone Sodium, Quinalbarbitone Sodium, Thiopentone Sodium,
Hidrocortison Sodium Succinate.
e. Cara penggunaan dan dosis :
1. Bentuk sediaan :
Dipenhidramin hcl dalam bentuk injeksi intravena dikemas dengan ampul 9 ml atau 10
ml
2. Dosis
 25 – 50 mg : 3 atau 4 kali sehari
 2,25 mg / kgbb : 4 kali sehari
 37,5 kg/m2 : 4 kali sehari
3. Cara pemberian :
Dipenhydramin HCl diberikan secara injeksi intravena dan intramuscular dengan
konsentrasi 1%

II. FORMULASI
A. Permasalahan dan penyelesaian :
1. Bahan aktif (Diphenhidramin HCl) tidak stabil terhadap udara
Penyelesaian : ditambahkan antioksidan
2. Bahan aktif (Diphenhidramin HCl) tidak stabil terhadap cahaya
Penyelesaian : dikemas dalam vial coklat + kemasan sekunder.
3. Bahan aktif (Diphenhidramin HCl) tidak stabil terhadap pemanasan (suhu tinggi)
Penyelesaian : sterilisasi sediaan menggunakan metode filtrasi dengan membran filter
0,22 µm.
4. Sediaan belum isotonis
Penyelesaian : + NaCl agar tonisitas sama dengan tekanan osmotik tubuh.
B. Formulasi yang diajukan
 Formula 1
R/ Diphenhidramin HCl 10 mg
Aqua pro injectio ad 10 ml
Formularium Nasional 2nd, p. 113 = Single dose
 Formula 2
R/ Diphenhidramin HCl 0,5%
Na Metabisulfit 0,01%
NaCl 182,5 mg
Aqua pro injectio ad 25 ml
(USP hal 223)
 Formula 3
R/ Diphenhidramin HCl 1%
NaCl 625 mg
Benzalkonium Cl 0,01%
Na Metabisulfit 0,01%
Aqua pro injectio ad 100 ml
 Formula 4
R/ Diphenhidramin HCl 50 mg/ml
Benzalkonium Cl 0,1 mg/ml
Aqua pro injectio ad 1 ml
Formula terpilih Handbook of Injectable Drug 12th, p.484
C. Formula yang di pilih
Formula 1
R/ Diphenhidramin HCl 10 mg
NaCl 75 mg
Aqua pro injectio ad 10 ml
Formularium Nasional 2nd, p. 113 = Single dose
1. Perhitungan bobot dan dosis
a. Perhitungan volume sediaan
Akan dibuat 2 vial, dengan perhitungan sebagai berikut :
v = (v’ + a) n
v = volume sediaan yang dibuat = (9 + 0,5) . 2 v` = volume yang diminta = 19 ml ~ 20
ml
ket : n = jumlah vial yang diminta
a = kelebihan volume (menurut FI edisi IV)
b. Perhitungan Diphenhidramin HCl
Diphenhidramin HCl = 0,5% artinya 0,5 g bahan aktif / 100 ml pelarut)
untuk membuat 20 ml = 0,5 g / 100 ml x 20 ml = 0,1 g = 100 mg
-Dalam satu vial = 0,5 g / 100 ml x 9 ml = 0,045 g = 45 mg
c. Perhitungan Isotonisitas NaCl
NaCl 0,9% (0,9 g / 100 ml) x 20 ml = 0,18 g
d. Perhitungan Ekivalensi NaCl dengan Diphenhidramin HCl
Ekivalensi Diphenhidramin HCl 0,5% dengan NaCl = 0,34 (Formulasi Steril, p.124) Jadi,
kebutuhan NaCl dalam formula = = 0,18 g – (0,34 x 0,1 g) = 0,18 g – 0,034 g = 0,146 g
= 146 mg
e. Tabel Bahan
No Bahan B/V Fungsi Cara Sterilisasi
1 Dipenhydramin HCl 100 mg Bahan Aktif Radiasi
2 NaCl 146 mg Pengisotonis Oven 180ºC, 30 menit
3 Aqua Pro Injeksi Ad 20 ml Pelarut Otoklaf 121ºC, 15 menit

D. Pelaksanaan
1. Alat – alat yang digunakan dan cara sterilisasinya
No Nama alat Ukuran Jumlah Cara sterilisasi Waktu
1 Kaca Arloji - 2 Autoklaf 1210C 15 menit
2 Beaker Glass 50 ml 2 Oven 1800C 30 menit
3 Erlenmeyer 100 ml 1 Oven 1800C 30 menit
4 Batang Pengaduk - 1 Oven 1800C 30 menit
5 Corong Kaca - 1 Autoklaf 1210C 15 menit
6 Pipet tetes - 1 Autoklaf 1210C 15 menit
7 Gelas Ukur 10,25 1 Autoklaf 1210C 15 menit
ml
8 Spatula logam - 1 Oven 1800C 30 menit
9 Pinset besi - 1 Oven 1800C 30 menit
10 Vial 10 ml 2 Oven 1800C 30 menit
11 Tutup Karet - 2 Autoklaf 1210C 15 menit

