DIPHENHYDRAMIN HCL
Dosen Pengampu :
OLEH :
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
PRAKTIKUM 3
FORMULASI DIPHENHYDRAMINE HCL
1. Mempelajari cara pembuatan sediaan steril dengan bahan aktif yang mudah teroksidasi
2. Melakukan sterilisasi sediaan injeksi dengan metode filtrasi (dengan menggunakan
teknik
aseptik)
3. Mempelajari pembuatan sediaan steril volume kecil yang dikemas dalam vial
I. PRAFORMULASI
II. FORMULASI
A. Permasalahan dan penyelesaian :
1. Bahan aktif (Diphenhidramin HCl) tidak stabil terhadap udara
Penyelesaian : ditambahkan antioksidan
2. Bahan aktif (Diphenhidramin HCl) tidak stabil terhadap cahaya
Penyelesaian : dikemas dalam vial coklat + kemasan sekunder.
3. Bahan aktif (Diphenhidramin HCl) tidak stabil terhadap pemanasan (suhu tinggi)
Penyelesaian : sterilisasi sediaan menggunakan metode filtrasi dengan membran filter
0,22 µm.
4. Sediaan belum isotonis
Penyelesaian : + NaCl agar tonisitas sama dengan tekanan osmotik tubuh.
B. Formulasi yang diajukan
Formula 1
R/ Diphenhidramin HCl 10 mg
Aqua pro injectio ad 10 ml
Formularium Nasional 2nd, p. 113 = Single dose
Formula 2
R/ Diphenhidramin HCl 0,5%
Na Metabisulfit 0,01%
NaCl 182,5 mg
Aqua pro injectio ad 25 ml
(USP hal 223)
Formula 3
R/ Diphenhidramin HCl 1%
NaCl 625 mg
Benzalkonium Cl 0,01%
Na Metabisulfit 0,01%
Aqua pro injectio ad 100 ml
Formula 4
R/ Diphenhidramin HCl 50 mg/ml
Benzalkonium Cl 0,1 mg/ml
Aqua pro injectio ad 1 ml
Formula terpilih Handbook of Injectable Drug 12th, p.484
C. Formula yang di pilih
Formula 1
R/ Diphenhidramin HCl 10 mg
NaCl 75 mg
Aqua pro injectio ad 10 ml
Formularium Nasional 2nd, p. 113 = Single dose
1. Perhitungan bobot dan dosis
a. Perhitungan volume sediaan
Akan dibuat 2 vial, dengan perhitungan sebagai berikut :
v = (v’ + a) n
v = volume sediaan yang dibuat = (9 + 0,5) . 2 v` = volume yang diminta = 19 ml ~ 20
ml
ket : n = jumlah vial yang diminta
a = kelebihan volume (menurut FI edisi IV)
b. Perhitungan Diphenhidramin HCl
Diphenhidramin HCl = 0,5% artinya 0,5 g bahan aktif / 100 ml pelarut)
untuk membuat 20 ml = 0,5 g / 100 ml x 20 ml = 0,1 g = 100 mg
-Dalam satu vial = 0,5 g / 100 ml x 9 ml = 0,045 g = 45 mg
c. Perhitungan Isotonisitas NaCl
NaCl 0,9% (0,9 g / 100 ml) x 20 ml = 0,18 g
d. Perhitungan Ekivalensi NaCl dengan Diphenhidramin HCl
Ekivalensi Diphenhidramin HCl 0,5% dengan NaCl = 0,34 (Formulasi Steril, p.124) Jadi,
kebutuhan NaCl dalam formula = = 0,18 g – (0,34 x 0,1 g) = 0,18 g – 0,034 g = 0,146 g
= 146 mg
e. Tabel Bahan
No Bahan B/V Fungsi Cara Sterilisasi
1 Dipenhydramin HCl 100 mg Bahan Aktif Radiasi
2 NaCl 146 mg Pengisotonis Oven 180ºC, 30 menit
3 Aqua Pro Injeksi Ad 20 ml Pelarut Otoklaf 121ºC, 15 menit
D. Pelaksanaan
1. Alat – alat yang digunakan dan cara sterilisasinya
No Nama alat Ukuran Jumlah Cara sterilisasi Waktu
1 Kaca Arloji - 2 Autoklaf 1210C 15 menit
2 Beaker Glass 50 ml 2 Oven 1800C 30 menit
3 Erlenmeyer 100 ml 1 Oven 1800C 30 menit
4 Batang Pengaduk - 1 Oven 1800C 30 menit
5 Corong Kaca - 1 Autoklaf 1210C 15 menit
6 Pipet tetes - 1 Autoklaf 1210C 15 menit
7 Gelas Ukur 10,25 1 Autoklaf 1210C 15 menit
ml
8 Spatula logam - 1 Oven 1800C 30 menit
9 Pinset besi - 1 Oven 1800C 30 menit
10 Vial 10 ml 2 Oven 1800C 30 menit
11 Tutup Karet - 2 Autoklaf 1210C 15 menit
2. Pencucian alat
a. Pencucian alat / wadah gelas serta peralatan laboratorium lain (huizinga)
1. Sikat dengan larutan tepol
2. Bilas dengan air kran
3. Semprot dengan uap dan tiriskan
4. Bilas dengan aquadem
5. Bilas dengan air suling yang baru dibuat (steril dan bebas pirogen)
6. Keringkan dengan posisi terbalik dalam oven
b. Pengeringan
1. Keringkan dalam oven dalam keadaan terbalik pada suhu 100 ºC, tidak boleh terlalu
lama kira-kira 15 menit (terutama gelas ukur, bahan yang terbuat dari karet dan plastik)
