Parameter
Standardisasi
01 Parameter nonspesifik merupakan tolok ukur baku
yang dapat berlaku untuk semua jenis simplisia, tidak
khusus untuk jenis simplisia dari tanaman tertentu
ataupun jenis proses yang telah dilalui. Ada beberapa
Simplisia parameter nonspesifik yang ditetapkan untuk simplisia
dalam penelitian ini antara lain penetapan kadar abu,
penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam,
penetapan kadar abu yang larut dalam air, penetapan
kadar air dan penetapan susut pengeringan.
Parameter Spesifik
02
yang dapat dikaitkan dengan jenis tanaman yang
digunakan dalam proses standardisasi. Parameter
spesifik yang akan ditetapkan pada penelitian ini
adalah identitas simplisia, uji organoleptis
(pemerian), uji mikroskopik, penetapan kadar sari
yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut
dalam etanol, penetapan kandungan minyak atsiri,
dan penetapan kadar bahan aktif simplisia.
.
Parameter Nonspesifik
1. penetapan kadar abu
Keterangan :
W0 = bobot cawan kosong (gram)
C = bobot kertas saring (gram)
W1 = bobot ekstrak awal (gram)
W2 = bobot cawan + abu yang tidak larut asam (gram)
3. penetapan kadar abu yang larut dalam air
Suhu penguapan adalah 105oC dan susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut:
Ditimbang seksama 1 g sampai 2 g zat dalam bobot timbang dangkal bertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika zat
berupa hablur besar, sebelum ditimbang digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih
kurang 2 mm. Zat diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga
merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, dimasukkan kedalam ruang
pengering, dibuka tutupnya, dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum
setiap pengeringan, dibiarkan botol dalam keadaan tertutup dingin dalam eksikator hingga
suhu kamar. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan
pada suhu antara 50 dan 10oC dibawah suhu leburnya selama 1-2 jam, kemudian pada suhu
penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap.
%Susut Pengeringan = bobot sampel -bobot sampel akhir x100%
bobot sampel awal
Aflatoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh jamur. Aflatoksik sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan toksigenik (menimbulkan keracunan), mutagenik
(mutasi gen), tertogenik (penghambatan pada pertumbuhan janin) dan karsinogenik
(menimbulkan kanker pada jaringan). Jika ekstrak positif mengandung aflatoksin maka pada
media pertumbuhan akan menghasilkan koloni berwarna hijau kekuningan sangat cerah.
8. Cemaran logam berat
3 Warna daun
4 Tangkai daun
No Susunan Jaringan 4 uji mikroskopik
1 Epidermis atas
Sel litosis
Sistolit Dilakukan dengan menggunakan mikroskop
Rambut yang derajat pembesarnya disesuaikan dengan
kelenjar
keperluan untuk mempelajari anatomi dan
Rambut
Penutup histolog sediaan daun. Dibuat sediaan daun
Stomata yang langsung diamati dalam media air dalam
mikroskop. Selanjutnya dilakukan reaksi warna
2 Epidemis bawah Rambut kelenjar
Rambut dalam medium kloralhidrat (dipanaskan) dengan
Penutup pewarnaan floroglusin HCl. Sediaan yang
Stomata diamati adalah irisan melintang melalui ibu
tulang daun, irisan melintang mesofil daun,
3 Mesofil sayatan membujur epidermis atas, dan sayantan
Palisade
membujur epidermis bawah daun.
Bunga karang
Berkas
pembuluh
5. penetapan kadar sari yang larut dalam air