Anda di halaman 1dari 28

M.K.

Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

PROGRAM SEMI-QUE IV
PENUNTUN PRAKTIKUM

ILMU NUTRISI TERNAK DASAR


(EPPT 301)
Penulis :

Ir. Nursyam. AS, M.P


Ir. Bambang Irawan, M.Si

_________________________________________________________________________
Dibiayai oleh Program Semi-QUE IV
(Berdasarkan Surat perjanjian Pelaksanaan
Pekerjaan Pengembangan Program Kesepadanan Manajemen Tridharma PT
Nomor : P.002.223/P2MPT/2003/SQIV Tanggal 28 Pebruari 2003
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
Dengan
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Penuntun Praktikum

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


berkat limpahan taufik dan hidayah-Nyalah sehingga penulisan Penutun
.
Praktikum M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang telah disepakati.
Dengan selesainya penulisan Penuntun Praktikum ini, Penulis tak
lupa mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggintingginya kepada Koordinator Program Semi Que-IV Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat atas
kepercayaan diberikan untuk menyusun Penuntun Praktikum ini sebagai
satu paket dengan Buku Ajar M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar. Kepada
Panitia Program Pembuatan Buku Ajar, Penulis tak lupa pula mengucapkan
banyak terima kasih atas petunjuk-petunjuk dan arahan-arahannya

Penuntun Praktikum ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi


Mahasiswa, Asisten, dan Dosen dalam melaksanakan Praktikum Mata
Kuliah ini. Penuntun Praktikum ini terdiri atas dua topik utama, yaitu
Analisa Proksimat dan Analisa Van Soest. Penuntun Praktikum ini disusun
oleh Ir. Nursyam. AS, MP sebagai Korodinator dan Ir. Bambang Irawan,
MSi sebagai Anggota.

Penulis menyadari dalam penulisan Penuntun Praktikum ini banyak


terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk
perbaikan Penuntun Praktikum ini Penulis harapkan. Akhirnya semoga
Penuntun Praktikum ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
Amin.
Banjarbaru,

Penulis

Penuntun Praktikum

Juli 2003

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PETUNJUK SEBELUM PRAKTIKUM

i
ii
iii

1. ANALISA PROKSIMAT

Penetapan
Penetapan
Penetapan
Penetapan
Penetapan
Penetapan
Penetapan

Kadar Air
Kadar Abu
Kadar Protein Kasar
Kadar Lemak
Kadar Serat Kasar
Kadar Ca dan P
Kadar Pati

(1 1)
(1 1)
(1 2)
(1 3)
(1 4)
(1 6)
(1 13)

2. ANALISA VAN SOEST


Penetapan Komponen Neutral Detergent Fibre (NDF)
Penetapan Komponen Acid Detergent Fibre (ADF)
dan Hemiselulosa
Penetapan Komponen Lignin dan Selulosa
Penetapan Komponen Silika

DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktikum

(2 1)
(2 3)
(2 4)
(2 7)

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

1. Semua praktikan diharuskan memakai jas praktikan.


2. Sebelum

mengerjakan

sesuatu

hendaknya

terlebih

dahulu

dipelajari penuntun dari analisis yang hendak dikerjakan


3. Sesudah dimengerti barulah disediakan segala sesuatu yang perlu
untuk dianalisis tersebut
4. Sesudah selesai dengan menimbang, neraca atau timbangan harus
dibersihkan, batu timbangan dimasukkan ke dalam tempatnya
masing-masing.
5. Berhati-hatilah saat menuangkan bahan kimia asam-basa kuat dan
lain-lain dari botol atau gelas bejana
6. Perhatikan apakah pipet yang anda pakai adalah uitlooppipet atau
pipet yang harus diisap
7. Bila memanaskan sesuatu, jangan terus memakai nyala api yang
besar, mulailah dengan nyala yang kecil.
8. Untuk mencampur H2SO4 pekat dengan air, H2SO4-lah yang
dituangkan ke dalam air dan jangan sebaliknya (berbahaya)
9. Janganlah mencampurkan asam pekat dengan basa pekat (reaksi
hebat)
10. Jangan memasukkan KOH dan NaOH ke dalam air panas
11. Cawan, gelas piala dan barang-barang lain dari gelas yang masih
panas jangan langsung dimasukkan ke dalam air (pecah) dan
taruhlah di atas meja/talenan dari kayu (jangan di atas beton).

Penuntun Praktikum

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Menyiapkan Contoh untuk Analisa


Semua contoh atau sampel yang datang ke laboratorium harus
ditimbang dengan segera.

Bila contoh terdiri dari rumput segar,

timbang, lalu rumput itu dijemur terlebih dahulu pada panas matahari
atau dalam alat pengering 40-50 C selama 24-48 jam, sesudah itu
ditimbang lagi.
Buah-buahan dan biji-bijian yang mempunyai kulit, terlebih dahulu
dikupas dan bagian-bagian yang tak dapat di makan dipisahkan dari
bagian-bagian yang dapat dimakan, ditimbang berturut-turut dan barulah
dikeringkan dan ditimbang lagi seperti tertulis di atas.
Untuk analisis, semua bahan-bahan harus dihaluskan terlebih dahulu
dengan mortal, gilingan atau blender. Pada umumnya semua penetapan
(analisa) harus dikerjakan in duplo, kecuali bila ada permintaan lain
daripada itu.

Penuntun Praktikum

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Penetapan Kadar
Terlebih dahulu cawan atau botol timbang dikeringkan kira-kira 1 jam dalam alat
pengering pada suhu 105 C, sesudah itu didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang (X).
Sejumlah contoh (sampel) tertentu yang ditimbang dengan teliti (kira-kira 5 gram) = Y,
dimasukkan ke dalam cawan dan dikeringkan didalam alat pengering (105 C) selama 46 jam atau lebih lama (maksimal 24 jam) sesuai keadaan sampel.
Dinginkan cawan dan sampel itu dalam eksikator, lalu ditimbang. Pekerjaan ini
diulangi sampai 3 x 1 jam atau lebih sampai beratnya tetap (Z).

X+Y-Z

Kadar air = ------------------- x 100%


Y
Dengan demikian kadar Bahan Kering (BK) juga telah diketahui.

Penetapan Kadar
Terlebih dahulu cawan porselen dikeringkan dalam alat pengering (105 C),
didinginkan dalam eksikator, ditimbang (X). Sejumlah contoh tertentu dimasukkan ke
dalamnya (Y). Contoh dipijarkan di atas nyala pembakar Bunsen sampai tak berasap lagi,
lalu dimasukkan ke dalam tanur listrik (400600 C).
seluruhnya, diangkat, didinginkan dan ditimbang (Z).
Z - X
Kadar abu = ------------------- x 100%

Penuntun Praktikum

Sesudah abu menjadi putih

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Penetapan Kadar Protein


Protein kasar dianalisis menurut Metoda Kjeldahl.
Pengertian Pokok : yang dianalisa ialah kadar Nitrogen (N) dari bahan sampel
Alat-alat dan Pereaksi :
1. Labu destruksi (labu Kjeldahl)
2. Labu penyuling
3. H2SO4 b.d. 1.84
4. NaOH 33%
5. H2SO4 0.3 N
6. NaOH 0.3 N
7. Indikator (indikator campuran)

Cara Kerja :
Kira-kira 1 gram sampel (X) ditimbang teliti dengan timbangan Sartorius,
dimasukkan ke dalam labu destruksi dan ditambahkan kira-kira 6 gram katalis (campuran
selen serta 25 ml H2SO4 pekat (teknis) dan dicampur baik-baik.

Campuran tersebut

dipanaskan (mulai dengan nyala api kecil) di atas pembakar bunsen di dalam lemari asam.
Bila tak berbuih lagi, barulah nyala diperbesar. Contoh terus didestruser hingga larutan
jernih dan berwarna hijau. Setelah itu labu destruksi didinginkan dan larutan dimasukkan
ke dalam labu penyuling (kerjakan dengan teliti) dan diencerkan dengan 300 ml aquades
(yang tidak mengandung N).

Tambahkanlah beberapa butir batu didih dan larutan

dijadikan basa dengan menambahkan kira-kira 100 ml NaOH 33%, lalu labu dipasang
dengan cepat ke alat penyuling.
Sulingan (NH3 dan air) ditangkap dalam labu Erlenmeyer yang terlebih dahulu
telah diberi sejumlah H2SO4 dengan titar tertentu (misalnya 0.3 N), jumlah ini tergantung
pada banyaknya N yang akan diikat (misalnya 25 ml H2SO4) dan 2 tetes indikator
camppuran. Penyulingan diteruskan hingga semua N dari cairan tertangkap oleh H2SO4
yang ada dalam labu Erlenmeyer

(bila 2/3 dari cairan dalam labu penyuling telah

menguap). Labu Erlenmeyer yang berisi sulingan diambil dan dititar kembali dengan

Penuntun Praktikum

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

NaOH dengan titar tertentu (0.3N) = Z ml.

Perubahan warna dari biru ke hijau

menandakan titik akhir. Harus dibandingkan dengan titar blangko = Y ml.


( Y Z ) x titar x 0.014 x 6.25
Kadar Protein Kasar = ------------------------------------------- x 100%
X

Penetapan Kadar Lemak


Alat-alat dan Pereaksi :
1. Eter minyak tanah
(campuran minyak tanah
dengan eter = 1 : 1)
2. Labu penyari
3. Alat penyari soxhlet
4. Alat peniup (kompresor)
5. Alat pengering
6. Pendingin tegak

Cara Kerja :
Sebuah labu penyari dengan beberapa butir batu didih di dalamnya, dikeringkan
dalam alat pengering (oven) pada suhu 105 - 110 C, selama 1 jam. Dinginkan dalam
eksikator, kemudian timbang = a gram. Ditimbang kira-kira 5 gram contoh = X gram
(banyak sedikitnya sampel yang ditimbang tergantung pada kadar lemak bahannya) yang
lalu dimasukkan ke dalam selongsong penyari (dapat juga digunakan kertas saring yang
dibuat seperti kantong) dan ditutup dengan kapas yang tak berlemak. Selongsong penyari
dimasukkan ke dalam alat Soxhlet dan disari dengan eter-minyak tanah (boleh juga ethylether, chloroform, CCl4, CS2) di atas penangas air (water-bath).

Penuntun Praktikum

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Setelah penyarian selesai (24-48 jam sampai ether-minyak tanah di dalam alat
Soxhlet jernih), labu penyari dikeringkan, dibuka dan ditiup dengan kompresor untuk
menghilangkan eter-minyak tanah secepat mungkin. Kemudian labu penyari dikeringkan
dalam alat pengering pada suhu 105 - 110 C selama 1 jam. Didinginkan dalam eksikator
dan ditimbang. Pekerjaan mengeringkan dan menimbang diulangi, sehingga trecapai berat
yang tetap (b gram).
Perhitungan :
b - a

Kadar Lemak = ---------------- x 100%


X
Catatan : Bila lemak diselubungi oleh zat-zat lain, maka zat-zat lain itu terlebih
dahulu dilarutkan, misalnya :
a) Gula dengan air
b) Zat-zat protein dan karbohidrat lainnya dengan hcl encer

Penetapan Kadar Serat

Pengertian Pokok
Yang disebut serat kasar di sini ialah semua zat-zat yang tidak dapat larut dalam H2SO4
0.3 N dan dalam NaOH 1.5 N yang berturut-turut dimasak selama 0.5 jam (selulosa,
lignin, sebagian dari pentosan-pentosan).