2. Untuk menghindari debu dapat ditutup dengan kertas yang tenbus uap air
3. Wadah kecil harus benar-benar kering
c. Pencucian karet
1. Rendam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari
2. Rendam dalam larutan tepol 1% dan Natrium Karbonat 0,5% selama 1 hari
3. Didihkan dalam larutan tersebut selama 15 menit, kemudian bilas dengan aquadest
4. Ulangi dengan larutan yang baru
5. Ulangi sampai larutan jernih
6. Rendam dalam aquadest (dalam beaker glass yang ditutup kertas perkamen) dan dicuci
dengan Autoklaf pada suhu 110 ºC selama 20 menit (1 atau 2 kali) sampai air rendaman
jernih
d. Tahap-tahap pencucian karet dengan Autoklaf pada suhu 110ºC selama 20 menit
adalah:
Waktu pemanasan : pk. 18.15- 18.29 (14 menit)
Waktu pengeluaran udara : pk. 18.29-18.31 (2menit)
Waktu menaik : pk. 18.31-18.36 (5menit)
Waktu suhu dipertahankan : pk. 18.36-18.37 (1menit)
Waktu menurun : pk. 18.37-18.45 (1menit)
Waktu pendinginan : pk. 18.45-18.50 (5menit)
Proses pencucian karet berlangsung dari pk. 18.15-18.50 (35menit)
7. Bilas dengan spiritus dilutus (etanol 70%) – air sampai jernih
8. Masukkan kantong kering rangkap dua dan sterilkan dalam Autoklaf
3. Pembungkusan
Masing-masing alat dibungkus dalam kantong yang terbuat dari kertas perkamen dan
tuliskan nama alat dan nama kelompok.
4. Sterilisasi
a. Sterilisasi alat-alat dengan oven pada suhu 180ºC selama 30 menit
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut:
Waktu pemanasan : pk. 18.22-18.52 (30menit)
Waktu kesetimbangan : pk. – (0menit)
Waktu pembinasaan : pk. 18.52-19.00 (8menit)
Waktu tambahan jaminan sterilitas : pk. 19.00-19.01 (1menit)
Waktu pendinginan : pk. 19.01-19.04 (3menit)
Proses sterilisasi berlangsung dari pk. 18.22-19.04 (39menit)
b. Sterilisasi alat-alat dengan Autoklaf pada suhu 115ºC selama 15 menit
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut :
Waktu pemanasan : pk. 18.15-18.29 (14menit)
Waktu pengeluaran udara : pk. 18.29-18.31 (2menit)
Waktu menaik : pk. 18.31-18.36 (5menit)
Waktu kesetimbangan : pk. 18.36-18.37 (1menit)
Waktu pembinasaan : pk. 18.37-18.38 (1menit)
Waktu tambahan jaminan sterilitas : pk. 18.38-18.39 (1menit)
Waktu menurun : pk. 18.39-18.45 (6menit)
Waktu pendinginan : pk. 18.45-18.48 (3menit)
Proses sterilisasi berlangsung dari pk. 18.15-18.48 (33menit)
5. Cara Kerja
a. Bersihkan meja dengan alcohol 70%, dilap dengan tisu (Teknik aseptic)
b. Siapkan alat dan bahan
c. Kalibrasi beker glas 50 ml, siapkan aqua pro injeksi serta sterilkan alat-alat yang akan
digunakan
d. Timbang bahan menggunakan neraca analitik
Dipenhydramin : 100 mg
NaCl : 146 mg
e. Masukkan Dipenhydramin HCl kedalam beker glas yang telah dikalibrasi , tambahkan
aqua pro injeksi secukupnya dan aduk ad homogen (larutan 1)
f. Masukkan NaCl kedalam gelas beker, tamahkan aqua pro injeksi secukupnya dan aduk
hingga homogen
g.Cek pH menggunakan kertas indicator
h.Campurkan larutan 1 dan 2, aduk ad homogn lalu tambahkan aqua pro injeksi ad 20 ml
i. Saring 2x menggunakan corong kaca dan kertas saring, ditampung dalam erlenmeyer ,
lalu di pindahkan kedalam gelas beker
j. Di ukur larutan Dipehydramin HCl 9ml dengan gelas ukur 10 ml, lalu masukkan
masukkan disaring menggunakan corong kaca + kertas saring, tampung dalam botol
vial (2X)
k. Ditali mati pada tutup vial,kemudian ditutup dengan aluminium foil rangkap 2. Leher
vial ditali pita dan sterilkan dalam autoclave suhu 1200C selama 20 menit
i. Diberi etiket dan label, lalu masukkan kedalam kemasan sekunder
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, teknik aseptic digunakan untuk membuat sediaan steril
diphenhydramine hcl. Diphenhydramine hcl tidak stabil pada suhu yang tinggi
sehingga dalam pembuatannya digunakan sterilisasi filtrasi metode aseptic.
