Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU NUTRISI TERNAK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK IVB

1. Harlina Aulia Putri 23010122120016


2. Arya Nur Wicaksono 23010122120018
3. Rizki Arpan 23010122130137
4. Fattah Hakim Lukito 23010122140232
5. Bayu Pramono Aji 23010122140156

LABORATORIUM ILMU NUTRISI DAN PAKAN


PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
Judul : Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak

Kelompok : IV

Kelas :B

Tanggal : Juni 2023

Menyetujui,

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

Lilik Krismiyanto, S.Pt., M.Si. Ignatia Novi Wulandari


NIP. 198907042018071001 NIM. 23010121140256

Mengetahui,

Dosen Mata Kuliah


Ilmu Nutrisi Ternak

Dr. Ir. Limbang Kustiawan Nuswantara, S. Pt., M. P., IPU.


NIP. 196911181995121001
MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Nutrisi dan Pakan dengan materi “Analisis Proksimat”

dilaksanakan pada tanggal 10-12 April 2023 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan

Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro.

Materi

Kadar Air

Alat yang digunakan dalam percobaan uji kadar air meliputi botol

timbang, timbangan analitik, oven, desikator, dan pinset. Bahan yang digunakan

adalah tepung daun turi.

Kadar Abu

Alat yang digunakan dalam percobaan kadar abu meliputi crusible

porselin, oven, desikator, timbangan analitik, pinset, dan tanur listrik. Bahan yang

digunakan adalah tepung daun turi.

Kadar Serat Kasar

Alat yang digunakan dalam percobaan kadar serat kasar meliputi gelas

beker, gelas ukur, corong buchner, kertas saring yang bebas abu, oven, desikator,

timbangan analitis, crusible porselin dan tanur listrik. Bahan yang digunakan

adalah tepung daun turi, kertas saring yang bebas abu (whatman ukuran 41),

H2SO4 0,3 N 50 ml, NaOH 1,5 N 25 ml, alkohol 10 ml dan air panas 100 ml.

Kadar Lemak Kasar

Alat yang digunakan dalam percobaan kadar serat kasar meliputi oven,

desikator, timbangan analitik, labu penyaring, soxhlet, pendingin tegak dan


kompor. Bahan yang digunakan adalah tepung daun turi, kertas saring dan N-

Hexane.

Kadar Protein Kasar

Alat yang digunakan dalam percobaan kadar protein kasar adalah

timbangan analitik, oven, labu kjeldahl atau labu destruksi, labu erlenmeyer, gelas

beker, buret, gelas ukur, kompor listrik, alat-alat destilasi dan titrasi. Bahan yang

digunakan adalah tepung daun turi, H2SO4 pekat, NaOH 45 %, HCl 0,1 N, H3BO4

4%, indikator metil red (MR), brom cressol green (BCG) dan katalisator

(selenium).

Metode

Kadar Air

Metode uji kadar air diawali dengan botol timbang dicuci dan diberi kode

pada masing-masing botol. Botol timbang yang sudah diberi kode dikeringkan

dalam oven selama 1 jam pada suhu 110oC, botol timbang kemudian dimasukkan

ke dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang beratnya. Sampel daun turi

kemudian ditimbang dan dimasukkan pada botol timbang dan dikeringkan dalam

oven 4 jam dengan suhu 110oC dan didinginkan di desikator selama 15 menit dan

ditimbang beratnya. Proses pengovenan diulangi sampai berat sampel konstan

(selisih berat maksimal 0,2 mg/0,002g). Rumus perhitungan kadar air sebagai

berikut:

berat botol+ berat sampel−berat sampel konstan


Kadar Air (%) = X 100%
berat sampel
Kadar Abu

Percobaan uji kadar abu diawali dengan crusible porselin dicuci bersih

dengan air, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110 oC selama 1 jam,

kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang. Sampel

atau bahan pakan ditimbang menggunakan crusible porselin sebagai tempatnya

dan dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 550oC dalam waktu 4 jam, sampai

menjadi abu putih semua. Crusible porselin kemudian diangkat dari tanur listrik,

dibiarkan dingin dahulu pada desikator selama 15 menit sampai suhu sekitar

120oC. Rumus perhitungan kadar abu sebagai berikut:

cruisible porselin setelah tanur−crisible porselin


Kadar Abu (%) = X 100%
sampel sesungguhnya

Kadar Serat Kasar

Percobaan uji kadar serat kasar diawali dengan memasukkan sampel ke

dalam gelas beker yang telah diberi kode kemudian ditimbang beratnya. Sampel

di dalam gelas beker ditambahkan H2SO4 0,3 N sebanyak 50 ml dan didestruksi

dengan kompor listrik hingga mendidih selama 30 menit, lalu ditambahkan NaOH

1,5 N sebanyak 25 ml dengan panas api dinaikkan dan dibiarkan selama 30 menit

hingga mendidih kemudian cairan tersebut disaring dengan kertas saring whatman

41 yang dipasang dalam corong buchner pada labu hisap. Kertas saring tersebut

dikeringkan terlebih dahulu dalam oven dengan suhu 110oC selama 1 jam,

kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Sampel disaring dan

dicuci berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas

dan 25 mL alkohol. Kertas saring tersebut dilipat dan dimasukkan dalam crusible
porselin. Kertas saring yang sudah dimasukkan dalam crusible porselin dioven

pada suhu 110oC selama 1 jam kemudian didinginkan ke dalam desikator selama

15 menit dan di timbang beratnya. Kertas saring dan isinya yang ada di crusible

porselin dipijarkan dalam tanur listrik dengan suhu 550oC selama 4 jam. Rumus

perhitungan kadar serat kasar sebagai berikut:

Berat setelah oven−Berat ditanur−Berat kertas whatman


Kadar Serat Kasar = X
berat sampel

100%

Kadar Lemak Kasar

Percobaan uji lemak kasar diawali dengan sampel ditimbang pada kertas

saring dan dibungkus dengan kertas saring tersebut serta diberi kode. Sampel

tersebut dioven dengan suhu 110oC selama 4 jam dan didinginkan dalam desikator

selama 15 menit serta ditimbang beratnya. Sampel tersebut dimasukkan pada

soxhlet yang terpasang dengan kompor listrik dan labu yang sudah terisi N-

Hexane serta pendingin tegak sudah terpasang yang dialiri air dingin. Penyaringan

dilakukan 10 sirkulasi. Sampel yang sudah disaring dikeluarkan dari soxhlet dan

diangin-anginkan hingga tidak berbau N-Hexane. Sampel dikeringkan dalam oven

dengan suhu 110oC selama 2 jam, lalu didinginkan pada desikator selama 15

menit dan ditimbang beratnya. Rumus perhitungan kadar lemak kasar sebagai

berikut:

Berat sampel dioven−berat sampel diekstrasi


Kadar Lemak Kasar = X 100%
berat sampel gram X BK /100
Kadar Protein Kasar

Metode pertama yang dilakukan adalah sampel ditimbang beratnya 1gram

dan selenium ditimbang 1 gram. Kedua sampel dimasukkan ke dalam labu

kjeldahl. Sampel lalu ditambahkan asam sulfat pekat 15 ml, kemudian di destruksi

sampai warna hijau jernih di dalam lemari asam dan didinginkan. Langkah

selanjutnya yaitu dilakukan proses destilasi dengan menggunakan penangkap

H3B03 4% sebanyak 20 ml dan diberikan 2 tetes indikator metil red (MR) dan

brom cressol green (BCG) dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Sampel yang

telah didestruksi dimasukkan ke dalam labu destilasi kemudian ditambahkan 70

ml aquadest dan 60 ml NaOH 45%. Destilasi kemudian dilakukan sampai

penangkap berubah warna dari ungu menjadi hijau. Hasil destilasi kemudian

dititrasi dengan menggunakan HCI 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda.

Rumus perhitungan kadar protein kasar sebagai berikut:

( Titran sampel−blanko ) X N HCl X 0,014 X 6,25 X 100 %


Kadar Protein =
berat sampel

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

Kandungan BETN dalam bahan pakan daun turi dihitung dengan cara

mengurangi 100% dengan total persen kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak

kasar dan kadar protein kasar yang sudah dikonversikan dalam 100% BK. Rumus

perhitungan kadar BETN sebagai berikut:

%BETN = 100% - (Abu+Protein kasar+Lemak kasar + Serat kasar)%


HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kandungan nutrisi daun turi sebagai

berikut:

Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Daun Turi

Kandungan Nutrisi Hasil Analisis* Referensi


(%)
Bahan Kering 91,79 91,081)
Abu 9,78 9,171)
Protein Kasar 29,30 27,631)
Lemak Kasar 4,2 3,971)
Serat Kasar 18,31 20,002)
BETN 35,23 39,23
Keterangan : *Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak (2023).
1)
Berdasarkan referensi Faradilla et al. (2019).
2)
Berdasarkan referensi Isharyudono et al. (2019).

