Anda di halaman 1dari 26

STANDARDISASI SIMPLISIA

Standardisasi simplisia mempunyai


pengertian bahwa simplisia yang akan
digunakan untuk obat sebagai bahan
baku harus memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam monografi terbitan
resmi pemerintah sebagai pihak
Pembina dan pengawasan (Materia
Medika Indonesia) yang meliputi
makroskopis, mikroskopis (irisan dan
serbuk) serta kimia.
Parameter Nonspesifik

Parameter
Standardisasi
01 Parameter nonspesifik merupakan tolok ukur baku
yang dapat berlaku untuk semua jenis simplisia, tidak
khusus untuk jenis simplisia dari tanaman tertentu
ataupun jenis proses yang telah dilalui. Ada beberapa
Simplisia parameter nonspesifik yang ditetapkan untuk simplisia
dalam penelitian ini antara lain penetapan kadar abu,
penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam,
penetapan kadar abu yang larut dalam air, penetapan
kadar air dan penetapan susut pengeringan.

Parameter Spesifik

Parameter spesifik merupakan tolok ukur khusus

02
yang dapat dikaitkan dengan jenis tanaman yang
digunakan dalam proses standardisasi. Parameter
spesifik yang akan ditetapkan pada penelitian ini
adalah identitas simplisia, uji organoleptis
(pemerian), uji mikroskopik, penetapan kadar sari
yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut
dalam etanol, penetapan kandungan minyak atsiri,
dan penetapan kadar bahan aktif simplisia.
.
Parameter Nonspesifik
1. penetapan kadar abu

Pengertian dan prinsip : Bahan dipanaskan


pada tempratur dimana senyawa organik dan
turunannya terdestruksi dan menguap.
Sehingga tinggal unsur mineral dan
anorganik.

Cara Kerja : Penetapan Kadar Abu Total


Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang seksama
% Kadar Abu Total = W2 − W0 x 100% (W1) dimasukkan dalam krus silikat yang
sebelumnya telah telah dipijarkan dan ditimbang
W1 (W0). Setelah itu ekstrak dipijar dengan
menggunakan tanur secara perlahan-lahan
(dengan suhu dinaikkan secara bertahap hingga
Keterangan :
arang habis. Kemudian ditimbang hingga bobot
W0 = bobot cawan kosong (gram) tetap Dihitung kadar abu terhadap bahan yang
W1 = bobot ekstrak awal (gram) telah dikeringkan di udara.
W2 = bobot cawan + ekstrak
setelah diabukan (gram)
2. penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml


asam klorida encer P selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak
larut dalam asam, disaring malaluai kertas saring bebas abu, dicuci
dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. dihitung
kadar air yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang dikeringkan
diudara.

% Kadar Abu Tidak Larut Asam = W2 − (C x 0,0076) − W0 x100%


W1

Keterangan :
W0 = bobot cawan kosong (gram)
C = bobot kertas saring (gram)
W1 = bobot ekstrak awal (gram)
W2 = bobot cawan + abu yang tidak larut asam (gram)
3. penetapan kadar abu yang larut dalam air

Dalam krus yang mengandung abu total, ditambahkan 25 ml


air dan dididihkan selama 5 menit. Zat yang tidak larut disaring
dengan menggunakan krus sinterglass atau dengan ketras saring
bebas abu. Dicuci dengan air panas dan dipijarkan dalam krus
selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450 oC. Bobot residu
dikurangkan dengan bobot abu total. Dihitung bobot abu yang
larut dalam mg per g terhadap bahan yang dikeringkan diudara.
4. penetapan kadar air
Pengertian dan prinsip:Pengukuran kandunagn air yang
berada didalam bahan, dilakukan dengan cara tepat diantara
titrasi, destialsi atau gravimetri.

Alat : Sebuah labu 500 ml dihubungkan dengan


pendingin air balik dengan pertolongan alat
penampung. Tabung penerima 5 ml, bersekala 0,1
ml. Pemanas yang digunakan sebaiknya pemanas
listrik yang suhunya dapat diatur atau tangas
minyak. Bagian atas labu tabung penyambung
sebaiknya dibungkus asbes.