Diphenhydramine hcl mempunyai kelarutan 1:1 dalam air ; 1:2 dalam etanol ;
1:50 dalam aseton ; 1:2 dalam kloroform ; tidak larut dalam eter. Diphenhydramine
hcl sangat mudah larut dalam air sehingga digunakan aqua pro injeksi sebagai
pelarut. Selain itu diphenhydramine hcl tidak stabil terhadap suhu, melebur pada
suhu 167derajat celcius-172 derajat celcius, stabil pada pH 4-6, dan tidak stabil
terhadap udara. Dari hasil sediaan steril injeksi diphenhydramine hcl yang dibuat,
pH yang dihasilkan 7.0. penambahan NaCl bertujuan agar sediaan injeksi
diphenhydramine hcl isotonis dengan tubuh. Selain itu, diphenhydramine hcl tidak
stabil terhadap cahaya, sehingga sediaan disimpan didalam wadah vial coklat dan
untuk melindungi dari cahaya dikemas lagi dalam wadah sekunder. Pemilihan vial
berdasarkan sediaan diphenhydramine hcl yang akan dibuat yaitu berupa single dose
dan multiple dose. Pada sediaan diphenhydramine single dose, dapat dilakukan
pengemasan dengan ampul coklat.
Setelah itu dilanjutkan pada ruang kelas I yang dilengkapi dengan LAFC
(Laminar Air Flow Cabinet). Sebelumnya, LAFC sudah disterilkan dengan cara
radiasi dengan lampu UV selama 15 menit yang kemudia lampu UV diganti dengan
lampu neon dengan tujuan sebagai penerangan dan berbahaya bagi operator jika
terpapar lampu UV dalam jangka waktu yang lama.
Kemudian LAFC dibersihkan dengan alcohol 70% lalu lap dengan kasa steril
satu arah. Api spiritus disemprotkan dengan alcohol 70%, dimasukkan LAFC dan
dinyalakan, begitu juga untuk alat-alat perlu disemprot terlebih dahulu satu per satu
sebelum dimasukkan LAFC tanpa disemprot dengam alcohol 70%.
Selanjutnya, dilakukan uji bublle point test untuk megukur ukuran pori-pori
maksimum pada suatu membrane filter dengan cara mengisi spuit dengan udara
sebanyak 10ml, kemudian dipasang filter holder yang telah digunakan yang
didalamnya terdapat membrane filter dengan ukuran pori-pori 0,22um, lalu filter
holder dicelupkan kedalam aqua pro injeksi didalam beker glass yang telah
disiapkan sebelumnya dengan posisisouit injeksi tegak lurus kemudian menekan
pelan-pelan spuit injeksi yang berisi udara hingga keluar gelembug udara pertama
kali dari bawah filter holder.
Pada uji bubble point test, gelembung udara yang pertama kali keluar dari
bawah filter holder menyisakan udara sebanyak 7ml pada spuit injeksi. Ukuran pori-
pori maksimum yang diinginkan adalah 0,2um dimana ukuran pori-pori tersebut
merupakan yang cukup efektif untuk menyaring mikroorganisme dan dapat diamati
dari sisa udara dalam spuit injeksi 2ml, maka ukuran pori-pori terbesar adalah
benar-benar 0,2um. Sedangkan sisa udara pada spuit hasil bubble point test adalah
7ml (lebih besar dari 2ml) sehingga dapat disimpulkan bahwa membrane filter yang
dipasang kurang tepat dan dapat menyebabkan sedian menjadi tidak steril.
KESIMPULAN DAN SARAN
- Diphenhydramine hcl merupakan bahan yang tidak stabil terhadap udara sehingga
pada proses pembuatannya diperlukan perhatian khusus untuk mencegah
berinteraksinya udara dengan diphenhydramine hcl, salah satu caranya adalah
menutup zat aktif tersebut dengan kaca arloji selama pembuatan sediaan ataupun
dengan menambahkan antioksidan seperti metabisulfit pada sediaan untuk mencegah
terjadinya oksidasi.
- Pembuatan sediaan injeksidiphenhydramine dilakukan dengan metode teknik aseptic
dan sterilisasi sediaan dilakukan dengan metode filtrasi karena diphenhydramine hcl
tidak stabil pada suhu tinggi.
- Pengerjaan harus seaseptik mungkin agar telah jadi terjamin sterilisasinya.
- Pemasangan filter holder harus dilakukan dengan tepat untuk menghindari
kebocoran dan kontaminasi sediaan.
Kemasan Dan Brosur Sediaan Injeksi Diphenhydramin Hcl
0,5%
1. Kemasan primer
2. Kemasan Sekunder
3. Label
4. Etiket
5. Brosur