Alat-alat dan Pereaksi :


1. Labu Erlenmeyer
2. Cawan porselin
3. Kertas saring
4. Corong Buchner
5. H2SO4 0.3 N
6. NaOH 1.5 N
7. Aseton

Penuntun Praktikum

10

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Cara Kerja :
Ditimbang 1 gram sampel (X) dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml.
Ditambahkan 50 ml H2SO4 0.3 N dimasukkan hingga mendidih selama 30 menit. Setelah
itu ditambahkan pula 25 ml NaOH 1.5 N dan terus dididihkan lagi selama 30 menit.
Waktu mendidihkan harus diperhatikan supaya apinya jangan terlalu besar, supaya cairan
jangan meluap. Lalu cairan disaring melalui kertas saring yang sudah dikeringkan dalam
alat pengering pada suhu 105 - 110 C selama 1 jam serta ditimbang (a) dan dimasukkan
dalam corong Buchner.

Penyaringan tersebut dilakukan dalam labu pengisap yang

dihubungkan dengan pompa-vacuum atau pompa pancar air. Dicuci berturut-turut dengan
: 50 ml air panas, lalu 50 ml H2SO4 0.3 N, lalu 50 ml air panas, dan lalu 25 ml aseton.
Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselin dan dikeringkan selama 1
jam dalam alat pengering pada suhu 105 - 110 C. Didinginkan dalam eksikator dan
ditimbang (Y). Sesudah itu dipijarkan, dinginkan, timbang (Z).
Perhitungan :
Y - Z - a
Serat Kasar =

----------------------- x 100%

Penetapan Kadar Ca
Untuk analisis Ca dan P dipergunakan abu yang disimpan dari analisis kadar abu di
halaman depan tulisan ini.

Filtrat HCl (HCl Ekstrak)


1. Tambahkan pada abu sedikit demi sedikit HCl encer ( 3N) sampai CO2 habis,
kemudian tambahkan 5 ml HCl pekat dan panaskan di atas penangas air sampai
kering.
2. Tambahkan lagi 5 m HCl pekat dan keringkan lagi di atas penangas air (Si O2
sekarang praktis tidak larut lagi dalam H2O).
Penuntun Praktikum

11

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

3. Kemudian tambahkan 2 5 ml HCl pekat dan 40 ml H2O dan panaskan di atas


penangas air sambil diaduk dengan gelas pengaduk.
4. Saring melalui kertas saring ke dalam labu ukur 250 ml dan residu dicuci dengan
air panas sampai praktis bersih dari Cl (filtrat terakhir di test dengan AgNO3 +
HNO3).
5. Dinginkan dan isi penuh dengan H2O hingga tanda tera garis. Filtrat ini dipakai
untuk analisi Ca dan P.
Alat-alat dan Pereaksi :
1. Pinggan atau cawan porselin 50 ml
2. Gelas ukur 10 ml dan 50 ml
3. Labu ukur 250 ml
4. Pipet 25 ml dan 50 ml
5. Gelas piala 400 ml
6. Erlenmeyer 100 ml
7. Corong biasa dan kertas saring
8. Gelas arloji untuk tutup gelas piala
9. Buret biasa 50 ml
10. Penangas air, Bunsen, tanur listrik, tang, segi-tiga, kaki-tiga, gelas pengaduk, dll.
11. Thermometer 100 C.

Analisis Ca
Ca dianalisis menurut cara Chapman (1950) A.O.A.C. hal. 195.
Pereaksi Chapman :
Dalam labu ukur 1 liter dilarutkan dan diencerkan dengan H2O menjadi tepat 1
liter, yaitu :
1. 10 g (NH4COO)2. H2O
2. 42 g NH4Cl
3. 7 ml CH3COOH pekat (96-99%)
4. 2 ml larutan Brom Cresol Green 0.1 % dalam alkohol, atau bila tidak tersedia bisa
dipakai Brom Phenol Blue (A.O.A.C, 1950) jal. 21.
Penuntun Praktikum

12

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Cara Kerja :
1. Pipet 50 ml HCl ekstrak ke gelas piala 250 ml
2. Tambahkan 100 ml pereaksi Chapman
3. Panaskan di atas penangas air
4. Tambah NH4OH pekat (25-27%), sambil diaduk hingga terbentuk warna hijau (pH
4.6). Jika kelebihan NH4OH sedikit, warna akan menjadi biru (pH 5.4) yang akan
kembali menjadi hijau lagi pada waktu pemanasan di atas penangas air.
5. Biarkan sekurang-kurangnya 1 jam di atas penangas air dan jika sudah jernih dapat
disaring (lebih baik diamkan semalam jika ada waktu)
6. Cara menyaring : saring, piala dibilas, endapan dicuci dengan air panas dan ulangi
lagi demikian sampai 4 kali
7. Endapan dan kertas saring dimasukkan ke gelas piala semula
8. Larutkan dengan 20 ml H2SO4 ( 1 : 4 ), tambahkan 150 ml H2O
9. Panaskan di atas penangas air pada suhu 80 90 C (gunakan termometer)
10. Titar dengan KMnO4 0.02 N atau 0.05 N
11. Dibuat juga blanko sebagai berikut : Encerkan 12.5 ml HCl 25% atau 8.5 ml HCl
pekat hingga 100 ml. Ambil 20 ml untuk blanko dan kerjakan seperti sampel.
Perhitungan :