Bahan Kering

Dalam menentukan kadar air, langkah yang pertama adalah sampel

dipanaskan dalam oven pada suhu 110°C selama 4 jam dan didapatkan rata-rata

kadar air adalah 8,20%. Hasil ini nantinya digunakan untuk mencari hasil bahan

kering. Bahan kering merupakan bahan makanan yang sebagian besar terdiri dari

bahan organik yang meliputi protein, lemak, serat kasar, dan bahan ekstrak tanpa

nitrogen (BETN). Moningkey et al. (2019) menyatakan bahwa sebagian besar

komponen bahan kering terdiri atas bahan organik. Untuk mencari BK dilakukan
dengan cara 100% dikurangi dengan kadar air yang diperoleh. Hasil yang

diperoleh rata-rata BK adalah 91,79%. Faradilla et al. (2019) menyatakan bahwa

hasil dari BK dari daun turi adalah 91,08%. Setelah berat kering diketahui, BK

total dapat dihitung dengan mengalikan BKU (berat kering udara), kadar bahan

kering sampel dan dibagi berat serat yang kemudian dikalikan 100%. Hasil rata-

rata BK total yang didapatkan adalah 42,13%.

Kadar Abu

Kadar abu digunakan untuk mengetahui nilai gizi suatu bahan pangan,

serta menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut yang

bersifat toksik. Sigalingging et al. (2020) menyatakan bahwa analisis proksimat

kadar abu bertujuan untuk mengetahui kadar abu pada suatu bahan pakan.

Penetapan kadar abu dilakukan untuk mengetahui kandungan komponen yang

tidak mudah menguap yang tetap tinggal pada pembakaran dan pemijaran

senyawa organik. Semakin rendah kadar abu suatu bahan, maka semakin tinggi

kemurniannya. Kadar abu yang tinggi dapat dicek dengan melakukan pemanasan

pada suhu yang tinggi. Abu umumnya terdiri dari garam-garaman, material

anorganik (misal garam-garaman yang mengandung ion Na+, K+, dsb).

Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kandungan

rata-rata kadar abu adalah 8,98% dan setelah dikalikan dengan 100% BK, maka

rata-rata kadar abu yang didapatkan adalah 9,78%. Faradilla et al. (2019)

menyatakan bahwa kandungan kadar abu dalam daun turi adalah sekitar 9,17%.

Lemak Kasar
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan bahwa rata-rata

kandungan lemak kasar adalah 3,86% dan setelah dikalikan dengan 100% bahan

kering (BK), maka kadar rata-rata lemak kasar yang didapatkan adalah 4,2%.

Faradilla et al. (2019) menyatakan bahwa kandungan lemak kasar dalam daun turi

adalah sekitar 3,97%. Hasil analisis proksimat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Hasil analisis yang tidak sesuai dengan standar normal dapat dipengaruhi karena

terjadi kesalahan pada saat uji proksimat, umur tanaman, kesalahan pengukuran

dan dapat disebabkan karena adanya kontaminasi bahan lain. Farda et al. (2020)

menyatakan bahwa kandungan lemak kasar dapat berubah sesuai karena

perbedaan umur suatu tanaman. Semakin tua umur tanaman maka kandungan

lemak kasar semakin sedikit.

