Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

METODE PEMISAHAN KIMIA


PERCOBAAN 8
DESTILASI VAKUM

Disusun oleh :
Nama : Tengku Khadijah Nurul Hanifah
NIM/Prodi : 20307141028/Kimia
Kelas : B
Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2021
Tanggal Pengumpulan : 18 Okober 2021

PROGRAM STUDI KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN 8 DESTILASI VAKUM
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, diharapkan praktika terampil memisahkan
senyawa dengan cara destilasi hampa udara.

B. DASAR TEORI

Destilasi atau penyulingan merupakan salah satu metode


pemisahan bahan kimia berdasar pada perbedaan kecepatan atau
kemudahan menguap (volatilias) bahan atau zat. Di dalam proses
penyulingan, campuran atau zat didihkan sehingga menguap dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu (Syukri, 2007).

Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali


uap tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu
dimana tekanann uapnya sama dengan tekanann atmosfer. Cairan yang
diembunkan kembali disebut sebagai destilat. Tujuam destilasi adalah
pemurnian zat cair pada titik didihnyaa, dan memisahkan cairan tersebut
dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang mempunyai
perbedaan titik didih cairan murni. Pada destilasi biasa, tekanann uap di
atas cairan adalah tekanann atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa
murni, suhu yang tercatat pada thermometer yang ditempatkan pada tempat
terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik didih destilat (Harizul,
1995).

Zat cair yang memiliki titik didih yang cukup tinggi, sedangkan
sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnyaa zat cair tersebut sudah
terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi perubahan. Sehingga untuk
memurnikan zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan hanya dengan proses
destilasi biass, melainkan menggunakan destilasi hampa udara atau
destilasi uap. Destilasi hampa udara ini mampu memurnikan zat yang
mempunyai titik didih tinggi, mudah terurai, serta dapat larut dalam iar.
Caranya dengan memanaskan zat cair dalam ruang hampa udara sehingga
tekanann di atasnya cukup rendah, hal ini bertujuan agar menurunkan titik
didih zat cair tersebut. Karena titik didih bergantung pada tekanann luar di
atas permukaan zat cair lebih kecil dari satu atsmofer, maka titik didih zat
cair tersebut akan turun. Sebagai standar titik didih zat cair diukur dengan
tekanan udara 1 atsmosfer (Tim Penyusun Kimia Analisis, 2015).

Destilasi vakum merupakan pemisahan antara dua komponen yang


bercampur yang titik didihnyaa sangat tinggi, dengan metode yang
digunakan yakni dengan menurunkan tekanann permukaan lebih rndah dari
1 atm. Sehingga titik didihnya akan menurun. Dalam prosesnya suhu yang
digunakan untuk mendestilasinya tidak perlu terlalu tinggi (Van, 1967).

Fenomena yang terjadi pada proses pemisahan menggunakan metode


destilasi dapat dijelaskan melalui Hukum Raoult. Hukum Raoult
menjelaskan bahwa tekanan uap suatu komponen yang menguap dalam
larutan sama dengan tekanan uap komponen murni dikalikan dengan fraksi
mol komponen yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama
(Wilcox, 1995).

Prinsip metode destilasi sebenarnya sukar untuk dilakukan dengan


cara sederhana. Apabila terdapat dua zat cair yang saling bercampur
dipanaskan, maka masing-masing komponen akan berubah fase menjadi
uap walaupun titik didihnyaa belum tercapai. Uap dan kedua zat cair ini
ada dalam bentuk campuran uap, dengan perbandingan yang memenuhi
Hukum Raoult pada sistem tertutup. Adapun kesetimbangan cair-uap untuk
campuran biner menurut Hukum Raoult bisa dituliskan sebagai berikut
PA = XA . PA° dan PB = XB . PB°
Dan
P = XA PA° + XB PB°

Dengan P merupakan tekanann total dan PA serta PB merupakan tekanann


parsial masing- masing komponen A dan B yang bercampur sempurna.
Sedangkan PA° dan PB° merupakan tekanann uap komponen A dan B murni
tanpa bercampur. XA dan XB merupkan fraksi mol masing-masing
komponen campuran. Rumus diatas berlaku untuk campuran-campuran
sempurna tanpa penyimpangan dari keadaan ideal (Wonorahardjo &
Surjani, 2013).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat :
1. Corong kaca 2. Labu Claisen 3. Statif dan klem

4. Labu Destilasi 5. Selang 6. Gelas ukur

7. Mesin pompa 8. Heating Mantle 9. Termometer


Bahan- bahan :

1. Air teh

RANGKAIAN ALAT
D. PROSEDUR KERJA

E. DATA PERCOBAAN
Pengamatan Data pengamatan
Suhu pemanasan 100°C
Waktu pemanasan ± 1 jam
Volume teh awal 100 ml
Volume teh pekat (residu) 28 ml
Volume air destilat (distilat) 52 ml
F. PERHITUNGAN
V teh awal = 100 mL
V air (destilat) = 52 mL
V teh pekat (residu) = 28 mL

 Volume air yang menguap


V air yang menguap = V awal – (V destilat + V residu)
= 100 mL – (52 mL + 28 mL)
V air yang menguap = 20 mL
 Rendemen
V destilat
Rendemen = x 100 %
V awal
52mL
= x 100 %
100 mL
Rendemen = 52%

G. PEMBAHASAN
Pada tanggal 11 Oktober 2021 telah dilaksanakan praktikum yang berjudul
Destilasi Hampa Udara secara daring. Praktikum kali ini bertujuan untuk
menumbuhkan keterampilan mahasiswa dalam memisahkan senyawa dengan cara
destilasi hampa udara. Bahan yang digunakan adalah air teh yang akan dipisahkan
untuk mendapatkan destilatnya. Prinsip utama dari destilasi vakum ini adalah
menurunkan titik didih dengan menurunkan tekanan sehingga produk-produk
lebih mudah diperoleh.
Langkay pertama yaitu merangkai alat destilasi seperti pada gambar
rangkaian alat yakni labu Claisen dipasang diatas heating mantle. Cara meletakan
labu Claisen di dalam mantel pemanas tidak boleh menyentuh permukaan mantel
pemanas melainkan sedikit menggantung. Kemudian pada bagian samping labu
Claisen dihubungkan dengan labu distilat guna menampung air hasil distilasi.
Labu distilat dihubungkan pula dengan selang yang mengarah ke pompa vakum
untuk memompa udara di dalam labu distilat. Sehingga tekanan udara di atas
permukaan cairan akan mengecil dan menurunkan titik didih cairan. Pada bagian
bawah atau ujung labu distilasi ditampung oleh corong. Di atasnya ada selang
yang mengalirkan air kran sebagai pendingin. Dan pada bagian bawah corong
terhubung dengan selang untuk mengeluarkan air kran. Labu destilasi juga
dihubungkan dengan statif dan klem agar tidak jatuh.
Selanjutnya menuang sejumlah sampel air teh ke dalam labu Claisen dan
menutup bagian atasnya agar tidak ada udara yang masuk. Kemudian mengalirkan
air kran melalui selang bagian atas corong. Lalu menyalakan mantel pemanas
dengan suhu 100°C. Hal ini dikarenakan air mendidih pada suhu 100°C.
Kemudian pompa vakum dinyalakan hingga maksimal. Pada proses ini air akan
menguap dan melalui labu destilasi yang kemudian didinginkan menggunakan air
kran yang mengalir. Sehingga air yang menguap tadi akan kembali menjadi cair.
Oleh karena itu, air distilat ditampung di labu distilasi. Proses ini berlansung
selama kurang lebih selama 1 jam.
Setelah kurang lebih proses berlangsung selama 1 jam. Kemudian
menghentikan proses dengan mematikan air kran, mantel pemanas, dan pompa
vakum. Kemudian melepaskan semua rangkaian dan menghitung volume air
destilat serta air teh pekat atau residu yang dihasilkan. Selama proses destilasi,
terdapat sebagian air yang menguap, banyaknya dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut :
V. air menguap = volume awal – (volume distilat + volume residu)
Kemudian banyaknya rendemen dicari dengan rumus :
V destilat
Rendemen = x 100 %
V awal
Dari praktikum ini, didapatkan rendemen sebesar 52%.
Hal-hal yang menyebabkan kurang optimumnya rendemen yang
dihasilkan yaitu:
1. Destilasi dihentikan sebelum destilat benar-benar habis dari sampel.
2. Pemanasan kurang sempurna
3. Vakum kurang sempurna
4. Air terlalu banyak menguap
H. KESIMPULAN
Berdasarkan Praktikum Destilasi Vakum, dapat disimpulkan bahwa dari
100 mL sampel air teh, didapat destilat sebanyak 52 mL dan residu sebanyak 28
mL, sedangkan air yang menguap ke udara adalah sebesar 20 mL. Dari data
tersebut didapat bahwa rendemen hasil destilasi pada praktikum ini adalah sebesar
52%

I. JAWABAN PERTANYAAN
1. Hitung rendemen hasil destilasi
V destilat
Rendemen = x 100 %
V awal
52mL
= x 100 %
100 mL
Rendemen = 52%

DAFTAR PUSTAKA
Harizul, Rivai. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press
Syukri. (2007). Kimia Dasar II. Bandung: ITB Press.
Tim Penyusun Kimia Analisis. (2015). Petunjuk Praktikum Metode Pemisahan
Kimia. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Van, W. M. (1967). Distilation. New York: MC Brow-Hill.
Wilcox, C. (1995). Experimental Organic Chemestry. New Jersey: Prentice Hall.
Wonorahardjo, & Surjani. (2013). Metode-Metode Pemisahan Kimia Sebuah
Pengantar. Jakarta: Akademia Permata.

Anda mungkin juga menyukai