Anda di halaman 1dari 32

D-III ANAFARMA 2023

Sediaan Padat
Suppositorial dan
Plester
Bahan Sediaan Farmasi
Kelompok 5 1A
ANGGOTA 1. Keiken Insani (P17120221003)

2. Novelinda Tri R (P17120223036)

KELOMPO 3. Dwi Ayu Kartika (P17120223039)

K 4. Aulia Cahyani (P17120223043)


TINJAUAN PUSTAKA
Suppositoria
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung
jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar supositoria yang
umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen
glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol (Farmakope Indonesia VI, 2020)
Plester
Plester adalah sediaan Obat tradisional terbuat dari bahan yang dapat melekat pada kulit dan tahan air yang dapat
berisi Serbuk Simplisia dan/atau Ekstrak, digunakan sebagai obat luar dan cara penggunaannya ditempelkan pada
kulit (PerBPOM No. 32 tahun 2019). Salah satu contoh sediaan plester adalah patch transdermal, yakni sediaan
untuk terapi melalui kulit dalam bentuk patch yang mengantarkan obat hingga mencapai efek sistemik dengan
komponen terdiri atas polimer, release liner, backing layer, bahan aktif, plasticizer, enhancer, dan pelarut (Malvey
et al., 2019).
Metodologi
Metodologi yang digunakan yaitu metode eksperimental
• Pembuatan simplisia 9. Penetapan kadar air
• Ekstraksi 10. Evaluasi sediaan supositoria organoleptik
• Skrining fitokimia 11. Uji keseragaman bobot
• Identifikasi Tanin 12. Uji homogenitas
• Identifikasi flavonoid 13. Uji titik leleh
• Identifikasi Saponin 14. Uji kekerasan
• Penetapan kadar abu total 15. Analisis data
• Penetapan kadar abu tidak larut
Pembuatan Simplisia Ekstraksi
Kulit buah manggis disiapkan, kemudian dicuci dengan air Tambahkan Ekstraksi sampel kulit buah manggis (Garcinia
mengalir sampai bersih, setelah itu sampel dikeringkan mangostana L.) dilakukan dengan metode maserasi Proses maserasi
dapat dilakukan dengan cara memasukan serbuk kulit manggis
dalam oven dan di angin – anginkan. Setelah kulit manggis
sebanyak 500 gram kedalam maserator dan ditambahkan etanol 70%
kering kemudian ditumbuk dan dihaluskan dengan sampai terendam serta dilakukan pengadukan sesekali dalam waktu
menggunakan blender sampai menjadi serbuk, lalu diayak 1x24 jam untuk satu kali penyaringan. Lakukan maserasi berulang
sebanyak 3 kali pengulangan sampai pelarut tidak berwarna lagi
dengan mesh 40 untuk mendapatkan butiran yang seragam.
dengan proses yang sama menggunakan pelarut baru. Ekstrak yang
Masukkan ke dalam wadah yang tertutup rapat. Lakukan diperoleh kemudian disaring dan uapkan pelarutnya dengan
penimbangan menggunakan timbangan analitik dan menggunakan rotary evaporator pada suhu 60°C sampai didapatkan
cairan ekstrak menjadi kental dan berwarna kecoklatan, selanjutnya
disimpan dalam kondisi kering untuk selanjutnya dilakukan
diuapkan diatas waterbath untuk menguapkan etanol yang terdapat
proses ekstraksi. pada ekstrak. Setelah itu ekstrak disimpan dalam desikator
Skrining Identifikasi Tanin
Fitokimia Sebanyak 2 ml ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Proses skrining kemudian ditambahkan dengan air panas, kemudian ditetesi
menggunakan besi (III) klorida (FeCl3), keberadaan tanin
fitokimia dilakukan
dalam sampel ditandai dengan timbulnya warna hijau