% Ca =

(ml Pen. ml Bl.) x titar KMnO4 x C x 28 x 100 x 100


-----------------------------------------------------------------------mg zat x BK

dimana : ml Pen. = ml KMnO4 yang terpakai untuk menitar sampel


ml Bl. = ml KMnO4 yang terpakai untuk menitar blanko
C

= pengenceran

28

= bobot setara CaO

BK

= % bahan kering

Penuntun Praktikum

13

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Analisis P
Pereaksi :
1. NH4NO3 hablur
2. Ammonium molybdate 3 % ( 3 gram (NH4)6Mo 7O4.H2O diencerkan dengan H2O
hingga 100 ml dalam labu ukur)
3. KNO3 1 % (10 g KNO3 hablur diencerkan dengan H2O hingga 1 liter)
4.

NaOH 0.2 N (tidak mengandung CO2)

5. HCl 0.1 N (titarnya yang tepat ditetapkan dengan 0.1000 N Borax; indikator
methyl-orange)
6. Phenolpthalein 0.1 %, dibuat secara berikut : 1 g phenolpthalein diencerkan dalam
500 ml alkohol 95% dan ditambah H2O hingga 1 liter.
7. 0.1000 N Borax, dibuat dengan cara: 1.9070 g Na2B4O7.1 H2O atau 1.006 g
Na2B4O7 diencerkan dengan H2O hingga 100 ml
8. HNO3 pekat (65 % ; BJ 1.42)
9. Sebagai kontrol ketelitian: Standar fosfat; 1 ml = 0.1 mg P2O5, dibuat sebagai
berikut: 191.7 mg KH2PO4 dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter berisikan 200
ml H2O; tambahkan 10 ml H2SO4 1 N; teteskan 6 tetes KMnO4 0.1 N dan encerkan
dengan H2O hingga 1 liter (standar ini diperlukan jika ada keragu-raguan terhadap
kemurnian bahan-bahan kimia, dan lain sejenisnya)
Cara Kerja :
1. Ambil 50 ml dari HCl ekstrak berisikan tidak lebih dari 10 mg P2O5 dan masukkan
ke dalam gelas piala 400 ml
2. Tambahkan 10 g NH4NO3 hablur dan 5 ml HNO3 pekat dan tambahkan H2O hingga
kira-kira menjadi 100 ml
3. Ambil kira-kira 50 ml Ammonium molybdate 3% dengan gelas ukur dan masukkan
ke dalam Erlenmeyer 100 ml
4. Bersamaan waktunya, gelas piala berisikan sampel dan Erlenmeyer berisikan
pereaksi dipanaskan di atas penangas air atau api kecil sampai suhu naik hingga 4045 C
5. Pereaksi Ammonium-molybdate kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala
berisikan sampel
6. Sekarang gelas piala digoyang-goyangkan selama kira-kira 5 menit sampai endapan
berwarna kuning terjadi (jika dalam contoh memang ada unsur P)
Penuntun Praktikum

14

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

7. Diampan semalam dan tutup dengan gelas arloji


8. Besok harinya disaring dan dicuci melalui kertas saring dengan corong biasa (dapat
pula didekantir terlebih dahulu)
9. Kemudian gelas piala, endapan dan kertas saring dicuci dengan KNO3 1% sampai
cairan tidak asam lagi terhadap Methyl-orange (untuk mudahnya dikerjakan
sebagai berikut : dalam tabung pereaksi dimasukkan sedikit H2O dan 1 atau 2 tetes
NaOH 0.1 N ; jika beberapa ml air pencuci dimasukkan dan phenolpthalein masih
juga menunjukkan warna merah, sedikit pencucian boleh dianggap cukup. Ini
perlu, karena untuk mencuci KNO3 harus dibatasi sampai 100 ml saja)
10. Dengan pinset, kertas saring berisikan endapan dimasukkan kembali dalam gelas
piala semula dan padanya ditambahkan beberapa tetes phenolpthalein.
11. Dengan pipet, 25 ml NaOH 0.2N dimasukkan ke dalam gelas piala, ditambahkan
H2O yang telah direbus (CO2 hilang) dan yang telah didinginkan terlebih dahulu,
secukupnya untuk merendam kertas saring dan endapan. Jika 25 ml NaOH ini
belum cukup (warna phenolpthalein belum menjadi merah) harus ditambahkan
NaOH beberapa ml lagi sampai warna merah dan kemudian ditambahkan NaOH
dalam kelebihan beberapa ml, supaya dapat dititar kembali.
12. Kelebihan NaOH dititar kembali dengan HCl 0.1 N, harus sampai putih bening.
Jika warna tidak terang, beberapa tets phenolpthalein dapat ditambahkan lagi.
(Untuk mudahnya dapat dikerjakan sebagai berikut: Jumlah NaOH yang sama,
tanpa contoh, dititar dengan HCl yang normalitasnya sudah diketahui dengan tepat
dengan phenolpthalein sebgai indikator. Dari perbedaan ini dapat diketahui NaOH
yang terpakai untuk contoh, jadi semacam blanko dengan variasi dalam jumlah).
Perhitungan :
(NH4)3PO4. 12MoO3 + 23 NaOH

