Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya alam dapat diartikan sebagai unsur-unsur lingkungan baik
fisik maupun hayati yang diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan meningkatan kesejahterannya. Salah satu sumber daya alam adalah hutan.
Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat mempengaruhi siklus kehidupan
makhluk hidup, sehingga keberadannya harus tetap dipertahankan.
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui
serta dapat memberikan beraneka ragam manfaat bagi kehidupan manusia. Untuk
menjaga kelestarian hutan perlu diketahui mengenai karakteristik lahan serta
mengetahui karasteristik tanaman yang ada didalamnya yaitu pohon yang akan
dirubah menjadi sebuah potongan kayu yang mempunyai banyak manfaat
diantaranya memperbaiki ekologi yang telah ada.
Kayu adalah bahan lignoselulosa yang dihasilkan oleh tumbuhan berkayu
yang mempunyai tinggi minimal 7 m (pohon). Kayu merupakan material alam
yang dapat diperbaharui, dengan mengelola hutan dengan baik. Kayu berasal dari
berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Hal ini salah
satunya dikarenakan sifat kimia kayu di setiap pohon itu berbeda-berbeda. Dari
kimia kayu kita dapat mengetahui keawetan suatu kayu pada berbagai jenis pohon
dan mengetahui cara pemanfaatan yang cocok terhadap jenis kayu yang akan
diolah. Untuk itu kita perlu melakukan praktikum kimia kayu ini.

B. Tujuan & Kegunaan


1

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum sifat makroskopis kayu
antara lain :
1. Untuk mengetahui dan memahami cara menentukan kelarutan zat
ekstraktif dalam air dingin dan air panas pada jenis kayu Arthrophyllum
diversifolium (lento-lento),
2. Untuk dapat mengetahui cara menentukan kelarutan zat ekstraktif dalam
alkohol benzena pada jenis kayu Arthrophyllum diversifolium (lentolento)

BAB II
METODE PRAKTIKUM
A.

Lokasi Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 21 November 2014

pukul 08.00-09.00 WITA di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Fakultas


Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain cawan petri bertutup,

kertas saring, oven yang dilengkapi dengan thermometer, penangas air, corong
dan pompa vakum, gelas piala ukuran 400 ml, gelas ukur 500 ml, labu erlenmeyer
200 ml, batang pengaduk, timbangan digital, desikator, kertas alumunium foil,
gegep, alat soxhlet, labu ekstrak yang berisikan beberapa batu didih, penginding
spiral, benang katun, dan pinset. Bahan yang digunakan ialah air suling, contoh uji
kayu jenis Arthrophyllum diversifolium (lento-lento), pelarut alkohol benzena
perbandingan 1 : 2 (campuran dari 1 bagian volume alkohol 95% dengan 2 bagian
volume benzena).
C.

Prosedur Kerja

1. Penentuan Kadar Air Dengan Cara Pemanasan dalam Oven


Prosedur kerja dari praktikum cara uji kadar air dengan cara pemanasan
dalam oven yaitu pertama cawan petri dipanaskan dalam oven dengan suhu 103 oC
2oC selama 1 jam. Setelah 1 jam cawan petri dipindahkan ke dalam desikator
dan didinginkan sampai suhu kamar selama 15 menit, kemudian cawan petri
ditimbang dengan ketelitian 0.01 gram dan dicatat beratnya. Selanjutnya 2 gram
contoh uji ditimbang dalam cawan petri yang telah diketahui beratnya dengan
ketelitian 0.01 gram, kemudian contoh uji dimasukkan ke dalam oven selama 48
jam pada suhu 103oC 2oC. Selanjutnya, contoh uji dalam cawan petri
dipindahkan ke dalam desikator dan didinginkan sampai suhu kamar selama 15
menit dicatat beratnya, kemudian cawan petri ditimbang dengan ketelitian 0.01
gram. Penentuan persen kadar air dihitung dengan persamaan berikut :

% Kadar Air

Berat awal Berat kering tanur


x 100
Berat kering tanur

........... [1]

