DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IVB
Kelompok : IV
Kelas :B
Menyetujui,
Mengetahui,
dilaksanakan pada tanggal 10-12 April 2023 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan
Materi
Kadar Air
Alat yang digunakan dalam percobaan uji kadar air meliputi botol
timbang, timbangan analitik, oven, desikator, dan pinset. Bahan yang digunakan
Kadar Abu
porselin, oven, desikator, timbangan analitik, pinset, dan tanur listrik. Bahan yang
Alat yang digunakan dalam percobaan kadar serat kasar meliputi gelas
beker, gelas ukur, corong buchner, kertas saring yang bebas abu, oven, desikator,
timbangan analitis, crusible porselin dan tanur listrik. Bahan yang digunakan
adalah tepung daun turi, kertas saring yang bebas abu (whatman ukuran 41),
H2SO4 0,3 N 50 ml, NaOH 1,5 N 25 ml, alkohol 10 ml dan air panas 100 ml.
Alat yang digunakan dalam percobaan kadar serat kasar meliputi oven,
Hexane.
timbangan analitik, oven, labu kjeldahl atau labu destruksi, labu erlenmeyer, gelas
beker, buret, gelas ukur, kompor listrik, alat-alat destilasi dan titrasi. Bahan yang
digunakan adalah tepung daun turi, H2SO4 pekat, NaOH 45 %, HCl 0,1 N, H3BO4
4%, indikator metil red (MR), brom cressol green (BCG) dan katalisator
(selenium).
Metode
Kadar Air
Metode uji kadar air diawali dengan botol timbang dicuci dan diberi kode
pada masing-masing botol. Botol timbang yang sudah diberi kode dikeringkan
dalam oven selama 1 jam pada suhu 110oC, botol timbang kemudian dimasukkan
ke dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang beratnya. Sampel daun turi
kemudian ditimbang dan dimasukkan pada botol timbang dan dikeringkan dalam
oven 4 jam dengan suhu 110oC dan didinginkan di desikator selama 15 menit dan
(selisih berat maksimal 0,2 mg/0,002g). Rumus perhitungan kadar air sebagai
berikut:
Percobaan uji kadar abu diawali dengan crusible porselin dicuci bersih
dengan air, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110 oC selama 1 jam,
dan dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 550oC dalam waktu 4 jam, sampai
menjadi abu putih semua. Crusible porselin kemudian diangkat dari tanur listrik,
dibiarkan dingin dahulu pada desikator selama 15 menit sampai suhu sekitar
dalam gelas beker yang telah diberi kode kemudian ditimbang beratnya. Sampel
dengan kompor listrik hingga mendidih selama 30 menit, lalu ditambahkan NaOH
1,5 N sebanyak 25 ml dengan panas api dinaikkan dan dibiarkan selama 30 menit
hingga mendidih kemudian cairan tersebut disaring dengan kertas saring whatman
41 yang dipasang dalam corong buchner pada labu hisap. Kertas saring tersebut
dikeringkan terlebih dahulu dalam oven dengan suhu 110oC selama 1 jam,
dan 25 mL alkohol. Kertas saring tersebut dilipat dan dimasukkan dalam crusible
porselin. Kertas saring yang sudah dimasukkan dalam crusible porselin dioven
pada suhu 110oC selama 1 jam kemudian didinginkan ke dalam desikator selama
15 menit dan di timbang beratnya. Kertas saring dan isinya yang ada di crusible
porselin dipijarkan dalam tanur listrik dengan suhu 550oC selama 4 jam. Rumus
100%
Percobaan uji lemak kasar diawali dengan sampel ditimbang pada kertas
saring dan dibungkus dengan kertas saring tersebut serta diberi kode. Sampel
tersebut dioven dengan suhu 110oC selama 4 jam dan didinginkan dalam desikator
soxhlet yang terpasang dengan kompor listrik dan labu yang sudah terisi N-
Hexane serta pendingin tegak sudah terpasang yang dialiri air dingin. Penyaringan
dilakukan 10 sirkulasi. Sampel yang sudah disaring dikeluarkan dari soxhlet dan
dengan suhu 110oC selama 2 jam, lalu didinginkan pada desikator selama 15
menit dan ditimbang beratnya. Rumus perhitungan kadar lemak kasar sebagai
berikut:
kjeldahl. Sampel lalu ditambahkan asam sulfat pekat 15 ml, kemudian di destruksi
sampai warna hijau jernih di dalam lemari asam dan didinginkan. Langkah
H3B03 4% sebanyak 20 ml dan diberikan 2 tetes indikator metil red (MR) dan
brom cressol green (BCG) dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Sampel yang
penangkap berubah warna dari ungu menjadi hijau. Hasil destilasi kemudian
dititrasi dengan menggunakan HCI 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda.