11 Na2MoO4 + (NH4)2MoO4 + NaHNH4 PO4 + 11 H2 O

1 ml NaOH 0.1000 N = (3.098) / 23 = 0.1349 mg P = 0.3088 P2O5

( F/V ) x T x 0.1349 x 100


( F/V ) x T x 0.3088 x 100
% P = --------------------------------- atau % P2O5 = -- ----------------------------BK
BK
Dimana : F = Jumlah filtrat sampel (diisi 250 ml)
V

= Volume sampel yang dianalisis (diisi 50 ml)

T =

ml 0.1000N NaOH yang terpakai

BK = mg bahan kering
Penuntun Praktikum

15

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Analisis Na
Alat-alat dan Pereaksi :
1. Pinggan atau cawan porslin 50 ml
2. Gelas ukur 10 ml
3. Labu ukur 250 ml
4. Gelas piala 150 ml
5. Erlenmeyer 300 ml
6. Pipet 2 ml, 50 ml atau 25 ml
7. Corong biasa dan kertas saring
8. Gelas pengaduk dengan topi karet
9. Cawan Gooch dan kertas saring (atau corong kecil + kertas saring kecil)
10. Penangas air, Bunsen, segitiga, kaki tiga, tang, tanur listrik, eksikator, dll.
11. Termometer 100 C
Pereaksi :
1. H2SO4 1 : 10 (1 vol H2SO4 conc. Ditambahkan 10 vol H2O
2. CaCl2 10% ( 10 g CaCl2 ke labu ukur + H2O sampai 100 ml)
3. NH4OH pekat
4. NaCl baku (standar) 0.1000 N (5.843 g NaCl kering + H2O sampai 1 L.
5. Pereaksi Zinc Uranyl acetate, dibuat seperti berikut
a. Pada 175 ml H2O ditambahkan 5.5 ml CH3COOH pekat dan
dipanaskan di atas penangas air sampai 80 C.
b. Tambahkan 20 g Uranyl asetat atau UO2(CH3 COOH)2.2H2O dan kocok sampai
mengencer, kemudian tambahkan pula 60 g Zinc asetat atau Zn(CH3COOH)2.
2H2O dan kocok sampai mengencer. Biarkan dingin.
c. Tambahkan 1 ml NaCl 0.1N dan diamkan semalam (saring sebelum
dipakai).
d. Alkohol jenuh dengan (UO2)3 Zn Na(CH3 COOH)9.2H2O
e. Ethyl ether jenuhkan dengan (UO2)3 Zn Na(CH3COOH)9.2H2O
f. 10 ml reagensia, cukup untuk mengendapkan 15 mg NaCl.

Penuntun Praktikum

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

16

Pelaksanaan dan Analisis :


1. Timbang 1-10 g (untuk rumput 3-5 g) sampel dalam pinggan atau cawan porselin
50 ml
2. Tambahkan H2SO4 1 (1 : 10) hingga seluruhsampel terbasah ( 20 ml)
3. Keringkan di atas penangas air dan abukan sebaik mungkin, pertama-tama di atas
api kecil (bunsen) sampai asap habis, kemudian dalam tanur listrik pada suhu 500600 C kurang lebih 4 jam
4. Dinginkan dalam eksikator dan timbang (ini perlu hanya untuk mengetahui berapa
CaCl2 yang harus ditambahkan)
5. Tambahkan pada abu 2-5 ml HCl pekat dan panaskan di atas penangas air hingga
kering
6. Tambahkan 40 ml H2O dan panaskan lagi sambil diaduk di atas penangas air
7. Saring melalui kertas saring ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml dan endapan dicuci
dengan air panas (sedikit mungkin, tapi bersih)
8. Pada filtrat ditambahkan 10% larutan CaCl2 (bobot CaCl2 kira-kira sama dengan
bobot abu; 10 ml cairan CaCl2 10% berisikan 1 g CaCl2)
9. Tambahkan beberapa tetes phenolpthalein 0.1% dan sempurnakan pengendapan
dengan menambahkan NH4OH pekat sampai warna merah (dengan demikian
gangguan-gangguan untuk analisis Na tidak ada)
10. Saring dan cuci dengan air panas sebanyak dan sebersih mungkin, tetapi jumlah
filtrat tidak boleh lebih dari 250 ml, karena filtrat ini ditampung dalam labu ukur
250 ml. Dinginkan dan isi penuh dengan H2O sampai 250 ml.
11. Ambil 50 ml dengan pipet, masukkan ke dalam gelas piala 150 ml, keringkan di
atas penangas air hingga kering atau hampir kering. Tambahkan 2 ml H2O dan
larutkan hablur-hablur dengan pengaduk (untuk rumput dekat laut dan dekat
gunung jumlah yang dianalisis dapat dikira-kirakan, tapi isi K < 15 mg.
12. Kerjakan juga blanko, seperti di atas (cukup simplo) dengan standar NaCl 0.1000
N sebanyak 2 ml = 11.690 mg NaCl = 4.6 mg Na
13. Pada sampel dan blanko/baku ditambahkan masing-masing 10 ml Zinc uranyl
acetate dan biarkan semalam (tutup dengan gelas arloji)
14. Saring melalui cawan Gooch berisikan 2 bundaran kertas saring yang menutupi
lobang-lobang dan telah dikeringkan pada 105 C, dinginkan dalam eksikator dan

Penuntun Praktikum

17

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

timbang (jika tidak ada cawan Gooch, cawan kecil dan kertas saring kecil juga
dapat dipakai)
15. Endapan dicuci dengan alkohol 95% jenuh dengan uranyl sodium acetate
16. Bilas dengan beberapa ml Ethyl ether (perlu untuk menghilangkan alkohol, karena
alkohol bisa membentuk persenyawaan dengan zat-zat yang pada pengeringan 105110 C belum juga hilang)
17. Keringkan pada oven 105-110 C selama 30 menit, dinginkan dalam eksikator
dan

timbang

(rumus

dari

endapan

adalah

kira-kira

(UO2)3

Zn

Na

(CH3COOH)9.6H2O
18. Sisa-sia uranium dikumpulkan dan jangan dibuang
Perhitungan :

% Na

( F/V ) x ( T/B ) x S x 100


= --------------------------------------BK

Dimana : F = jumlah filtrat sampel (dalam hal ini 250 ml)


V = volume sampel yang dianalisis (dalam hal ini 50 ml)
T = berat mg endapan dari sampel
B = berat endapan dari blanko/baku
S = mg Na blanko/baku (dalam hal ini 4.6 mg)
BK = mg bahan kering

Penetapan Kadar Pati


Sebenarnya yang dianalisa adalah karbohidrat
pentosan dan gula atau dextrine.

yang larut dalam HCl 3%, termasuk

Yang ditetapkan adalah daya reduksi dari larutan

karbohidrat yang dihidrolisis terhadap larutan Luff dan dititar dengan dengan thio 0.1 N.
Dari daftar menurut Schoorl dapat dilihat jumlah glukosa yang setara dengan thio 0.1 N.

Jumlah pati = glukosa x faktor 0.9.

Penuntun Praktikum

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

18

Alat-alat dan Pereaksi :


1. Labu Erlenmeyer 300 dan 500 ml
2. Labu ukur 300 dan 500 ml
3. Pendingin tegak
4. HCl 3%
5. NaOH 4 N
6. Larutan Luff
7. KJ atau KI 20%
8. H2SO4 25%
9. Larutan kanji 1%
Cara Kerja :
1. Timbang 1 gram sampel, dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml atau 750
ml.
2. Tambahkan 200 ml HCl 3%
3. Lalu dihidrolisis selama 3 jam (dipasang pada pendingin tegak).
4. Didinginkan, dinetralkan dengan NaOH 4N (diperlukan 40 ml).
5. Masukkan ke dalam labu ukur 300 ml, diisi hingga tanda garis dengan aquades.
6. Lalu disaring melalui kertas saring ke dalam labu Erlenmeyer.
7. Hasil itu dipipet 25 ml dari saringan ini dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan
ditambahkan 25 ml larutan Luff dan beberapa butir batu didih.
8. Didihkan selama 2 menit (di tangan sambil digoyang) dan kemudian dalam keadaan
mendidih selama 10 menit tepat di bawah pendingin tegak.
9. Kemudian dinginkan dengan cepat (di bawah air saluran, jangan dikocok).
10. Ditambahkan 20 ml KI 20% dan dengan perlahan-lahan 25 ml H2SO4 25%
11. Cairan dititar dengan Thiosulfatnatrium 0.1 N dan larutan kanji sebagai
penunjuk.Warna kuning gading menunjukkan selesainya penitaran. Dikerjakan juga
dengan blanko dengan 25 ml Luff + 25 ml aquades.

Perhitungan :
Contoh yang ditimbang misalnya 1.0497 gram dilarutkan dalam 300 ml aquades, 25 ml
larutan tersebut :
Blanko : 27.40 ml thio 0.0931 N
Titrasi
Penuntun Praktikum

: 20.90 ml thio 0.0931 N

19

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Selisih :

6.50 ml thio 0.0931 N


6.50 ml thio 0.0931 N setara dengan 6.05 thio 0.1 N.

Menurut daftar : 6.05 thio 0.1 N = 14.7 mg + (0.05 x 2.5 mg) = 14.83 mg glukosa
14.83
300
0.9 x ------------ x ------- x 100 %
1049.7
25

% Pati =

15.25 %

Penjelasan faktor 0.9 :


C6H10O5
pati
162

+ H2O

C6H12O6
glukosa
180

162/180 = 0.9

Pengenal Luff :
25 g terusi (Cu SO4.5H2O) dilarutkan 100 ml aquades, 50 g asam sitrat dilarutkan dalam
50 ml aquades dan 388 g soda (Na2CO3. 10 H2O) dilarutkan dalam 400 ml aquades.
Larutan asam sitrat ditambah sedikit demi sedikit pada larutan soda, lalu campuran ini
ditambahi larutan terusi dan diencerkan sampai 1.000 ml.
Penetapan :
25 nl Luff + 25 ml larutan dipanaskan sampai mendidih dan lalu dididihkan terus selama
10 menit.

Penuntun Praktikum

20

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Daftar Penetapan Sakar menurut Luff - Schoorl


ml
thio 0.1000 N

mg
Glukosa
Fruktosa

mg
Galaktosa

mg
Laktosa

mg
Maltosa

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

2.4
4.8
7.2
9.7
12.2
14.7
17.2
19.8
22.4
25.0
27.6
30.3
33.0
35.7
38.5
41.3
44.2
47.1
50.0
53.0
56.0
59.1
62.2

2.7
5.5
8.3
11.2
14.1
17.0
20.0
23.0
26.0
29.0
32.0
35.0
38.1
41.2
44.4
47.6
50.8
54.0
57.3
60.7
64.2
67.7
71.3

3.6
7.3
11.0
14.7
18.4
22.1
25.8
29.5
33.2
37.0
40.8
44.6
48.4
52.2
56.0
59.9
63.8
67.7
71.7
75.7
79.8
83.9
88.0

3.9
7.8
11.7
15.6
19.6
23.5
27.5
31.5
35.5
39.5
43.5
47.5
51.6
55.7
59.8
63.9
68.0
72.2
76.5
80.9
85.4
90.0
94.6

Penuntun Praktikum

21

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Van Soest telah mengembangkan suatu metode untuk memisahkan komponenkomponen serat dengan ekstraksi larutan detergen.