2. Pengujian Kelarutan Zat Ekstraktif dalam Air Dingin


Prosedur kerja dari praktikum cara uji kelarutan dalam air dingin yaitu
pertama contoh uji kering udara setara dengan 2.0 0.1 gram kering tanur
ditimbang berdasarkan penentuan nilai kadar air dan berat awal yang telah ada.
Kemudian cawan petri dan kertas saring dipanaskan dalam oven dengan suhu
103oC 2oC selama 1 jam. Kemudian cawan petri dan kertas saring dipindahkan
ke dalam desikator dan didinginkan sampai suhu kamar selama 15 menit,
kemudian cawan petri dan kertas saring ditimbang dengan ketelitian 0.01 gram
dan beratnya dicatat sesuai yang terlihat pada timbangan digital. Selanjutnya
contoh uji dipindahkan ke dalam gelas piala 400 ml dan air suling ditambahkan
sebesar 300 ml ke dalamnya, lalu gelas piala ditutup dengan alumunium foil.
Kemudian dibiarkan selama 48 jam pada suhu 23 oC 2oC dan sewaktuwaktu contoh uji dalam gelas piala diaduk. Selanjutnya contoh uji dipindahkan ke
dalam corong yang dilapisi kertas saring yang sudah ditimbang sebelumnya.
Kemudian air suling dimasukkan ke dalam piala 400 ml untuk membersihkan sisa
contoh uji yang masih tertinggal didalamnya. Kemudian pompa vakum
dinyalakan untuk menghisap kelebihan air dalam corong. Dan air suling
dimasukkan kembali ke dalam corong untuk dihisap pompa vakum kemudian air
suling labu penampung pompa vakum dibuang. Selanjutnya contoh uji yang
dilapisi kertas saring dalam cawan dikeringkan dalam oven dengan suhu 103oC
2oC selama 4 jam. Setelah 4 jam contoh uji yang dilapisi kertas saring dalam
cawan dipindahkan ke dalam desikator dan didinginkan sampai suhu kamar
selama 15 menit, kemudian contoh uji ditimbang dengan ketelitian 0.01 gram.
Penentuan persen kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin dihitung dengan
persamaan berikut :
Berat awal Berat kering tanur

x 100
% Kelarutan
Berat awal

........... [2]

3. Pengujian Kelarutan Zat Ekstraktif dalam Air Panas


Prosedur kerja dari praktikum cara uji kelarutan dalam air panas yaitu
pertama contoh uji kering udara setara dengan 2.0 0.1 gram kering tanur itu
ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Kemudian cawan petri dan
kertas saring dipanaskan dalam oven dengan suhu 103oC 2oC selama 15 menit.
Kemudian cawan petri dan kertas saring dipindahkan ke dalam desikator dan
didinginkan sampai suhu kamar selama 15 menit, kemudian cawan petri dan
kertas saring ditimbang dengan ketelitian 0.01 gram dan beratnya dicatat sesuai
yang terlihat pada timbangan digital. Selanjutnya contoh uji dipindahkan ke dalam
labu erlenmeyer 200 ml dan air suling ditambahkan sebesar 100 ml ke dalamnya,
kemudian dipanaskan selama 3 jam dalam penangas air berisi air mendidih.
Permukaan air dalam penangas harus lebih tinggi dari permukaan air dalam labu
erlenmeyer.
Kemudian contoh uji dipindahkan ke dalam corong yang dilapisi kertas
saring yang sudah ditimbang sebelumnya. Kemudian air suling (panas)
dimasukkan ke dalam piala 400 ml untuk membersihkan sisa contoh uji yang
masih tertinggal didalamnya. Kemudian pompa vakum dinyalakan untuk
menghisap kelebihan air dalam corong. Dan air suling dimasukkan kembali ke
dalam corong untuk dihisap pompa vakum kemudian air suling labu penampung
pompa vakum dibuang. Selanjutnya contoh uji yang dilapisi kertas saring dalam
cawan dikeringkan dalam oven dengan suhu 103oC 2oC selama 4 jam. Setelah 4
jam contoh uji yang dilapisi kertas saring dalam cawan dipindahkan ke dalam
desikator dan didinginkan sampai suhu kamar selama 15 menit, kemudian
contoh uji ditimbang dengan ketelitian 0.01 gram. Penentuan persen kelarutan zat
ekstraktif dalam air panas dihitung dengan persamaan [2]

4. Pengujian Kelarutan Zat Ekstraktif dalam Alkohol Benzena


5

Prosedur kerja dari praktikum cara uji kelarutan dalam alkohol benzena
yaitu pertama contoh uji kering udara setara dengan 1.0 0.1 gram kering tanur
ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Kemudian contoh uji kering
udara dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diketahui beratnya.
Selanjutnya cawan petri ditutupi dengan kertas saring yang dilubangi kecil-kecil
lalu mengikat dengan benang katun. Contoh uji ditempatkan ke dalam alat
soxhlet. Kemudian dimasukkan campuran alkohol benzena 1 : 2 ke dalam labu
yang telah diketahui beratnya lalu dihubungkan dengan alat soxhlet kemudian
dipasangkan dengan pendingin.
Kemudian contoh uji diekstraksi di atas penangas air atau pemanas listrik
selama 6 jam lalu pendingin diatur sehingga dalam waktu 1 jam terjadi 5x
sirkulasi pada alat soxhlet. Selanjutnya cawan petri yang berisi contoh uji
dikeluarkan dari alat soxhlet. Selanjutnya campuran alkohol benzena dalam labu
diuapkan sampai hampir kering. Alkohol benzena yang tertampung dalam alat
soxhlet dapat digunakan kembali.
Selanjutnya sisa penguapan dalam labu di panaskan dalam oven dengan
suhu 103oC 2oC selama 4 jam. Kemudian dimasukkan dan didinginkan dalam
desikator 15 menit dan ditimbang. Penentuan persen kelarutan zat ekstraktif
dalam alkohol benzena dihitung dengan persamaan [2]

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan dengan contoh uji
jenis kayu Arthrophyllum diversifolium (lento-lento) maka dapat diperoleh hasil
dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Table 1. Hasil Pengamatan Arthrophyllum diversifolium (lento-lento).
N0
1.
2
3..

Pengujian
Kadar Air (%)
Kelarutan Ekstraktif dalam Air Dingin (%)
Kelarutan Esktraktif dalam Air Panas (%)

Lento-lento
9.89
1.5
4

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh kelarutan zat ekstraktif pada jenis kayu
Arthrophyllum diversifolium (lento-lento) dalam air dingin dan air panas itu
berbeda dengan masing-masing nilai persen sebesar 1.5% dan 4%. Menurut
Oswald Kubaschewski (1993) Hal ini disebabkan untuk menstabilkan suhu
lingkungan sehingga kayu melepaskan beberapa senyawanya seperti zat ekstraktif,
gula, dan lainnya untuk melepaskan kalor agar menyeimbangkan suhu
lingkungan.
Teori ini berdasarkan termokimia tentang reaksi endoterm dan eksoterm.
Pada teori mengatakan bahwa sesuatu akan melepaskan suatu kalor untuk
mempertahankan

keadaannya

dan

menyesuaikan

terhadap

keadaan

lingkungannya. Misalnya ketika kita ingin membuat teh panas dan teh dingin.
Ketika hendak membuat sebelumnya menuangkan gula pada gelas yang berbeda
dengan gelas yang satu berisikan air panas dan gelas lainnya berisikan air dingin,
dan ketika diaduk gula secara bersamaan pada kedua gelas tersebut maka gula
yang berada pada gelas yang berisikan air panas itu akan lebih cepat larut daripada
gula yang berada pada gelas yang berisikan air dingin. Sama halnya contoh uji
ini. Kelarutan kayu pada air dingin, kayu cenderung sedikit melepaskan

(melarutkan) senyawanya seperti garam-garam organik, garam-garam anorganik,


gula, siklitol, pectin, galaktan, tannin, pigmen, polisakarida dan komponen lain
yang temidrolisa dalam jumlah sedikit karena lingkungan (air dingin) cenderung
cepat stabil suhunya ketika kayu melepaskan senyawanya. Sedangkan pada
keadaan air panas, kayu akan melarutkan (melepaskan) senyawa lebih banyak
senyawa daripada pada saat keadaan air dingin. Percobaan ini juga bertujuan
untuk mengetahui seberapa tahan kayu mempertahankan komponen-komponen
senyawanya terhadap pengaruh suhu lingkungan.
Menurut Gunawan Pasaribu (2010) Komponen-kompenen senyawa yang
terdapat pada kayu dalam jumlah sedikit disebut zat ekstraktif. Zat-zat ini dapat
diambil / dipisahkan dari kayu apakah dengan memakai pelarut air maupun
pelarut organik seperti eter atau alkohol tanpa merusak fisik kayu. Zat ekstraktif
juga merupakan salah satu yang perlu dipertimbangkan dalam pengolahan kayu,
misalnya pada industri pulp dan kertas, kayu lapis, papan serat dan papan partikel
sehingga perlu dilakukan perlakuan awal pada bahan baku untuk menurunkan
kandungan zat ekstraktif yang tinggi tersebut karena terjadi reaksi dengan larutan
pemasak dan menurunkan rendemen pulp mengakibatkan pitch trouble pada
lembaran pulp/kertas. Pitch trouble terjadi karena pitch yang dilepaskan pada
waktu proses penggilingan akan cenderung terkumpul sebagai partikel suspensi
koloidal sehingga akan menyumbat kawat kasa pada mesin kertas atau terkumpul
pada felt serta melekat pada mesin sebagai gumpalan selap. Dengan adanya hal
ini, akan menyebabkan kertas berlubang transparan (bernoda) dan kotor.
Tabe II. Klasifikasi Komponen Kimia Kayu Daun Lebar di Indonesia menurut
Direktorat Jendral Kehutanan 1976

Sumber : Direktorat Jendral Kehutanan 1976

Jika dibandingkan hasil yang diperoleh dengan Klasifikasi Komponen


Kimia Kayu Daun Lebar di Indonesia menurut Direktorat Jendral Kehutanan 1976
(Classification of Indonesian hardwood species based on their cemical
Component According to Directorate General of Forestry 1976) bahwa kelarutan
zat ekstraktif dalam air dingin termasuk kelas rendah karena memiliki nilai 1.5 %
( kurang dari 2%) sedangkan kelarutan zat ekstraktif dalam air panas termasuk
kelas sedang karena memiliki nilai 4%. Berdasarkan kelas kelarutan zat ekstraktif
yang telah diketahui, jenis kayu Arthrophyllum diversifolium (lento-lento) cukup
baik digunakan untuk pembuatan pulp dan kertas karena cenderung masih
termasuk kelas ekstraktif sedang dan menghemat biaya dari usaha menghilangkan
zat ekstraktif yang berlebih pada kayu.
Pada pengujian kelarutan dengan alkohol benzena hanya dilakukan demo
saja tidak melakukan pengamatan atau pengukuran tertentu, sehingga hasil dalam
bentuk tabel dan pembahasan tidak dilakukan. Menurut Supartini (2011)
sebenarnya secara umum nilai kelarutan zat ekstraktif yang digunakan sebagai
acuan dalam penggunaan kayu adalah kelarutan dalam alkohol benzena. Hal ini
dikarenakan berkaitan pada kemampuan atau bahan-bahan kimia pada jenis kayu
yang cenderung melepaskan atau mengikat senyawa baru akibat dari reaksi-reaksi
kimia yang ditimbulkan dari alkohol benzena dimana senyawa yang dimaksud
seperti tannin, minyak-minyak esensial, lemak serta resin yang tidak larut dalam
pelarut lain.

