Higiene dan Keamanan Dosen : Dr. drh. Erni Sulistiawati, SP1, APVet
Produk Hewan Drh Heryudianto Vibowo, Msi
Asisten: Leonita Firdaus, A.Md
PEMERIKSAAN DAGING
Pertemuan 11
Kelas P2
Kelompok 3
Disusun Oleh :
Kharina Listia Suranta J0315201012
Kanzumi Adha J0315201029
Muhammad Haqqi Affandi J0315201042
Rahayu Azzahra J0315201022
Suci Nurul Anisa J0315202101
Kebutuhan masyarakat akan daging sapi dan daging ayam yang semakin
meningkat menuntut adanya produksi lebih agar menjangkau banyak konsumen di
berbagai daerah. Hal ini menyebabkan produsen daging sapi dan daging ayam harus
memperhatikan kualitas daging yang siap dipasarkan sehingga daging menjadi
aman, sehat, utuh, dan halal saat dikonsumsi. Daging mengandung zat gizi yang
tinggi terutama proteinnya dengan komposisi asam amino yang seimbang dan
bermanfaat bagi tubuh manusia. Daging merupakan sumber gizi bagi manusia, dan
juga merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan pangan menyebabkan perubahan yang
menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun
daya simpannya.
Daging yang merupakan suatu bahan pangan asal hewan akan mudah
terkontaminasi oleh mikroba berbahaya. Daging secara normal memiliki pH asam.
pH yang asam dalam daging akan mempermudah tumbuhnya mikroba yang dapat
merusak kualitas daging (Winarno, 2004). Penurunan kualitas daging secara fisik
dan kimiawi dapat diketahui dari beberapa metode pengujian kualitas daging yang
diantaranya adalah uji organoleptik (warna, bau, konsistensi), pH, pengujian susut
masak, dan awal pembusukan (eber dan postma) (Soeparno dkk, 199).
1.2. Tujuan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipet steril, wadah, cawan petri,
timbangan, erlenmeyer, tabung reaksi, kertas lakmus, stomacher, pemanas,
sampel daging sapi, sampel daging ayam, larutan BPW 0,1%, Larutan PCA,
filtrate, malachite green, H2O2 3%, reagen eber, air, aquades, dan HgO.
2.2. Prosedur
2.2.1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan uji yang dilakukan dengan indikasi
penilaian didasarkan pada proses pengindraan. Penginderaan diartikan sebagai
suatu proses fisio-psikologis, yang diartikan sebagai kesadaran atau
pengenalan alat indra yang atau tidak suka, mereka juga mengungkapkan
tingkat kesukaannya. Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat
digunakan untuk mengetahui perbedaan. Tingkat kesukaan disebut juga skala
hedonik. Skor kesukaan diberikan dari mulai nilai 1 (sangat tidak suka), 2
(tidak suka), 3 (agak suka), 4 (suka) dan 5 (sangat suka) dengan parameter yang
diuji meliputi warna, aroma dan rasa.
2.2.2. Uji Mikrobiologi
Dalam cemaran mikrobiologi terdapat 4 cemaran menurut SNI
3932:2008 meliputi Total plate count, Salmonella sp, coliform dan Escherichia
coli.
Uji Total plate count (TPC) (SNI 2897, 2008). Siapkan daging yang
akan di uji tingkat cemaran total plate count, timbang daging seberat 100 gram,
kemudian masukan kedalam wadah steril dan tambahkan 225 ml larutan BPW
0,1 % steril. Selanjutnya homogenkan keduanya menggunakan stomacher
selama 1 menit sampai 2 menit, ini merupakan larutan pengencer 10^-1.
Pindahkan suspensi tersebut dengan pipet steril kedalam larutan 9 ml BPW
untuk mendapatkan larutan 10^-2. Kemudian buatlah larutan 10^-3, 10^-4 dan
10^-5 dengan cara yang sama.
Selanjutnya masukan 1 ml suspensi dari setiap pengencer kedalam
cawan petri secara duplo, tambahkan 15 ml sampai dengan 20 ml PCA yang
sudah didinginkan hingga temperature 45°C ± 1°C pada masing-masing cawan
yang sudah terisi suspensi supaya larutan contoh dan media PCA tercampur
seluruhnya. Kemudian lakukan pemutaran cawan ke depan dan ke belakang
atau sampai membentuk angka delapan dan diam kan sampai menjadi padat,
selanjutnya inkubasikan pada temperatur 34 °C sampai dengan 36 °C selama 24
jam sampai dengan 48 jam dengan meletakkan cawan pada posisi terbalik.
Kandungan Total plate count (TPC) dalam daging dilihat dengan menghitung
jumlah koloni dengan memilih cawan yang berisi 25 sampai 250 koloni.
Uji Coliform (SNI 2897, 2008). Pada prinsip nya uji ini terdiri dari uji
presumtif (penduga) dan uji konfirmasi (peneguhan), dengan menggunakan
media cair didalam tabung reaksi dan dilakukan berdasarkan jumlah tabung
positif. Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan timbulnya gas di dalam
tabung Durham.
Uji penduga Siapkan daging yang akan di uji tingkat cemaran coliform,
timbang daging seberat 100 gram, kemudian masukan kedalam wadah steril dan
tambahkan 225 ml larutan BPW 0,1 % steril. Selanjutnya dihomogenkan
keduanya menggunakan stomacher selama 1 menit sampai 2 menit, ini
merupakan larutan pengencer 10^-1. Pindahkan suspensi tersebut dengan pipet
steril kedalam larutan 9 ml BPW untuk mendapatkan larutan 10-2. Kemudian
buatlah larutan 10-3 dengan cara yang sama, pipet masing-masing 1 ml dari
setiap pengencer kedalam 3 seri tabung LSTB yang berisi tabung durham.
Kemudian inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 24 jam sampai 48 jam,
perhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam tabung durham dan hasil uji
dinyatakan positif apabila terbentuk gas.
Uji peneguhan, pengujian selalu disertai dengan kontrol positif,
kemudian pindahkan biakan positif dengan menggunakan jarum inokulasi dari
setiap tabung LSTB kedalam tabung BGLBB yang berisi tabung durham,
selanjutnya inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 24 jam sampai 48 jam.
perhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam tabung durham dan hasil uji
dinyatakan positif apabila terbentuk gas.
Uji Salmonella sp. Setiap pengujian selalu disertai dengan
menggunakan kontrol positif. Pra- pengayaan, timbang daging seberat 100
gram, kemudian masukan kedalam wadah steril dan tambahkan 225 ml larutan
LB ke dalam kantong steril. Selanjutnya homogenkan keduanya menggunakan
stomacher selama 1 menit sampai 2 menit, ini merupakan larutan pengencer
10^-1. Pindahkan suspensi kedalam Erlenmeyer atau wadah steril, kemudian
inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 24 jam.
Pengayaan dengan mengaduk berlahan pra-pengayakan kemudian ambil
dan pindahkan masing-masing 1 ml ke dalam media 10 ml TTB, sedangkan
untuk media RV pindahkan 0,1 ml ke dalam 10 ml RV. Contoh dengan cemaran
Salmonella Sp Tinggi (high microbial load) dengan menginkubasikan media
RV pada temperatur 42 °C ± 0,2 °C selama 24 jam, sedangkan untuk media
TTB di inkubasi pada temperatur 43 °C ± 0,2 selama 24 jam. Contoh dengan
cemaran Salmonella Sp Rendah (low microbial load) dengan menginkubasikan
media RV pada temperatur 42 °C ± 0,2 °C selama 24 jam, sedangkan untuk
media TTB di inkubasi pada temperatur 35 °C ± 0,2 selama 24 jam.
Uji Escherichia Coli (SNI 2897, 2008). Pada prinsip nya pengujian ini
dilakukan dengan uji pendugaan dan uji peneguhan. Uji pendugaan, timbang
daging seberat 100 gram, kemudian masukan kedalam wadah steril dan
tambahkan 225 ml larutan BPW 0,1 % steril. Selanjutnya homogenkan
keduanya menggunakan stomacher selama 1 menit sampai 2 menit, ini
merupakan larutan pengencer 10^-1. Pengujian ini menggunakan seri 3 tabung,
uji isolasi-identifikasi dan uji biokimia. Pindahkan suspensi tersebut dengan
pipet steril kedalam larutan 9 ml BPW untuk mendapatkan larutan 10-2.
Kemudian buatlah larutan 10-3 dengan cara yang sama, pipet masing-masing 1
ml dari setiap pengencer kedalam 3 seri tabung LSTB yang berisi tabung
durham. Kemudian inkubasikan pada temperatur 35 °C selama 24 jam sampai
48 jam, perhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam tabung durham dan hasil
uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas.
Uji peneguhan, pengujian disertai dengan kontrol positif, dipindahkan
biakan positif dengan menggunakan jarum inokulasi dari setiap tabung LSTB
kedalam tabung ECB yang berisi tabung durham. Inkubasikan ECB pada
temperatur 45,5 °C selama 24 jam ± 2 jam, jika hasilnya negatif maka
inkubasikan kembali selama 48 jam ± 2 jam. Perhatikan adanya gas yang
terbentuk di dalam tabung durham dan hasil uji dinyatakan positif apabila
terbentuk gas.
Uji Kesempurnaan Pengeluaran Darah. Sampel daging diekstrak
dengan menggunakan stomacher, kemudian masukkan kedalam 14 ml aquades
dalam Erlenmeyer, diamkan selama 15 menit. Ekstrak daging disaring,
kemudian diambil 0,7 ml filtrate dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Kedalam tabung reaksi diteteskan 1 tetes malachite green dan 1 tetes H202 3%,
diamkan selama 20 menit dalam suhu kamar dan amati hasilnya. Reaksi positif
warna hijau yang terbentuk menunjukkan pengeluaran darah tidak sempurna,
dan reaksi negatif apabila terbentuk warna biru bening yang berarti pengeluaran
darah sempurna pada saat penyembelihan.
2.2.3. Uji Kebusukan
Uji Eber. Prinsip pengujian ini adalah gas NH3 yang dihasilkan pada
awal proses pembusukan daging akan bereaksi dengan reagen eber membentuk
senyawa NH4CL yang terlihat seperti awan putih. Potong sampel daging
sebesar kacang tanah. Tusukkan daging tersebut pada lidi dari sumbat tabung.
Tuangkan reagen eber kedalam tabung reaksi (kira kira tidak akan membasahi
daging di lidi jika dimasukkan kedalam tabung reaksi). Amati segera reaksi
yang terjadi disekitar daging (Prawesthirini dkk, 2009).
Uji Postma. Sebelum NH3 keluar dari daging sebagai gas bebas di
dalam daging berikatan dengan bermacam macam zat antara lain asam laktat.
Dalam reaksi ini MgO dipakai sebagai pembebas NH3 dari ikatannya. Sesudah
itu baru NH3 dapat dibuktikan. Buat air daging dari sampel daging sapi maupun
daging ayam. Dengan cara tambahkan 1 gram sampel pada 10 ml air dan
diamkan selama 10 menit di suhu kamar. Lalu campurkan 100 mg HgO dan
panaskan diatas pemanas 50°C diletakkan di cawan petri yang permukaan
dalam dan luar tutup telah direkatkan kertas lakmus (Prawesthirini dkk, 2009).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Abarele, E.D. Forrest, H.B. Hendrick, M.D. Judge dan R.A Merkel. 2001.
Principles of Meat Sscience. W.H. Freeman and Co. San Fransisco
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Batas Maksimum Cemaran Mikroba
dalam Pangan. SNI 7388:2009. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Metode Pengujian Cemaran Mikroba
dalam Daging, Telur dan Susu serta Hasil Olahannya. SNI 2897:2008.
Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Mutu karkas dan daging ayam. SNI
3924:2009. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Charles P. Lattuada dan BP Dey. 1998. Persiapan Sampel Daging, Unggas dan
PasteurisasiProduk Terlur. Amerika Serikat
Hajrawati, H., Fadliah, M., Wahyuni, W., & Arief, I. I. (2016). Kualitas Fisik,
Mikrobiologis, dan Organoleptik Daging Ayam Broiler pada Pasar
Tradisional di Bogor. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan, 4(3), 386-389.
Lukman, D.W. et al. 2009. Higiene Pangan. Fakultas Kedokteran Hewan. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Winarno, F.G 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Greamedia Pustaka
Utama.