STANDARDISASI
PARAMETER NON SPESIFIK
Aspek parameter non spesifik:
1.Susut pengeringan
2.Bobot jenis
3.Kadar air
4.Kadar abu
5. Sisa pelarut
6. Cemaran M.O
7.CEMARAN alfatoksin
9. Cemaran logam berat
Parameter Non Spesifik
Susut Pengeringan
Parameter susut pengeringan
Pengertian dan Prinsip
Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit
atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen.
Tujuan
Memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan.
Nilai
Minimal atau rentang yang diperbolehkan 0,25 % / bobot tidak melebihi 0,5 mg .
Terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.
Penetapan susut pengeringan
Ditimbang ekstrak sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam krus porselin bertutup yang sebelumnya
telah dipanaskan pada suhu 105°C selama 30 menit dan telah ditera. Sebelum ditimbang, ekstrak
diratakan dalam krus porselin, dengan menggoyangkan krus hingga membentuk lapisan setebal 5 mm-
10 mm. Masukkan ke dalam oven, buka tutupnya, keringkan pada suhu 105°C hingga bobot tetap.
Lakukan penimbanagan setiap ± 1 jam hingga bobot kosntan/tetap. Dinginkan dalam eksikator.
(%) Susut pengeringan = x 100%
Keterangan :
W0 = bobot krus kosong
W1 = bobot ekstrak awal
W2 = bobot konstan krus + residu
Parameter Bobot Jenis
Adalah massa per satuan volume pada suhu kamar tertentu (25˚C) yang
ditentukan dengan alat khusus piknometer atau alat lainnya.
Tujuan
Memberikan batasan tentang besarnya masa per satuan volume yang merupakan
parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat
dituang. bobot jenis juga terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi
Cara Kerja Penentuan bobot jenis
Bobot jenis ekstrak ditentukan terhadap hasil pengenceran ekstrak 5% dalam pelarut etanol dengan
alat piknometer. Digunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot
piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25°C. Suhu diatur hingga ekstrak cair lebih kurang
20°C, lalu dimasukkan ke dalam piknometer. Diatur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu
25°C, kelebihan ekstrak cair dibuang dan ditimbang. Hitung bobot jenis ekstrak
d=
Keterangan ;
ρekstrak = Kerapatan ekstrak 5%
Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan, dilakukan
dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi atau gravimetrik
Tujuan
Memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan.
Nilai
Prinsip
Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga tinggal
unsur mineral dan anorganik anorganik yang memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal Yang berasal dari
Tujuan
Memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.
Nilai
Maksimal atau rentang yang diperbolehkan untuk kadar abu total 8 % dan kadar abu larut asam ≤2
Parameter kadar abu ini terkait dengan kemurnian dan kontaminasi suatu ekstrak (Depkes RI, 2000).
Cara kerja Penentuan kadar abu (Depkes RI, 2000)
Kadar abu total
Sejumlah 2 g ekstrak ditimbang dengan seksama (W1) ke dalam krus yang telah ditera, dipijarkan dan
ditimbang (W0). Setelah itu ekstrak dipijarkan menggunakan tanur secara perlahan-lahan suhu dinaikkan
hingga 600 ± 25°C hingga arang hilang. Selanjutnya, didinginkan dalam desikator, serta ditimbang berat
abu (W2). Kemudian Hitung persen kadar abu total. Pengerjaan dilakukan sebanyak tiga kali replikasi .
Kadar abu total = x 100%
Keterangan ;
W0 = bobot krus kosong
W1 = bobot ekstrak awal
W2 = bobot krus + ekstrak yang diabukan
Kadar abu yang tidak larut dalam asam
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu, kemudian dididihkan dengan 25 mL asam sulfat encer selama 5
menit. Bagian yang tidak larut asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, krus dibilas dengan air
panas. Abu yang tersaring dan kertas saring dimasukkan kembali dalam krus yang sama kemudian dipijarkan dalam tanur
seacara perlahan-lahan hingga suhu 600 ± 25°C sampai arang hilang. Kemudian ditimbang hingga bobot tetap (W3).
Ditentukan kadar abu yang tidak larut asam dalam persen terhadap berat sampel awal. Dilakukan replikasi sebanyak
tiga kali .
Kadar abu tidak larut asam = x 100%
Keterangan ;
W0 = bobot krus kosong
W1 = bobot ekstrak awal
W3 = bobot krus + abu yang tidak larut asam
Alat Yang Digunakan Pada Penentapan Kadar Abu
Sisa Pelarut
Parameter Sisa Pelarut
Parameter sisa pelarut adalah penentuan kandungan sisa pelarut tertentu yang mungkin terdapat dalam ekstrak.
Menentukan kandungan sisa pelarut yang secara umum dengan kromatografi gas.
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak
boleh ada, sedangkan untuk ekstrak cair menunjukkan jumlah pelarut (alkohol) sesuai dengan yang ditetapkan.
Nilai
sulfanilat, HCl, dan larutan NaNO2 ke dalam sejumlah kecil ekstrak. Campuran tersebut
ditambah larutan NaOH kemudian dipanaskan. Jika ekstrak masih mengandung etanol
asam asetat dan H2SO4 ke dalam tabung reaksi yang berisikan ekstrak kental,
kemudian dipanaskan. Jika ekstrak masih tidak mengandung etanol maka akan tercium