Serat Kasar

Serat kasar merupakan senyawa yang tidak dapat dicerna oleh organ

pencernaan manusia maupun hewan, serta tidak larut dalam asam kuat (H2SO4)

dan basa kuat (NaOH). Utama et al. (2020) menyatakan bahwa serat kasar

merupakan bagian dari karbohidrat yang telah dipisahkan dengan bahan ekstrak

tanpa nitrogen (BETN) yang tidak larut dalam basa dan asam encer setelah

dimasak selama 30 menit. Serat kasar merupakan bagian dalam bahan pakan yang

tidak dapat terhidrolisis setelah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat

dan basa kuat. Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat pada daun turi

dapat diperoleh kandungan rata-rata serat kasar adalah 16,81%. Sampel kemudian

dikalikan dengan 100% BK, maka kadar rata-rata serat kasar yang didapatkan
adalah 18,31%. Isharyudono (2019) menyatakan bahwa kadar serat kasar pada

daun turi yaitu sebesar 20,00%.

Protein Kasar

Uji kadar protein kasar adalah salah satu uji analisis proksimat dengan

tujuan untuk mengetahui kadar protein kasar dalam sampel atau bahan pakan

dengan mengalikan 6,25 dari hasil N yang dihasilkan. Rosaini et al. (2017)

menyatakan bahwa kadar protein dapat dihitung dengan cara mengalikan kadar

nitrogen (N) total dan dikalikan faktor konversi yaitu nitrogen total dikali 6,25.

Uji kuantitatif pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl,

metode kjeldahl terdiri dari dari tahap yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.

Ispitasari dan Haryanti (2022) menyatakan bahwa prinsip analisis kadar protein

kasar dalam pakan dengan metode Kjeldahl yang terdiri dari tiga tahapan yaitu

destruksi, destilasi dan titrasi. Pada proses destruksi, zat organik ditambah asam

sulfat menghasilkan ammonium sulfat. Pada proses destilasi, kemudian amonium

sulfat ditambah NaOH menghasilkan amonium borac dan terakhir pada proses

titrasi amonium borac ditambah asam kuat yaitu HCL menghasilkan amonium

klorida. Pada proses titrasi ini larutan berubah menjadi warna merah muda.

Berdasarkan uji proksimat yang telah dilakukan kandungan rata-rata

protein kasar pada daun turi adalah 26,90%. Faradilla et al. (2019) menyatakan

bahwa daun turi memiliki kadar protein kasar 27,63%. Sampel kemudian

dikalikan dengan 100% BK, maka kadar protein kasar yang didapatkan adalah 4A

29,31% dan 4B 29,30%. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya proporsi

kadar protein yaitu suhu, waktu, jumlah perbandingan optimum antara air dan
kolagen. Dwinarto et al. (2018) menyatakan bahwa suhu dan lama ekstrusi

mempengaruhi kadar protein dan tekstur, tapi tidak berpengaruh pada serat kasar,

aroma, rasa, dan warna.

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

Penentuan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dilakukan dengan cara

mengurangi 100% dari jumlah konversi 100% bahan kering (BK) dari kadar abu,

protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)

merupakan bagian dari makanan yang umumnya mengandung karbohidrat, gula

dan pati. Suleman et al. (2019) menyatakan bahwa BETN adalah bagian

karbohidrat yang umumnya mudah tercerna antara lain pati dan gula. Hasil

percobaan didapatkan rata-rata bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) adalah

35,23%. Sampel kemudian dikalikan dengan 100% BK, maka rata-rata BETN

yang didapatkan adalah 38,41%.


