Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MAKALAH

IMUNOLOGI DAN SEROLOGI

DISUSUN OLEH:

Wardati Raudah

2048201143

DOSEN PENGAMPU:

Wahyu Ramadhan, S.Si., M.Sc.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRAB

2021
TOLERANSI IMUNOLOGI
Definisi Toleransi Imunologi

Toleransi Imunologi ( Immunological Tolerance ) adalah ketidakmampuan dari sistem


kekebalan untuk memberikan respon ( unresponsiveness ) terhadap suatu antigen karena
suatu induksi dari antigen yang sama sebelumnya. Sel limfosit yang berhadapan dengan
antigen dapat menjadi aktif dan menghasilkan respon imun, ataupun dapat menjadi tidak aktif
atau tereliminasi dan menghasilkan toleransi. Antigen yang menyebabkan toleransi disebut
tolerogen ( antigen tolerogenik ). Toleransi terhadap antigen yang diproduksi tubuh ( self-
antigen ) disebut sebagai self-tolerance (Abbas, dkk 2007).

Sistem imun pada dasarnya dipegang oleh dua sel utama, yakni sel limfosit B (berperan
dalam respons humoral) dan sel limfosit T (berperan dalam respons seluler).
Ketidakmampuan kedua sel tersebut dalam memberikan respon terhadap antigen spesifiknya
yang dikenal dengan istilah anergi . Anergi limfosit (disebut clonal anergy ) adalah kegagalan
dari klona sel B atau sel T untuk bereaksi terhadap antigen dan menjadi representasi terhadap
mekanisme untuk mempertahankan toleransi imunologi tubuh sendiri (Cruse & Lewis, 2003).

Mekanisme Toleransi Imunologi

Mekanisme proteksi yang kuat diperlukan untuk mencegah terjadinya penyakit autoimun,
melindungi individu dari limfosit yang potensial self-reaktif terhadap antigen sel tubuh
sendiri yang disebut toleransi. mekanisme tersebut dapat terjadi primer pada organ limfoid
primer, seperti sumsum tulang dan timus, yang disebut toleransi sentral dan perifer yang
disebut toleransi perifer. Toleransi terhadap antigen sendiri terjadi selama hidup janin melalui
pengaktifan atau aktivitas limfosit self-reaktif. Proses tersebut disebut aborsi klonal,
penghapusan klonal atau seleksi negatif. tubuh memiliki mekanisme yang kuat untuk
mencegah terjadinya autoimunitas. Sel T terutama sel CD4+ , memiliki peran sentral dalam
mengontrol hampir semua respon imun. Oleh karena itu toleransi sel T merupakan hal yang
jauh lebih penting dibandingkan toleransi sel B. hampir semua sel B yang reaktif sendiri tidak
akan dapat memproduksi autoantibodi kecuali bila menerima bantuan yang benar dari sel TA
Toleransi Sel T Sel T yang diproduksi dalam sumsum tulang, memasuki timus, berkembang
dalam timus melalui berbagai fase : double negative, double positive, seleksi positif, dan
seleksi negatif dan toleransi. 1) Toleransi Sentral Timus mempunyai peran penting untuk
memulai sel T yang mengenal peptida protein itu sendiri. Sel T diproduksi dalam sumsum
tulang, namun pematangan dan perkembangannya terjadi dalam timus. Prekursor Sel T yang
berasal dari sumsum tulang, bermigrasi melalui darah ke korteks kelenjar timus. Sel T
tersebut merupakan sel T prekursor yang memiliki gen TCR yang tidak disusun dan tidak
mengekspresikan CD4 atau CD8. Timosit mula-mula ditemukan dibagian luar korteks. Gen
TCR mulai disusun, CD3, CD4, CD8 dan TCR diekspresikan. Selama pematangannya, sel
melewati korteks ke medula, CD4, CD8 (berganda negatif) berkembang melalui CD4+ ,
CD8− yang selanjutnya berkembang menjadi CD4− , CD8− 3 atau CD4− , CD8+ (positif
tunggal) yang disusul dengan perkembangan TCRβ, kemudian TCRα.

Faktor yang Mempengaruhi Toleransi

 Umur
 Latar belakang genetic
 Dosis antigen
 Rute pemberian antigen
 Manipulasi tertentu

Cara Menghentikan Toleransi

Penyakit autoimun merupakan respon imun yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan
tubuh sendiri serta mengganggu fungsi fisiologis tubuh. Patogenesis autoimun terdiri atas
gangguan aktivitas selular dan protein regulator Gangguan aktivitas selular dapat terjadi
apabila tubuh gagal mempertahankan toleransi akan self-antigen dan terjadi aktivasi
autoreaktif sel imun terhadap self-antigen tersebut. Mekanisme kegagalan toleransi tersebut
diperankan oleh sel T perifer dalam berbagai proses.

Autoimun terjadi saat respon imun adaptif menyerang self-antigen. Mekanisme autoimun
selanjutnya diikuti dengan aktivasi sejumlah besar sel T. Seluruh sel T teraktivasi dikontrol
oleh sel T regulators atau Tregs. Tregs memiliki kelemahan yaitu selektifitas dan stabilitas
yang rendah. Untuk itu diperlukan rekayasa Treg dengan koekspresi reseptor selektif dan
Treg stabilizer. Reseptor selektif yang dapat dimodifikasi dengan sel T adalah Chimeric
Antigen Receptor (CAR). CAR diketahui dapat secara selektif menghambat respon imun
patologis dan menghentikan inflamasi. CAR dikombinasikan dengan Treg stabilizer yang
memberi efek amplifikasi dan stabilisasi yaitu Forkhead box P3 (FoxP3). FoxP3 adalah
protein inti yang berfungsi sebagai regulator utama dari perkembangan dan fungsi supresif
Tregs dalam mempertahankan self-tolerance.

Referensi

Abbas, A. K., dkk. 2007. Cellular and Molecular Immunology. 

Cruse, J. M. & Lewis, R. E. 2003. Illustrated Dictionary of Immunology. 

Cruse, M. J., dkk. 2004. Immunology Guidebook. London. 

Roitt, I. M & P. J. Delves. 2001. Roitt’s Essential Immunology 10th ed. 

Shetty, Nandini. 2005. Immunology: Introductory Textbook. 

Anda mungkin juga menyukai