Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian


Pelaksanan penelitian penyisihan surfaktan dalam air buangan cucian laundry dengan
menggunakan sekam padi sebagai adsorben, mengikuti pola sebagai berikut :

Persiapan alat dan bahan

Penelitian Pendahuluan
Penentuan karakteristik sekam padi
Penentuan karakteristik Air Buangan Cucian Laundry
Pembuatan larutan stock Air Buangan Cucian Laundry
Penentuan pH optimum dengan variasi 1 N H2SO4 dan 1 N NaOH pada pH 2,
3, 5, 7, dan 9 dengan berat adsorben 2 gram
Penentuan waktu pengadukan optimum, pada pH optimum dengan variasi
waktu (30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270) menit
Penentuan waktu optimum tanpa pengadukan pada pH optimum dengan variasi
waktu (30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240) menit
Penentuan berat optimum adsorben pada pH dan waktu pengadukan optimum
dengan variasi berat (2, 4, 6, 8) gram

Pemeriksaan parameter :
Konsentrasi surfaktan

Penelitian Utama :
Penyisihan surfaktan dalam air buangan cucian laundry pada pH, waktu
pengadukan dan berat optimum dengan variasi konsentrasi (10, 20, 30, 40, 50, 60)
mg/l MBAS

Pemeriksaan parameter :
Konsentrasi surfaktan

Analisa

Penulisan Laporan

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian


Metodologi Penelitian

3.2 Persiapan alat dan bahan


3.2.1 Daftar alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Erlenmeyer 250 ml yaitu tempat untuk mereaksikan larutan buangan cucian
laundry dengan sekam padi.
2. Timbangan analitis Acculab VI-3 mg untuk menimbang sekam padi yang akan
digunakan dalam penelitian.
3. Spatula untuk mengambil sekam padi pada saat penimbangan.
4. Kertas saring Whatman 42 yang berfungsi untuk memisahkan filtrat dari larutan.
5. pH meter YK-2001 yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman
larutan.
6. Pipet ukur yaitu alat yang digunakan untuk mengukur, mengambil dan
memindahkan sample.
7. Shaker Orbit yaitu alat yang digunakan mencampur adsorben dengan larutan
buangan cucian laundry.
8. Filler untuk membantu mempermudah mengambil jumlah sample dan larutan
bahan kimia.
9. Corong Plastik untuk membantu proses penyaringan.
10. Termometer untuk mengukur suhu larutan.

Keterangan:
1. Erlenmeyer
2. Shaker

Gambar 3.2 Reaktor Penelitian

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-2


Metodologi Penelitian

3.2.2 Daftar Bahan


Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
 Larutan stock air buangan cucian laundry.
 Sekam padi
 1 N H2SO4
 1 N NaOH

3.3 Penyiapan Bahan Adsorben


 Bahan adsorben yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sekam padi
yang didapat dari tempat penggilingan padi di Jalan Pasir Impun Barat. Sekam
padi digunakan untuk mengetahui kemampuannya dalam mengadsorpsi senyawa
surfaktan dalam air buangan cucian laundry.
 Sekam padi ini dicuci sampai bersih kemudian dikeringkan dibawah sinar
matahari selama 6 jam.

3.4 Pembuatan Larutan Stock Air Buangan Cucian Laundry


Berikut langkah-langkah pembuatan larutan stock air buangan laundry :
 Timbang 10 gram deterjen rinso yang diperoleh dari percobaan sebelumnya :
Perhitungan : 151 mg/l MBAS 30 gr/ 10 lt
5 mg/l MBAS 1 gr / 10 lt
Jadi untuk mendapatkan konsentrasi surfaktan sebesar 51 mg/l MBAS
dibutuhkan kurang lebih 10 gram deterjen rinso.
 Larutkan deterjen tersebut ke dalam 10 liter aquadest untuk menghasilkan
konsentrasi surfaktan sebesar 51 mg/l MBAS.