SIMPULAN

Hasil praktikum yang telah dilaksanakan, pada sampel tepung daun turi

menunjukkan bahwa hasil rata-rata kadar bahan kering, abu, lemak kasar lebih

tinggi dari referensi sedangkan protein kasar dan serat kasar lebih rendah dari

referensi.
DAFTAR PUSTAKA

Dwinarto, B., D. Haryanti dan S. Utomo. 2018. Pengaruh jenis kemasan dan
waktu penyimpanan pada pakan broiler starter terhadap kadar air dan
protein kasar. J. Konversi. 7(2): 8-12.
Faradilla, F., L. K. Nuswantara., M. Christiyanto dan E. Pangestu. 2019.
Kecernaan bahan kering, bahan organik, lemak kasar dan total digestible
nutrients berbagai hijauan secara in vitro. J. Litbang Provinsi Jawa
Tengah. 17(2): 185-193.
Farda, F. T., A. K. Wijaya., L. Liman., M. Muhtarudin., D. Putri dan M. Hasanah.
2020. Pengaruh varietas dan jarak tanam yang berbeda terhadap
kandungan nutrien hijauan jagung. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 8(2): 83-
90.
Isharyudono, K., I. Mar'ah dan J. Jufriyah. 2019. Penggunaan bahan
inkonvensional sebagai sumber bahan pakan. J. Pengelolaan Laboratorium
Pendidikan. 1(1): 1-6.
Ispitasari, R dan Haryanti. 2022. Pengaruh waktu destilasi terhadap ketepatan uji
protein kasar pada metode kjeldahl dalam bahan pakan ternak berprotein
tinggi. J. Laboratory Indonesia. 5(1): 39-43.
Moningkey, A. F., F. R. Wolayan., C. A. Rahasia dan M. N. Regar. 2019.
Kecernaan bahan organik, serat kasar dan lemak kasar pakan ayam
pedaging yang diberi tepung limbah labu kuning (Cucurbita moschata). J.
Zootec. 39(2): 257-265.
Rosaini, H., R. Rasyid dan V. Hagramida. 2017. Penetapan kadar protein secara
kjeldahl beberapa makanan olahan kerang remis (Corbiculla moltkiana
prime.) dari danau Singkarak. J. Farmasi Higea. 7(2): 120-127.
Sigalingging H. A., S. H. Putri dan T. Iflah. 2020. Perubahan fisik dan kimia biji
kakao selama fermentasi (pH tumpukan biji, kadar air, indeks fermentasi,
kadar abu dan uji grade biji). J. Industri Pertanian. 2(2): 19-23.
Suleman, R., N. Y. Kandowangko dan A. Abdul. 2019. Karakterisasi morfologi
dan analisis proksimat jagung (Zea mays, L.) varietas Momala Gorontalo.
J. Jambura Edu Biosfer. 1(2): 72-81.
Utama, C. S., Z. Zuprizal, C. Hanim dan W. Wihandoyo. 2020. Pengolahan
sinbiotik kultur campuran yang berasal dari kombinasi bekatul gandum
sebagai prebiotik dan jus kubis terfermentasi sebagai probiotik melalui
proses fermentasi. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 9(3): 133-148.

LAMPIRAN

1. Uji Kadar Air

Kode Sampel X Y Z
4A 24,528 1,005 25,452
4B 25,090 1,005 26,011
Keterangan :
Y : Sampel Sesungguhnya
X : Botol Timbang
Z : Botol Timbang Setelah Oven

(24,528+1,005)−25,452
Kadar Air 4A = x 100% = 8,06%
1,005

(25,090+1,005)−26,011
Kadar Air 4B = x 100% = 8,35%
1,005

8,06+8,35
Rata-rata Kadar Air =
2
= 8,20%

Kadar Bahan Kering (BK)

Kadar BK 4A = 100% - 8,06% = 91,94%

Kadar BK 4B = 100% - 8,35% = 91,65%

91,94+ 91,65
Rata-rata Kadar BK =
2
= 91,79%
Khusus Bahan Pakan Segar (Hijauan atau Bahan Pakan Basah)
Berat Segar = 281 g
Berat Kering Udara = 129 g

Berat Kering Udara x Kadar BK sampel


Kadar BK Total 4A = x 100%
Berat Segar
129 x 91,94
= x 100%
281
= 42,20%
Berat Kering Udara x Kadar BK sampel
Kadar BK Total 4B = x 100%
Berat Segar
129 x 91,65
= x 100%
281
= 42,07%
42,20+ 42,07
Rata-rata Kadar BK total =
2
= 42,13%

2. Uji Kadar Abu

Kode Sampel Y X Z
4A 1,002 20,394 20,484
4B 1,002 26,224 26,314
Keterangan :
Y : Sampel Sesungguhnya
X : Crusible Porselin
Z : Crusible Porselin Setelah Tanur

20,484−20,394
Kadar Abu 4A =
1,002
X 100% = 8,98%

26,314−26,224
Kadar Abu 4B =
1,002
X 100% = 8,98%

8,98+8,98
Rata-rata Kadar Abu =
2
= 8,98%

Konversi Kadar Abu (100% BK)


