Anda di halaman 1dari 24

BAHAN ALAM FARMASI

sebagai zat pewarna


Kelompok 3
Anggota :
Sesylia Regina Maharani ( 2004010081 )
Sindi Nurazizah ( 2004010093 )
Annisa ( 2004010095 )
Megalia Amanah ( 2004010100 )
Aditiya Kuncoro ( 2004010113 )
Moch Shaddam Syarahil ( 2004010131 )
Fani Sapitri ( 2004010133 )
Pendahuluan
Sejarah Zat Pewarna Alami
 Zat warna sangat diperlukan untuk menambah nilai artistik dan digunakan dalam memvariasikan
suatu produk. Seni aplikasi warna telah dikenal manusia mulai dari jaman dahulu, pada 3500 SM
(sebelum masehi) manusia telah menggunakan zat pewarna alami yang diekstrak dari sayuran, buah-
buahan, bunga, dan serangga
 Pada abad ke empat masehi, pewarna seperti woad, madder, weld, brazilwood, indigo (nila), telah
diketahui, bahkan henna telah digunakan pada 2500 SM. Referensi penggunaan biocolorants untuk
pewarna makanan diketahui dari teks Shosoin periode Nara asal Jepang abad ke delapan, berisi
tentang pewarnaan kacang kedelai dan adzuki-kue kacang. Dengan demikian tampak bahwa selama
periode tersebut orang-orang telah mewarnai makanan olahan
 Zat warna sangat diperlukan untuk menambah nilai artistik dan digunakan dalam memvariasikan
suatu produk
 Zat pewarna alami memiliki kelemahan antara lain warna tidak stabil, keseragaman warna kurang
baik, konsentrasi pigmen rendah, spektrum warna. Disamping spektrum warna yang terbatas, juga
mudah kusam dan ketahanan luntur rendah bila dicuci serta kena sinar matahari
Sumber Zat Pewarna
Alami
Sumber pewarna alami :
• Tumbuhan
• Binatang atau serangga
• Mikroorganisme
• Mineral

Sumber utama pewarna alami adalah tumbuhan dan


mikroorganisme, warna yang dihasilkan beragam seperti; merah,
oranye, kuning, biru, dan coklat.
Contoh Zat Pewarna Alami
Penggolongan Zat Pewarna Alami
Berdasarkan pemakaiannya, digolongkan menjadi
. • Zat warna substantif (langsung dapat digunakan untuk pewarnaan)
• Zat warna reaktif (tidak dapat langsung digunakan atau yang memerlukan bahan
pembantu untuk pewarnaannya)

Berdasarkan warna yang ditimbulkan (coloring matter), dibagi menjadi empat


. golongan yaitu zat warna:
. • Mordan (alam)
. • Direk
. • Asam/basa
• Bejana
Cara Memperoleh Zat
Pewarna Alami
 Isolasi pigmen/pewarna alami dari tumbuhan dapat dilakukan
dengan cara mengekstrak bagian tumbuhan dengan
menggunakan pelarut yang sesuai kepolarannya dengan zat yang
akan diekstrak

 Ekstrak yang diperoleh kemudian disaring dan ampasnya


dimaserasi lagi dengan air, diulang sampai semua metabolit
terekstraksi. Kemudian dikeringkan dengan cara evaporasi
menggunakan penguap putar vakum (rotary vacuum evaporator)
sampai diperoleh ekstrak kering.
Kandungan Senyawa Kimia Zat Pewarna
Alami
 Kelompok penting senyawa
kimia pewarna alami :

• Karotenoid
• Flavonoid,
• Tetrapirroles
• Xantofil
Contoh jurnal
Decisive Outcomes
Age - Gender Prevalence Hospital admission

Smoking ADR

Socioeconomic status Polypharmacy Fall

Occupation Malnutrition

Education Health conditions Cognitive impairment

Physical activity Mortality


Bahan dan Metode:
Alat:
Beaker glass, colorimeter, seperangkat alat ekstraksi,
statif, termometer, kondenser, timbangan digital, gelas
ukur, oven, furnace, rotary evaporator, stop watch,
hot plate, kertas saring, penjepit, spektrofotometer Metode penelitian
UV - Vis dan desikator.
 Penelitian ini dilakukan dalam
Bahan :kulit batang jamblang, etanol tiga tahap, yaitu tahap persiapan
96%, tawas, dan kain. bahan baku, tahap operasi, dan
tahap pewarnaan.
Tahap persiapan bahan baku
1. Tahap ekstraksi e. Ekstrak dievaporasi selama 1 jam pada suhu 60 0C. c. Ekstrak
Tahap ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: kental yang diperoleh dikeringkan didalam oven hingga
a. Ekstraksi dilakukan dengan peralatan ekstraksi soklet. terbentuk butiran warna bubuk pada suhu 60 0C hingga
b. Serbuk kulit batang jamblang yang telah dibungkus dengan konstan.
kertas saring sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan
kedalam tangki ekstraksi dengan menggunakan pelarut 3. Tahap analisa
(etanol 96%) sebanyak 1000 ml.
c. Temperatur ekstraksi yang digunakan 600C, 650C, 700C,
750C dan 800C, selama 2, 3, 4, 5, dan 6 jam. d. Ekstraksi
dilakukan sampai sampel berwarna pucat, dan ekstrak yang
telah diekstraksi didinginkan dan selanjutnya dievaporasi.