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-3


Metodologi Penelitian

3.5 Penelitian Pendahuluan


3.5.1 Penentuan pH optimum
Penentuan pH optimum dilakukan untuk mengetahui pada pH berapa air buangan
cucian laundry yang mengandung surfaktan dapat diadsorpsi secara maksimal.
Penentuan pH optimum dibuat dalam 5 variasi pH, yaitu 2, 3, 5, 7, 9.
Langkah-langkah penentuan pH optimum :
 Pipet larutan air buangan cucian laundry sebanyak 100 ml dari larutan stok ke
dalam Erlenmeyer, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali, hal ini dimaksudkan
agar data yang diambil lebih akurat.
 Tambahkan sekam padi sebanyak 2 gram ke dalam Erlenmeyer yang telah
berisi 100 ml larutan air buangan cucian laundry.
 Ukur tingkat keasaman (pH) larutan dengan menggunakan pH meter dan
menurunkan pH larutan menggunakan 1N H2SO4 sampai pada pH 2.
 Aduk selama 180 menit mengikuti penelitian terdahulu dengan menggunakan
shaker, setelah selesai pengadukan dilakukan penyaringan dengan
menggunakan kertas Whatman 42, hal ini dimaksudkan untuk memisahkan
filtrat dari larutan.
 Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam botol untuk
diperiksa konsentrasi surfaktan yang dilakukan di Balai Pengembangan
Laboratorium Kesehatan (BPLK) Bandung.
 Percobaan diatas juga dilakukan pada pH 3, 5, 7, 9 dengan prosedur sama
seperti diatas.
 Hasil Pemeriksaan konsentrasi surfaktan yang didapat dari BPLK, diplotkan
ke dalam grafik untuk kemudian dilihat hasilnya. Setelah percobaan dilakukan
dalam 5 variasi pH maka ditentukan pH optimum yang terpilih yaitu pH yang
memberikan penyisihan surfaktan terbanyak.

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-4


Metodologi Penelitian

3.5.2 Penentuan Waktu Optimum dengan Pengadukan


Penentuan waktu optimum dengan pengadukan dilakukan untuk mengetahui pada
waktu pengadukan berapa larutan air buangan cucian laundry dapat diadsorpsi secara
maksimal.

Waktu pengadukan dilakukan setiap 30 menit sekali sampai mendapatkan waktu


optimum.
Langkah – langkah penentuan waktu pengadukan optimum :
 Pipet larutan air buangan cucian laundry sebanyak 100 ml dari larutan stok ke
dalam Erlenmeyer, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali, hal ini dimaksudkan
agar data yang diambil lebih akurat.
 Tambahkan sekam padi sebanyak 2 gram ke dalam masing-masing
Erlenmeyer yang telah berisi 100 ml larutan air buangan cucian laundry.
 Ukur tingkat keasaman (pH) larutan dengan menggunakan pH meter dan
menurunkan pH larutan menggunakan 1N H2SO4 sampai pada pH optimum
hasil percobaan sebelumnya.
 Aduk selama 30 menit menggunakan shaker, setelah selesai pengadukan
dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas Whatman 42, hal ini
dimaksudkan untuk memisahkan filtrate dari larutan..
 Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam botol untuk
diperiksa konsentrasi surfaktan yang dilakukan di Balai Pengembangan
Laboratorium Kesehatan (BPLK) Bandung.
 Percobaan diatas juga dilakukan pada waktu 30 menit berikutnya sampai
waktu pengadukan optimum dengan prosedur sama seperti di atas.
 Hasil Pemeriksaan konsentrasi surfaktan yang didapat dari BPLK, diplotkan
ke dalam grafik untuk kemudian dilihat hasilnya. Setelah percobaan dilakukan
dalam 9 variasi waktu pengadukan maka ditentukan waktu pengadukan

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-5


Metodologi Penelitian

optimum yang terpilih yaitu waktu pengadukan yang memberikan penyisihan


surfaktan terbanyak.

3.5.3 Penentuan waktu optimum tanpa pengadukan.


Penentuan waktu optimum tanpa pengadukan dilakukan untuk mengetahui pada
waktu optimum berapa bila tanpa pengadukan (didiamkan) air buangan cucian
laundry yang mengandung surfaktan dapat diadsorpsi secara maksimal.