2. Pencucian alat
a. Pencucian alat / wadah gelas serta peralatan laboratorium lain (huizinga)
1. Sikat dengan larutan tepol
2. Bilas dengan air kran
3. Semprot dengan uap dan tiriskan
4. Bilas dengan aquadem
5. Bilas dengan air suling yang baru dibuat (steril dan bebas pirogen)
6. Keringkan dengan posisi terbalik dalam oven
b. Pengeringan
1. Keringkan dalam oven dalam keadaan terbalik pada suhu 100 ºC, tidak boleh terlalu
lama kira-kira 15 menit (terutama gelas ukur, bahan yang terbuat dari karet dan plastik)
2. Untuk menghindari debu dapat ditutup dengan kertas yang tenbus uap air
3. Wadah kecil harus benar-benar kering
c. Pencucian karet
1. Rendam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari
2. Rendam dalam larutan tepol 1% dan Natrium Karbonat 0,5% selama 1 hari
3. Didihkan dalam larutan tersebut selama 15 menit, kemudian bilas dengan aquadest
4. Ulangi dengan larutan yang baru
5. Ulangi sampai larutan jernih
6. Rendam dalam aquadest (dalam beaker glass yang ditutup kertas perkamen) dan dicuci
dengan Autoklaf pada suhu 110 ºC selama 20 menit (1 atau 2 kali) sampai air rendaman
jernih
d. Tahap-tahap pencucian karet dengan Autoklaf pada suhu 110ºC selama 20 menit
adalah:
 Waktu pemanasan : pk. 18.15- 18.29 (14 menit)
 Waktu pengeluaran udara : pk. 18.29-18.31 (2menit)
 Waktu menaik : pk. 18.31-18.36 (5menit)
 Waktu suhu dipertahankan : pk. 18.36-18.37 (1menit)
 Waktu menurun : pk. 18.37-18.45 (1menit)
 Waktu pendinginan : pk. 18.45-18.50 (5menit)
Proses pencucian karet berlangsung dari pk. 18.15-18.50 (35menit)
7. Bilas dengan spiritus dilutus (etanol 70%) – air sampai jernih
8. Masukkan kantong kering rangkap dua dan sterilkan dalam Autoklaf
3. Pembungkusan
Masing-masing alat dibungkus dalam kantong yang terbuat dari kertas perkamen dan
tuliskan nama alat dan nama kelompok.
4. Sterilisasi
a. Sterilisasi alat-alat dengan oven pada suhu 180ºC selama 30 menit
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut:
 Waktu pemanasan : pk. 18.22-18.52 (30menit)
 Waktu kesetimbangan : pk. – (0menit)
 Waktu pembinasaan : pk. 18.52-19.00 (8menit)
 Waktu tambahan jaminan sterilitas : pk. 19.00-19.01 (1menit)
 Waktu pendinginan : pk. 19.01-19.04 (3menit)
Proses sterilisasi berlangsung dari pk. 18.22-19.04 (39menit)
b. Sterilisasi alat-alat dengan Autoklaf pada suhu 115ºC selama 15 menit
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut :
 Waktu pemanasan : pk. 18.15-18.29 (14menit)
 Waktu pengeluaran udara : pk. 18.29-18.31 (2menit)
 Waktu menaik : pk. 18.31-18.36 (5menit)
 Waktu kesetimbangan : pk. 18.36-18.37 (1menit)
 Waktu pembinasaan : pk. 18.37-18.38 (1menit)
 Waktu tambahan jaminan sterilitas : pk. 18.38-18.39 (1menit)
 Waktu menurun : pk. 18.39-18.45 (6menit)
 Waktu pendinginan : pk. 18.45-18.48 (3menit)
Proses sterilisasi berlangsung dari pk. 18.15-18.48 (33menit)