2. Tahap evaporasi Tahap ini dilakukan dengan cara sebagai


berikut:
d. Ekstrak yang diperoleh dimasukkan kedalam labu evaporator.
Kadar air

3
Sampel yang telah didinginkan dalam
desikator ditimbang lagi sehingga
1 diperoleh harga tetap. adapun kadar air
Cawan persolin dikeringkan dalam oven
dapat dihitung dengan menggunakan
1050C selama 2 jam, kemudian rumus sebagai berikut:
didinginkan dalam desikator dan berat 2
awal ditimbang.
Sampel ditimbang 1.9 gram kedalam
cawan persolin dan dimasukan
kedalam oven pada suhu 1050C
selama 3 jam kemudian didinginkan
dalam desikator selama 15 menit.
 Kadar abu
Penentuan kadar abu diperlukan untuk mengetahui besar kadar
abu dalam sampel. Penentuan kadar abu dalam sampel dapat
ditentukan dengan cara sebagai berikut:

1. Cawan persolin dikeringkan dalam oven 1050C selama 3 jam,


kemudian didinginkan dalam desikator dan berat awal
Intensitas warna ditimbang.

1. Colorimeter yang digunakan adalah jenis ASTM D- 2. Kemudian sampel ditimbang 1.9 gram ke dalam cawan
1500. persolin dan dimasukan ke dalam tanur listrik pada suhu 4000C
2. Masukkan aquades ke dalam glass jar + 50 ml. Ke dalam selama 1 jam.
gelas yang lain dimasukkan sampel ± 50 ml.
3. Sampel menjadi abu warna putih dan ditimbang kembali,
3. Dimasukkan sampel ke dalam gelas jar yang berisi adapun kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sampel sebelah kanan dan yang berisi aquades disebelah sebagai berikut:
kiri pada alat colorimeter.

4. Kemudian alat dihidupkan dan diatur warna standar


dengan memutar screw colorimeter sampai warna standar
dan warna colorimeter sama. Kemudian hasilnya dicatat.
Pengaruh Suhu Ekstraksi Dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Air Pada
Serbuk Zat Pewarna Alami

1. Gambar 1 menunjukkan kadar air 2. Berdasarkan spesifikasi kimia zat


tertinggi 0,684 % pada waktu 2 jam pewarna alami dipasaran dunia batas
dengan suhu ekstraksi 60 °C. Sedangkan maksimum kadar air dalam pewarna
kadar air terendah adalah 0,071 % pada alami adalah 7 %. Sesuai dengan referensi
waktu 6 jam dengan suhu ekstraksi 80 °C. tersebut maka kadar air yang ada dalam
Semakin sedikit kadar airnya, maka zat pewarna ini adalah sesuai.
semakin lama ketahan atau daya simpan
produk tersebut. Pada gambar 4.1
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu
ekstraksi maka kadar air yang diperoleh
semakin rendah.
Pengaruh Suhu Ekstraksi Dan Waktu
Ekstraksi

 Berdasarkan gambar 2, kadar abu bahan dan cara pengabuannya. Semakin


tertinggi terdapat pada waktu 2 jam rendah kadar abu maka semakin tinggi
dengan suhu ekstraksi 60 °C yang kualitas zat pewarnanya. Adanya
jumlahnya mencapai 0,963 %. kandungan abu yang tidak larut dalam
Sedangkan kadar abu terendah terdapat asam yang cukup tinggi menunjukkan
pada waktu 6 jam dan suhu ekstraksi 80 adanya pasir atau kotoran yang lain.
°C yaitu 0,068 %.
• Hasil analisa menunjukkan bahwa
Terhadap KadarAbu Pada Serbuk Zat perlakuan berdasarkan variabel bebas
Pewarna AlamiAbu merupakan suatu zat (suhu ekstraksi dan waktu ekstraksi)
anorganik sisa dari pembakaran suatu memberikan kadar abu yang berbeda
bahan organik. Analisa kadar abu bertujuan terhadap zat pewarna yang dihasilkan.
untuk mengetahui seberapa besarnya Apabila waktu ekstraksi sedikit kadar
kandungan mineral yang terkandung dalam abu yang diperoleh tinggi, suhu
zat pewarna. Kandungan abu dan ekstraksi rendah maka kadar abu yang
komposisinya tergantung pada macam diperoleh rendah.
Pengaruh Suhu Ekstraksi Dan Waktu Ekstraksi Terhadap
Intensitas Warna Pada Serbuk Zat Pewarna Alami