Komponen-komponen tersebut

terdiri dari Neutral Detergent Fibre (NDF), Acid Detergent Fibre (ADF),
Homiselulosa, Selulosa, Lignin, dan Silika.

Penetapan Komponen Neutral Detergent Fibre


(N D F)

Peralatan :
1. Gelas piala 400 cc
2. Pendingin sesuai mulut gelas piala
3. Pemanas listrik
4. Pompa vacum
5. Oven
6. Tanur
7. Desikator
8. Sentri gelas
9. Penjepit
Pereaksi :
Larutan Detergent Neutral (NDS) terdiri dari :
1. Air suling, 1 liter
2. Natrium lauril sulfat, 30 g
3. EDTA,18,61 g
4. Natrium Borat 10 H2O, 6,81 g
Penuntun Praktikum

22

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

5. Dinatrium hydrogen fosfat (anhidrat), 4,56 g


6. 2-etoksi etanol (murni), 10 ml
Cara Membuat Larutan NDS
EDTA dan Natrium Borat 10 H2O dimasukkan dalam gelas piala 2 liter, ditambah air
suling sedikit kemudian dipanaskan sampai larut, dan ditambahkan larutan yang
mengandung natrium lauril sulfat dengan 2-etoksi etonal.
Dinatrium hydrogen fosfat dimasukkan dalam gelas piala yang lain dengan sedikit air,
kemudian dipanaskan sampai larut. Setelah homogen, pH campuran diperiksa (pH
larutan harus berkisar 6,9-7,1).
Cara Kerja :
1. Contoh ditimbang sebanyak 0,5 g ram (a gram) ke dalam gelas piala, kemudian
ditambahkan 100 ml larutan NDS, (0,5 g natrium sulfat), (2 ml dekahidronaftalen),
dipanaskan 5-10 menit. Setelah mulai mendidih timer dijalankan dan diekstrak
selama 60 menit.
2. Kemudian disaring dengan cawan penyaring yang beratnya sudah diketehui (b
gram) dan dihubungkan dengan pompa vakum. Residu dibilas dengan air panas
(90 100oC) beberapa kali dan terakhir dicuci dengan aseton (2x).
3. Selanjutnya cawan dikeringkan dalam oven 100oC semalam atau 8 jam, kemudian
didinginkan dan ditimbang (c gram).
4. NDF (fraksi total dinding sel) merupakan residu setelah ekstrasi.
5. Untuk menghitung abu dari penetapan NDF (Neutral Detergent Insoluble Ash
atau NDIA), cawan bersama residunya diabukan pada suhu 500-550oC dan
ditimbang kembali (d gram).
Hitungan :

% NDF

% NDIA

Penuntun Praktikum

c - b
= ------------- x 100%
a

d - b
= ------------- x
a

100%

23

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Penetapan Komponen Acid Detergent Fibre


(A D F) dan Hemiselulosa

Pereaksi :
Larutan Detergent Asam (ADS), terdiri dari :
1. Asam sulfat 1 N, 49,09 g
2. Cetil trimetil ammonium bromida (CTAB), 20 g

Cara membuat Larutan Detergent Asam :


20 gram CTAB dilarutkan dalam asam sulfat 1 N
Cara Kerja :
1. Seperti pada penetapan NDF, 0,5 gram contoh (a gram) diekstrak dengan 100 ml
larutan ADS dan 2 ml dekahydronaftalen selama 60 menit. Kalau diperlukan dilakukan
pencucian dengan n-heksan setelah pencucian dengan aseton,untuk mencegah
terjadinya gumpalan-gumpalan yang akan mengganggu pada penetapan lignin.
2. Cawan + residunya ditimbang (c gram), berat cawan kosong (b gram).
3. Untuk menghitung abu dari penetapan ADF maka cawan bersama residunya diabukan
pada 500 550oC dan ditimbang kembali (d gram). Bila lignin akan ditentukan maka
pengabuan dikerjakan setelah residu diekstrak dengan kalium permanganat atau asam
sulfat.
Hitungan :

% ADF

c - b
= --------- x 100%
a

% ALA

d - b
= --------- x 100%
a

% Hemiselulosa

Penuntun Praktikum

= % NDF - %ADF

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

24

Penetapan Komponen Lignin dan Selulosa

Merupakan lanjutan dari pada penetapan ADF, dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Lignin dapat dioksidasikan dengan larutan buffer asam asetat dan kalium
permanganat.
2. Ekstraksi asam sulfat 72 %

Peralatan :
1. Nampan email / Stainless steel
2. Seperti pada penetapan NDF / ADF
Pereaksi :
1. Larutan Buffer Lignin (1 liter), terdiri atas :
Fe (NO3)3.9H2O, 6,0 g
AgNO3, 0,15 g
Asam acetat glasial, 500 ml
CH3COOK, 5 g
t-Butil alkohol, 400 ml
Air suling, 100 ml

Cara membuatnya :
Dilarutkan Fe(NO3)3.9H2O dan AgNO3 dalam air suling, campurkan asam acetat,
kemudian t-butil alkohol dan diaduk hingga homogen.

2. Larutan kalium permanganat jenuh terdiri atas:


Air suling, 1 liter
KMnO4 (reagen grade), 50 ml
AgSO4 (reagen grade), 0,05 g

Cara membuatnya :
Penuntun Praktikum

25

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

Bahan-bahan tersebut dilarutkan dalam suling, kemudian disimpang dalam botol


berwarna untuk menghindari cahaya langsung.