Langkah-langkah penentuan waktu optimum tanpa pengadukan sama seperti


penentuan waktu pengadukan optimum, yaitu setiap 30 menit sekali sampai
didapatkan waktu optimum, yang berbeda adalah pada penentuan waktu optimum
tanpa pengadukan, sampel hanya didiamkan tanpa diaduk.

3.5.4 Penentuan Berat Optimum


Penentuan berat optimum dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya adsorben
sekam padi dalam mengadsorpsi larutan air buangan cucian yang mengandung
surfaktan.

Penentuan berat optimum dilakukan dalam 4 variasi yaitu 2, 4, 6, dan 8 gram.


Langkah-langkah penentuan berat optimum :
 Pipet larutan air buangan cucian laundry sebanyak 100 ml dari larutan stok ke
dalam Erlenmeyer, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali, hal ini dimaksudkan
agar data yang diambil lebih akurat.
 Tambahkan sekam padi sebanyak 2 gram ke dalam masing-masing
Erlenmeyer yang telah berisi 100 ml larutan air buangan cucian laundry.
 Ukur tingkat keasaman (pH) larutan dengan menggunakan pH meter dan
menurunkan pH larutan menggunakan 1N H2SO4 sampai pada pH optimum
hasil percobaan sebelumnya.

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-6


Metodologi Penelitian

 Aduk selama waktu pengadukan optimum hasil percobaan sebelumnya


menggunakan shaker, setelah selesai pengadukan dilakukan penyaringan
dengan menggunakan kertas Whatman 42, hal ini dimaksudkan untuk
memisahkan filtrate dari larutan..
 Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam botol untuk
diperiksa konsentrasi surfaktan yang dilakukan di Balai Pengembangan
Laboratorium Kesehatan Bandung (BPLK) Bandung.
 Percobaan diatas juga dilakukan untuk berat 4, 6, dan 8 gram dengan prosedur
sama seperti di atas.
 Hasil Pemeriksaan konsentrasi surfaktan yang didapat dari BPLK, diplotkan
ke dalam grafik untuk kemudian dilihat hasilnya. Setelah percobaan dilakukan
dalam 4 variasi berat adsorben maka ditentukan berat optimum yang terpilih
yaitu berat adsorben yang memberikan penyisihan surfaktan terbanyak.

3.6 Penelitian utama


Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui berapa efisiensi penyisihan
surfaktan dalam air buangan cucian laundry dengan menggunakan adsorben
sekam padi.

3.6.1 Pembuatan Larutan Air Buangan Cucian Laundry Untuk Penelitian


Utama
Penyisihan surfaktan dalam air buangan cucian laundry menggunakan sekam padi
yang dibuat dalam 6 variasi konsentrasi yaitu 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 mg/l MBAS,
maka dibuat larutan untuk masing-masing konsentrasi diatas dengan langkah langkah
sebagai berikut :
 Timbang masing-masing 0,2: 0,4: 0,6: 0,8: 1,0:1,2 gram deterjen rinso yang
didapat dari percobaan :
1 gr/ 1 lt = 50 mg/l MBAS

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-7


Metodologi Penelitian

Jadi untuk mendapatkan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50, 60 dibutuhkan berat
deterjen 0,2: 0,4: 0,6: 0,8: 1,0:1,2 gram.
 Larutkan masing-masing deterjen tersebut ke dalam 1 liter aquades.

3.6.2 Cara Kerja


Cara Kerja penyisihan surfaktan dalam air buangan cucian laundry menggunakan
sekam padi :
 Pipet larutan air buangan cucian laundry sebanyak 100 ml larutan konsentrasi
surfaktan 10 mg/l MBAS ke dalam Erlenmeyer, percobaan dilakukan
sebanyak 3 kali, hal ini dimaksudkan agar data yang diambil lebih akurat.
 Tambahkan sekam padi sebanyak 2 gram kedalam Erlenmeyer yang telah
berisi masing-masing 100 ml larutan air buangan cucian laundry.
 Mengukur tingkat keasaman (pH) larutan dengan menggunakan pH meter dan
menurunkan pH larutan menggunakan 1N H2SO4 sampai pada pH optimum.
 Pengadukan dilakukan selama waktu pengadukan optimum menggunakan
shaker, setelah selesai pengadukan dilakukan penyaringan dengan
menggunakan kertas Whatman 42, hal ini dimaksudkan untuk memisahkan
filtrat dari larutan.
 Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam botol untuk
diperiksa konsentrasi surfaktan yang dilakukan di Balai Pengembangan
Laboratorium Kesehatan (BPLK) Bandung.
 Percobaan diatas juga dilakukan pada variasi konsentrasi 20, 30, 40, 50 ,dan
60 mg/l MBAS dengan prosedur sama seperti di atas.
 Hasil Pemeriksaan konsentrasi surfaktan yang didapat dari BPLK, diplotkan
ke dalam grafik untuk kemudian dilihat hasilnya.

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-8


Metodologi Penelitian

3.7 Parameter yang diukur


3.7.1 Konsentrasi surfaktan
Pemeriksaan parameter konsentrasi surfaktan menggunakan metode Methylene Blue
Active Substance (MBAS) (SNI, 1991) :
 Persiapan alat dan Bahan untuk pemeriksaan konsentrasi surfaktan
menggunakan metode MBAS
 Alat – alat yang digunakan terdiri atas :
1. Spektrofotometer sinar tunggal atau sinar ganda yang mempunyai kisaran
panjang gelombang 190 – 900 nm dan lebar celah 0,2 – 2 nm, serta telah
dikalibrasi pada saat digunakan.
2. Corong pemisah 250 ml terbuat dari borosilikat.
3. Labu ukur 500 dan 1000 ml.
4. Mikro pipet 250, 500, dan 1000 l.
5. Pipet seukuran 50 ml.
6. Pipet ukur 10 ml.

 Bahan Penunjang uji yang digunakan terdiri atas :


1. Serbuk Alkil Sulfanilat Linier (ASL) atau Natrium lauri sulfat,
C12H25OSO3Na.
2. Larutan indicator fenolftalin 0,5 %.
3. Larutan natrium hidroksida NaOH, 1 N.
4. Larutan sulfat H2SO4 1 N.
5. Larutan biru metilena.
6. Kloroform CHCl3
7. Hidrogen peroksida H2O2

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-9


Metodologi Penelitian

8. Air suling atau air demineralisasi yang mempunyai DHL 0,5 –


2 mhos/cm.
9. Serabut kaca.

 Persiapan benda uji dengan tahapan sebagai berikut :


1. Sediakan sampel yang telah diambil.
2. Ukur sampel sebanyak 100ml secara duplo dan masukkan ke dalam corong
pemisah 250 ml.
3. Tambahkan 3-5 tetes indicator fenolftalin dan larutan NaOH 1N tetes demi
tetes ke dalam contoh uji sampai timbul warna merah muda, kemudian
hilangkan dengan H2SO4 1 N tetes demi tetes.
4. Tambahkan larutan biru metilena sebanyak 25 ml, jika warna biru hilang atau
menjadi pucat sekali selama eksraksi dengan kloroform, berarti kadar ASL
tinggi sekali maka ganti dan buang sampel tersebut dan buatlah sampel seperti
pada table berikut :
Tabel 3.1 Perkiraan Volume sampel

Perkiraan kadar Volume sampel


deterjen (mg/l MBAS) ml
0,025 - 0,080 400
0,080 - 0,400 250
0,400 - 2,000 100
2,000 - 10,00 20
10,00 - 100,0 2

Bila dalam table dinyatakan volume sample lebih besar dari 100 ml maka
ekstraksi dilakukan terhadap sampel, sedangkan bila volume sampel lebih
kecil dari 100 ml maka diperlukan pengenceran dengan air suling sampai
volume 100 ml.

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-10


Metodologi Penelitian

5. Tambahkan 10 ml CHCl3, kocok kuat-kuat selama 30 detik, sekali-kali buka


tutup corong untuk mengeluarkan gas.
6. Biarkan terjadi pemisahan fase, goyangkan perlahan-lahan, jika terbentuk
emulsi tambahkan sedikit isopropyl alcohol (ml), keluarkan lapisan bawah
(CHCl3) dan tampung dalam corong pemisah yang lain.
7. Ulangi eksraksi seperti pada poin ke 3 dan 4 sebanyak 2 kali dan satukan
larutan eksrak tersebut dengan larutan ekstrak pada poin ke 3.
8. Tambahkan 50 ml larutan pencuci ke dalam larutan ekstrak kloroform
gabungan, kocok kuat-kuat selama 30 detik.
9. Biarkan sampai terjadi pemisahan fase, goyangkan perlahan-lahan kemudian
keluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui serabut kaca, masukkan ke
dalam labu ukur (jaga agar lapisan air tidak terbawa)
10. Ulangi ekstraksi terhadap larutan pencuci dengan kloroform seperti pada poin
3 sebanyak 2 kali
11. Cuci serabut kaca dengan kloroform sebanyak 10 ml dan satukan dengan
larutan ekstrak diatas.
12. Masukkan larutan ekstrak ke dalam labu ukur 100 ml dan tepatkan dengan
kloroform hingga tepat pada tanda tera
13. Benda siap diuji.

 Persiapan Pengujian
 Pembuatan Larutan Induk Deterjen
Buat larutan induk deterjen 1000 mg/l ASL dengan tahapan sebagai berikut :
1) Larutkan 1,000 gr ASL 100 % aktif atau natrium laurel sulfat, C12H25OSO3Na,
dengan 100 ml air suling di dalam labu ukur 1000 ml
2) Tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera.
3) Simpan dalam lemari es untuk mengurangi biodegradasi, jika perlu dibuat
seminggu sekali.

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-11


Metodologi Penelitian

 Pembuatan Larutan baku deterjen


Buat larutan baku ASL atau Natrium laurel sulfat dengan tahapan sebagai
berikut :
1) Pipet 0, 250, 500, 750, 1000 l larutan induk ASL atau Natrium laurel sulfat
dan masukkan masing-masing ke dalam labu ukur 500 ml.
2) Tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera sehingga diperoleh kadar
ASL atau Natrium laurel sulfat 0; 0,5;1,0;1,5;dan 2 mg/l MBAS.

 Pembuatan Kurva kalibrasi


Buat kurva kalibrasi dengan tahapan sebagai berikut :
1) Optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk
pengujian kadar deterjen.
2) Pipet larutan baku masing-masing 100 ml secara duplo dan masukkan ke
dalam corong pemisah 250 ml.
3) Tambahkan larutan biru metilena sebanyak 25 ml.
4) Tambahkan 10 ml CHCl3, kocok kuat-kuat selama 30 detik sekali-kali buka
tutup corong untuk mengeluarkan gas.
5) Biarkan hingga terjadi pemisahan fase, goyang-goyangkan corong pemisah
perlahan-lahan, jika terbentuk emulsi tambahkan sedikit isopropyl alcohol (10
ml), keluarkan lapisan bawah CHCl3 dan tampung dalam corong pemisah
yang lain.
6) Ulangi ekstraksi seperti butir 4 dan 5 sebanyak 2 kali dan satukan larutan
ekstrak tersebut dengan larutan ekstrak pada butir 5.
7) Tambahkan 50 ml larutan pencuci ke dalam larutan ekstrak kloroform
gabungan dan kocok kuat-kuat selama 30 detik.

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-12


Metodologi Penelitian

8) Biarkan terjadi pemisahan fase, goyangkan perlahan-lahan, keluarkan lapisan


bawah kloroform melalui serabut kaca, masukkan ke dalam labu ukur (jaga
agar lapisan air tidak terbawa).
9) Ulangi ekstraksi terhadap larutan pencuci dengan kloroform seperti pada butir
3 sebanyak 2 kali
10) Cuci serabut kaca dengan kloroform sebanyak 10 ml dan satukan dengan
larutan ekstrak diatas.
11) Masukkan larutan ekstrak ke dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan
kloroform sampai tepat pada tanda tera.
12) Masukkan sampel ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
serapan masuknya pada panjang gelombang 652 nm, pembacaan dilakukan
tidak lebih dari 3 jam ekstraksi.
13) Apabila perbedaan hasil pengukuran serapan masuk secara duplo lebih besar
dari 2 % periksa alat dan ulangi pekerjaan dari langkah 1 apabila lebih kecil
atau sama dengan 2 % rata-ratakan hasilnya.
14) Buat kurva kalibrasi dari data 13 diatas atau tentukan persamaan garis
lurusnya.

 Cara Pengujian
1. Ambil sampel Labu ukur.
2. Masukkan ke dalam cuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapan
masuknya pada panjang gelombang 652 nm, pembacaan dilakukan tidak lebih
dari 3 jam setelah ekstraksi.
3. Apabila perbedaan pengukuran lebih besar dari 2 %, periksa alat dan ulangi
pekerjaan dari langkah 1, apabila lebih kecil atau sama dengan 2 %, rata-
ratakan hasilnya.

3.7.2 pH

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-13


Metodologi Penelitian

pH merupakan istilah yang menyatakan derajat keasaman atau basa dari suatu
larutan, dan merupakan parameter penting dalam pengelohan air buangan.
Setiap pH meter yang akan digunakan untuk mengukur pH harus dikalibrasi
dahulu dengan larutan buffert pH 4, pH 7, pH 9.
Pada alat pH meter umumnya dilengkapi dengan :
 Read out untuk pH
 Pengatur suhu
 Pengatur kalibrasi
 Elektroda

Pengukuran pH sample
 Ukur suhu sample dengan thermometer
 Nyalakan pH meter
 Atur pengatur suhu sesuai dengan suhu sample
 Kemudian celupkan elektroda yang telah dibilas dengan aquadest ke dalam
sample
 Read-out pH meter akan menunjukan nilai pH tersebut.

3.8 Pemilihan Tipe Isoterm


Penentuan Tipe Isoterm sekam padi ditentukan dengan menggunakan persamaan
Freundlich atau Langmuir Isotherm.

Untuk perhitungan adsorpsi Isotherm Freundlich dinyatakan dengan persamaan


sebagai berikut (Metcalf & Eddy, 2004) :

………………………..….…........................….………...........(3 – 1)

Dimana :

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-14


Metodologi Penelitian

X/M = Jumlah adsorbat (mg) yang diserap per unit berat adsorbent (gr)
Ce = Konsentrasi adsorbat pada kondisi setimbang (equilibrium)
1/n = Konstanta
n = Faktor-faktor heterogenitas yang menunjukkan kekuatan ikatan
antara sorbat-sorben.
Kf = Konstanta Freundlich (mg adsorbat/gr batu kapur)

Konstanta pada Freundlich Isotherm dapat diperoleh nilainya dengan memplotting


Log (X/M) terhadap Log Ce dan Persamaan (3 – 1) dapat juga di tulis sebagai berikut
(Metcalf & Eddy, 2004) :
Untuk mempermudah perhitungan maka dibuat linearisasi dari persamaan (3-1)

…………........................….…….............………...(3 – 2)

Sedangkan untuk adsorpsi Isotherm Langmuir dinyatakan sebagai berikut (Metcalf &
Eddy, 2004) :

………………........................…….…………….…...........…….(3 – 3)

Dimana : X/M = jumlah adsorbat (mg) per unit jumlah adsorben (gr)
b = konstanta empiris
Ce = konsentrasi adsorbat pada kondisi setimbang (equilibrium)
a = kapasitas maksimum (mg adsorbat/gr adsorbent)

Konstanta pada Langmuir Isotherm dapat diperoleh nilainya dengan memplotting


Ce/(X/m) terhadap Ce dan Persamaan (3 – 3) dapat juga di tulis sebagai berikut
(Metcalf & Eddy, 2004) :

Untuk mempermudah perhitungan maka dibuat linearisasi dari persamaan (3-3)

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-15


Metodologi Penelitian

……........................………………….…….............…....(3 – 4)

3.9 Analisa
Untuk menganalisa kapasitas adsorpsi sekam padi dalam menyisihkan surfaktan
dengan kondisi pH dan berat yang optimum, serta untuk mengetahui mengetahui
fenomena adsorpsi yang terjadi. Adapun metode yang digunakan adalah metode linier
dengan membandingkan nilai R2 (Koefisien Determinasi) antara isoterm Freundlich
dan Langmuir.

Laporan Penelitian Tugas Akhir III-16

Anda mungkin juga menyukai