Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM VII

KIMIA ANALISIS DASAR


ARGENTOMETRI

OLEH:

NAMA : KHOTRUN NANDA TRI ULAN


NIM : 1901017
KELAS : S1-IIA
KELOMPOK : VI / GRUP A
HARI PRAKTIKUM : RABU, 03 JUNI 2020
DOSEN PEMBIMBING : MUSYIRNA RAHMAH NST, M.Si
ASISTEN DOSEN : 1. AMALIA DWITASARI
2. LENI TRIANI
3. SUCI NURHAFIZAH

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2020
JUDUL JURNAL
Identifikasi Dan Penetapan Kadar Klorin (Cl2) Dalam Beras Putih Di Pasar
Tradisional Klepu Dengan Metode Argentometri

BAB I
PENDAHULUAN
I. Tujuan Praktikum
a. Menentukan konsentrasi larutan AgNO3 dengan larutan baku NaCl
b. Menentukan kadar NaCl dalam garam dapur

II. Tinjauan Pustaka


Kesehatan yang baik merupakan keinginan dari tiap manusia. Oleh
karena itu, usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan harus terus
diupayakan dengan berbagai cara. Kemajuan teknologi sistem informasi juga
membantu masyarakat untuk menyadari perlunya mengkonsumsi makanan
yang menyehatkan. Makanan atau pangan yang menyehatkan tidak boleh
mengandung bahan-bahan atau cemaran yang dapat membahayakan
kesehatan, termasuk Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya yang
dapat menyebabkan penyakit atau toksik, sebaliknya pangan harus
mengandung bahan-bahan yang mendukung kesehatan (Laksmi, 2001).
Indonesia menjadikan beras sebagai salah satu makanan pokok, karena
beras salah satu bahan makanan yang mudah diolah, mudah disajikan, enak,
dan mengandung berbagai zat gizi sebagai sumber energi yang berpengaruh
besar terhadap aktivitas tubuh atau kesehatan (Ahmad, 1990).
Perkembangan teknologi pengolahan pangan sekarang ini sangat
berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya makanan banyak
menimbulkan efek negatif bagi manusia. Teknologi pengolahan pangan
biasanya dianggap mempunyai nilai sosial yang tinggi, sehingga banyak di
sukai oleh para konsumen. Penambahan Bahan Tambahan Makanan (BTM)
ke dalam makanan semakin beragam tanpa memperhatikan apakah bahan
tambahan pangan yang ditambahkan dilarang atau berbahaya. Dapat
dibuktikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, banyak makanan dan
minuman di Indonesia tidak murni lagi atau mengandung bahan berbahaya.
Salah satu penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang dilarang
adalah Klorin (Cl2) digunakan sebagai pemutih beras, yang dimaksudkan agar
beras memiliki kualitas super dengan harga yang tinggi. Klorin adalah bahan
kimia yang biasanya digunakan sebagai desinfektan, pemutih kertas dan
proses tekstil. Efek klorin dalam jangka pendek menyebabkan penyakit maag
dan dalam jangka panjang mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal
(Adiwisastra, 1989).
Klorin sebagai desinfektan dan pemutih merupakan bahan yang dilarang
penggunaanya dalam makanan. Larangan ini dapat dilihat dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.772/Menkes/Per/XI/88 dimana
klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok
pemutih atau pematang tepung dan menurut Peraturan Menteri Pertanian
No.32/Permentan/OT.110/3/2007, klorin tercatat sebagai bahan kimia
berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosoh beras.
Berdasarkan hasil penelitian Dosen Fakultas Pertanian Universitas Dr.
Soetomo Surabaya, Restu Tjiptaningdyah (Ahli Bidang Teknologi Pangan
dan gizi) memastikan ada kandungan klorin pada beras yang banyak beredar
di pasaran. Dari 16 sampel beras yang di uji terdapat 10 sampel mengandung
klorin kadarnya kisaran 20 ppm hingga 90 ppm (Gandapurnama, 2013) dan
hasil inspeksi mendadak dari Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
(BBPOM) Bandung di Pasar Simpang Dago oleh staf pemeriksaan dan
penyelidikan, Alfazri Anwar mengemukakan bahwa beras jenis Kurmo dan
Cianjur mengandung Klorin (Setiawan, 2013).
Sampel penelitian akan diambil dari pasar tradisional Klepu, karena pasar
ini merupakan pusat pembelian kebutuhan sehari-hari masyarakat di wilayah
Kecamatan Ceper dan sekitarnya, selain itu di pasar Klepu belum pernah
dilakukan penelitian tentang kandungan klorin dalam beras putih serta adanya
kecurigaan dari peneliti terhadap salah satu sampel beras putih yang
mengandung klorin. Sehingga dari penelitian yang akan dilakukan dapat
diketahui tingkat penggunaan klorin yang dijual dari pasar tersebut.
Permintaan akan beras semakin meningkat seiring dengan keinginan
masyarakat untuk mengkosumsi beras yang berkualitas. Penambahan klorin
sebagai pemutih beras sering dilakukan untuk meningkatan kualitas beras
putih. Penetapan kadar klorin dilakukan dengan metode Argentometri Mohr
karena metode ini umum digunakan untuk penentapan kadar halogenida
seperti klorida dan bromida yang membentuk endapan perak nitrat pada
suasana netral. Keuntungan dari metode ini adalah alat yang digunakan
sederhana sehingga mudah dan cepat pelaksanaannya, memiliki keakuratan
dan ketelitian yang cukup tinggi dan dapat digunakan pada konsentrasi klorin
yang rendah.
BAB II
METODE

