Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANALISA PROKSIMAT
Latar Belakang
Bungkil Kedelai atau biasa disebut Soyabean Meal merupakan salah satu
bahan baku utama dalam pembuatan pakan ternak setelah Jagung. Kebutuhan akan
bungkil kedelai bagi industri pakan ternak di indonesia umumnya didatangkan dari
empat negara utama, yakni Argentina, Brazil, Amerika dan India. Dilihat dari
besarnya kebutuhan impor oleh industri pakan dan potensi pertumbuhan industri ini
mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan sebagai dasar Analisis
proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan
pengujian kadar air (moisture content), kadar asap (volatile matter), kadar abu (ash
content), dan kandungan karbon tetap (fixed carbon) (Andriyono dan Tjahjanti,
2016).
Bungkil kedeleai memiliki kandungan gizi yang cukup baik untuk diberikan
kepada ternak dan termasuk dalam sumber protein. Untuk mengetahui kandungan
nutrisi yang terdapat didalamnya, perlu dilakukan analisa proksimat. Analisa uji
proksimat sangat penting dilakukan sebelum pakan diberikan. Hal ini berguna agar
komposisi nutrisi yang terkandung dalam pakan yang digunakan bisa diketahui.
Proksimat.
Proksimat adalah untuk mengetahui nilai kadar air, kadar abu, kadar serat kasar,
kadar lemak kasar, dan kadar protein kasar pada bahan pakan ternak
Proksimat adalah agar mahasiswa mengetahui nilai kadar air, kadar abu, kadar serat
kasar, kadar lemak kasar, dan kadar protein kasar pada bahan pakan ternak
METODOLOGI PRAKTIKUM
Kadar Air
Alat yang digukana pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa
Proksimat tentang analisis kadar air adalah neraca analitik, oven, cawan porselin,
Kadar Abu
Alat yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa
Proksimat tentang analisis kadar abu adalah cawan porselin, tanur, desikator,
Serat Kasar
Alat yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa
Proksimat tentang analisa serat kasar adalah tabung reaksi, gelas ukur, sintered
glass, timbangan analitik, corong, gegep, pompa vacum, penangas listrik, oven,
Analisa Proksimat tentang analisa serat kasar adalah bungkil kedelai, , alkohol,
Alat yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa
Proksimat tentang analisa lemak kasar adalah cawan porselin, timbangan analitik,
desikator, oven, tabung reaksi berskala 10 ml, pipet tetes skala 5 cc, gegep dan bulb.
Analisa Proksimat tentang analisa lemak kasar adalah bungkil kedelai dan
chloroform.
Protein Kasar
Alat yang digunakan pada praktikum Ilmu Nutrisi Ternak mengenai Analisa
Proksimat tentang analisa protein kasar adalah timbangan analitik, cawan porselin
tabung regal, labu kjedhal, bulb, destilator, buret asam, penangas listrik, pompa
Analisa Proksimat tentang analisa protein kasar adalah bungkil kedelai, H2SO4
pekat, campuran selenium, H3BO3 2%, Larutan H2SO4 0,0229 N, dan NaOH 30%.
Prosedur Kerja
Kadar Air
Pertama tama menyiapkan alat dan bahan, setelah itu mengeringkan cawan
porselin selama 1 jam didalam oven pada suhu 1300C. Kemudian mendinginkannya
didalam desikator selama 15 menit lalu menimbang dengan teliti kurang lebih 1
memasukkan cawan porselin yang berisi bungkil kedelai kedalam oven pada suhu
1300C untuk dikeringkan selama minimal 3 jam. Setelah itu, mendinginkan cawan
porselin berisi bungkil kedelai didalam oven dalam desikator selama 30 menit.
Pertama tama menyiapkan alat dan bahan, lalu mengerikan cawan porselin
selama 1 jam didalam oven pada suhu 1050C, kemudian mendinginkan dalam
desikator selama 15 menit dan menimbang dengan teliti lebih kurang 1 gram
cawan yang telah berisi bungkil kedelai kedalam tanur dengan suhu 6000C dan
hingga agak dingin cawan berisi sampel yang telah ditanurkan tersebut, kemudian
pengamtan.