5. Cara Kerja
a. Bersihkan meja dengan alcohol 70%, dilap dengan tisu (Teknik aseptic)
b. Siapkan alat dan bahan
c. Kalibrasi beker glas 50 ml, siapkan aqua pro injeksi serta sterilkan alat-alat yang akan
digunakan
d. Timbang bahan menggunakan neraca analitik
 Dipenhydramin : 100 mg
 NaCl : 146 mg
e. Masukkan Dipenhydramin HCl kedalam beker glas yang telah dikalibrasi , tambahkan
aqua pro injeksi secukupnya dan aduk ad homogen (larutan 1)
f. Masukkan NaCl kedalam gelas beker, tamahkan aqua pro injeksi secukupnya dan aduk
hingga homogen
g.Cek pH menggunakan kertas indicator
h.Campurkan larutan 1 dan 2, aduk ad homogn lalu tambahkan aqua pro injeksi ad 20 ml
i. Saring 2x menggunakan corong kaca dan kertas saring, ditampung dalam erlenmeyer ,
lalu di pindahkan kedalam gelas beker
j. Di ukur larutan Dipehydramin HCl 9ml dengan gelas ukur 10 ml, lalu masukkan
masukkan disaring menggunakan corong kaca + kertas saring, tampung dalam botol
vial (2X)
k. Ditali mati pada tutup vial,kemudian ditutup dengan aluminium foil rangkap 2. Leher
vial ditali pita dan sterilkan dalam autoclave suhu 1200C selama 20 menit
i. Diberi etiket dan label, lalu masukkan kedalam kemasan sekunder
PEMBAHASAN

Teknik aseptic adalah tekni yang dipakai untuk mencegah masuknya


kontaminan kedalam sediaan yang dibuat. Beberapa sediaan steril yang dibuat
dengan metode aseptic berupa produk steril yang tidak bisa disterilkan dalam wadah
akhir, produk yang disterilkan dengan metode filtrasi, uji sterilitas produk, steril dan
iv admixture.

Pada praktikum ini, teknik aseptic digunakan untuk membuat sediaan steril
diphenhydramine hcl. Diphenhydramine hcl tidak stabil pada suhu yang tinggi
sehingga dalam pembuatannya digunakan sterilisasi filtrasi metode aseptic.

Diphenhydramine hcl mempunyai kelarutan 1:1 dalam air ; 1:2 dalam etanol ;
1:50 dalam aseton ; 1:2 dalam kloroform ; tidak larut dalam eter. Diphenhydramine
hcl sangat mudah larut dalam air sehingga digunakan aqua pro injeksi sebagai
pelarut. Selain itu diphenhydramine hcl tidak stabil terhadap suhu, melebur pada
suhu 167derajat celcius-172 derajat celcius, stabil pada pH 4-6, dan tidak stabil
terhadap udara. Dari hasil sediaan steril injeksi diphenhydramine hcl yang dibuat,
pH yang dihasilkan 7.0. penambahan NaCl bertujuan agar sediaan injeksi
diphenhydramine hcl isotonis dengan tubuh. Selain itu, diphenhydramine hcl tidak
stabil terhadap cahaya, sehingga sediaan disimpan didalam wadah vial coklat dan
untuk melindungi dari cahaya dikemas lagi dalam wadah sekunder. Pemilihan vial
berdasarkan sediaan diphenhydramine hcl yang akan dibuat yaitu berupa single dose
dan multiple dose. Pada sediaan diphenhydramine single dose, dapat dilakukan
pengemasan dengan ampul coklat.

Sebelum membuat sediaan, perlu dilakukan sterilisasi alat-alat dan pelarut


yang digunakan. Sterilisasi perlengkapan dilakukan dengan sterilisasi pemanasan
kering dan sterilisasi pemanasan basah. Pada praktikum metode sterilisasi
pemanasan kering menggunakan oven, dilakukan pada suhu 180 derajat celcius
selama 30 menit. Alat-alat yang disterilisasi dengan oven adalaah kaca arloji, beaker
glas, sendok logam/porcelain, tara dan wadah, pengaduk kaca, pinset, labu
erlemeyer, anak timbangan, dan vial coklat. Sedangkan alat-alat yang disterilisasi
dengan otoklaf (metode sterilisasi pemanasan basah) adalah gelas ukur, filter dan
holder, pipet tetes, corong dan kertas saring, jas praktikum, masker, penutup
kepala,dan sarung tangan. Sterilisasi ini dilakukan pada suhu 115 derajat celcius
selama 30 menit. Untuk spuit injeksi,tidak perlu disterilkan karena sudah steril.
Pelarut aqua pro injeksi, juga disterilkan dengan otoklaf pada suhu 121 derajat
celcius selama 15 menit.
Pada ruang II dilakukan penimbangan diphenhydramine hcl yang bersifat
higroskopis, sehingga perlu ditutup dengan kaca arloji sehingga tidak teroksidasi
dan merubah kestabilan zat aktif, selain itu juga dilakukan NaCl sebagai
pengisotonis.

Setelah itu dilanjutkan pada ruang kelas I yang dilengkapi dengan LAFC
(Laminar Air Flow Cabinet). Sebelumnya, LAFC sudah disterilkan dengan cara
radiasi dengan lampu UV selama 15 menit yang kemudia lampu UV diganti dengan
lampu neon dengan tujuan sebagai penerangan dan berbahaya bagi operator jika
terpapar lampu UV dalam jangka waktu yang lama.

