Anda di halaman 1dari 4

2.

Uji kimia
Pengamatan yang dilakukan meliputi kadar air, kadar abu, protein, lemak, Metode
yang dipakai adalah sebagai berikut:
2.1. Kadar Air
Kadar air ditentukan dengan metode oven (Apriyantono et al, 1989) yaitu dengan
cara menimbang dua gram contoh dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ˚C, sampai
diperoleh berat tetap. Kadar air dihitung dari berat wadah dan contoh awal dikurangi dengan
berat wadah dan contoh setelah dikeringkan dibagi berat contoh awal.
2.2. Kadar Abu
Kadar abu ditentukan setelah proses penimbangan satu gram sample dan diabukan
dalam tanur pada suhu 600 ˚C sampai didapatkan abu yang bewarna putih (Apriyantono et
al, 1989).
2.3. Kadar protein
Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode mikrokjeldahl (Apriyantono et al,
1989). Sebanyak 20 mg contoh didestruksi dengan H 2SO4 dengan katalisator HgO dan
Na2SO4, sampai larutan menjadi jernih. Proses destilasi dilakuakn setelah cairan
diencerkan dengan penambahan aquades dan larutan NaOH-Na2SO3 40 %.
2.4. Kadar Lemak
Penetapan kadar lemak dengan metode Soxhlet (Apriyantono et al, 1989) sebanyak
5 gr sample ditimbang dan dimasukkan ke dalam timbel kertas yang telah disediakan.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan petroleum ether dalam alat soxlet selama enam
jam. Minyak atau lemak yang tertampung dalam labu lemak dikeringkan dalam oven sampai
didapat berat tetap dan kemudian ditimbang.

3. Uji Sifat Fisik


Uji sifat fisik yang dilakukan terhadap 3 formula terpilih meliputi kekentalan, densitas kamba,
dan daya serap air. Pengujian sifat fisik tersebut dilakukan dengan cara :

3.1. Viskositas
Pengukuran kekentalan dilakukan dengan metode Sathe dan Salunkhe (1981). Viskosimeter
Bookfield yang digunakan mempunyai empat rotor dan dilengkapi dengan tabel yang
memuat faktor pengali untuk masing-masing rotor pada kecepatan (rpm) tertentu. Bahan
yang diukur kekentalannnya ditimbang sebanyak 25 gram kemudian ditambahkan air panas
80˚C dengan rasio bahan dan air (1 :6) dan kemudian diaduk sehingga merata dan diukur
kekentalannnya. Hasil Pengukuran dalam centipoise dan suhu saat pengukuran adalah 40
˚C.
3.2. Densitas kamba
Densitas kamba diukur dengan metode Prasanappa et.al. (1972) yaitu dengan cara
menimbang bahan sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml
dan dibaca volumenya. Densitas kamba dihitung sebagai perbandingan antara berat bahan
dengan volume yang terbaca pada gelas ukur dengan satuan gram per mili liter.

3.3. Daya serap air


.Daya serap air ditentukan dengan metode Fardiaz 1987 dengan cara menimbang
bahan sebanyak 1 gram bahan dan d, kemudian diicampur dengan 10 ml aquadest pada
suhu ruang. Kemudian diaduk dengan dengan menggunakan gnit ama 30 menit. Campuran
disentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 30 menit. Selanjutnya

1. Uji Mikrobiologi dan Keamanan Pangan


Uji Sanitasi dilakukan melaui perhitungan total mikroba dengan metoda Total Plate
Count menggunakan Plate Count Agar (PCA). Total Bakteri koliform dihitung dengan
metode Hitungan Cawan(Fardiaz, 1992).
4.1. Total koloni bakteri (Hitungan cawan, Fardiaz, 1992).
1. Semua peralatan : cawan petri, erlenmeyer, eppendorf, tip pipet mikro, disterilkan dalam
autoclave pada suhu 121˚C. Selama 15 menit dengan tekanan 15 psi.
2. Dipersiapkan media agarsesuai uji bakteri dalam 1000 ml aquadest, kemudian
dihomogenkan dengan magnetic stirer dan dipanaskan dengan kompor sampai media
larut dan disterilkan dalam autoclave pada suhu 121˚C. Selama 15 menit dengan
tekanan 15 psi.
3. Timbang sampel yang sudah dihancurkan dengan lumpang 5 gram dan dilarutkan dalam
45 ml MRS Broth, lalu divortex sampai homogen. Hasil ini disebut pengenceran 10 -1 .
4. Hasil pengenceran tersebut diambil 0.1 ml dimasukkan ke dalam eppendorf yang berisi
0.9 ml larutan fisiologis, lalu difortex sampai homogen. Hasil pengenceran ini disebut
dengan pengenceran 10-2. Begitu seterusnya sampai pada pengenceran 10 -7.
5. Hasil pengenceran 10 -6 dan 10 -7 ditanam pada cawan petri yang telah berisi media
agar beku dengan mikro pipet 100 µl, kemudian diratakan dengan Hockey stick yang
sebelumnya sudah diberi alkohol dan dibakar dengan api, semuanya dikerjakan dengan
luminar air flow dan dekat Bunsen.
6. Inokulum disimpan dalam inkubator selama 12 jam pada suhu 37 ˚C dalam posisi cawan
petri yang terbalik.
7. Setelah 12 jam koloni bakteri yang timbul dihitung denan menggunakan quebec colony
counter.
Jumlah koloni bakteri (cfu/g : cfu = colony forming unit) /gram )
= jumlah koloni x 1 /pengenceran

4.2. Identifikasi E.coli dan Salmonellla


4.2.1 Identifikasi bacteri Escherichia coli.
Cara kerja isolasi diawali dengan proses enrichment, dimana 5 ml sampel
dicampurkan kedalam 45 ml pepton steril yang sudah disiapkan dalam erlenmeyer, lalu
dihomogenkan sehingga didapatkan pengenceran 1:10 atau 10-1 kemudian di inkubasi
dalam inkubator pada suhu 370C selama 6 jam. Setelah inkubasi, sampel diencerkan
menggunakan pepton water yang berada di dalam tabung eppendorf melalui proses
penggenceran (serial dilution) sampai 10-7 dengan cara diambil 100l dari enrichment/10-1
lalu ditambahkan kedalam tabung eppendorf yang berisi 900l Pepton Water sehingga
didapat pengenceran 10-2, diambil 100l dari pengenceran 10-2 ditambahkan kedalam
tabung eppendof yang berisi 900l Pepton Water sehingga didapatkan pengenceran 10-3
dan seterusnya hingga didapatkan pengenceran 10-7. Kemudian proses planting dimana
diambil 100l dari tabung eppendorf pada pengenceran 10-7 lalu ditanamkan pada media
Mac Conkey Agar (Merk) lalu diratakan dengan gelas hoky stick, dan di inkubasi dalam
inkubator pada suhu 370C selama 24 jam maka akan kelihatan koloni berwarna merah
untuk Escherichia coli. Kemudian jumlah koloni yang ditemukan dikalikan 107.

4.2. 2. Identifikasi Salmonella.


Cara kerja isolasi diawali dengan proses enrichment, dimana 5 ml sampel
dicampurkan kedalam 45 ml pepton water steril yang sudah disiapkan dalam erlenmeyer,
lalu dihomogenkan dan didapatkan pengenceran 1:10 atau 10-1 kemudian di inkubasi dalam
inkubator pada suhu 370C selama 24 jam. Setelah inkubasi, sampel diencerkan
menggunakan Rappaport Vasilidish Dropth (RVD) yang berada di dalam tabung eppendorf
melalui proses penggenceran (serial dilution) sampai 10-2 setelah itu di inkubasi lagi dalam
inkubator selama 24 jam. Setelah inkubasi, sampel diencerkan menggunakan pepton water
yang berada dalam tabung eppendorf melalui proses pengenceran (sereal dilution) sampai
10-7dengan cara diambil 100l dari enrichment/10-2 lalu ditambahkan kedalam tabung
eppendorf yang berisi 900l Pepton Water (Bacto) sehingga didapat pengenceran 10 -3,
diambil 100L dari pengenceran 10-3 ditambahkan kedalam tabung eppendof yang berisi
900l Pepton Water sehingga didapatkan pengenceran 10-4 dan seterusnya hingga
didapatkan pengenceran 10-7 Kemudian proses planting dimana diambil 100l dari tabung
eppendorf pada pengenceran 10-7 lalu ditanamkan pada media Salmonella Sigella agar (SS
Agar ) kemudian di inkubasi 18-24 jam . Salmonella akan berwarna merah bintik hitam dan
Sigella warna kuning. Kemudian jumlah koloni yang ditemukan dikalikan 107.

5. Uji Efektivitas Produk Terhadap Tikus percobaan.

5. 1. Pengukuran perkembangan berat badan


Penambahan/pengurangan berat badan sebelum perlakuan, kemudian berat badan
setelah perlakuan 0, 10, 20, 30 hari Diukur dengan menggunakan timbangan analitik.

5.2. Pemeriksaan gambaran klinis darah (Eritrosit, haemoglobin dan hematokrit)


Sampel berupa darah hewan diambil pada hari ke- 0, 10, 20, dan 30. Untuk
penentuan kadar eritrosit, hemoglobin dan hematokrit darah, digunakan serum darah.
Serum darah dapat diperoleh dengan cara memotong leher mencit uji, kemudian darah
ditampung di dalam tabung reaksi yang telah diberi Ethylendiamine Tetraacetic Acid
( EDTA) dan digoyang selama 3-5 menit agar tidak terjadi pembekuan darah, kemudian
diperiksa secara komputerisasi dengan alat Vet Hematologie Analyzer Type CA
620-20 . setelah itu hasil Eritrosit, Hb. PCV, dapat dilihat dilayar monitor.

Anda mungkin juga menyukai