Serat Kasar
memasukkan bungkil kedelai yang telah ditimbang kedalam tabung reaksi. Lalu,
0,3 N, 50 cc air panas dan 50 cc alkohol. Setelah itu, mengeringkan kedalam oven
Lemak Kasar
mendekati skala, setelah itu menutup rapat dan mengkocok serta membiarkan
Setelah itu, pipet 5 ml ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya, kemudian
ovenkan pada suhu 1000C selama 8 jam atau biarkan bermalam dan memasukkan
hasilnya.
Protein Kasar
kedalam labu khjedhal 100 ml. Kemudian, menambahkan kurang lebih 1 gram
khjedhal bersama isinya sampai semua sampel terbasahi dengan H2SO4, kemudian
kedalam labu ukur 100 ml dan membilas menggunakan air suling. Selanjutnya,
30% dan air suling 100 ml. setelah itu, menyiapkan labu penampung yang terdiri
erlenmeyer 100 ml. Lalu memasukkan air suling hingga volume penampung
menjadi kurang lebih 50 ml. selanjutnya, membilas ujung penyuling dengan air
melakakukan pengamtan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Penyelesaian :
26,9336 −26,0153
= × 100%
1,0082
0,9183 gr
= × 100%
1,0082 gr
= 91,0831%
Diatas telah diketahui bahan kering, untuk mengetahui kadar airnya, maka
= 8,916%
memiliki kadar air sebesar 9,0831%. Hal ini sesuai dengan ahadi dan Effendi (2019)
yang menyatakan bahwa industri pakan ternak membutuhkan bahan pakan yang
berkadar air rendah yaitu dibawah 15%, dan hal tersebut berhubungan dengan daya
Kadar Abu
25,7637−25,7593 gr 100
= ( × 100%) × :
1,0074 gr BK Sampel
0,0044 gr
=( × 100%)
1,0074 gr
100
= 0,4367% ×
91,0831
= 0,4795%
memiliki kadar abu sebesar 0,4795%. Hal ini sesuai dengan Nabilah dkk (2018)
yang menyatakan bahwa kadar abu bungkil kedelai kurang lebih 1,0%. Kedelai
Serat Kasar
proksimat kadar serat kasar pada bungkil kedelai, diperoleh hasil berat sampel
setelah dioven dan dimasukkan kedalam desikator adalah 44,0843 gram dan
disimbolkan dengan (a). kemudian berat contoh 0,5 gram dan disimbolkan dengan
berat contoh. Berat sampel yang telah ditanur dan desikator adalah 44,7885 gram
dan disimbolkan dengan (b), maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
100
Diketahui : ( a−b × 100%) ×
berat contoh BK.Sampel
9,58 100
=( )× :
0,503595 91,0831l
100
= 19,0268 × :
91,0831l
= 20,8895%
memiliki kadar serat kasar sebesar 20,8895%. Hal ini tidak sesuai dengan Citrawidi
dkk (2012) yang menyatakan bahwa kandungan zat nutrisi yakni serat kasar yang
terdapat dalam bungkil kedelai berkisar antara 8,89-11,72%. kandungan serat kasar
yang tinggi dalam ransum menyebabkan ayam broiler akan cepat merasa kenyang
karena serat bersifat voluminous dan akan mengembang jika terkena air. Terlalu
banyak serat kasar mengurangi konsumsi ransum dan kecernaan nutrien. Sekitar
95% serat kasar adalah selulosa yang sulit dicerna, dan sisanya adalah lignin dan
hemiselulosa
Lemak Kasar
2 ml (26,2308−26,2107) 100
= ( × 100%) ×
1,0011 91,0831
2 ml (0,0201) 100
= ( × 100%) ×
1,0011 91,0831
100
4,20 )×
= ( 91,0831
1,0011
= 4,4081%
memiliki kadar lemak kasar sebesar 4,4081% . Hal ini tidak sesuai dengan Palupi
0,5%. Proporsi bungkil kedelai dalam ransum ternak unggas berkisar antara 18-
20%. Keberadaan bungkil kedelai dalam ransum ternak unggas tidak dapat
digantikan 100% dengan bahan pakan sumber protein lainnya, tetapi dapat
digantikan sebagian dari proporsi bungkil kedelai dalam ransum, karena kandungan
protein dari tepung pucuk Indigofera sp. lebih rendah dibandingkan dengan
tepung pucuk Indigofera sp. harus berdasarkan proporsi protein bungkil kedalai
dalam ransum.
