Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU NUTRISI TERNAK

ANALISA PROKSIMAT

NAMA : RESA ARDIANSYAH


NIM : I011 19 1046
KELOMPOK : XVI (ENAM BELAS)
ASISTEN : SARAH KARURU

LABORATORIUM KIMIA PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bungkil Kedelai atau biasa disebut Soyabean Meal merupakan salah satu

bahan baku utama dalam pembuatan pakan ternak setelah Jagung. Kebutuhan akan

bungkil kedelai bagi industri pakan ternak di indonesia umumnya didatangkan dari

empat negara utama, yakni Argentina, Brazil, Amerika dan India. Dilihat dari

besarnya kebutuhan impor oleh industri pakan dan potensi pertumbuhan industri ini

kedepannya, maka perusahaan-perusahaan trading bahan baku pakan, khususnya

bungkil kedelai berusaha memasuki dan memantapkan posisinya di pasar Indonesia

(Aritonang dkk., 2015).

Analisa proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk

mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan sebagai dasar Analisis

proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan

terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung didalamnya..

analisis lebih lanjut. Pengujian proksimat merupakan pengujian yang meliputi

pengujian kadar air (moisture content), kadar asap (volatile matter), kadar abu (ash

content), dan kandungan karbon tetap (fixed carbon) (Andriyono dan Tjahjanti,

2016).

Bungkil kedeleai memiliki kandungan gizi yang cukup baik untuk diberikan

kepada ternak dan termasuk dalam sumber protein. Untuk mengetahui kandungan

nutrisi yang terdapat didalamnya, perlu dilakukan analisa proksimat. Analisa uji

proksimat sangat penting dilakukan sebelum pakan diberikan. Hal ini berguna agar

komposisi nutrisi yang terkandung dalam pakan yang digunakan bisa diketahui.

Sehingga komposisi tersebut bisa dijadikan sebagai dasar perhitungan


pemberian pakan kepada ternak (Isnaeni dkk., 2015). Hal inilah yang

melatarbelakangi dilaksanakannya praktikum Ilmu Nutrisi Pakan mengenai Analisa

Proksimat.

Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan dilaksanakannya praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa

Proksimat adalah untuk mengetahui nilai kadar air, kadar abu, kadar serat kasar,

kadar lemak kasar, dan kadar protein kasar pada bahan pakan ternak

Kegunaan dilaksanakannya praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa

Proksimat adalah agar mahasiswa mengetahui nilai kadar air, kadar abu, kadar serat

kasar, kadar lemak kasar, dan kadar protein kasar pada bahan pakan ternak
METODOLOGI PRAKTIKUM

Alat dan Bahan

Kadar Air

Alat yang digukana pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa

Proksimat tentang analisis kadar air adalah neraca analitik, oven, cawan porselin,

desikator, nampan, spatula, dan gegep

Bahan yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai

Analisa Proksimat tentang analisis kadar air adalah bungkil kedelai.

Kadar Abu

Alat yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa

Proksimat tentang analisis kadar abu adalah cawan porselin, tanur, desikator,

timbangan analitik, oven, dan gegep.

Bahan yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai

Analisa Proksimat tentang analisis kadar abu adalah bungkil kedelai.

Serat Kasar

Alat yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa

Proksimat tentang analisa serat kasar adalah tabung reaksi, gelas ukur, sintered

glass, timbangan analitik, corong, gegep, pompa vacum, penangas listrik, oven,

gelas piala dan tanur

Bahan yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai

Analisa Proksimat tentang analisa serat kasar adalah bungkil kedelai, , alkohol,

aquades, H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, dan kertas saring.


Lemak Kasar

Alat yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa

Proksimat tentang analisa lemak kasar adalah cawan porselin, timbangan analitik,

desikator, oven, tabung reaksi berskala 10 ml, pipet tetes skala 5 cc, gegep dan bulb.

Bahan yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai

Analisa Proksimat tentang analisa lemak kasar adalah bungkil kedelai dan

chloroform.

Protein Kasar

Alat yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa

Proksimat tentang analisa protein kasar adalah timbangan analitik, cawan porselin

tabung regal, labu kjedhal, bulb, destilator, buret asam, penangas listrik, pompa

pengisap, labu ukur, labu semprot, elenmeyer, dan destruktor.

Bahan yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai

Analisa Proksimat tentang analisa protein kasar adalah bungkil kedelai, H2SO4

pekat, campuran selenium, H3BO3 2%, Larutan H2SO4 0,0229 N, dan NaOH 30%.
Prosedur Kerja

Kadar Air

Pertama tama menyiapkan alat dan bahan, setelah itu mengeringkan cawan

porselin selama 1 jam didalam oven pada suhu 1300C. Kemudian mendinginkannya

didalam desikator selama 15 menit lalu menimbang dengan teliti kurang lebih 1

gram bungkil kedelai dan memasukkannya kedalam cawan porselin. Lalu,

memasukkan cawan porselin yang berisi bungkil kedelai kedalam oven pada suhu

1300C untuk dikeringkan selama minimal 3 jam. Setelah itu, mendinginkan cawan

porselin berisi bungkil kedelai didalam oven dalam desikator selama 30 menit.

Selanjutnya menimbang beratnya dan melakukan pengamtan


Kadar Abu

Pertama tama menyiapkan alat dan bahan, lalu mengerikan cawan porselin

selama 1 jam didalam oven pada suhu 1050C, kemudian mendinginkan dalam

desikator selama 15 menit dan menimbang dengan teliti lebih kurang 1 gram

bungkil kedelai dan memasukkan kedalam cawan porselin. Lalu, memasukkan

cawan yang telah berisi bungkil kedelai kedalam tanur dengan suhu 6000C dan

mebiarkannya selama 3 jam sampai sempurna menjadi abu. Setelah itu,membiarkan

hingga agak dingin cawan berisi sampel yang telah ditanurkan tersebut, kemudian

memasukkan ke dalam desikator selama ½ jam, selanjutnya menimbang dan

menyimpan untuk penetapan kadar kalsium dan pospor. Kemudian, melakukan

pengamtan.
Serat Kasar

Pertama tama menimbang bungkil kedelai sebanyak 0,5 gram. Kemudian

memasukkan bungkil kedelai yang telah ditimbang kedalam tabung reaksi. Lalu,

menambahkan 30 ml H2SO4 0,3 N dan merefluks selama 30 menit. Selanjutnya,

menambahkan 15 ml NaOH 1,5 N kemudian merefluks selama 30 menit dan

disaring menggunakan sintered glass nomor 1 sambil menghisap menggunakan

pompa vakum. Selanjutnya, mencuci menggunakan 50 cc air panas, 50 cc H2SO4

0,3 N, 50 cc air panas dan 50 cc alkohol. Setelah itu, mengeringkan kedalam oven

pada suhu 1050C selama 8 jam atau membiarkan bermalam. Selanjutnya

mendinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian menimbang.


Mentanurkan selama 3 jam lalu memasukkan kedalam desikator selama 30 menit

kemudian menimbang dan melakukan pengamatan.

Lemak Kasar

Pertama tama menimbang bungkil kedelai kurang lebih 1 gram, kemudian

memasukan kedalam tabung reaksi berskala 10 ml, lalu menambahkan cloroform

mendekati skala, setelah itu menutup rapat dan mengkocok serta membiarkan

bermalam. Kemudian menyaring dengan kertas tissu kedalam tabung reaksi.

Setelah itu, pipet 5 ml ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya, kemudian

ovenkan pada suhu 1000C selama 8 jam atau biarkan bermalam dan memasukkan

kedalam desikkator kurang lebih 30 menit. Selanjutnya menimbang dan melihat

hasilnya.
Protein Kasar

Pertama tama menimbang bungkil kedelai sebanyak 0,5g dan memasukkan

kedalam labu khjedhal 100 ml. Kemudian, menambahkan kurang lebih 1 gram

campuran selenium dan 10 sampai 25 ml H2SO4 pekat. Lalu menggoyangkan abu

khjedhal bersama isinya sampai semua sampel terbasahi dengan H2SO4, kemudian

mendestruksi dalam lemari asam sampai jernih. Setelah dingin, menuangkan

kedalam labu ukur 100 ml dan membilas menggunakan air suling. Selanjutnya,

memipet 5 ml sampel kedalam labu destilasi dan menambahkan 5 ml larutan NaOH

30% dan air suling 100 ml. setelah itu, menyiapkan labu penampung yang terdiri

dari 10 ml H3BO3 2% dan menambahkan 4 tetes larutan indikator campuran dalam

erlenmeyer 100 ml. Lalu memasukkan air suling hingga volume penampung

menjadi kurang lebih 50 ml. selanjutnya, membilas ujung penyuling dengan air

suling kemudian penampung


bersama isinya dititrasi dengan larutan HCl atau H2SO4 0,0142 N dan

melakakukan pengamtan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air

Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai analisa

proksimat kadar air,dapat dilihat pada hasil pehitungan sebagai berikut :


z−x
BK = × 100%
Y

Penyelesaian :

z (cawan porselim berisi sampel telah dioven) = 26,9336 gr

x (cawan porselin yang telah didinginkan) = 26,0153 gr

Y (sampel yang akan dimasukkan kecawan) = 1,0082 gr


z−x
Kadar BK = × 100%
Y

26,9336 −26,0153
= × 100%
1,0082

0,9183 gr
= × 100%
1,0082 gr

= 91,0831%

Diatas telah diketahui bahan kering, untuk mengetahui kadar airnya, maka

dihitung menggunakan rumus :

Kadar Air = 100% − 91,0831%

= 8,916%

Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, diketahui bahwa bungkil kedelai

memiliki kadar air sebesar 9,0831%. Hal ini sesuai dengan ahadi dan Effendi (2019)

yang menyatakan bahwa industri pakan ternak membutuhkan bahan pakan yang

berkadar air rendah yaitu dibawah 15%, dan hal tersebut berhubungan dengan daya

simpan. Bahan-bahan yang digunakan meliputi: pakan ayam


pedaging (BR1), konsentrat broiler (KBr), jagung giling, bekatul, bungkil kedelai,

dan silica gel.

Kadar Abu

Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai analisis kadar

abu, diperoleh hasil sebagai berikut :


c−a 100
Kadar Abu = ( × 100%) × BK Sampel
b

25,7637−25,7593 gr 100
= ( × 100%) × :
1,0074 gr BK Sampel

0,0044 gr
=( × 100%)
1,0074 gr

100
= 0,4367% ×
91,0831

= 0,4795%

Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, diketahui bahwa bungkil kedelai

memiliki kadar abu sebesar 0,4795%. Hal ini sesuai dengan Nabilah dkk (2018)

yang menyatakan bahwa kadar abu bungkil kedelai kurang lebih 1,0%. Kedelai

merupakan bahan konsentrat sumber protein berkualitas tinggi, sehingga dalam

penggunaannya sebagai konsentrat ternak ruminansia perlu diproteksi dalam bentuk

UDP. Proteksi bahan konsentrat sumber protein tersebut dapat dilakukan

menggunakan bahan kimia formaldehid.

Serat Kasar

Berdasarkan hasil prktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai analisa

proksimat kadar serat kasar pada bungkil kedelai, diperoleh hasil berat sampel

setelah dioven dan dimasukkan kedalam desikator adalah 44,0843 gram dan

disimbolkan dengan (a). kemudian berat contoh 0,5 gram dan disimbolkan dengan
berat contoh. Berat sampel yang telah ditanur dan desikator adalah 44,7885 gram

dan disimbolkan dengan (b), maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
100
Diketahui : ( a−b × 100%) ×
berat contoh BK.Sampel

44,8843 −44,7885 100


=( × 100%) × :
0,5035 gr 91,0831

9,58 100
=( )× :
0,503595 91,0831l

100
= 19,0268 × :
91,0831l

= 20,8895%

Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, diketahui bahwa bungkil kedelai

memiliki kadar serat kasar sebesar 20,8895%. Hal ini tidak sesuai dengan Citrawidi

dkk (2012) yang menyatakan bahwa kandungan zat nutrisi yakni serat kasar yang

terdapat dalam bungkil kedelai berkisar antara 8,89-11,72%. kandungan serat kasar

yang tinggi dalam ransum menyebabkan ayam broiler akan cepat merasa kenyang

karena serat bersifat voluminous dan akan mengembang jika terkena air. Terlalu

banyak serat kasar mengurangi konsumsi ransum dan kecernaan nutrien. Sekitar

95% serat kasar adalah selulosa yang sulit dicerna, dan sisanya adalah lignin dan

hemiselulosa

Lemak Kasar

Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai analisis kadar

lemak kasar, diperoleh hasil sebagai berikut :


100
Lemak Kasar = ( P (b−a) × 100%) ×
Berat contoh BK Sampel

2 ml (26,2308−26,2107) 100
= ( × 100%) ×
1,0011 91,0831

2 ml (0,0201) 100
= ( × 100%) ×
1,0011 91,0831
100
4,20 )×
= ( 91,0831
1,0011

= 4,4081%

Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, diketahui bahwa bungkil kedelai

memiliki kadar lemak kasar sebesar 4,4081% . Hal ini tidak sesuai dengan Palupi

dkk (2017) yang menyatakan bahwabBungkil kedelai memiliki kandungan lemak

0,5%. Proporsi bungkil kedelai dalam ransum ternak unggas berkisar antara 18-

20%. Keberadaan bungkil kedelai dalam ransum ternak unggas tidak dapat

digantikan 100% dengan bahan pakan sumber protein lainnya, tetapi dapat

digantikan sebagian dari proporsi bungkil kedelai dalam ransum, karena kandungan

protein dari tepung pucuk Indigofera sp. lebih rendah dibandingkan dengan

kandungan protein bungkil kedelai, sehingga substitusi bungkil kedelai dengan

tepung pucuk Indigofera sp. harus berdasarkan proporsi protein bungkil kedalai

dalam ransum.

Protein Kasar

Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai analisa

proksimat kadar protein kasar, diperoleh hasil sebagai berikut :


V×N×14×6,25×P 100
KP = ( Berat contoh (ml) × 100%) × BK Sampel

5,2×0,013×14×6,25×50 ml 100
= ( × 100%) × :
500 ml 91,0831

234,325 ml 100
= ( 500 ml × 100%) ×
91,0831

100
= 46,865 ×
91,0831

= 51,4530%
Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, diketahui bahwa bungkil kedelai

memiliki kadar protein kasar sebesar 51,4530% . Hal ini tidak sesuai dengan

Varianti dkk (2017) yang menyatakan bahwa protin kasar bungkil kedelai kurang

lebih 45,76%. Bungkil kedelai termasuk kedalam sumber protein yang digunakan

sebagai pakan unggas. Protein merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tubuh

ternak, Protein yang tidak dihasilkan dalam tubuh ternak harus diberikan melalui

bahan pakan. Bahan pakan sumber protein yang diberikan juga harus mengandung

asam amino yang lengkap serta berimbang sehingga penggunaan protein lebih

efisien.
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa Proksimat

tentang kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak kasar dan kadar protein

kasar dapat disimpulkan bahwa kadar air pada bungkil kedelai sebesar 8,9169%

yang menunjukkan bahwa kadar air berada pada kisaran normal, kadar abu pada

bungkil kedelai sebesar 0,4795% yang menunjukkan bahwa kadar abu bungkil

kedelai berada pada kisaran normal, kadar serat kasar pada bungkil kedelai sebesar

20,8895% yang menunjukkan bahwa kadar serat kasar bungkil kedelai tidak

normal, kadar lemak kasar pada bungkil kedelai sebesar 4,4087 % yang

menunjukkan bahwa kadar lemak kasar bungkil kedelai tidak normal, dan kadar

protein kasar pada bungkil kedelai sebesar 51,4530% yang menunjukkan bahwa

kadar protein kasar bungkil kedelai tidak normal.

Saran

Disarankan pada Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa

Proksimat tentang kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak kasar dan

kadar protein kasar agar dilaksanakan lebih cepat dan tidak dilakukan diakhir

semester, serta pembagian format laporan lebih jelas dan terperinci.


DAFTAR PUSTAKA

Ahadi, H. dan P.H. Tjahjanti. 2016. Analisa nilai kalor briket dari campuran ampas
tebu dan biji buah kepuh. Seminar Nasional dan Gelr Produk: 483- 490.

Andriyono, B.D. dan M.Y. Effendi. 2019. Validasi lamanya waktu pengeringan
untuk penetapan kadar air pakan metode oven dalam praktikum analisis
proksimat. Jurnal Ilmu Peternakan Terapan. 2(2): 34-38.

Aritonang, S., R. Rinaldi, dan R.A. Siregar. 2018. Fermentasi limbah pertanian dan
perikanan dalam pembuatan konsentrat granul sapi penggemukan kelompok
tani sekar desa rumbio Kec. Panyabungan Utara. Jurnal Education and
development. 6(2): 94-99.

Citrawidi, N., R. Sidik, dan G. Mahasri. 2015. Potensi serbuk daun pepaya untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan, rasio efisiensi protein dan laju
pertumbuhan relatif pada budidaya ikan nila (oreochromis niloticus). Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 7(2): 121-124.

Isnawati, T.A., W. Murningsih, dan V.D.Y.B. Ismadi. 2012. Pengaruh pemeraman


ransum dengan sari daun pepaya terhadap kolesterol darah dan lemak total
ayam broiler. Animal Agriculture Journal. 1(1): 529 – 540.

Nabilah, P.A., A. Daryanto, dan D.S. Hendrawan. 2015. Analisis pengaruh bauran
pemasaran terhadap keputusan pembelian bahan baku bungkil kedelai pada
industri pakan ternak di Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen. 13(3): 474-
482.

Palupi, N.I., U. Atmomarsono, dan L.D. Mahfudz. 2017. Pengaruh pemberian


pakan dengan sumber protein berbeda terhadap efisiensi penggunaan
protein ayam lokal persilangan air dan abu spatula cawan porselin gegep
dan desikatir sama neraca analitik. Agripet. 17(1): 53-60.

Varianti, R., dkk. 2014. Potensi dan pemanfaatan tepung pucuk indigofera sp.
Sebagai bahan pakan substitusi bungkil kedelai dalam ransum ayam petelur.
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 19(3): 210-219.

Anda mungkin juga menyukai