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kelarutan zat ekstraktif kayu Arthrophyllum diversifolium (lento-lento) dalam
air panas memiliki nilai persentase lebih besar dengan jumlah 4%
dibandingkan kelarutan zat ekstraktif kayu Arthrophyllum diversifolium
(lento-lento) dalam air dingin dengan jumlah 1.5%.
2. Kadar air pada kayu lento-lento sebesar 9.89%.
B. Saran
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat dikemukakan beberapa
saran, antara lain :
1. Mengingat kelas kelarutan zat ekstraktif termasuk rendah jika dalam air dingin
dan kelas sedang ketika dalam air panas, jenis kayu Arthrophyllum
diversifolium (lento-lento) cukup baik digunakan untuk pembuatan pulp dan
kertas karena cenderung masih termasuk kelas ekstraktif sedang dan
menghemat biaya dari usaha menghilangkan zat ekstraktif yang berlebih pada
kayu.
2. Kandungan zat ekstraktif perlu diperhatikan dalam pengolahan kayu agar
dapat mengambil perlakuan awal pada jenis kayu agar tidak terjadi masalah
seperti pitch trouble pada lembaran pulp/kertas akibat dari kandungan zat
ekstraktif yang terlalu tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Kehutanan, 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia : Jakarta

10

Kubaschewski, Oswald. 1993. Materials thermochemistry. University of


Michigan : Lansing
Pasaribu, Gunawan. 2010. Analisis Komponen Kimia Empat Jenis Kayu Asal
Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara : Medan.
Supartini. 2011. Komponen Kimia Kayu Meranti Kuning. Balai Besar Penelitian
Dipterocarpa : Penajam Paser Utara.

LAMPIRAN
1. Kadar Air
Cawan + Lento = 48,15gr
Lento-lento = 48,15gr cawan kosong
= 48,15gr 46,33gr
= 1,82 gr
2,001,82

x 100
%Kadar Air
1,82

0,18
x 100
1,82

0,0989 x 100
= 9,89%
11

Berat awal = 2 x

KA
(1+ 100
)

=2x

(1+ 9,89
100 )

= 2 x ( 1+0,0989 )
= 2 x ( 1,0989 )
= 2,19 gram
2. Kelarutan dalam Air Dingin dan Air Panas
Berat

Pengujian Kelarutan dalam

Pengujian Kelarutan

(gr)
Cawan
Kertas Saring
Cawan + Kertas

Air Dingin
34.86
1.27
36.13

dalam Air Panas


34.48
1.29
35.67

Saring
Cawan + Kertas

38.10

37.59

1.97

1.92

Saring + Lentolento
Lento-lento

Cawan untuk pengujian Air Dingin = 34.86 gr


Kertas saring untuk untuk pengujian Air Dingin = 1.27 gr
Cawan + Kertas saring utk pengujian Air Dingin = (34.86 + 1.27)gr = 36.13gr
Cawan untuk pengujian Air Panas = 34.38 gr
Kertas saring untuk untuk pengujian Air Panas = 1.29 gr
Cawan + Kertas saring utk pengujian Air Panas = (34.38 + 1.29) gr = 35.67gr
Setelah pengujian Air Dingin dan Air Panas serta setelah di ovenkan :
Berat Lento dlm pengujian Air Dingin = (38.10 36.13)gr = 1.97gr
Berat Lento dlm pengujian Air Panas = (37.59 35.67) gr = 1.92gr
Berat AwalBerat Akhir

x 100
%Kelarutan
Berat Awal

12

%Kelarutan dalam Air Dingin

Berat AwalBerat Akhir


x 100
Berat Awal

21.97
x 100
2

0.03
x 100
2

= 0.015 x 100
= 1.5%
Berat AwalBerat Akhir

x 100
%Kelarutan dalam Air Panas
Berat Awal

21.92
x 100
2
0.08
x 100
2

= 0.04 x 100
= 4%

13

Anda mungkin juga menyukai