Protein Kasar
5,2×0,013×14×6,25×50 ml 100
= ( × 100%) × :
500 ml 91,0831
234,325 ml 100
= ( 500 ml × 100%) ×
91,0831
100
= 46,865 ×
91,0831
= 51,4530%
Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, diketahui bahwa bungkil kedelai
memiliki kadar protein kasar sebesar 51,4530% . Hal ini tidak sesuai dengan
Varianti dkk (2017) yang menyatakan bahwa protin kasar bungkil kedelai kurang
lebih 45,76%. Bungkil kedelai termasuk kedalam sumber protein yang digunakan
sebagai pakan unggas. Protein merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tubuh
ternak, Protein yang tidak dihasilkan dalam tubuh ternak harus diberikan melalui
bahan pakan. Bahan pakan sumber protein yang diberikan juga harus mengandung
asam amino yang lengkap serta berimbang sehingga penggunaan protein lebih
efisien.
PENUTUP
Kesimpulan
tentang kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak kasar dan kadar protein
kasar dapat disimpulkan bahwa kadar air pada bungkil kedelai sebesar 8,9169%
yang menunjukkan bahwa kadar air berada pada kisaran normal, kadar abu pada
bungkil kedelai sebesar 0,4795% yang menunjukkan bahwa kadar abu bungkil
kedelai berada pada kisaran normal, kadar serat kasar pada bungkil kedelai sebesar
20,8895% yang menunjukkan bahwa kadar serat kasar bungkil kedelai tidak
normal, kadar lemak kasar pada bungkil kedelai sebesar 4,4087 % yang
menunjukkan bahwa kadar lemak kasar bungkil kedelai tidak normal, dan kadar
protein kasar pada bungkil kedelai sebesar 51,4530% yang menunjukkan bahwa
Saran
Proksimat tentang kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak kasar dan
kadar protein kasar agar dilaksanakan lebih cepat dan tidak dilakukan diakhir
Ahadi, H. dan P.H. Tjahjanti. 2016. Analisa nilai kalor briket dari campuran ampas
tebu dan biji buah kepuh. Seminar Nasional dan Gelr Produk: 483- 490.
Andriyono, B.D. dan M.Y. Effendi. 2019. Validasi lamanya waktu pengeringan
untuk penetapan kadar air pakan metode oven dalam praktikum analisis
proksimat. Jurnal Ilmu Peternakan Terapan. 2(2): 34-38.
Aritonang, S., R. Rinaldi, dan R.A. Siregar. 2018. Fermentasi limbah pertanian dan
perikanan dalam pembuatan konsentrat granul sapi penggemukan kelompok
tani sekar desa rumbio Kec. Panyabungan Utara. Jurnal Education and
development. 6(2): 94-99.
Citrawidi, N., R. Sidik, dan G. Mahasri. 2015. Potensi serbuk daun pepaya untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan, rasio efisiensi protein dan laju
pertumbuhan relatif pada budidaya ikan nila (oreochromis niloticus). Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 7(2): 121-124.
Nabilah, P.A., A. Daryanto, dan D.S. Hendrawan. 2015. Analisis pengaruh bauran
pemasaran terhadap keputusan pembelian bahan baku bungkil kedelai pada
industri pakan ternak di Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen. 13(3): 474-
482.
Varianti, R., dkk. 2014. Potensi dan pemanfaatan tepung pucuk indigofera sp.
Sebagai bahan pakan substitusi bungkil kedelai dalam ransum ayam petelur.
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 19(3): 210-219.