Kemudian LAFC dibersihkan dengan alcohol 70% lalu lap dengan kasa steril
satu arah. Api spiritus disemprotkan dengan alcohol 70%, dimasukkan LAFC dan
dinyalakan, begitu juga untuk alat-alat perlu disemprot terlebih dahulu satu per satu
sebelum dimasukkan LAFC tanpa disemprot dengam alcohol 70%.

Pengenceran Na Metabisulfit dilakukan karena minimal penimbangan pada


timbangan milligram ada 50mg sedangkan Na Metabisulfit diperlukan hanya 4mg.
setelah itu dilarutkan Na Metabisulfat yang telah ditimbang tadi dengan aqua pro
injeksi sebanyak 10ml, kemudian ditambahkan diphenhydramine hcl kedalam
larutan Na Metabisulfit dan diaduk sampai homogeny. NaCl yang telah ditimbang
dilarutkan dengan aqua pro injeksi sebanyak 5ml, dan kemudian dicampurkan
dengan larutan Na Metabisulfit dan diphenhydramine hcl, campuran diaduk sampai
homogeny. Setelah semua tercampur maka larutan di cek pH di ad kan dengan aqua
pro injeksi sampai 40ml.

Setelah volume yang diinginkan tercapai,dilakukan penyaringan menggunakan


filter dan holder untuk menyaring partikel-partikel yang berukuran besar. Larutan
yang telah disaring kemudian diambil sebanyak 9,5ml dengan filter holder + spuit
injeksi (ukuran membrane filter 0,2um) dan kemudian larutan dimasukkan kedalam
vial. Vial tertutup dengan karet yang sesuai, lalu diikat champagne sebanyak satu
kali, ditutup lagi dengan aaluminium foil untuk mencegah kebocoran, dan kemudian
leher vial diikat lagi dengan tali agar vial benar-benar tertutup dengan rapat. Vial
yang berhasil dibuat pada praktikum ini yaitu sebanyak 3 vial.

Selanjutnya, dilakukan uji bublle point test untuk megukur ukuran pori-pori
maksimum pada suatu membrane filter dengan cara mengisi spuit dengan udara
sebanyak 10ml, kemudian dipasang filter holder yang telah digunakan yang
didalamnya terdapat membrane filter dengan ukuran pori-pori 0,22um, lalu filter
holder dicelupkan kedalam aqua pro injeksi didalam beker glass yang telah
disiapkan sebelumnya dengan posisisouit injeksi tegak lurus kemudian menekan
pelan-pelan spuit injeksi yang berisi udara hingga keluar gelembug udara pertama
kali dari bawah filter holder.

Pada uji bubble point test, gelembung udara yang pertama kali keluar dari
bawah filter holder menyisakan udara sebanyak 7ml pada spuit injeksi. Ukuran pori-
pori maksimum yang diinginkan adalah 0,2um dimana ukuran pori-pori tersebut
merupakan yang cukup efektif untuk menyaring mikroorganisme dan dapat diamati
dari sisa udara dalam spuit injeksi 2ml, maka ukuran pori-pori terbesar adalah
benar-benar 0,2um. Sedangkan sisa udara pada spuit hasil bubble point test adalah
7ml (lebih besar dari 2ml) sehingga dapat disimpulkan bahwa membrane filter yang
dipasang kurang tepat dan dapat menyebabkan sedian menjadi tidak steril.
KESIMPULAN DAN SARAN

- Diphenhydramine hcl merupakan bahan yang tidak stabil terhadap udara sehingga
pada proses pembuatannya diperlukan perhatian khusus untuk mencegah
berinteraksinya udara dengan diphenhydramine hcl, salah satu caranya adalah
menutup zat aktif tersebut dengan kaca arloji selama pembuatan sediaan ataupun
dengan menambahkan antioksidan seperti metabisulfit pada sediaan untuk mencegah
terjadinya oksidasi.
- Pembuatan sediaan injeksidiphenhydramine dilakukan dengan metode teknik aseptic
dan sterilisasi sediaan dilakukan dengan metode filtrasi karena diphenhydramine hcl
tidak stabil pada suhu tinggi.
- Pengerjaan harus seaseptik mungkin agar telah jadi terjamin sterilisasinya.
- Pemasangan filter holder harus dilakukan dengan tepat untuk menghindari
kebocoran dan kontaminasi sediaan.
Kemasan Dan Brosur Sediaan Injeksi Diphenhydramin Hcl
0,5%

1. Kemasan primer

Kemasan primer yang digunakan adalah vial berwarna coklat

2. Kemasan Sekunder

3. Label
4. Etiket

5. Brosur

Anda mungkin juga menyukai