untuk mengetahui kehitaman (Pangow et al., 2018). Kedua ekstrak dicampur
senyawa metabolit dengan air, lalu dipanaskan diatas penangas air. Larutan
didinginkan dan disaring dengan kertas saring. Filtrat yang
sekunder. Uji yang diperoleh ditambahkan 3-4 tetes larutan gelatin 1%, jika
dilakukan meliputi terbentuk endapan putih maka hal itu menunjukan adanya
senyawa golongan tanin
Identifikasi Flavonoid Identifikasi Saponin
Sampel dimasukan kedalam tabung reaksi,
Ekstrak sebanyak 2 ml dalam tabung
kemudian ditambahkan dengan aquades yang sudah
reaksi ditambahkan serbuk magnesium dipanaskan sampai terendam dan kocok dengan
dan asam klorida (HCl) 2 N : amil kuat larutan dalam tabung reaksi selama 1 menit.
klorida (1:1) kemudian kocok. warna Hasil positif terdapatnya saponin akan ditunjukan
merah, kuning, atau jingga menunjukan dengan adanya busa yang dihasilkan dari
pengocokan meskipun sudah didiamkan selama 10
positif flavonoid
menit
Penetapan kadar abu total Penetapan kadar abu tidak larut
Timbang seksama 2 sampai 3 gram bahan uji yang telah Didihkan abu yang diperoleh pada Penetapan Kadar
dihaluskan dan masukkan kedalam krus silikat yang telah dipijar Abu Total dengan 25 mL asam klorida encer LP selama
dan ditara, pijarkan perlahan – lahan hingga arang habis,
5 menit. Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam
dinginkan dan timbang. Jika dengan car aini arang tidak dapat
dihilangkan, tambahkan air panas, aduk, saring melalui kertas asam, saring melalui kertas saring bebas abu, cuci
saring bebas abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan dengan air panas, pijarkan dalam krus hingga bobot
dalam krus yang sama. Masukkan filtrat kedalam krus, uapkan tetap pada suhu 800±25°. Kadar abu yang tidak larut
dan pijarkan hingga bobot tetap pada suhu 800°. Kadar abu total
dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji,
dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b
dinyatakan dalam % b/b
Penetapan kadar air Evaluasi sediaan supositoria organoleptik
Timbang seksama sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung 1 sampai 4 mL
air, masukkan kedalam labu kering. Masukkan lebih kurang 200 mL toluena P ke
dalam labu, Panaskan labu perlahan-lahan selama 15 menit dan bila toluena mulai
Sediaan suppositoria diamati secara
mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes per detik sampai sebagian
besar air tersuling. Kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga lebih kurang
visual pada bagian internal dan
4 tetes per detik. Bila semua air tersuling, bilas bagian dalam tabung kondensor
dengan toluena, sambil menyikat tabung kondensor dengan sikat tabung yang
eksternal untuk melihat warna, bentuk,
dilekatkan pada kawat tembaga dan dijenuhkan dengan toluena. Lanjutkan
penyulingan selama 5 menit, lalu hentikan pemanasan dan didinginkan sampai
dan bau dari sediaan suppositoria.
suhu kamar. Bila ada tetesan air menempel pada dinding tabung penerima,
lepaskan dengan sikat yang terdiri atas karet yang diikatkan pada kawat tembaga
dan dibasahi dengan toluena. Bila air dan toluena memisah sempurna, baca
volume air, dan hitung persentase yang ada dalam zat
Uji keseragaman bobot Uji Homogenitas

Uji keseragaman bobot menggunakan 10 Pengujian homogenitas pada sediaan suppositoria dapat
suppositoria yang dihitung bobot rata – dilakukan dengan melakukan pada pengamatan
suppositoria yang telah dibelah secara horizontal dan
ratanya. Simpangan rata – rata dari 10 vertikal. Homogenitas zat aktif yang baik pada sediaan
suppositoria tersebut tidak kurang dari 5% ditandai dengan tidak adanya perbedaan warna pada
dan tidak lebih dari 10% dari bobot rata – semua bagian, tidak hanya bagian luar, namun bagian
ratanya dalam dari sediaan suppositoria
Uji titik leleh Uji kekerasan

Uji ini merupakan suatu ukuran yang Uji kekerasan dirancang sebagai metode untuk mengukur
kekerasan atau kerapuhan suppositoria. Persyaratan uji
diperlukan suppositoria untuk melelehkan kekerasan yang baik tidak kurang dari 1,8 Kg – 2,0 Kg.
sempurna, suppositoria dimasukkan kedalam Suppositoria diletakkan pada alat Hardness tester. Stopwatch
cawan uap dan melelehkan diatas waterbath. dihidupkan bersama dengan mulainya penekanan oleh
batang pemberatnya (600 gram). Penambahan beban dengan
Mengamati dan mencatat suhu saat
berat 200 gram yang dapat dilakukan tiap 1 menit sampai
suppositoria meleleh suppositoria hancur. Lalu dicatat beratnya.
Analisis Data

Menggunakan one way anova terhadap evaluasi


sediaan suppositoria ekstrak etanol kulit buah
manggis dengan membandingkan Fhitung terhadap
F tabel. Derajat kepercayaan yang digunakan
adalah 95%.
HASIL
Skrining Fitokimia Kadar Abu Total
Hasil uji skrining fitokimia ekstrak etanol kulit
buah manggis mengandung metabolit sekunder
Hasil dari penetapan kadar abu total simplisia
tanin. kulit buah manggis (Garcinia mangostana L)
didapatkan hasil rata – rata yaitu sebesar 8,2%.
Hasil ini menunjukan bahwa simplisia kulit
buah manggis memenuhi persyaratan
Farmakope Herbal yaitu <10%.
KADAR ABU TIDAK KADAR AIR
LARUT ASAM
Hasil penetapan kadar air dari simplisia kulit
Hasil dari penetapan kadar abu tidak larut
buah manggis (Garcinia mangostana L)
asam dan penetapan kadar air simplisia didapatkan nilai rata - rata yaitu sebesar 6%,
kulit manggis (Garcinia mangostana L) hasil ini menunjukan bahwa simplisia kulit
didapatkan nilai rata - rata yaitu sebesar buah manggis memenuhi persyaratan
1,44% untuk kadar abu tidak larut asam. Farmakope Herbal edisi VI Tahun 2020
yaitu <10%.
Evaluasi Sediaan
Uji Homogenitas
Organoleptis
Pada Formula I, II, III memiliki bentuk, warna dan bau Dari uji homogenitas suppositoria basis PEG 400 dan
yang sama hal ini dikarenakan suppositoria berbentuk PEG 4000 dengan zat aktif Ekstrak kulit manggis dapat
padat, warnanya coklat tua dan berbau khas. memiliki hasil yang sama yaitu sediaan dalam keadaan
homogen.
Uji Titik Leleh Uji Kekerasan
Dari hasil uji kekerasan ketiga formulasi diatas dapat disimpulkan
Dari hasil pengujian titik leleh dapat disimpulkan bahwa
bahwa yang paling baik adalah formulasi III dengan rata – rata 1,93
hasil rata – rata titik leleh dari formula 1,2,3 sudah
Kg. Sedangkan dari ketiga formulasi diatas dapat disimpulkan
memenuhi syarat karena tidak melebihi dari 37° C. bahwa yang tidak baik itu formulasi I dengan rata – rata 1,73 Kg.
Uji Waktu Leleh

dari uji waktu leleh semua formulasi yang didapatkan hasilnya adalah kurang
dari 60 menit. Semakin cepat suppositoria meleleh semakin cepat pula
memberikan efek terapinya.
Uji Keseragaman Bobot Jenis
Sediaan suppositoria akan memiliki bobot dan kadar zat aktif yang seragam dengan selisih tidak lebih
dari 0.1 sampai 0.2 gram saat adanya campuran massa yang telah tercampur secara homogen di dalamnya.
Metodologi
Menggunakan metodologi eksperimental. Dibuktikan dengan adanya:
• Pembuatan Dispersi Padat
• Penentapan Kadar Meloksikam dalam Dispersi Padat
• Formulasi dan Prosedur Pembuatan Patch Transdermal Dispersi Padat
Meloksikam
• Evaluasi Sifat Fisik Patch Transdermal Dispersi Padat Meloksikam
• Pengujian Ketahanan Lipat Patch Transdermal Dispersi Padat Meloksikam
• Pengujian pH
• Penetapan Kadar Meloksikam dalam Patch Transdermal
• Pengujian Laju Difusi Patch Transdermal Dispersi Padat Meloksikam
• Penentuan kinetika laju difusi
• Penganalisisan Data
2. Penentapan Kadar Meloksikam dalam Dispersi
• Pembuatan Dispersi Padat Padat
Dispersi padat meloksikam-PEG 6000 dibuat menggunakan Penetapan kadar meloksikam di awali dengan penetapan panjang
gelombang maksimum meloksikam dalam dapar fosfat pH 7,4. Pengujian
metode peleburan. Meloksikam dan PEG dengan
dilanjutkan dengan pembuatan kur?va kalibrasi meloksikam dalam dapar
perbandingan bobot 1:8 ditimbang kemudian di lelehkan fosfat pH 7,4 sehingga diperoleh persamaan regresi linier meloksikam
masing masing di wadah yang berbeda. Lelehan meloksikam dalam pelarut dapar fosfat pH 7,4. Setelah diperoleh persamaan regresi li?
dima?sukkan kedalam lelehan PEG 6000 sambil di aduk (70 nier kemudian dilakukan preparasi sampel. Sebanyak 225,01 mg dispersi
padat meloksikam ditimbang kemudian dilarut?kan dalam 50 ml larutan
± 5ºC) hingga homogen. Campuran tersebut kemudian di
dapar fosfat pH 7,4 dalam labu ukur 50 ml. Sampel di pipet sebanyak 2 ml,
dinginkan dalam penangas es dan serbuk dispersi padat yang dimasukkan kedalam labu volume 100 ml dan dicukupkan volumenya
dihasilkan lalu di simpan selama 8 jam dalam desikator. mengguna?kan dapar fosfat pH 7,4. Larutan sampel di ukur serapannya
Serbuk ke?mudian di ayak dengan ayakan No. 80 (Shenoy & pada panjang gelombang maksimum meloksikam dan dihi?tung kadarnya
menggunakan persamaan regresi linier (Asya?rie et al., 2006)
Pandey, 2008).
3. Formulasi dan Prosedur Pembuatan Patch 4. Evaluasi Sifat Fisik Patch Transdermal Dispersi
Transdermal Dispersi Padat Meloksikam Padat Meloksikam
Formula patch transdermal dapat dilihat pada Tabel 1. Pembuatan Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk,
di awali dengan proses pelarutan etil selulosa dalam etanol 96% warna, bau dari patch yang dihasilkan . Pengujian ketebalan
(Massa 1). Pada wadah yang berbeda HPMC dilarutkan dalam patch diukur menggunakan pengukur sekrup mikrometer pada
metanol (Massa 2). Massa 1 di campurkan ke Massa dan tiga titik yang berbeda. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
ditambahkan gliserin kemudian diaduk sampai homogen. Kedalam Pengujian keseragaman bobot dilakukan dengan memilih secara
campuran ditambahkan dispersi padat meloksikam kemudian aduk acak sekitar 10 patch. Patch ditimbang lalu dihitung berat dan
hingga homogen. Proses selanjutnya, kedalam campuran standar rata-rata nilai deviasi dari bobot masing-masing. Hal
ditambahkan Natrium Lauril Sulfat lalu aduk hingga homogen. tersebut dilakukan pada setiap formula Penentuan nilai kadar air
Campuran kemudian di tuang kedalam cetakan kaca lalu patch dilakukan menggunakan alat moisture analyzer (Ermawati
dikeringkan pada suhu ruang selama 48 jam (Pramesthie et al., & Prilantari, 2019).
2014).
5. Pengujian Ketahanan Lipat Patch Transdermal
Dispersi Padat Meloksikam
6. Pengujian pH
Uji ketahanan lipat dilakukan secara Patch direndam selama 2 jam dalam
manual yaitu dengan cara melipat patch 10 mL aquadest. Pengukuran pH
berulang pada satu titik hingga patch dilakukan dengan cara mencelupkan
da?pat dilipat sebanyak lebih dari 300 pH meter pada rendaman patch
kali (Ermawati & Prilantari, 2019). tersebut (Ermawati & Prilantari,
2019).
7. Penetapan Kadar Meloksikam dalam Patch 8. Pengujian Laju Difusi Patch Transdermal
Transdermal Dispersi Padat Meloksikam
Penetapan kadar meloksikam dalam patch transdermal diawali dengan Uji difusi menggunakan sel difusi Franz yang terdiri dari dua ruang yaitu kompartemen donor
penentuan panjang gelombang maksimum dan pembuatan kurva kalibrasi yang mengandung komponen aktif dan kompartemen reseptor yang mengandung pelarut.
meloksikam dalam pelarut etanol 96%. Preparasi sampel dilakukam dapar fosfat pH 7,4 digunakan sebagai larutan reseptor. Kompartemen reseptor di isi dengan
15 ml medium difusi (dapar fosfat pH 7,4) lalu berikan magnetic bar. Membran yang telah di
dengan cara me?larutkan patch dalam 50 ml etanol 96% kemudian di aduk
impregnasi selama 10 menit menggunakan cairan Sprangler diletakkan di atas kompartemen
menggunakan selama 60 menit. Larutan kemudian disaring dan filtrat reseptor. Kompartemen donor diletakkan di atas membrane sehingga membrane berada di
yang diperoleh dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan di cukupkan antara kompartemen donor dan reseptor. Alat di atur suhunya pada 37 ± 2 ° C. Sampel di
volumenya menggunakan etanol 96%. Pengenceran dilakukan dengan letakkan di atas membrane melalui kompartemen donor dan pengujian difusi dilakukan selama
8 jam. Pencuplikan medium difusi pada kompartemen reseptor dilakukan pada interval waktu
memipet 1 ml larutan di?masukkan dalam labu volume 10 ml. Sampel di yang telah ditentukan dan sejumlah buffer fosfat pH 7,4 dengan volume yang sama
ukur serapan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang ditambahkan ke kompartemen. Hasil pencuplikan kemudian dibaca serapannya menggunakan
gelombang maksimum dan dihitung kadarnya menggunakan persamaan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum meloksikam dalam pelarut
dapar fosfat pH 7,4. Kadar meloksikam pada sampel dihitung menggunakan persamaan
regresi linier yang diperoleh dari pembuatan kurva kalibrasi meloksikam
regresi linier meloksikam dalam pelarut dapar fosfat pH 7,4 (Pramesthie et al., 2014).
dalam pelarut etanol (Ah et al., 2010).
9. Penentuan kinetika laju difusi 10. Penganalisisan Data
Data hasil pengujian difusi berupa persentase Data yang diperoleh pada pengujian sifat fisik dibandingkan
dengan literatur dan data yang diperoleh pada uji difusi berupa
meloksikam yang terdifusi kemudian di nilai laju difusi dianalisis dengan uji ANOVA (Analisis of
tentukan kinetika laju difusinya dengan cara Variance) satu arah serta persentase meloksikam yang terdifusi di
analisis dengan uji ANOVA (Analisis of Variance) dua arah.
memplotkan data yang diperoleh ke dalam
persamaan linear model kinetika orde nol, orde
pertama, Higuchi dan Korsmeyer-Peppas
(Amalia et al., 2021).
HASIL
Penetapan Kadar Meloksikam Dalam Dispersi Evaluasi Sifat Fisikokimia Patch Transdermal
Padat Dispersi Padat Meloksikam