Kandungan BETN dalam bahan pakan daun turi dihitung dengan cara
mengurangi 100% dengan total persen kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak
kasar dan kadar protein kasar yang sudah dikonversikan dalam 100% BK. Rumus
berikut:
Bahan Kering
dipanaskan dalam oven pada suhu 110°C selama 4 jam dan didapatkan rata-rata
kadar air adalah 8,20%. Hasil ini nantinya digunakan untuk mencari hasil bahan
kering. Bahan kering merupakan bahan makanan yang sebagian besar terdiri dari
bahan organik yang meliputi protein, lemak, serat kasar, dan bahan ekstrak tanpa
komponen bahan kering terdiri atas bahan organik. Untuk mencari BK dilakukan
dengan cara 100% dikurangi dengan kadar air yang diperoleh. Hasil yang
hasil dari BK dari daun turi adalah 91,08%. Setelah berat kering diketahui, BK
total dapat dihitung dengan mengalikan BKU (berat kering udara), kadar bahan
kering sampel dan dibagi berat serat yang kemudian dikalikan 100%. Hasil rata-
Kadar Abu
Kadar abu digunakan untuk mengetahui nilai gizi suatu bahan pangan,
serta menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut yang
kadar abu bertujuan untuk mengetahui kadar abu pada suatu bahan pakan.
tidak mudah menguap yang tetap tinggal pada pembakaran dan pemijaran
senyawa organik. Semakin rendah kadar abu suatu bahan, maka semakin tinggi
kemurniannya. Kadar abu yang tinggi dapat dicek dengan melakukan pemanasan
pada suhu yang tinggi. Abu umumnya terdiri dari garam-garaman, material
rata-rata kadar abu adalah 8,98% dan setelah dikalikan dengan 100% BK, maka
rata-rata kadar abu yang didapatkan adalah 9,78%. Faradilla et al. (2019)
menyatakan bahwa kandungan kadar abu dalam daun turi adalah sekitar 9,17%.
Lemak Kasar
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan bahwa rata-rata
kandungan lemak kasar adalah 3,86% dan setelah dikalikan dengan 100% bahan
kering (BK), maka kadar rata-rata lemak kasar yang didapatkan adalah 4,2%.
Faradilla et al. (2019) menyatakan bahwa kandungan lemak kasar dalam daun turi
adalah sekitar 3,97%. Hasil analisis proksimat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Hasil analisis yang tidak sesuai dengan standar normal dapat dipengaruhi karena
terjadi kesalahan pada saat uji proksimat, umur tanaman, kesalahan pengukuran
dan dapat disebabkan karena adanya kontaminasi bahan lain. Farda et al. (2020)
perbedaan umur suatu tanaman. Semakin tua umur tanaman maka kandungan
Serat Kasar
Serat kasar merupakan senyawa yang tidak dapat dicerna oleh organ
pencernaan manusia maupun hewan, serta tidak larut dalam asam kuat (H2SO4)
dan basa kuat (NaOH). Utama et al. (2020) menyatakan bahwa serat kasar
merupakan bagian dari karbohidrat yang telah dipisahkan dengan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN) yang tidak larut dalam basa dan asam encer setelah
dimasak selama 30 menit. Serat kasar merupakan bagian dalam bahan pakan yang
tidak dapat terhidrolisis setelah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat
dan basa kuat. Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat pada daun turi
dapat diperoleh kandungan rata-rata serat kasar adalah 16,81%. Sampel kemudian
dikalikan dengan 100% BK, maka kadar rata-rata serat kasar yang didapatkan
adalah 18,31%. Isharyudono (2019) menyatakan bahwa kadar serat kasar pada
Protein Kasar
Uji kadar protein kasar adalah salah satu uji analisis proksimat dengan
tujuan untuk mengetahui kadar protein kasar dalam sampel atau bahan pakan
dengan mengalikan 6,25 dari hasil N yang dihasilkan. Rosaini et al. (2017)
menyatakan bahwa kadar protein dapat dihitung dengan cara mengalikan kadar
nitrogen (N) total dan dikalikan faktor konversi yaitu nitrogen total dikali 6,25.
metode kjeldahl terdiri dari dari tahap yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.
