ABSTRACT
Protein is an important macro nutrient for the body needs . Existence of protein in food
can affect the quality, and nutrition content. So there should be analysis of the protein in food
material to determine the quality of the food. Cyanide acid in food is very danger for health and
even causing death. So there should be analysis of the HCN in food. The method used in the
analysis of protein is Kjeldahl method which N is equivalent with protein, and argentometric
method to detect cuantitative of HCN. The results of the analysis we found that protein in hanjeli
flour is 12.465 % and milk powder 9.634%. HCN content in petai is 935.6 ppm, cassava leaves
180 ppm, shell petai 89.985 ppm, and sweet potato 0 ppm.
Key words: protein, nitrogen, cyanide acid, Kjeldahl method, argentometric
PENDAHULUAN
Protein merupakan zat gizi makro yang
sangat
penting
bagi
kelangsungan
metabolisme makhluk hidup. Kebutuhan
tubuh manusia akan protein salah satunya
bersumber dari makanan, maka dari itu
asupan makanan yang dikonsumsi harus
memenuhi standar gizi agar metabolisme
dalam tubuh lancar. Kadar protein di dalam
makanan perlu diketahui secara kuantitatif
agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan
asupan gizi. Salah satunya dengan cara
analisis protein dengan metode Kjeldahl.
Protein adalah polimer dari asam amino
yang dihubungkan dengan ikatan peptida.
Molekul protein mengandung unsur-umsur
C, H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung
unsur logam seperti besi dan tembaga
(Winarno, 1994).
Metode Kjeldahl merupakan metode
yang sederhana untuk penetapan nitrogen
total pada asam amino, protein dan senyawa
yang mengandung nitrogen. Metode ini
cocok digunakan secara semimikro, sebab
hanya memerlukan jumlah sampel dan
pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang
pendek. Cara Kjeldahl digunakan untuk
menganalisis kadar protein kasar dalam
2007).
Tujuan praktikum pengujian protein dan
HCN yaitu untuk menganalisis secara
kuantitatif kandungan protein dan HCN
pada bahan pangan dengan sampel tepung
hanjeli dan susu bubuk untuk pengujian
protein, sedangkan pengujian HCN
menggunakan sampel petai, kulit petai, daun
singkong dan ubi jalar.
METODOLOGI
Bahan dan alat
Sampel yang digunakan yaitu tepung
hanjeli, dan susu bubuk untuk analisis
protein. Sedangkan petai, kulit petai, daun
singkong, dan ubi jalar digunakan untuk
analisis HCN. Serbuk K2SO4, HgO, larutan
H2SO4, aquades, NaOH-Na2S2O3, indikator
metil campuran (merah-biru), larutan H3BO3
jenuh, larutan HCl 0.016 N, larutan AgNO3,
HNO3, indikator FAS, dan larutan NH4CNS.
Alat yang digunakan yaitu botol
timbang, labu kjeldahl, labu destilasi
protein, labu erlenmeyer, kondensor, heat
mantle, buret, pipet tetes, pipet volum, pipet
ukur, bulb pipet, spatula, batang pengaduk,
beaker glass, labu didih, gelas ukur, botol
semprot, timbangan analitik, grinder, kertas
saring dan labu ukur.
Penentuan kadar protein dengan metode
Kjeldahl
Tahapan pertama adalah destruksi.
Sebanyak 0.1 gram sampel dimasukkan ke
dalam botol timbang kemudian ditambah 0.9
x 100
% protein = N% x fk
Normalitas HCl yang digunakan yaitu
0.01625 N, Ar HCl yaitu 14.007, dan fk
merupakan faktor konversi protein dari
persen Nitrogen menjadi % protein. Untuk
setiap bahan berbeda nilai fk nya. Secara
umum fk bahan yaitu 6.25, sedangkan susu
bubuk 6.38.
Penentuan kadar HCN kuantitatif
Tahapan pertama adalah preparasi
sampel. Sebanyak 50 gram sampel
dimasukkan ke dalam beaker glass. Sampel
petai, kulit petai, daun singkong dan ubi jalar
dihaluskan terlebih dahulu menggunakan
grinder. Tahapan selanjutnya yaitu sampel
yang telah dihaluskan dan ditimbang,
dimasukkan ke dalam labu didih dan
aquades hingga sampel terendam. Di
HCN =
WHCN (g)
Wsampel (g)
x 106 ppm
T.