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan buret 50 mL (RRC), Statif dan klem, labu
erlenmeyer 100 mL (Pyrex) dan 250 mL, labu ukur 100 dan 1000 mL
(Pyrex), gelas ukur 100mL (Pyrex), pipet volume 25 mL dan 50 mL, pipet
ukur 10 mL, gelas piala 250 mL, alat pengukur pH, timbangan analitik,
corong, botol coklat, tabung reaksi, kertas saring.
Bahan yang digunakan 8 merk beras putih, Aqua destilata, larutan
baku perak nitrat (AgNO3) 0,0141 N, larutan indikator kalium kromat (K)
5%, larutan natrium klorida (NaCl) 0,0141N (Anonim, 2004).

B. Metode
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian, tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variable lain (Sugiyono, 2012).

C. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan AgNO3 0,0141 N Sebanyak 2,395 g AgNO3
ditimbang dan dilarutkan dengan air suling bebas klorida hingga
volume 1 Liter, lalu disimpan dalam botol berwarna gelap (Anonim,
2004).
2. Pembuatan larutan NaCl 0,0141 N Serbuk NaCl dikeringkan dalam
oven pada suhu 140 ℃ selama 2 jam, kemudian didinginkan. Sebanyak
0,824 g NaCl ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar dengan
volume 1 Liter dan dilarutkan dengan aquadest hingga garis tanda
(Anonim, 2004).
3. Pembuatan larutan Indikator K2CrO4 5% Sebanyak 5,0 g K dengan
sedikit air suling bebas klorida. Tambahkan larutan AgNO3 sampai
terbentuk endapan merah kecoklatan yang jelas. Biarkan 12 jam
kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh diencerkan dengan air
suling bebas klorida hingga 100 mL (Anonim, 2004).
4. Pembakuan larutan AgNO3 dengan NaCl 0,0141 N dengan mengambil
25 mL larutan NaCl 0,0141 N dengan pipet volume 25 mL kemudian
masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL. Tambahkan larutan K2CrO4
5% sebanyak 1,00 mL kemudian aduk. Titrasi dengan larutan AgNO 3
0,0141N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah kecoklatan.
Catat volume AgNO3 0,0141 N yang digunakan dan hitung normalitas
larutan baku AgNO3 dengan rumus sebagai berikut:
N AgNO3 = V NaCl x N NaCl
V AgNO3
5. Identifikasi klorin dengan cara menimbang seksama 10,0 g beras,
kemudian ditumbuk. Tambahkan 50,00 mL air aquadest, Kemudian
aduk. Saring dan ambil filtratnya sebanyak 1 mL masukkan kedalam
tabung reaksi. Tambahkan 1,00 mL larutan AgNO3. Bila terjadi
endapan putih menggumpal, maka sampel positif mengandung klorin.
6. Penetapan kadar klorin dengan menimbang 20,0 g beras putih dengan
timbangan analitik, kemudian ditumbuk. Tambahkan 100,0 mL
aquadest kemudian aduk dan saring filtratnya. Masukkan filtrat
kedalam erlenmeyer 250 mL. Tambahkan indikator kalium kromat
(K2CrO4) 5% sebanyak 1,00 mL. Titrasi dengan larutan baku perak
nitrat (AgNO3) 0,0141 N, hingga titik akhir titrasi ditandai dengan
terbentuknya endapan warna merah kecoklatan. Catat dan hitung
volume AgNO3 0,0141 N yang digunakan dan ulangi replikasi
sebanyak 3 kali.
Titrasi blanko dengan mengambil 100,0 mL aquadest dimasukkan
kedalam erlenmeyer 250 mL. Tambahkan indikator kalium kromat
(K2CrO4) 5% sebanyak 1,00 mL. Titrasi dengan larutan baku perak nitrat
(AgNO3) 0,0141 N, hingga titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya
endapan warna merah kecoklatan. Catat dan hitung volume AgNO3 0,0141
N yang digunakan. Ulangi perlakuan sebanyak 3 kali.
Perhitungan kadar klorin dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kadar Cl2 (mg/L) = ( A – B) x N x 35,45 x 100
mL sampel
A : volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel (mL)
B : volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL)
N : normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL)
35,45 : BM Cl

D. Analisis Data
Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil analisis secara
Argentometri Mohr, berdasarkan volume titran yang diperlukan untuk
penetapan kadar klorin dalam beras putih. Untuk menarik kesimpulan dari
penelitian, data kuantitatif di analisis menggunakan analisis data Mean (x-)
dan Standar Deviasi (SD). Mean adalah rata-rata dari sekelompok data.
Standar Deviasi adalah properti data yang menggambarkan keseragaman
suatu kumpulan data.
BAB III
PENUTUP

I. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil penelitian
1. Identifikasi klorin dalam beras putih
Identifikasi klorin dalam beras putih merupakan uji kualitatif
yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya klorin pada beras
putih yang diperoleh dari pasar tradisional Klepu. Pengujian
dilakukan dengan mengambil filtrat dari beras putih sebanyak 1 mL
yang kemudian ditambahkan 1 mL AgNO3 apabila terdapat endapan
putih menggumpal maka sampel menunjukkan hasil positif
mengandung klorin. Hasil dari analisis kualitatif klorin menunjukkan
25% sampel positif mengandung klorin dan 75% sampel negatif
mengandung klorin. Hasil uji kualitatif dapat dilihat pada tabel
No Klorin Jumlah Presentase (%)
1. Positif (+) 2 25
2. Negatif (-) 6 75
Jumlah 8 100
Keterangan :
(+) : Larutan menghasilkan endapan putih setelah ditambahkan
dengan larutan AgNO3, beras positif mengandung klorin.
(-) : Larutan tidak menghasilkan endapan putih setelah ditambahkan
dengan larutan AgNO3, beras positif mengandung klorin

2. Pembakuan larutan AgNO3 dengan NaCl 0,0141 N


Pembakuan Larutan AgNO3 dengan NaCl 0,0141 N dilakukan
sebanyak 3 kali. Tabel hasil pembakuan AgNO3
Replikasi Volume AgNO3 (mL) Normalitas
I. 25,20 0,013
II. 25,50 0,013
III. 25,40 0,013
Normalitas (N) rata-rata 0,013
Penetapan kadar klorin dalam beras putih
Penetapan kadar dilakukan pada beras putih yang positif
mengandung klorin. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-
masing sampel beras putih dengan label B dan G. Dari hasil titrasi
penetapan kadar pada sampel B diperoleh kadar sebesar 17,51 mg/L
dan pada sampel G diperoleh kadar sebesar 18,11 mg/L.

b. Pembahasan
Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan atau campuran
yang secara alami bukan dari bagian bahan baku pangan, tapi
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk
pangan. Bahan tambahan makanan bermanfaat untuk membuat makanan
lebih berkualitas, menarik serta rasa dan teksturnya lebih sempurna
(Effendi, 2009).
Penggunaan klorin pada beras bertujuan untuk membuat beras lebih
putih dan mengkilap sehingga beras yang berstandar medium terlihat
seperti beras berkualitas super selain itu juga memberikan keuntungan
bagi pedagang karena dijual dengan harga yang lebih tinggi (Buhrani,
2008).
Klorin sangat mudah larut dalam air, bersifat sangat reaktif dan
merupakan jenis oksidator kuat yang mudah bereaksi dengan berbagai
unsur lain, dalam suhu kamar berbentuk gas. Pada suhu -34℃ klorin
berbentuk cair, pada suhu -130 ℃ berbentuk padatan kristal kekuningan
dan bersifat mudah larut dalam air (Hasan, 2006).
Dalam penelitian ini menggunakan 8 sampel beras yang diambil
secara acak dari 20 beras, yang dijual oleh 10 pedagang beras di pasar
tradisional Klepu dengan kriteria beras berwarna putih dan sudah
ditempatkan dalam wadah atau sudah di keluarkan dari karung beras.
Data pengambilan beras dari pedagang dapat dilihat pada lampiran 13.
Sampel kemudian diberi label A, B, C, D, E, F, G dan H. Sampel beras
kemudian di identifikasi dengan uji kualitatif untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan klorin pada beras putih tersebut. Analisis dilakukan
dengan cara mengambil filtrat air cucian beras yang sudah ditumbuk
sebanyak 1 mL dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambah 1
mL larutan AgNO3 sebagai pereaksi yang menghasilkan terjadinya reaksi
endapan putih menggumpal, reaksi menandakan sampel tersebut
mengandung klorin.
Hasil analisis kualitatif diolah dengan menggunakan deskriptif
persentase yang bertujuan untuk menjelaskan karakteristik dari variabel
penelitian. Hasil analisis kualitatif yang diperoleh dari 8 sampel beras
putih terdapat 2 sampel positif mengandung klorin pada label B dan G
dengan prosentase 25%, yang ditandai dengan adanya endapan putih
menggumpal karena adanya senyawa klorida setelah penambahan
AgNO3 dan terdapat 6 sampel negatif mengandung klorin dengan
prosentase 75% yaitu pada sampel dengan label A, C, D, E, F, dan H.
Hasil ini sesuai dengan literatur yang mengatakan beras putih yang
memakai bahan pemutih dapat dilihat dari ciri fisik yaitu beras berwarna
putih mengkilat, licin saat digenggam, berbau zat kimia, dan jika
direndam, air berubah menjadi putih pekat (Anonim, 2014).
Analisis kuantitif dilakukan untuk menentukan kadar pemutih klorin
pada beras putih yang telah positif mengandung klorin metode yang
digunakan adalah Argentometri Mohr dilakukan dengan proses titrasi.
Metode ini umum digunakan untuk penetapan kadar halogenida seperti
klorida dan bromida yang membentuk endapan perak nitrat pada suasana
netral. Prinsip Argentometri Mohr adalah reaksi pengendapan dimana
senyawa klorida dalam suasana netral atau sedikit basa dengan larutan
baku perak nitrat (AgNO3) dan penambahan larutan indikator kalium
kromat (K2CrO4) pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak
klorida dan setelah titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat
akan bereaksi dengan kromat membentuk endapan perak kromat yang
berwarna merah kecoklatan. Penambahan Indikator kalium kromat
(K2CrO4) bertujuan untuk mengetahui warna dari titik akhir titrasi
(Sudjadi, 2007). Berikut reaksi yang terjadi pada analisis Argentometri
Mohr :
Ag+ + Cl  AgCl ( endapan putih )
2Ag+ + CrO4  Ag2CrO4 ( merah kecoklatan )
Sebelum dilakukan analisis kuantitatif, terlebih dahulu melakukan
pembakuan larutan AgNO3 dengan NaCl 0,0141N dan titrasi blanko
yang masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali. Pembakuan larutan
bertujuan untuk menyamakan larutan yang digunakan untuk titrasi
Argentometri dengan larutan standar baku (Brady, 1999). Dalam
pembakuan AgNO3 digunakan untuk larutan standar baku. Dari hasil
pembakuan yang diperoleh normalitas rata-rata sebesar 0,013N. Titrasi
blanko merupakan titrasi dimana larutan yang akan dititrasi tidak berisi
sampel dan diperlakukan sama seperti prosedur sampel. Hasil titrasi
blanko digunakan sebagai standar warna untuk hasil penetapan kadar
kadar sampel sehingga dapat mengurangi kesalahan (Cairns, 2009). Dari
hasil titrasi blanko diperoleh rata-rata volume AgNO3 sebesar 3,43 mL.
Berdasarkan pemeriksaan kuantitatif yang telah dilakukan
diperoleh kadar rata-rata klorin pada sampel B sebesar 17,51 mg/L dan
sampel G sebesar 18,11 mg/L. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
menggunakan rata-rata dan standar deviasi. Dari hasil analisis, diperoleh
nilai SD pada sampel B sebesar 0,25 dan G sebesar 0,11 yang
menunjukkan nilai kurang dari 3 SD sehingga kedua data dapat diterima.
Hasil ini menunjukkan beras putih yang mengandung klorin yang
dijual di pasar tradisional Klepu berbahaya untuk dikonsumsi dan tidak
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan klorin
tidak tercatat dalam kelompok pemutih dan pematang tepung sehingga
dalam kadar berapapun klorin dilarang digunakan dalam makanan.
Menurut Food and Drug Administration (FDA) untuk ambang batas
klorin yang digambarkan oleh klorin dioksida (ClO 2) dapat digunakan
secara langsung untuk pangan tidak melebihi 3 ppm (Darniadi, 2010).
Menurut Adiwisastra (1989) klorin dalam tubuh manusia dapat
menganggu kesehatan, dapat menyebabkan penyakit maag dalam jangka
pendek dan dalam jangka panjang secara akumulatif akan menyebabkan
penyakit kanker hati dan ginjal. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih
teliti dalam memilih beras putih yang aman di konsumsi mengingat beras
putih merupakan makanan pokok di Indonesia yang setiap hari di
konsumsi sehingga efek klorin dapat menganggu kesehatan.
Penggunaan klorin pada beras merupakan praktek pelanggaran yang
membahayakan konsumen. Belum adanya peraturan atau sanksi yang
tegas, terbatasnya pengetahuan penjual tentang bahaya klorin dan
kemudahan mendapatkan bahan pemutih di berbagai tempat menjadikan
faktor pendukung penyimpangan tersebut dilakukan.

II. Kesimpulan
Dari 8 sampel beras putih yang diambil dari pasar tradisional Klepu,
terdapat 2 sampel positif mengandung klorin, yaitu pada sampel B dan G.
Kadar klorin yang terkandung pada sampel B sebesar 17,51 mg/L dan
sampel G sebesar 18,11 mg/L

Anda mungkin juga menyukai