Anda di halaman 1dari 10

NAMA: SASI KIRANA MEGA AMALIA

NIM : 0241013021040
TUGAS: PATOFISIOLOGI

 SEL TH (HELPER)
1.PENGERTIAN
sel T helper adalah peningkatan jumlah sel T helper yang mengenali antigen spesifik , dan
beberapa sitokin sel T diproduksi. Sitokin memiliki konsekuensi lain , salah satunya adalah
bahwa IL-2 memungkinkan sel T sitotoksik atau regulator yang mengenali antigen yang sama
menjadi aktif dan berkembang biak. Dalam kasus sel B, sekali sel T pembantu telah
diaktifkan oleh antigen, menjadi mampu mengaktifkan sel B yang telah bertemu dengan
antigen yang sama. Sitokin yang disekresikan oleh sel T penolong juga dapat berinteraksi
dengan sel B dan memberikan stimulasi tambahan.
Sel T pembantu (bahasa Inggris: T helper cell, Th, T effector cell) adalah sub-kelompok
limfosit (jenis sel darah putih atau leukosit) hasil aktivasi sel T CD4+ yang memainkan peran
penting dalam sistem imun.[1] Sel T pembantu tidak memiliki aktivitas sitotoksik. Sel ini
tidak dapat membunuh patogen secara langsung.

Sel TH ikut serta dalam mengaktivasi dan mengarahkan sel imun lainnya, dan penting pada
sistem kekebalan tubuh. Mereka penting dalam menentukan pemilihan kelas antibodi sel B,
aktivasi dan pertumbuhan sel T sitotoksik, dan memaksimalkan aktivitas bakterisidal dari
fagosit seperti makrofag. Sel ini disebut sel T pembantu karena perannya dalam membantu
sel-sel lain untuk meningkatkan aktivitasnya.

2.FUNGSI
Sel TH ikut serta dalam mengaktivasi dan mengarahkan sel imun lainnya, dan penting pada
sistem kekebalan tubuh. Mereka penting dalam menentukan pemilihan kelas antibodi sel B,
aktivasi dan pertumbuhan sel T sitotoksik, dan memaksimalkan aktivitas bakterisidal dari
fagosit seperti makrofag.
4.JUMLAH DALAM TUBUH
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting
dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T. jumlah sel CD4
yang ada dalam satu milimeter kubik darah (biasanya ditulis mm3). Jumlah CD4 yang normal
biasanya berkisar antara 500 dan 1.600. Karena jumlah CD4 begitu berubah-ubah, kadang
lebih cocok kita lihat persentase sel CD4. Jika hasil tes melaporkan CD4% = 34%, ini berarti
34% limfosit kita adalah sel CD4. Persentase ini lebih stabil dibandingkan jumlah sel CD4
mutlak. Angka normal berkisar antara 30-60%. Setiap laboratorium mempunyai kisaran yang
berbeda. Belum ada pedoman untuk keputusan pengobatan berdasarkan CD4%, kecuali untuk
anak berusia di bawah lima tahun.Jumlah CD4 mutlak di bawah 200 menunjukkan kerusakan
yang berat pada sistem kekebalan tubuh.

 SEL TS SUPRESOR

1.PENGERTIAN

Sel T supresor adalah salah satu jenis sel T yang berperan dalam respon kekebalan seluler

2.FUNGSI

Sel T Supresor, berfungsi untuk menekan produksi antibodi yang dihasilkan oleh sel-sel B
plasma, serta menghambat aktivitas dari sel T sitotoksik dan sel T penolong. Sel T supresor
akan bekerja ketika suatu infeksi sudah berhasil ditangani.

3.MANFAAT
Sel T supresor, bermanfaat setelah diaktivasi oleh sel T helper akan menekan sel B dan T

 SEL TC (cytotoxic)

kelas ketiga terdiri dari sel T “pembunuh”, yang bersifat sitotoksik (yaitu, mereka mampu
menghancurkan sel lain). sebagian besar limfosit yang terletak di antara sel-sel epitel mukosa
adalah sel T pembunuh. sel T menemukan dan membunuh sel yang terinfeksi virus karena
antigen virus di permukaannya, sehingga menyebabkan infeksi karena virus tidak akan
tumbuh di dalam sel mati. Jika sel yang terinfeksi virus tidak penting untuk fungsi inang, sel
T pembunuh. mekanisme imunitas yang diperantarai sel melibatkan sel T sitotoksik. Mereka
menempelkan diri dengan reseptor mereka ke sel target yang permukaannya
mengekspresikan antigen yang sesuai (terutama yang dibuat oleh virus yang sedang
berkembang) dan merusak sel yang menginfeksi cukup untuk membunuh mereka.sel darah
putih yang dikenal sebagai limfosit T sitotoksik (atau sel T sitotoksik), yang bertindak untuk
menghancurkan virus yang menyerang dan sel yang terinfeksi virus sel, yang dapat berupa sel
T sitotoksik atau sel pembunuh alami, memiliki reseptor yang mengikat bagian ekor dari
molekul antibodi IgG (bagian yang tidak mengikat antigen). Setelah terikat, sel pembunuh
memasukkan protein yang disebut perforin ke dalam sel target, menyebabkannya
membengkak yaitu bahwa IL-2 memungkinkan sel T sitotoksik atau regulator yang
mengenali antigen yang sama menjadi teraktivasi dan berkembang biak. Sel T sitotoksik,

pada gilirannya, dapat menyerang dan membunuh sel lain yang mengekspresikan antigen
asing dalam hubungannya dengan molekul MHC kelas I, yang—seperti dijelaskan di atas—
ada pada hampir ... mengaktifkan sel T pembantu atau limfosit T sitotoksik. Semua limfosit
yang diaktifkan bermigrasi melalui medula dan memasuki sirkulasi limfatik melalui
pembuluh limfatik eferen, yang mengalir ke kelenjar getah bening yang dekat atau akhirnya
ke saluran toraks, pembuluh utama sistem limfatik.

2.FUNGSI
Sub populasi limfosit T lain yang disebut dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga
berfungsi untuk menghancurkan mikroorganisme intraseluler yang disajikan melalui MHC
kelas I secara langsung (cell to cell). Selain menghancurkan mikroorganisme secara
langsung, sel T-sitotoksik, juga menghasilkan gamma interferon yang mencegah penyebaran
mikroorganisme kedalam sel lainnya. Sel T sitotoksik berfungsi untuk membunuh dan
menghancurkan sel yang terinfeksi virus. Sel sitotoksik dapat melepaskan granula sitotoksok
ke dalam sel yang terinfeksi virus. Hal tersebut akan membunuh sel tersebut sehingga tidak
meganggu sistem kekebalan tubuh.

* SELTD

1.PENGERITAN

Sel TH1. Sel TH1 berperan dalam mengaktifkan makrofag untuk meningkatkan
kapasitasnya dalam menghancurkan bakteri terfagosit.Hipersensitivitas (juga disebut reaksi
hipersensitivitas atau intoleransi ) mengacu pada reaksi yang tidak diinginkan yang
dihasilkan olehsistem kekebalanbiasa, termasukalergidanautoimunitas. Mereka biasanya
disebut sebagai produksi berlebihan dari sistem kekebalan dan reaksi ini dapat merusak dan
tidak nyaman. Ini adalah istilah imunologis dan jangan dikacaukan dengan istilah kejiwaan
hipersensitif yang menyiratkan kepada individu yang mungkin terlalu sensitif terhadap fisik
(yaitu suara, sentuhan, cahaya, dll) dan/atau rangsangan emosional. Meskipun ada hubungan
antara keduanya – penelitian telah menunjukkan bahwa orang-orang yang
memilikiADHD(gangguan psikiatri) lebih mungkin mengalami reaksi hipersensitivitas
seperti alergi, asma, eksim daripada mereka.
Reaksi imun tubuh yang dapat menimbulkan cedera disebut hipersensitivitas
merupakan dasar dari patologi yang terkait dengan penyakit imunologi. Istilah ini muncul
dari individu yang sebelumnya pernah terpapar antigen memanifestasikan
reaksi yang dapat dideteksi terhadap antigen tersebut dan karena itu disebutt.Adabeberapa
halpenyebabgangguanhipersensitivitassecaraumumyaitu:

•Reaksihipersensitivitasdapatditimbulkansecaraeksogenolehantigen

lingkungan(mikrobadannonmikroba)atausecaraendogenolehantigendiri

(self).Manusiahidupdilingkunganyangpenuhdenganzat-zatyangmampu

menimbulkanresponsimun.Antigeneksogenmeliputiyangadadidebu,

serbuksari,makanan,obat-obatan,mikroba,danberbagaibahankimia.

Responimunakibatantigeneksogendapatterjadipadaberbagaibentuk,

mulaidarigangguanringan,sepertigatal-gatalkulit,hinggapenyakityang

berpotensifatal,sepertiasmabronkialdananafilaksis.Beberapareaksiyang

umumpadaantigenlingkunganmenyebabkankelompokpenyakitdikenal

sebagaialergi.Responimunterhadapdirisendiriatauautologous,antigen,

mengakibatkanpenyakitautoimun.

•Hipersensitivitasbiasanyadiakibatkanolehketidakseimbanganantara

mekanismeefektorresponimundanmekanismekontrolyangberfungsi

membatasirespon-responsecaranormal.Faktanyabanyakhipersensitivitas

didugapenyebabutamanyaadalahkegagalanregulasinormal.Kitaakan

kembalikekonsepinisaatkitamempertimbangkanautoimmunitas.