3. Larutan lignin
Dicampurkan 2 bagian larutan kalium permanganat jenuh dengan 1 bagian larutan
buffer lignin. Larutan ini dapat disimpan selama 1 minggu dalam refrigerator atau di
tempat yang gelap. Kalau terjadi perubahan warna dan endapan maka larutan akan diganti.

4. Larutan demineral (DS) terdiri atas :


Asam oksalat, 2H2O, 50 g
Etanol 95%, 700 g
HCl pekat (12N), 50 ml
Air suling, 250 ml

Cara membuatnya :
Asam oksalat dilarutkan dalam etanol, kemudian dicampurkan dan diaduk.

5. Etanol 80%
845 ml etanol 95% ditambahkan 145 ml air suling diaduk.

Cara Kerja :
1. Residu ADF dalam cawan (c gram) dimasukkan dalam nampan yang mengandung air
setinggi 1 cm. Diusahakan serat dalam cawan tidak dibasahi air.
2. Kemudian ditambahkan 25 ml larutan lignin ke dalam cawan, permukaan air dalam
nampan diatur tingginya (2-3 cm) untuk mengurangi aliran larutan dari dalam cawan.
Larutan dalam cawan diaduk dengan batang pengaduk.
3. Biarkan larutan selama 9 10 menit pada 20 25 oC. Kalau perlu ditambahkan larutan
lignin. Selama ini warna ungu tidak perlu berubah.
4. Selanjutnya cawan-cawan dipindahkan ke penyaringan

yang telah dihubung-kan

dengan pompa pengisap, cairan dikeluarkan kemudian cawan dipindahkan pada


nampan yang lain dan direndam dalam DS, jangan melampaui setengah dari tinggi
cawan.

Hindarkan terjadinya kebocoran.

Penuntun Praktikum

Dibiarkan selama 5 menit, kemudian

26

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

disaring. Pekerjaan ini diulangi sampai didapatkan serat yang putih, kira-kira 20-30
menit.
5. Kemudian dicuci berturut-turut dengan Etanol 80% 2 x pencucian, Aceton 2 x
pencucian
6. Cawan dan residu kemudian disimpan dalam oven 100oC satu malam (8 jam) dan
ditimbang kembali (e gram).
7. Lignin adalah kehilangan berat selama ekstraksi.
8. Untuk menghitung kadar abu yang tidak larut dalam detergen asam (AIA), cawan
bersama residunya diabukan pada suhu 500 oC selama 3 jam, setelah dingin ditimbang
kembali (f gram).
Hitungan :
c - e
% Lignin = ---------- x 100%
a

% AIA

f - b
= ------------ x 100%
a

% Selulosa =

Penuntun Praktikum

e - f
---------- x 100%
a

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

27

Penetapan Komponen Silika


Pereaksi :
HBr 48 %
Cara Kerja :
Untuk penetapan silika, abu diatas ditetesi dengan HBr 48 % sehingga semua
partikel menjadi basah. Pemakaian HBr jangan lebih dari 4 ml. Kemudian dibiarkan
selama 1 2 jam, kalau terbentuk warna merah ditambahkan beberapa tetes lagi. Setelah
itu disaring dan dicuci dengan aceton. Kemudian dikeringkan dalam oven dan diabukan
pada 500oC. Setelah dingin ditimbang (g gram). Silika merupakan mineral yang tidak
larut dalam HBr.
Hitungan :

g - b
% Silika = ----------- x 100%
a

Penuntun Praktikum

M.K. Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

28

Anggorodi, H.R . 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Anonim. 1994. Petunjuk Analisis Kimia Pakan. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Henneberg, W. and F. Stohmann. 1862. Proximate Analysis. Weende Laboratories.
West Germany.
Hodgman, C. D., R. C. Weast, R. S. Shankland, and S. M. Selby. 1962. Handbook of
Chemistry and Physics. The Chemical Rubber Publishing Co., Cleveland, Ohio.
Hutasoit, J. H. P. H. 1959. Some Studies on the Protein, Protein Value and Essential
Amino Acids in Various Indonesian Foods and Feeds. Disertasi Dr, Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Indonesia, Bogor.
Ibnu Katsir Amrullah dan Suryahadi. 1992. Kumpulan Bahan Penuntun Praktikum Ilmu
Makanan Ternak. Penelaah : Aminuddin Parakkasi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat, IPB. Bogor.
Lloyd, L.E., B.E. McDonald, E.W. Crampton. 1978. Fundamentals of Nutrition. 2 nd
Edition. W.H. Freeman and Co. San Fransisco..
Lubis, D. A. 1958. Kepentingan Dedak Padi dalam Ransum Makanan Ternak di Indonesia.
Disertasi Dr, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Indonesia, Bogor.
Mide, M. Z. 1999. Penuntun Analisa Bahan Makanan. Laboratorium Industri Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.
Reksohadiprodjo, S. 1988. Pakan Ternak Gembala. BPFE, Yogyakarta.
Suryahadi. 1980. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia. Pusat Antar
Universitas (PAU) Ilmu Hayat. IPB. Bogor.
Sutardi, T. 1981. Landasan Ilmu Nutrisi. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Van Soest. 1967. Development of a comprehensive system of feed analysis and its
application to forages. J. Anim. Sci. 26: 119.
Tillman,A.D., Hari Hartadi, Soedomo Reksohadiprodjo, Soeharto Prawirokusumo dan
Soekanto Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi ke-5. Fakultas
Peternakan Universitas Gajah Mada. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono, Suhardi. 1981. Prosedur Analisa untuk bahan Makanan dan
Pertanian. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Penuntun Praktikum

Anda mungkin juga menyukai