Hanjeli
Susu
bubuk
W
sampel
(g)
V HCl
(g)
N%
Protein
%
0.1003
0.1005
0.9970
0.1007
8
11.4
6.9
8.2
1.61
2.38
1.37
1.65
10.06
14.87
8.739
10.53
2NH3
+
2H2O
4NH3 + 2H3BO3 2(NH4)2BO3 + H2
Petai
Daun
Singkong
Kulit petai
Ubi jalar
W
sampel
(g)
V
NH4
(ml)
WHCN
(mg)
HCN
(ppm)
25.01
25.01
25.00
25.00
20.01
20.03
50.00
50.03
0.2
0.2
1.3
1.2
1.4
1.4
1.1
1.5
23.4
23.4
3.6
5.4
1.8
1.8
7.6
0
935.6
935.6
144
216
89.99
89.98
144
0
Sampel
kulit
petai
diketahui
mengandung HCN sebanyak 89.985 ppm.
Namun belum diketahui literatur yang pasti
mengenai kadar HCN pada kulit
petai.Sebagaimana kita tahu bahwa petai
sendiri mengandung asam sianida, dengan
itu kulit petai juga mengandung sianida
namun dengan jumlah yang berbeda. Hal ini
berkaitan dengan cara penghilangan sianida
yang berbahay salah satunya dnegan
mengupas petai yang akan dikonsumsi dan
mengolahnya terlebih dahulus eperti
perebusan agar kandungan HCN dpaat
menguap dna hilang.
Daun singkong mengandung HCN
sekitar 180 ppm. Menurut Sutrisno dan
Keman (1981) kandungan sianida pada daun
singkong muda berkisar antara 560-620
ppm, dan daun tua antara 400-530 ppm.
Sampel daun singkong masih dapat
dikonsumsi dikarenakan kandungan HCN
pada bahan masih di bawah ambang batas
dan lebih rendah dibandingkan menurut
literatur.
Hasil analisa terhadap sampel ubi jalar
yaitu 0% HCN. Hal ini sesuai literatur
bahwa pada Ubi jalar negatif mengandung
HCN .Hal ini karena tingkat kemanisan
pada ubi tersebut. Dimana, yang kita ketahui
semakin tinggi kemanisan suatu umbi maka
kadar HCN yang terdapat pada umbi
semakin sedikit dengan kadar HCN rendah
<100>100 mg/kg. Namun, satu kelompok
yang menganalisa HCN pada ubi jalar
menemukan 144%kandungan HCN pada ubi
jalar. Terjadi kesalahan analisa diakibtakan
kontaminasi dan kesalahan titrasi.
Praktikum kali ini menghitung kadar
HCN dalam sampel dengan menggunakan
metode destilasi uap dan titrasi. HNO3
berfungsi agar tercipta kondisi asam, karena
dalam kondisi basa Fe3+ pada FAS akan
terhidrolisis dan sebagai penstabil saat titrasi
karena NH4CNS merupakan basa lemah.
Larutan AgNO3 berfungsi untuk menangkap
HCN. Reaksi yang terjadi yaitu sebagai
berikut.
HCN + AgNO3 AgCN + HNO3
Alat destilasi yang digunakan adalah
destilasi uap, sehingga hasil yang akan
digunakan merupakan uap dari sampel. Pipa
panjang dalam rangkaian alat destilasi yang
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, protein
yang terkandung dalam sampel tepung
hanjeli 12.465% sedangkan dalam susu
bubuk sekitar 9.6345%. Hal ini dapat
dikatakan sesuai dnegan literatur karena
tidak terdapat perbedaan yang sigifikan.
Kandungan protein paling tinggi terdapat
pada tepung hanjeli.
Analaisis kuantitatif HCN pada petai
aldalah 935.6 ppm, daun singkong 180 ppm,
kulit petai 89.985 ppm, and pada ubi jalar 0
ppm. Kandungan HCN dalam daun
singkong masih di bawah ambang batas,
kulit
petai
dan
petai
sama-sama
mengandung
HCN
namun
dengan
presentase yang berbeda dan lebih banyak
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, F.G. 1994. Pangan Gizi,
Teknologi
dan
Konsumen.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Makfoeld, Djarir DKK. 2002. Kamus Istilah
Pangan dan Nutrisi. Kaninus
Yogyakarta.
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jilid I. PT. Kalman Media Pusaka.
Jakarta.
Gandjar, Ibnu G. dan Abdul Rohman. 2007.
Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Sulaeman, Ahmad dan Faisal Anwar. 1993.
Karakteristik Tepung Dan Pati Jali
(Coix lacryma-jobi, LINN) Untuk
Pengembangan Produk Makanan
Bergizi. Gizi Masyarakat dan
Sumber
Daya
Keluarga
FAPERTA.
Nurmala, T. 1998. Serelia Sumber
Karbohidrat Utama. Rineka Cipta.
Jakarta.
BSN [Badan Standarisasi Nasional. SN 012970-2006. Syarat Mutu Susu
Bubuk . Jakarta.
Sutrisno dan Keman. 1981. Nilai Makanan
hijauan segar ketela pohon untuk
ternak sapid an kerbau. Pros.
Seminar Penelitian Peternakan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Bogor.