•Perkembanganpenyakithipersensitivitas(alergidanautoimun)sering

dikaitkandenganpewarisangenkepekaantertentu.GenHLAdanbanyakgen

non-HLAtelahterlibatdalamberbagaipenyakit,contohspesifikakan

dijelaskandalamkontekspenyakitnya.
•Mekanismecederajaringanpadareaksihipersensitivitassamadengan

mekanismeefektorpertahananterhadapinfeksipatogen.Masalahpada

ersensitisasi atau menjadi peka atau menjadi sensitif. Hipersensitivitas berdampak pada
sesuatu yang berlebihan atau reaksi berbahaya terhadap antigen.

2.Reaksi pada tubuh

Reaksi hipersensitivitas dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis.

Tipe I : Reaksi langsung yang diperantarai IgE

Tipe II : Reaksi yang diperantarai antibodi (antibodi IgG atau IgM)

Tipe III : Reaksi yang diperantarai kompleks imun

Tipe IV : Sitotoksik, diperantarai sel, reaksi hipersensitivitas Anda [2]

Tiga jenis pertama dianggap sebagai reaksi hipersensitivitas langsung karena terjadi dalam 24
jam. Jenis keempat dianggap sebagai reaksi hipersensitivitas, karena biasanya terjadi lebih
dari 12 jam setelah terpapar alergen, dengan waktu reaksi maksimal antara 48 dan 72 jam.

RINGKASAN
Hipersensitifitas Tipe I Segera

• Ini juga disebut reaksi alergi, atau alergi

• Mereka diinduksi oleh antigen lingkungan (allergen), yang merangsang kuat

respon TH2 dan produksi IgE pada individu yang rentan secara genetis

• IgE melapisi sel mast dengan ikatan terhadap reseptor Fcε; terpapar kembali

oleh allergen menyebabkan ikatan silang IgE dan FcεRI, aktivasi sel mast dan

pelepasan mediator.

• Mediator-mediator utama adalah histamin, protease dan isi granula lainnya,

prostaglandin dan leukotrien dan sitokin.

• Mediator-mediator yang respon terhadap reaksi segera vaskuler dan otot polos juga reaksi
fase akhir (inflamasi).

• Manifestasi klinis mungkin bersifat lokal atau sistemik dan berkisar dari rinitis
ringan yang mengganggu sampai anafilaksis fatal

Hipersensitivitas Tipe II yang dimediasi Antibodi

Antibodi yang bereaksi dengan antigen timbul pada permukaan sel atau di dalam

matriks ekstraselular menyebabkan penyakit dengan merusak sel-sel tersebut,

memicu inflamasi atau mengganggu fungsi normal. Antibodi mungkin spesifik untuk

sel normal atau antigen-antigen jaringan (autoantibodies) atau untuk antigen-antigen eksogen,
seperti protein kimia atau mikroba, yang mengikat ke permukaan sel atau

matrik jaringan. Mekanisme yang bergantung pada antibodi dapat menyebabkan

cedera jaringan yaitu diilustrasikan pada (Gambar 6-16) dan dijelaskan

berikutnya. Reaksi-reaksi ini adalah penyebab penting beberapa penyakit (Tabel 6-3)
Hipersensitifitas Tipe III ( Immune Complex-Mediated)

Kompleks antigen-antibodi menghasilkan kerusakan jaringan terutama dengan

menimbulkan area deposit pada inflamasi. Reaksi patologis biasanya diawali ketika antigen
bergabung dengan antibodi dalam sirkulasi darah, menghasilkan kompleks imun yang
biasanya tersimpan di dinding pembuluh. Seringkali, kompleks dapat terbentuk di lokasi
dimana antigen telah tertanam (planted) sebelumnya (disebut kompleks imun insitu). Antigen
yang membentuk kompleks imun, bisa jadi eksogen, seperti protein asing yang ada
disuntikkan atau diproduksi oleh mikroba yang
infeksius, atau berasal dari endogen, jika individu menghasilkan antibodi terhadap antigen
diri sendiri (autoimmunity). Contoh-contoh gangguan kompleks imun dan antigen yang
terlibat tercantum dalam Tabel 6-4. Penyakit yang dimediasi imun

kompleks cenderung bersifat sistemik, namun seringkali melibatkan ginjal

(glomerulonefritis), sendi (arthritis) dan pembuluh darah kecil (vaskulitis), semua yang
umumnya area deposit kompleks imun.
Hipersensitifitas Tipe IV( T Cell-Mediated)

Hipersensitifitas yang dimediasi oleh sel tipe ini disebabkan oleh sitokin yang menyebabkan
inflamasi dihasilkan oleh Sel T CD4+ dan pembunuhan sel oleh sel sel T CD8 (Gambar 6-
18). Hipersensitifitas yang dimediasi oleh sel T CD4+ diinduksi oleh lingkungan dan antigen
sendiri adalah penyebab terbanyak penyakit inflamasi kronis, termasuk penyakit autoimun
(Tabel 6-5). Sel CD8+ bisa juga terlibat dalam beberapa kasus penyakit autoimun dan
mungkin sel efektor dominan dalam reaksi tertentu, Hal tersebut terutama terjadi pada infeksi
virus.

Anda mungkin juga menyukai