 Gambar 3 menunjukkan intensitas ini akan menunjukkan bagaimana hubungan


warna terendah diperoleh pada antara suhu ekstraksi dan waktu terhadap
beberapa suhu dan waktu yang intensitas warna yang diperoleh.
berbeda yaitu 3,5 pada waktu ekstraksi
2, 3 jam dengan suhu ekstraksi 60, 65 Pada alat colourimeter angka yang tertera
°C. Sedangkan warna tertinggi adalah adalah 1-8, dimana semakin tinggi
6.5. Intensitas warna tertinggi juga angkanya semakin pekat/gelap warnanya.
diperoleh dari beberapa waktu dan Angka 1-2 menunjukkan warna kuning
suhu ekstraksi yang berbeda. Yaitu kekuningan, angka 3-5 menunjukkan warna
pada waktu 5, 6 jam dengan suhu agak kecoklatan, angka 5,5-6 menunjukkan
ekstraksi 75, 80 °C. warna coklat, dan 6,5 menunjukkan warna
coklat tua. Selanjutnya semakin tinggi
Hasil analisa menunjukkan bahwa angka tersebut warnanya semakin gelap.
perlakuan berdasarkan variabel bebas (suhu
ekstraksi dan waktu ekstraksi) memberikan
inensitas warna yang berbeda. terhadap zat
pewarna yang dihasilkan. Grafik dibawah
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat
diambil kesimpulan:

1. Kulit batang jamblang berpotensi sebagai salah satu


pewarna tekstil.
2. Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu
ekstraksi, maka semakin tinggiintensitas warna yang
dihasilkan.
3. Didapatkan nilai intensitas warna yang baik adalah
pada suhu ekstraksi 70°C dengan waktu ekstraksi dan
berat sampel 100 gram yaitu 5,0 dengan kategori
warna coklat. Kadar abu rendah yaitu 0,068%, kadar
air 0,071%.
Contoh jurnal
Decisive Outcomes
Age - Gender Prevalence Hospital admission

Smoking ADR

Socioeconomic status Polypharmacy Fall

Occupation Malnutrition

Education Health conditions Cognitive impairment

Physical activity Mortality


Hasil Dan Pembahasan
Uji homogenitas.

1. Hasil uji homogenitas pada perona pipi dengan


ekstrak akar mengkudu sebagai pewarna alami
tercampur secara merata dalam formulasi dengan
penyusun lainnya. Tidak terdapat butiran ekstrak
yang menonjol atau kasar pada produk sediaan
perona pipi dengan ekstrak akar mengkudu pada
kaca bening.Syarat homogenitas warna yang baik
yaitu zat warna harus terbagi rata di sehingga dalam
pembawa serbuk zat warna yangditambahkan dapat
memberikan karakteristik fisik yang baik pada
kosmetik dekoratif yang dibuat (Bindharawati,
2013), sehingga dapat dikatakan perona pipi ini
sudah memenuhi syarat homogenitas warna yang
baik.
Hasil Dan Pembahasan
2. Uji pH

Pengukuran pH dilakukan untuk mengamati


adanya perubahan pH yang mungkin terjadi
karena adanya keterkaitan pH dengan
stabilitas zat aktif dan efektifitas pengawet.
Tabel 3 menunjukkan bahwa pH sediaan
perona tidak bermasalah karena berada
dalam rentang pH kulit yaitu 4,5-7
(Wasitaatmadja, 1997).
Hasil Dan Pembahasan
3. Stabilitas perona pipi dapat dilihat dari
stabilitas warna dan pH (Tabel 4 dan 5).
Pada stabilitas warna, perona pipi tidak
mengalami perubahan warna sampai siklus
ke 6. Hal ini menandakan bahwa perona pipi
stabil terhadap perubahan suhu.Pengukuran
pH dilakukan untuk mengamati adanya
perubahan pH yang mungkin terjadi karena
adanya keterkaitan pH dengan stabilitas zat
aktif dan efektifitas pengawet. Dari hasil
yang didapatkan dapat diambil kesimpulan
stabilitas pH sediaan perona pipi stabil
karena berada dalam rentang pH kulit yaitu
(4,5-7) (Wasitaatmadja, 1997).
Uji Aktivitas Antioksidan

Aktivitas antioksidan dari sediaan perona pipi dianalisis


dengan menggunakan metode DPPH. Metode ini
merupakan metode yang paling sering digunakan dalam
analisis antioksidan: karena mudah dan dapat mengukur
kapasitas antioksidan pada suatu secara sampel
keseluruhan (Kurniawan, 2011).
Kesimpulan
Ekstrak metanol akar mengkudu diformulasikan sebagai zat dapat pewarna pada
perona pipi. Formulasi perona pipi ekstrak akar mengkudu mempunyai
stabilitas yang baik dilihat dari hasil uji stabilitas warna, pH, homogenitas,
sediaan dan perona uji organoleptis pipi ekstrak akar mengkudu. Kandungan
antioksidan yang terkandung pada produk perona pipi dengan pewarna
berupa ekstrak akar mengkudu mempunyai nilai IC50 pada 25,916 (F01);
22,848 (F02); dan 18,556 ppm (F03) yang berarti termasuk antioksidan
kategori sangat kuat yaitu mempunyai nilai IC50<50 ppm.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai