Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENANGANAN DAN PEMANFAATAN


LIMBAH

DISUSUN OLEH :
NAMA

: MUHAMMAD NUR IRFAN

NIM

: 11 / 13933 / STIPP

ACARA

: ANALISA PADATAN DALAM AIR

CO.ASS

: DIYAN PUSPITASARI

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2013

I. ACARA
II. TUJUAN

: ANALISA PADATAN DALAM AIR


: Untuk mengetahui total padatan dan tingkat kekeruhan dalam
berbagai sampel air limbah yang disebabkan oleh penyimpanan

sinar nyata yang menembus suspense tersebut.


III. DASAR TEORI
Padatan dalam air dapat ditetapkan sebagai total padatan, padatan
tersuspensi, padatan terendap dan padatan terlarut. Total padatan menunjukan
jumlah bahan padatan total dalam contoh baik yang larut dalam air maupun yang
tidak larut alam air, termasuk bahan anorganik, organik, tersuspensi, terlarut atau
terapung. Padatan tersuspensi adalah sisa padatan yang tertinggal setelah air
disaring melalui penyaring asbes atau cawan penyaring dari gelas, dan
dikeringkan selama 1 jam. Bagian dari padatan yang dapat melalui penyaring
asbes adalah merupakan padatan terlarut. Padatan terendap adalah bagian dari
padatan tersuspensi yang dapat diendapkan dengan cara mendiamkan air
didalam suatu tabung atau bejana selama beberapa waktu (Anonim, 2012).
Standar umum mutu air untuk industri pangan menetapkan total padatan
terlarut maksimum yang ditoleransi adalah sebesar 850 ppm. Bila terdapat dalam
jumlah melebihi toleransi maksimum, maka akan timbul rasa pada air dan
kemungkinan penghambatan erhadap reaksi-reaksi kimia. Untuk minimuan
penyegar tanpa karbonat dan untuk es air mentah, batas toleransi maksimum
lebih rendah lagi yaitu masing-masing 500 ppm dan 170-350 ppm. Air yang
mengandung bahan tersuspeni tidak dapat segera mengkarbonat dan minuman
penyegar yang diolah dengan air ini akan cepat menjadi hambar. Total padatan
terlarut lebih dari 500 ppm akan menyebabkan minuman penyegar mempunyai
rasa payau (masin) ( Anonim, 2012).
Residu dari analisa total padatan

atau padatan tersuspensi dapat

dinyatakan sebagai padatan menguap (pengabuan pada suhu 600 oC) yang dapat
diinterprestasikan sebagai padatan organik dalam contoh. Padatan yang hilang
ini dapat disebabkan karena : 1. Hilangnya sisa air hidrasi; 2. Terbentuknya CO 2
dari karbonat; 3. Oksigen dari nitrat dan atau; 4. Penguapan dari garam-garam
amonium. Oleh karena itu metode ini tidak dapat diandalkan untuk menetapkan
kadar bahan organik dalam air. Metode yang paling tepat adalah dengan
menduga amonia yang dilepaskan oleh bahan organik bila air disulung denga

larutan alkali kuat kalium permanganat, dan menetapkan oksigen yang diserap
dari suatu larutan asam permanganat ( Anonim, 2012).
Total padatan
Total padatan dalam air ditetapkan dengan menguapkan air pada suhu
103oC elama 1 jam. Cawan pengabuan yang akan digunakan, sebelum
dipanaskan didalam oven selama 1 jam pada suhu 103oC, atau dinyalakan
didalam oven pengabuan pada suhu 600oC selama 20 menit untuk penetapan
total padatan organik. Selanjutnya cawan didinginkan didalam desikator hingga
mencapai suhu kamar, kemudian ditimbang (W1). Contoh yang telah diaduk
diambil sebanyak 25-50 ml, dimasukkan kedalam cawan dan ditimbang bersama
cawannya (W2). Airnya diuapkan diatas penangas air, dan diteruskan dengan
pengeringan didalam oven pada suhu 103oC selama 1 jam. Selanjutnaya cawan
didinginkan didalam desikator, kemudian ditimbang (W3). Untuk penetapan total
padatan organik, cawan berisi cotoh yang telah dikeringkan, diabukan lebih
lanjut didalam oven pengabuan pada suhu 600oC selama kira-kira 20 menit, atau
semua padatan berubah menjadi abu yang berwarna putih. Cawan didinginkan
sebentar dan dimasukkan kedalam desikator supaya mencapai suhu kamar, lalu
ditimbang (W4) ( Anonim, 2012).
Padatan tersuspensi
Sebelum digunakan, cawan penyaring atau corong penyaring atau corong
penyaring vakum berisi campuran asbes (2,5-5 g asbes didalam 900 ml air
suling) dipanaska didalam oven pada suhu 103 oC selama 1 jam, atau didalam
oven pengabuan pada suhu 600oC 20 menit untuk penetapan wadah organik
tersuspensi kemudian ditimbang beratnya (W1). Jika digunakan penyaring asbes,
sebelum dipanaskan campuran asbes harus dicuci dengan air suling sampai air
yang melewati campuran tersebut telah kering. Contoh sebanyak 25-100 ml
disaring melalui salah satu penyaring tersebut diatas dengan menggunakan
pompa vakum pada tekanan 15 in Hg. Selanjutnya dilakukan seperti pada
penetapan total padatan, sehingga diperoleh berat setelah pemanasan pada suhu
103oC selama 1 jam (W2) dan berat setelah pengabuan pada suhu 600 oC selama
kira-kira 201 menit (W3) (Anonim, 2012).

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat :
1. Erlenmeyer
2. Beaker glass
3. Gelas ukur
4. Corong
5. Timbangan
6. Cawan purselin
7. Water batt
8. Eksikator
9. Oven
B. Bahan :
1. Kertas saring
2. Limbah tempe
3. Limbah tahu
4. Limbah air ayam
5. Aquadest
6. COT
7. Air selokan

: 4 buah
: 4 buah
: 3 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 4 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 3 lembar
: 100 ml
: 100 ml
: 100 ml
: 645 ml
: 25 gram
: 25 gram

8. Umpan decanter
9. Kertas label

: 25 gram
: secukupnya

V. CARA KERJA
1. Teoritis
a. Penentuan total padatan
1.

Mengambil 3 macam contoh


cair dalam jumlah yang berbeda dan aquades sebagai kontrol
masingmasing sebanyak 25 ml. Selanjutnya diberi simbol A, B, C,
dan K.

2.

Memasukkan masing-masing
sampel

kedalam

cawan

porselin

yang

sudah

diketahui

beratnya/ditimbang (a).
3.

Menimbang cawan porselin +


sampel limbah dan uapkan airnya diatas penangas air, sampai
menguap semuanya.

4.

Mengeringkan dalam oven


bersuhu 100o C selama 1 jam kemudian masukkan dalam desikator
dan ditimbang (b).

5.

Menghitung total padatan.


Total padatan (ppm) =

( ba ) mg1000
mg/liter
25

Dimana : a = berat cawan porselin kosong


b = berat cawan + sampel setelah dioven
b. Penentuan padatan tersuspensi
a) Prosedur pertama (Kuantitatif)
1) Mengambil 3 macam limbah cair dari sumber yang berbeda dan
aquadest sebagai control. Selanjutnya diberi tanda A, B, C, dan K
untuk kontrol.
2) Memasukkan kedalam 4 buah erlenmeyer dan diamkan selama
30 menit sehingga ada bagian yang menendap.
3) Megambil 50 ml larutan limbah yang telah disediakan (limbah
gula,tahu dan rumah tangga) yang mengandung zat padat
melayang (tersuspensi).
4) Menyaring dengan kertas saring yag telah diketahui beratnya dan
diisi dengan aquadest sebanyak 50 ml.
5) Mengeringkan kertas saring dalam oven sampai berat konstan
pada 100oC.
6) Menimbang kertas saring kemudian hitunglah jumlah padatan
tersuspensinya.

( ba ) mg1000
mg/liter
50
Dimana : a = berat kertas saring mula - mula
Total tersuspensi (ppm) =

b = berat kertas saring setelah dioven


b) Prosedur kedua (kualitatif)
1. Mengambil 3 buah gelas ukur yang panjang
2. Mengambil kertas putih dan dibuat tanda positif (+) dengan
tebal 1 mm dan panjang sama dengan diameter gelas ukur.
3. Meletakkan gelas ukur diatas tanda tersebut.
4. Mengisi gelas ukur perlahan-lahan dengan air limbah sampai
tidak dapat melihat lagi tanda positif dibawah gelas ukur
tersebut, melalui air limbah tegak lurus dari atas.

5. Mengukur tinggi kolam limbah tersebut dengangelas ukur (satu


mm) dan hubungkan dengan data prosedur pertama.

2. Skematis
Penentuan total padatan
1) Diambil 3 macam contoh cair dalam jumlah
yang berbeda dan aquades sebagai kontrol
masingmasing sebanyak 25 ml. Selanjutnya
diberi simbol A, B, C, dan K.
2) Dimasukkan

masing-masing

kedalam

porselin

cawan

yang

diketahui beratnya/ditimbang (a).

sampel
sudah

3) Ditimbang cawan porselin + sampel limbah


dan uapkan airnya diatas penangas air,
sampai menguap semuanya.
4) Dikeringkan dalam oven bersuhu 100o C
selama 1 jam kemudian masukkan dalam
desikator dan ditimbang (b).
5) Dihitung total padatan.
b. Penentuan padatan tersuspensi
a) Prosedur pertama (Kuantitatif)
1. Diambil 3 macam limbah cair dari sumber
yang berbeda dan aquadest sebagai control.
Selanjutnya diberi tanda A, B, C, dan K
untuk kontrol.
2. Dimasukkan kedalam 4 buah erlenmeyer dan
diamkan selama 30 menit sehingga ada
bagian yang menendap.
3. Diambil 50 ml larutan limbah yang telah
disediakan (limbah gula,tahu dan rumah
tangga)

yang

mengandung

zat

padat

melayang (tersuspensi).
4. isaring dengan kertas saring yag telah
diketahui beratnya dan diisi dengan aquadest
sebanyak 50 ml.
5. Dikeringkan kertas saring dalam oven sampai
berat konstan pada 100oC.

6. Ditimbang kertas saring kemudian hitunglah


jumlah padatan tersuspensinya.
b) Prosedur kedua (kualitatif)
1. Diambil 3 buah gelas ukur yang panjang

2. Diambil kertas putih dan dibuat tanda positif


(+) dengan tebal 1 mm dan panjang sama
dengan diameter gelas ukur.
3. Diletakkan gelas ukur diatas tanda tersebut.

4. Diisi gelas ukur perlahan-lahan dengan air


limbah sampai tidak dapat melihat lagi tanda
positif dibawah gelas ukur tersebut, melalui
air limbah tegak lurus dari atas.

5. Diukur tinggi kolam limbah tersebut dengan


gelas ukur (satu mm) dan hubungkan dengan
data prosedur berikut.

VI. HASIL PENGAMATAN


Tabel 1. Hasil pengamatan
a.

Penentuan total padatan


No
1.
2.
3.

Jenis Limbah
Decanter
COT
Air selokan

Berat Cawan
Berat Cawan (a) Berat cawan + sampel (b)
37gr
38,719 gr
37gr
43,741 gr
37gr
35,578 gr

Perhitungan:
Total padatan (ppm) =

( ba ) mg1000
mg/liter
25

1. Decanter

( 38,71937 ) mg 1000
mg /liter
25

68,76 mg/liter

2. COT

( 43,74137 ) mg 1000
mg/liter
25

269,64 mg/liter

3. Air selokan =

( 39,57837 ) mg 1000
mg/liter
25

= 103,12 mg/liter
b.

Penentuan padatan tersuspensi


a) Prosedur pertama (Kuantitatif)
No
1.
2.
3.
4.

Jenis Limbah

Berat Kertas Saring


Sebelum
Sesudah
0,92 gr
0,83 gr
1,05 gr
1,06 gr
0,90 gr
1,05 gr
0,93 gr
0,77 gr

Tempe
Tahu
Ayam
Aquadest

Total tersuspensi (ppm) =


1. Tempe

( ba ) mg1000
mg / liter
50

( 0,83 0,92 ) mg 1000


mg /liter
50
- 1,8 mg/liter

2. Tahu

( 1,06 1,05 ) mg 1000


mg / liter
50
= 0,2 mg/liter

3. Ayam

( 1,05 0,90 ) mg1000


mg/liter
50

= 3 mg/lite
4. Aquadest

( 0,77 0,93 ) mg 1000


mg / liter
50
= - 3,2 mg/liter

b) Prosedur kedua (kualitatif)


No

Jenis Limbah

1.
2.
3.
4.

Tempe
Umpan decanter
Tahu
Aquadest

Banyaknya limbah terpakai


(ml)
20
1
4
320

VII. PEMBAHASAN
Analisis zat padar dalam air sangat penting bagi penentuan komponen komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses
proses pengolahan air buangan atau untuk keperluan air minum. Analisis zat
padat dalam air meliputi analisis Padatan tersuspensi total, Padatan terlarut
total ,dan Total padatan serta Kekeruhan (Anonim, 2012).
Padatan terlarut adalah padatan yang memiliki ukuran lebih kecil dari pada
padatan tersuspensi. Padatan ini terdiri dari senyawa senyawa anorganik dan

organik yang larut dalam air seperti mineral dan garam - garamnya. Sebagai
contoh air buangan pabrik gula biasa mengandung berbagai jenis gula yang
larut, sedangkan air buangan buangan industry kimia sering mengandung
mineral mineral seperti merkuri dan lain lain. Padatan terlarut dan tersuspensi
mempengaruhi ketransparan dan warna air. Warna air juga ada hubungannya
dengan kualitas air. Demikian juga apabila bahan terlarut dalam air adalah
nutrisi tanaman seperti fosfat dan nitrat, maka air itu memliki produktivitas
(kemampuan mendukung kehidupan ) tinggi. Air seperti seperti itu disebut
eutropik. Sebaliknya air yang mempunyai produktivitas rendah disebut
oligotrofik. Contohnya : danau dengan padatan terlarut total di bawah 100 mg/L
dianggap oligotropik. Sedangkan danau dengan padatan terlarut total di atas 100
mg/L dianggap kondisi eutropik. Padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air,tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung.
Padatan tersuspensi ini terdiri dari partikel partikel yang ukuran maupun
beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan bahan organic
tertentu. Sedangkan analisis air selain padatan padatan tersebut adalah
analisistotal padatan yaitu semua padatan yang setelah airnya dihilangkan atau
diuapkan (Sugiarto, 1987).
Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponenkomponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan prosesproses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan.
Dalam metoda analisa zat padat pengertian Zat Padat Total adalah semua zat-zat
yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana. Bila sampel air dalam bejana
tersebut dikeringkan pada sushu tertentu. Zat Padat Total terdiri dari Zat Padat
Terlarut dan Zat Padat Tersuspensi yang dapat bersifat organik dan anorganik
(Winarno,1985).
Zat padat tersuspensi sendir dapat diklasifikasikan menjadi antara lain zat
padata terapung yang selalu bersifat organik dan zat padat terendap yang dapat
bersifat organik dan anorganik. Zat padat terendap adalah zat padat dalam
suspensi yang dalam keadaan tenanga dapat mengendap setelah waktu tertentu
karena pengaruh gaya beratnya. Didalam air terkandung bermacam-macam zat
seperti zat organik, anorganik, baik yang larut maupun yang tidak larut, misalnya

yang bersifat koloid atau yang merupakan suspensi yang tidak larut.
Kesemuanya ini didalam air ditetapkan sebagai kadar solid. Adapaun macammacam solid yang dimaksudkan antara lain : Total Solid (TS), Total Disolved
Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS). Banyaknya disolved solid (zat
terlarut) dalam air perlu disesuaikan agar cocok dipakai untuk keperluan rumah
tangga dan industri, karena disolved solid mempunyai pengruh cukup besar
terhadap penyediaan air (Green, 1980).
Adanya padatan tersusupensi yang menyebabkan kekeruhan, akan
menyebabkan terjadinya pembiasan dalam air, dimana pencahayaan dalam air
akan diserap oleh padatan tersuspensi tersebut. Dengan adanya pembatasan
cahaya yang masuk berarti akan mengurangi / menghambat pertumbuhan jasad
renik / mikroorganisme fotosintesis aerob, akibatnya akan terjadi perubahan
ekologi dan pencemaran oleh air limbah tersebut (Sugiarto, 1987).
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat
(pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air
dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton,
bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikelpartikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya
reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk
endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat
organik di suatu perairan. Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian
yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat
tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna. Sebaran zat padat
tersuspensi di laut antara lain dipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat
melalui aliran sungai, ataupun dari udara dan perpindahan karena resuspensi
endapan akibat pengikisan ( Anonim, 2012 a ).
Dari hasil pengamatan analisa padatan dalam air diperoleh hasil
perhitungan jumlah total padatan decanter = 68,76 mg/liter, COT 269,64
mg/liter dan air selokan = 103,12 mg/liter, sedangkan hasil perhitungan jumlah
padatan tersuspensi tempe -1,8 mg/liter, tahu = 0,2 mg/liter, air ayam = 3
mg/liter dan aquadest = -3,2 mg/lite dan kualitatif diperoleh tempe = 20 ml,
umpan decanter = 1 ml, tahu = 4 ml dan aquadest = 320 ml. Karena air pada

dasarnya mempunyai padatan yang tersuspensi dan semakin tinggi total padatan
yang dimiliki oleh oleh suatu larutan maka larutan tersebut akan mudah
mengalami perubahan baik itu warna,rasa dan aroma dan semakin kental atau
banyak padatan atau semakin keruh suatu larutan maka akan akan semakin sulit
larutan menembus sinar atau media yang lain.

VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum acara analisa zat padat tersuspensi (suspensi soklis) dapat
diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1.

Analisis zat padar dalam air sangat penting bagi penentuan komponen komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan
proses proses pengolahan air buangan atau untuk keperluan air minum.

2.

Padatan terlarut adalah padatan yang memiliki ukuran lebih kecil dari pada
padatan tersuspensi. Padatan ini terdiri dari senyawa senyawa anorganik dan
organik yang larut dalam air seperti mineral dan garam garamnya.

3.

Jumlah padatan tersuspensi / yang terlarut dalam zat cair akan berbanding
lurus dengan tingkat kekeruhan dari zat cair itu sendiri.

4.

Jumlah cahaya yang masuk berkurang akan menyebabkan pencemaran,


karena penguraian bahan organik menjadi terhambat akibat pertumbuhan
mikroorganisme berkurang.

5.

Hasil perhitungan jumlah Total padatan

Decanter

68,76 mg/liter

COT

269,64 mg/liter

Air selokan

= 103,12 mg/liter

6.

Hasil perhitungan jumlah padatan tersuspensi :

Tempe

- 1,8 mg/liter

Tahu

0,2 mg/liter

Ayam

= 3 mg/liter

Aquadest

= - 3,2 mg/liter

7.

Kualitatif diperoleh ml

Tempe

Umpan decanter = 1 ml

Tahu

= 4 ml

Aquadest

= 320 ml

= 20 ml

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Buku Petunjuk Praktikum Sanitasi dan Penanganan Limbah,
Institut Pertanian STIPER, Yogyakarta.
Green & Cramur, 1980. Food Processing Waste Management. Whiley & Sons,
INC, London.
Sugiharto, 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air limbah. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Winarno, G., 1985. Limbah Pertanian, UPD, Jakarta.

Yogyakarta, 6 Januari 2013


Mengetahui

Praktikan

Co-Ass,

(Diyan Puspitasari)

(Muhammad Nur Irfan)

Anda mungkin juga menyukai