100
Kadar Abu 4A = x 8,98% = 9,76%
91,94

100
Kadar Abu 4B = x 8,98% = 9,79%
91,65

9,76 %+ 9,79 %
Rata-rata Kadar Abu =
2
=9,78%

3. Uji Kadar Serat Kasar

Kode Sampel X A Y Z
4A 1,002 1,002 22,992 21,813
4B 1,002 0,991 25,146 23,991
Keterangan :
X : Sampel Sesungguhnya
Y : Crusible Porselin + Sampel Setelah Oven
Z : Crusible Porselin + Sampel Setelah Tanur
a : Berat Kertas Saring

22,992 – 21,813−1,002
Kadar Serat Kasar 4A =
1.002
X 100% = 17,66%

25,146 – 23,991−0,991
Kadar Serat Kasar 4B =
1,002
X 100% = 15,97%

17,66+15,97
Rata-rata Kadar Serat Kasar =
2
= 16,81%

Konversi Kadar Serat Kasar (100% BK)

100
Kadar Serat Kasar 4A = x 17,66% = 19,20%
91,94

100
Kadar Serat Kasar 4B = x 15,97% = 17,42%
91,65

19,20+17,42
Rata-rata Kadar Serat Kasar =
2
=18,31%

4. Uji Kadar Lemak Kasar


Kode Sampel A B X
4A 1,853 1,816 1,000
4B 1,870 1,836 1,001
Keterangan :
X : Sampel Sesungguhnya
a : Oven 1 sebelum disokhlet
b : Oven 2 setelah disokhlet

1,853−1,816
Kadar Lemak Kasar 4A =
1,000 x 91,94 /100
X 100% = 4,02%

1,870−1,836
Kadar Lemak Kasar 4B =
1,001 x 91,65/100
X 100% = 3,70%

4,02+3,70
Rata-rata Kadar Lemak Kasar =
2
= 3,86%

Konversi Kadar Lemak Kasar (100% BK)

100
Kadar Lemak 4A = x 4,02% = 4,37%
91,94

100
Kadar Lemak 4B = x 3,70% = 4,03%
91,65

4,37 % +4,03 %
Rata-rata Kadar Lemak =
2
= 4,2%

5. Uji Kadar Protein Kasar

Kode Sampel X Titran Sampel Titran Blanko


4A 1,000 31 0,2
4B 1,003 31 0,2
Keterangan :
X : Sampel Sesungguhnya
(titran sampel−titran blanko)x N HCl x 0,014 x 6,25
Kadar Protein Kasar 4A = X
X

100%

(31−0,2) x 0,1 x 0,014 x 6,25


= 1,000
X 100%

= 26,95%

(titran sampel−titran blanko) x N HCl x 0,014 x 6,25


Kadar Protein Kasar 4B = X
X

100%

(31−0,2) x 0,1 x 0,014 x 6,25


= X 100%
1,003

= 26,86%

26,95 %+26,86 %
Rata-rata Kadar Protein Kasar =
2
= 26,90%

Konversi Kadar Protein Kasar (100% BK)

100
Kadar Protein Kasar 4A = x 26,95% = 29,31%
91,94

100
Kadar Protein Kasar 4B = x 26,86% = 29,30%
91,65

29,31+ 29,30
Rata-rata Kadar Protein Kasar =
2
= 29,30%

6. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

Kadar BETN 4A = 100% - (KA + %abu + %PK + %LK + % SK)

= 100% - (8,06% + 8,98% + 26,95% + 4,02% + 17,66%)


= 100% - 65,67%

= 34,33%

Kadar BETN 4B = 100% - (KA + %abu + %PK + %LK + % SK)

= 100% - (8,35% + 8,98% + 26,86% + 3,70% + 15,97%)

= 100% - 63,86%

= 36,14%

34,33 %+36,14 %
Rata-rata Kadar BETN =
2
= 35,23%

Konversi BETN (100% BK)

Kadar BETN 4A = 100% - (kadar abu + protein kasar + lemak kasar + serat kasar)

= 100% - (9,76% + 29,31% + 4,37% + 19,20%)

= 100% - 62,64%

= 37,36%

Kadar BETN 4A = 100% - (kadar abu + protein kasar + lemak kasar + serat kasar)

= 100% - (9,79% + 29,30% + 4,03% + 17,42%)

= 100% - 60,54%

= 39,46%

37,36 %+39,46 %
Rata-rata Kadar BETN =
2
= 38,41%

Anda mungkin juga menyukai