Ispitasari dan Haryanti (2022) menyatakan bahwa prinsip analisis kadar protein
kasar dalam pakan dengan metode Kjeldahl yang terdiri dari tiga tahapan yaitu
destruksi, destilasi dan titrasi. Pada proses destruksi, zat organik ditambah asam
sulfat ditambah NaOH menghasilkan amonium borac dan terakhir pada proses
titrasi amonium borac ditambah asam kuat yaitu HCL menghasilkan amonium
klorida. Pada proses titrasi ini larutan berubah menjadi warna merah muda.
protein kasar pada daun turi adalah 26,90%. Faradilla et al. (2019) menyatakan
bahwa daun turi memiliki kadar protein kasar 27,63%. Sampel kemudian
dikalikan dengan 100% BK, maka kadar protein kasar yang didapatkan adalah 4A
kadar protein yaitu suhu, waktu, jumlah perbandingan optimum antara air dan
kolagen. Dwinarto et al. (2018) menyatakan bahwa suhu dan lama ekstrusi
mempengaruhi kadar protein dan tekstur, tapi tidak berpengaruh pada serat kasar,
mengurangi 100% dari jumlah konversi 100% bahan kering (BK) dari kadar abu,
protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
dan pati. Suleman et al. (2019) menyatakan bahwa BETN adalah bagian
karbohidrat yang umumnya mudah tercerna antara lain pati dan gula. Hasil
35,23%. Sampel kemudian dikalikan dengan 100% BK, maka rata-rata BETN
Hasil praktikum yang telah dilaksanakan, pada sampel tepung daun turi
menunjukkan bahwa hasil rata-rata kadar bahan kering, abu, lemak kasar lebih
tinggi dari referensi sedangkan protein kasar dan serat kasar lebih rendah dari
referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Dwinarto, B., D. Haryanti dan S. Utomo. 2018. Pengaruh jenis kemasan dan
waktu penyimpanan pada pakan broiler starter terhadap kadar air dan
protein kasar. J. Konversi. 7(2): 8-12.
Faradilla, F., L. K. Nuswantara., M. Christiyanto dan E. Pangestu. 2019.
Kecernaan bahan kering, bahan organik, lemak kasar dan total digestible
nutrients berbagai hijauan secara in vitro. J. Litbang Provinsi Jawa
Tengah. 17(2): 185-193.
Farda, F. T., A. K. Wijaya., L. Liman., M. Muhtarudin., D. Putri dan M. Hasanah.
2020. Pengaruh varietas dan jarak tanam yang berbeda terhadap
kandungan nutrien hijauan jagung. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 8(2): 83-
90.
Isharyudono, K., I. Mar'ah dan J. Jufriyah. 2019. Penggunaan bahan
inkonvensional sebagai sumber bahan pakan. J. Pengelolaan Laboratorium
Pendidikan. 1(1): 1-6.
Ispitasari, R dan Haryanti. 2022. Pengaruh waktu destilasi terhadap ketepatan uji
protein kasar pada metode kjeldahl dalam bahan pakan ternak berprotein
tinggi. J. Laboratory Indonesia. 5(1): 39-43.
Moningkey, A. F., F. R. Wolayan., C. A. Rahasia dan M. N. Regar. 2019.
Kecernaan bahan organik, serat kasar dan lemak kasar pakan ayam
pedaging yang diberi tepung limbah labu kuning (Cucurbita moschata). J.
Zootec. 39(2): 257-265.
Rosaini, H., R. Rasyid dan V. Hagramida. 2017. Penetapan kadar protein secara
kjeldahl beberapa makanan olahan kerang remis (Corbiculla moltkiana
prime.) dari danau Singkarak. J. Farmasi Higea. 7(2): 120-127.
Sigalingging H. A., S. H. Putri dan T. Iflah. 2020. Perubahan fisik dan kimia biji
kakao selama fermentasi (pH tumpukan biji, kadar air, indeks fermentasi,
kadar abu dan uji grade biji). J. Industri Pertanian. 2(2): 19-23.
Suleman, R., N. Y. Kandowangko dan A. Abdul. 2019. Karakterisasi morfologi
dan analisis proksimat jagung (Zea mays, L.) varietas Momala Gorontalo.
J. Jambura Edu Biosfer. 1(2): 72-81.
Utama, C. S., Z. Zuprizal, C. Hanim dan W. Wihandoyo. 2020. Pengolahan
sinbiotik kultur campuran yang berasal dari kombinasi bekatul gandum
sebagai prebiotik dan jus kubis terfermentasi sebagai probiotik melalui
proses fermentasi. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 9(3): 133-148.
LAMPIRAN
Kode Sampel X Y Z
4A 24,528 1,005 25,452
4B 25,090 1,005 26,011
Keterangan :
Y : Sampel Sesungguhnya
X : Botol Timbang
Z : Botol Timbang Setelah Oven
(24,528+1,005)−25,452
Kadar Air 4A = x 100% = 8,06%
1,005
(25,090+1,005)−26,011
Kadar Air 4B = x 100% = 8,35%
1,005
8,06+8,35
Rata-rata Kadar Air =
2
= 8,20%
91,94+ 91,65
Rata-rata Kadar BK =
2
= 91,79%
Khusus Bahan Pakan Segar (Hijauan atau Bahan Pakan Basah)
Berat Segar = 281 g
Berat Kering Udara = 129 g
Kode Sampel Y X Z
4A 1,002 20,394 20,484
4B 1,002 26,224 26,314
Keterangan :
Y : Sampel Sesungguhnya
X : Crusible Porselin
Z : Crusible Porselin Setelah Tanur
20,484−20,394
Kadar Abu 4A =
1,002
X 100% = 8,98%
26,314−26,224
Kadar Abu 4B =
1,002
X 100% = 8,98%
8,98+8,98
Rata-rata Kadar Abu =
2
= 8,98%
100
Kadar Abu 4B = x 8,98% = 9,79%
91,65
9,76 %+ 9,79 %
Rata-rata Kadar Abu =
2
=9,78%
Kode Sampel X A Y Z
4A 1,002 1,002 22,992 21,813
4B 1,002 0,991 25,146 23,991
Keterangan :
X : Sampel Sesungguhnya
Y : Crusible Porselin + Sampel Setelah Oven
Z : Crusible Porselin + Sampel Setelah Tanur
a : Berat Kertas Saring
22,992 – 21,813−1,002
Kadar Serat Kasar 4A =
1.002
X 100% = 17,66%
25,146 – 23,991−0,991
Kadar Serat Kasar 4B =
1,002
X 100% = 15,97%
17,66+15,97
Rata-rata Kadar Serat Kasar =
2
= 16,81%
100
Kadar Serat Kasar 4A = x 17,66% = 19,20%
91,94
100
Kadar Serat Kasar 4B = x 15,97% = 17,42%
91,65
19,20+17,42
Rata-rata Kadar Serat Kasar =
2
=18,31%
1,853−1,816
Kadar Lemak Kasar 4A =
1,000 x 91,94 /100
X 100% = 4,02%
1,870−1,836
Kadar Lemak Kasar 4B =
1,001 x 91,65/100
X 100% = 3,70%
4,02+3,70
Rata-rata Kadar Lemak Kasar =
2
= 3,86%
100
Kadar Lemak 4A = x 4,02% = 4,37%
91,94
100
Kadar Lemak 4B = x 3,70% = 4,03%
91,65
4,37 % +4,03 %
Rata-rata Kadar Lemak =
2
= 4,2%
100%
= 26,95%
100%
= 26,86%
26,95 %+26,86 %
Rata-rata Kadar Protein Kasar =
2
= 26,90%
100
Kadar Protein Kasar 4A = x 26,95% = 29,31%
91,94
100
Kadar Protein Kasar 4B = x 26,86% = 29,30%
91,65
29,31+ 29,30
Rata-rata Kadar Protein Kasar =
2
= 29,30%
= 34,33%
= 100% - 63,86%
= 36,14%
34,33 %+36,14 %
Rata-rata Kadar BETN =
2
= 35,23%
Kadar BETN 4A = 100% - (kadar abu + protein kasar + lemak kasar + serat kasar)
= 100% - 62,64%
= 37,36%
Kadar BETN 4A = 100% - (kadar abu + protein kasar + lemak kasar + serat kasar)
= 100% - 60,54%
= 39,46%
37,36 %+39,46 %
Rata-rata Kadar BETN =
2
= 38,41%