Pereaksi: Toluen. Sejumlah toluen P, dikocok dengan sedikit air,


dibiarkan memisah, dibuang lapisan air suling
Cara penetapan : Dibersihkan tabung penerima dan pendingin dengan
air, dikeringkan dalam lemari asam. Kedalam labu kering dimasukkan
sejumlah zat yang ditimbang seksama yang diperkirakan mengandung 2 ml
sampai 4 ml air. Jika zat berupa pasta, ditimbang dalam sehelai lembaran
logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu. Untuk zat yang dapat
menyebabkan gejolak mendadak, ditambahkan pasir kering yang telah
dicuci secukupnya hingga mencukupi dasar labu atau sejumlah tabung
kapiler, panjang kurang lebih 100 mm yang salah satu ujungnya tertutup.
Dimasukkan lebih kurang 200 ml toluena kedalam labu, alat dihubungkan.
Dituang toluena kedalam tabung penerima melalui alat pendingin. Labu
dipanaskan hati-hati selama 15 menit.

Setelah toluena mulai mendidih, disuling dengan kecepatan


kurang lebih 2 tetes tiap detik hingga sebagian besar air tersuling,
kemudian dinaikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik.
%Kadar air = V x Bj air x100% Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan
W toluena sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan
pada sebuah kawat tembaga dan telah dibasahi toluena. Penyulingan
dilanjutkan selama 5 menit. Dibiarkan tabung penerima dingin hingga
Keterangan : suhu kamar. Jika ada tetes air yang melekat pada dinding tabung
V = Volume air (ml) penerima, digosok dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat
Bj = Berat jenis air (gram/ml) tembaga dan dibasahi dengan toluen hingga tetesan air turun. Setelah
W = Bobot simplisia (gram) air dan toluana memisah sempurna, volume air dibaca. Dihitung kadar
air dalam %.
5. penetapan susut pengeringan
Pengertian dan prinsip : Pengukuran sisa zat setelah pengeringan
pada tempratur 1050C selam 30 menit atau sampai berat konstan, yang
dinyatakan sebagai nilai persen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak
mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik
menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada
diatmosfir/lingkungan udara terbuka.

Suhu penguapan adalah 105oC dan susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut:
Ditimbang seksama 1 g sampai 2 g zat dalam bobot timbang dangkal bertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika zat
berupa hablur besar, sebelum ditimbang digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih
kurang 2 mm. Zat diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga
merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, dimasukkan kedalam ruang
pengering, dibuka tutupnya, dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum
setiap pengeringan, dibiarkan botol dalam keadaan tertutup dingin dalam eksikator hingga
suhu kamar. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan
pada suhu antara 50 dan 10oC dibawah suhu leburnya selama 1-2 jam, kemudian pada suhu
penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap.
%Susut Pengeringan = bobot sampel -bobot sampel akhir x100%
bobot sampel awal

Bobot sampel = cawan yg ditambah simplisia –cawan kosong


6. Cemaran mikroba

Parameter cemaran mikroba adalah penentuan adanya mikroba yang patogen


secara secara analisis mikrobiologis. Tujuannya adalah memberikan jaminan
bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak
mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan karena
berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan
7. Cemaran aflatoksin

Aflatoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh jamur. Aflatoksik sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan toksigenik (menimbulkan keracunan), mutagenik
(mutasi gen), tertogenik (penghambatan pada pertumbuhan janin) dan karsinogenik
(menimbulkan kanker pada jaringan). Jika ekstrak positif mengandung aflatoksin maka pada
media pertumbuhan akan menghasilkan koloni berwarna hijau kekuningan sangat cerah.
8. Cemaran logam berat

Parameter cemaran logam berat adalah penetuan kandungan logam berat


dalam suatu ekstrak, sehingga dapat memberikan jaminan bahwa ekstrak
tidak mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cd, dll) melebihi batas
yang telah ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan
Parameter Spesifik
1. identitas simplisia

Parameter identitas simplisia meliputi nama latin tumbuhan


(sistematika botani), bagian tumbuhan yang digunakan, dan
nama daerah tumbuhan. Penentuan parameter ini dilakukan
untuk memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik dari
senyawa identitas, yaitu senyawa tertentu yang menjadi
petunjuk spesifik dengan metode tertentu
2. uji organoleptis

Parameter organoleptis simplisia meliputi pendeskripsian


bentuk, warna, bau dan rasa menggunakan pancaindra.
Penentuan parameter ini dilakukan untuk memberikan
pengenalan awal yang sederhana dan seobjektif mungkin
No Uraian
3 uji makroskopik 1
Helaian daun :
Dilakukan penelitian morfologi Bentuk Daun
dengan mengamati daun Ujung daun
segar yang dilakukan dengan
menggunakan kaca pembesar Pangkal daun
atau tanpa menngunakan alat. Permukaan daun
Cara ini digunakan untuk
mencari kekhususan Pinggir daun
Tulang daun
morfologi, ukuran dan warna
simplisia yang diuji
2 Ukuran :
Panjang daun
Lebar daun

3 Warna daun
4 Tangkai daun
No Susunan Jaringan 4 uji mikroskopik
1 Epidermis atas
Sel litosis
Sistolit Dilakukan dengan menggunakan mikroskop
Rambut yang derajat pembesarnya disesuaikan dengan
kelenjar
keperluan untuk mempelajari anatomi dan
Rambut
Penutup histolog sediaan daun. Dibuat sediaan daun
Stomata yang langsung diamati dalam media air dalam
mikroskop. Selanjutnya dilakukan reaksi warna
2 Epidemis bawah Rambut kelenjar
Rambut dalam medium kloralhidrat (dipanaskan) dengan
Penutup pewarnaan floroglusin HCl. Sediaan yang
Stomata diamati adalah irisan melintang melalui ibu
tulang daun, irisan melintang mesofil daun,
3 Mesofil sayatan membujur epidermis atas, dan sayantan
Palisade
membujur epidermis bawah daun.
Bunga karang
Berkas
pembuluh
5. penetapan kadar sari yang larut dalam air

Serbuk dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24 jam 5,0 g serbuk dengan


100 ml air kloroform P, menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali
dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam.
Disaring, diuapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal
berdasar rata yang telah ditara, dipanaskan sisa pada suhu 105oC hingga
bobot tetap. Dihitung kadar dalam persen sari yang larut dalam air, dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara.

Berat sari air x 100 x 100%


Kadar sari larut air =
Berat ekstrak awal 20
6. Parameter kadar sari larut dalam pelarut etanol
Pengertian dan prinsip : Melarutkan simplisia dengan pelarut lain
(alkohol) untuk ditentukan jumlah solut yang identik dengan jumlah senyawa
kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut
dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan, metanol.

Serbuk dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24 ajm 5,0 g


serbuk dengan 100 ml etanol (95%), menggunakan labu
bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama
dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring cepat dengan
menghindarkan penguapan etanol (95%), Diuapkan 25 ml filtrat
hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah
ditara, dipanaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap.
Dihitung kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol
(95%), dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara.

Kadar sari larut etanol= Berat sari etanol x 100 x 100%


Berat ekstrak awal 20
7. penetapan kadar bahan aktif simplisia.

Dengan tersedianya kandungan kimia yang berupa senyawa


identitas atau senyawa kimia ataupun kandungan kimia lainnya,
maka secara kromatografi instrumental dapat dilakukan
penetapan kadar kandungan kimia tersebut. Instrumen yang
dapat digunakan adalah KLT- densitometer, Kromatografi Gas,
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau
instrumen lain yang sesuai. Metode penetapan kadar harus diuji
dahulu validitasnya, yakni battas deteksi, selektivitas, linieritas,
ketelitian, ketepatan dan lain-lain
Persyaratan Parameter Spesifik dan
Nonspesifik
Berdasarkan Materia Medika Indonesia jilid IV:

 Kadar abu: tidak lebih dari 8%


 Kadar abu yang larut dalam air: tidak lebih dari 1%
 Kadar abu yang tidak larut dalam asam: tidak kurang
dari 1%
 Kadar sari yang larut dalam etanol: tidak kurang dari
6%
 Kadar sari yang larut dalam air: Tidak
kurang dari 24%
 Kadar air: tidak lebih dari 10 %
Persyaratan Parameter Spesifik dan
Nonspesifik
Berdasarkan Monografi WHO:
 Kadar logam berat:
Maksimum kandungan Hg = 0,5 ppm
Maksimum kandungan As = 5 ppm
Maksimum kandungan Cd = 0,3 ppm
Maksimum kandungan Pb = 10 ppm
 Kadar cemaran pestisida: aldrin dan dieldrin tidak lebih dari 0,05
mg/kg
 Kadar cemaran mikroba
Salmonella spp. à negatif
Bahan tanaman obat dengan merebus (decoction) :
Persyaratan Parameter Spesifik dan
Nonspesifik
 Kadar cemaran mikroba
 Salmonella spp. à negatif
 Bahan tanaman obat dengan merebus (decoction) :
o Bakteri aerob tidak lebih dari 107/g
o Fungi tidak lebih dari 105/g
o E.coli tidak lebih dari 102/g
 Bahan tanaman obat untuk penggunaan internal :
o Bakteri aerob maksimum 105/g
o Khamir dan Kapang maksimum 103/g atau mL
o Enterobacteriaceae dan bakteri gram negatif tidak lebih dari 10 3/g
o Escherichia coli maksimum10/g
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai