Kelompok : 4
Penyusun :
SURAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Penetapan parameter kadar air dilakukan dengan cara titrasi, destilasi atau
gravimetri. Tujuan dari penetapan kadar air adalah mengetahui batasan maksimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian
dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian menghilang kadar
air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama
penyimpanan. Range kadar air tergantung jenis ekstrak yang diinginkan, ekstrak kering
kadar air 30%.
Bahan:
Serbuk simplisia(sampel)
Xylen
Aquadest
Pengukuran susut pengeringan
Alat:
Alat moisture balance
Bahan:
Bahan:
Sampel(simplisia yang akan diuji)
Etanol 96%
Metanol
Air
Pereaksi FeCl3,reagen besi klorida, reagen gelatin, penyemprot KOH 10%,
penyemprot anisaldehida-H2SO4, reagen Mayer, reagen Wagner, reagen Hager,
reagen Dragendroff, asam klorida pekat, pita magnesium
nasi, kentang kukus, dan tempe
D. Cara kerja
uji kadar air
skrinning fitokimia
uji senyawa polifenol
Kocok 50 gram ekstrak dengan 2 ml n-
heksana untuk menarik zat warna.
Lakukan oenambahan dan
pengocokan beberapa kali hingga
diperoleh n-heksana jernih
senyawa Tanin
Skirning fitokimia:
senyawa antrakuinon
senyawa terpenoid
senyawa alkaloid
Skrinning Fitokimia:
senyawa flavonoid
Serbuk sampel yang akan diuji
dimasukkan ke dalam labu kerucut,
lalu di tambahkan etanol 95%,
kocok dan diamkan selama 30 menit
Skrining fitokimia:
Gula
Protein
Kesimpulan: hasil kadar air rata-rata 4,8 % dan dianggap sesuai dengan literatur
berdasarkan FHI edisi II, batas kadar teoritis kadar air tidak lebih dari 10%.
3. Skrining fitokimia
Keterangan :
+ : Positif mengandung senyawa kimia
- : Negatif / Tidak mengandung senyawa kimia
E. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kadar air dan susut pengeringan. Tujuan
dari praktikum kali ini adalah memahami prinsip dan melakukan penetapan susut
pengeringan dan kadar air simplisia atau ekstrak. Tahap pertama yang dilakukan yaitu
pembuatan serbuk simplisia. Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
lada putih. Pembuatan simplisia lada putih yang pertama dilakukan yaitu pengumpulan
bahan baku. Selanjutnya sortasi basah, untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
bahan asing serta bagian tanaman lain yang tidak diinginkan dari bahan simplisia. Hal
ini ditujukan untuk menghilangkan kotoran pada sampel, seperti debu, tanah, batu,
maupun hewan yang menempel. Tanah mengandung berbagai macam mikroba
sehingga sortasi basah diharapkan dapat menghilangkan kontaminan. Sortasi basah
dilakukan dengan cara merontokkan buah lada dari tangkainya. Kotoran ringan yang
berukuran kecil dapat dipisahkan menggunakan nyitu dengan arah gerakan ke atas
bawah dan memutar. Kotoran akan berterbangan dan memisah dari bahan simplisia.
Langkah selanjutnya yaitu perendaman, perendaman dapat dilakukan dalam
karung atau keranjang, dalam air mengalir atau kolam perendaman dan harus terendam
sepenuhnya. Perendaman yang dilakukan dalam air yang tidak mengalir, harus
dilakukan penggantian air paling tidak dua hari sekali. Pada perendaman dalam air yang
megalir harus dipastikan bahwa tidak ada aktivitas sehari-hari yang dilakukan di bagian
hulunya. Karung harus dibalik-balik dari waktu ke waktu untuk mejamin proses
perendaman yang merata. Proses perendaman dilakukan sampai kulit lada menjadi
lunak untuk memudahkan proses pengupasan pada pemisahan kulit dari biji. Biasanya
perendaman buah lada dilakukan 10-14 hari. Perendaman dapat dilakukan lebih singkat
kalau proses pengupasannya dilakukan dengan mesin yaitu 5-7 hari.
Selanjutnya yaitu pengupasan dan pencucian. Pengupasan yang baik dilakukan
di dalam air atau dengan air yang mengalir untuk mencegah perubahan warna. Setelah
pengupasa selesai, biji lada dicuci dengan air yang bersih untuk menghilangkan sisa-
sisa kulit dikeringkan atau ditiriskan. Pengeringan dapat dilakukan dengan
mengeringkan dengan sinar matahari atau dengan oven. Pengeringan dengan
menggunakan oven yaitu dengan suhu sekitar 60 ° C untuk mencegah kehilangan
minyak atsiri. Lada putih harus dikeringkan sampai kadar air dibawah 12%.
Setelah pengeringan dilakukan sortasi kering. Biji lada yang sudah kering
dibersihkan dan dipilih. Tujuan dari sortasi ini yaitu untuk memisahkan dari kotoran
atau benda asing lainnya yang menempel di buah lada. Sortasi kering dilakukan secara
manual, simplisia yang telah bersih dari bahan asing kadang untuk tujuan tertentu
(misalnya agar memenuhi standar mutu) masih perlu dilakukan grading atau pemisahan
menurut ukuran sehingga diperoleh simplisia dengan ukuran seragam.
Langkah terakhir yaitu proses penggilingan untuk mendapatkan simplisia halus.
Alat yang digunakan adalah mesin giling dan blender untuk lebih menghaluskan. Hal
ini dilakukan agar dapat memperluas permukaan sehingga mudah di tarik senyawa
aktifnya pada proses ekstraksi dan penyimpanannya mudah karena serbuk tidak banyak
memakan tempat. Setelah digiling simplisia pare, herba meniran dan daun sirih masing-
masing diayak menggunakan ayakan hingga di dapatkan serbuk halus simplisia yang
siap di pakai atau di simpan.
Alat grinding atau penyerbukan yaitu untuk lada putih menggunakan blender,
simplisia digrinding menggunakan blender karena buah lada mudah di hancurkan
menggunakan blender. Pengayak yang digunakan untuk serbuk simplisia yaitu
pengayak mesh 120. Alasan digunakan pengayak dengan mesh 120 yaitu serbuk harus
sangat halus.
Dalam praktikum kali ini dilakukan uji kadar air, uji susut pengeringan dan
skrining fitokimia. Untuk kadar air dan susut kering berdasarkan FHI edisi II, tidak
lebih dari 10%. Hasil yang didapat pada uji kadar air yaitu 4,8% sedangkan pada susut
kering yaitu 5,5% berarti dianggap sesuai dengan literature yaitu tidak lebih dari 10%.
Sedangkan pada jurnal yang berjudul “PENINGKATAN KELARUTAN EKSTRAK
LADA (Piper nigrum L.) DALAM AIR DAN KARAKTERISASINYA” didapatkan
hasil uji kadar air yaitu 2% sedangkan pada susut kering yaitu 3,62%. Nilai tersebut
tidak begitu jauh dengan hasil dari data diatas. Hasil dari data dan jurnal menunjukkan
bahwa terjadi susut pengeringan dalam jumlah kecil.
Skrining fitokimia pada data menunjukan hasil positif pada senyawa alkaloid,
steroid, tanin dan flavonoid serta negatif pada negatif pada senyawa terpenoid dan
saponin. Sedangkan pada jurnal hasil positif pada senyawa alkaloid, flavonoid, steroid
dan triterpenoid, kuinon serta negatif pada tanin, fenolat dan saponin.
F. KESIMPULAN
Penetapan parameter kadar air dilakukan dengan cara titrasi, destilasi atau
gravimetri. Tujuan dari penetapan kadar air adalah mengetahui batasan maksimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Pada hasil perhitungan kadar air
rata-rata 4,8% sesuai dengan literatur. Pada hasil uji susut pengeringan rata-rata 5,5%
sesuai dengan literatur yang tidak lebih dari 10%. Pada hasil skrining fitokimia
golongan senyawa alkaloid yaitu flavonoid dan tannin.
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, A.D., Hutagoal, R.J., Fitriyani., Firmansyah. A., dan Winingsih, W. 2020.
PENINGKATAN KELARUTAN EKSTRAK LADA (Piper nigrum L.) DALAM AIR
DAN KARAKTERISASINYA. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesi, 5(1).
Utami, Y.P., Umar, A.H., Syahruni, R. and Kadullah, I., 2017. Standardisasi simplisia dan
ekstrak etanol daun leilem (Clerodendrum minahassae Teisjm. & Binn.). Journal of
Pharmaceutical and medicinal sciences, 2(1).