- Dispersi padat meloksikam berbentuk serbuk berwarna - Patch yang dihasilkan berwarna kuning muda dan tidak berbau dengan kondisi permukaan
yang kering dan tidak retak
kuning dengan nilai rendemen sebesar 81,12%.
- Bobot patch dari masing-masing formula adalah 0,482
- Panjang gelombang maksimum dari meloksikam dalam pelarut dapar ± 0,003 g (F0); 0,487 ± 0,004 g (F1); 0,498 ± 0,004 g (F2);
fosfat pH 7,4 adalah 362 nm dengan nilai absorbansi 0,222. 0,508 ± 0,004 g
- Hasil penetapan kadar meloksikam dalam dispersi padat adalah 98,16 ± - Hasil yang diperoleh menunjukkan semakin
besar konsentrasi natrium lauril sulfat maka semakin besar bobot patch yang dihasilkan
0,75%
Pengujian Keseragaman Bobot Pengujian Kadar Air dan Ketahan Lipat

-Berdasarkan nilai rata-rata dan standart deviasi yang diperoleh, semua - Hasil pengujian kadar air menunjukan setiap formula memiliki kadar air yang didapat sesuai
formula memenuhi persyaratan keseragam bobot sediaan padat (DITJEN dengan persyaratan yaitu 1 - 10% (DITJEN POM, 2020).
- Semakin besar konsentrasi natrium lauril sulfatmaka semakin menurun -persentase kadar air
POM, 2020)
dari patch.
-Hasil uji ketahanan lipat yaitu >300 kali patch dapat dilipat pada titik yang sama, sehingga
hasil tersebut sesuai dengan persyaratan bahwa patch yang baik yaitu memiliki ketahanan lipat
sebanyak >300 kali.
Pengujian pH dan Ketebalan Patch Penetapan Kadar Meloksikam Dalam Patch
Transdermal
- Hasil pengujian pH menunjukkan nilai pH patch transdermal adalah 5,45 (F0),
5,85 (F1), 5,92 (F2) dan 6,05 (F3). - Dari hasil pengujian, panjang gelombang meloksikam dalam
- Hasil pengujian pH yang didapat memenuhi persyaratan karena termasuk dalam
rentang pH yang tidak mengiritasi kulit yaitu 4,5 – 6,5.
pelarut etanol adalah 363 nm dengan nilai absorbansi 0,479.
- Pada pengujian evaluasi ketebalan patch diperoleh hasil ketebalan setiap formula - Kadar meloksikam dalam sediaan patch adalah 99,511 ±
meiliki variasi antara 0,767% (F0); 99,852 ± 0,181% (F1); 99,422 ±
0,85 mm – 0,91 mm 0,171%; 99,486 ± 0,590%
Uji Difusi Kenetika Laju Difusi Patch Transdermal Dispersi
Padat Meloksikam
Formula dengan persentase meloksikam yang terdifusi tertinggi adalah formula - Penentuan model kinetika laju difusi dimulai dengan
3 dengan nilai persentase meloksikam terdifusi 93,3322% dengan jumlah
memasukkan data nilai persentase meloksikam yang terdifusi dan
kumulatif 0,4428 mg. Hasil pengujian difusi patch transdermal dispersi padat
meloksikam dapat dilihat pada Gambar berikut
waktu pencuplikan kedalam persamaan regresi masing-masing
kinetika.
- Berdasarkan hasil Analisa, kinetika laju difusi ke empat formula mengikuti
kinetika reaksi Higuchi dengan nilai laju difusi 0,233 (F0); 0,237 (F1); 0,236
(F2) dan 0,238 (F3).
KESIMPULA
N
Kesimpulannya adalah dari hasil penelitian didapatkan bahwa hasil organoleptis, pH, ketebalan, keseragaman
bobot, moisture content dan ketahanan lipat seluruh formula memenuhi persyaratan pada literatur. Pada Hasil
uji difusi didapatkan semakin tinggi konsentrasi natrium lauril sulfat sebagai peningkat penetrasi dapat
meningkatkan difusi patch transdermal dispersi padat meloksikam. Dan formula yang menghasilkan persentase
laju difusi tertinggi adalah F3 dengan persentase terdifusi adalah 93,33%. Sedangkan model kinetika laju
difusi seluruh formula mengikuti kinetika Higuchi dengan nilai laju difusi tertinggi terdapat pada F3 dan
memiliki perbedaan bermakna dengan F0. Sehingga hasil ini menunjukkan F3 merupakan formula yang paling
berpotensi untuk dapat digunakan sebagai alternatif sediaan untuk menghantarkan meloksikam.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai