Anda di halaman 1dari 13

Kanker/Tumor disebut juga neoplasma adalah massa abnormal

jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan


dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus menerus walaupun
rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Transformasi
ganas berkaitan dengan perubahan genetik yang rumit, yang sebagian
mungkin menyebabkan ekspresi protein yang dianggap asing (non self,
bukan diri) oleh sistem imun. Gagasan bahwa tumor bukan seluruhnya
self(diri) diajukan oleh Ehrlich, yang menggagas bahwa dikenalinya autolog
oleh sistem imun mungkin merupakan mekanisme positif yang mampu
mengenyahkan sel yang mengalami transformasi. Kemudian, Lewis
Thomas dan McFarlane Burnet merumuskan konsep ini dengan
mengajukan istilah surveilans imun untuk mengacu pada pengenalan dan
penghancuran sel tumor bukan- diri saat sel tersebut muncul.

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme


yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini
melindungi tubuh dari infeksi , bakteri, virus, parasit serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka.

Sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh dengan lapisan pelindung


kekhususan yang meningkat. Respon pertama tubuh terhadap adanya
patogen adalah perlindungan fisikal. Jika patogen berhasil melewati
perlindungan pertama, sistem imun yang bekerja kedua adalah sistem imun
bawaan yang menyediakan perlindungan dengan segera, tetapi respon
tidak spesifik. Namun, jika patogen berhasil melewati respon bawaan, maka
pertahanan tubuh memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu sistem imun
adaptif yang diaktifkan oleh respon bawaan juga.

Imunitas tumor adalah proteksi sistem imun terhadap timbulnya tumor.


Penolakan sistem imun terhadap tumor karena tumor memiliki antigen
permukaan yang disebut dengan tumor spesific antigen (TSA) atau tumor
associated antigen (TAA). Adapun mekanisme tubuh dalam mencegah
timbulnya tumor melalui mekanisme imun non spesifik dan spesifik yang
melibatkan imunitas humoral dan selular.

TUMOR

Tumor disebut juga neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang


pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan
pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian walaupun rangsangan
yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Pada keadaan normal
pergantian dan peremajaan sel terjadi sesuai kebutuhan melalui proliferasi
sel dan apoptosis di bawah pengaruh proto-onkogen dan gen supresor
tumor. Tumor adalah penyakit kompleks dari berbagai akumulasi mutasi
genetik yang manifestasi penyakitnya memerlukan waktu yang lama.

Perbedaan pokok antara sel normal dan sel kanker yang teridentifikasi
bahwa sel normal usianya terbatas, sedangkan sel kanker adalah immortal.
Sel Neoplastik tidak berkembang secara terintegrasi dan tidak ada
ketergantungan pada populasi. Regulasi pada kontrol mitosis, diferensiasi,
dan interaksi antarsel mengalami gangguan.

IMUNITAS .

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme


yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh pathogen serta sel tumor.

Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik
(natural/innate/native) dan didapat atau spesifik
(adaptive/acquired).Disebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap
mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Sistem ini
merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai
mikroba dan dapat memberikan respon langsung.

I. Sistem Imun Non Spesifik

Yang termasuk kedalam pertahanan sistem imun non spesifik adalah:


A.Pertahanan fisik/mekanik

Yang termasuk pertahanan fisik atau mekanik adalah kulit, silia


saluran napas, batuk dan bersin, keratinosit, dan lapisan epidermis kulit
sehat, epitel mukosa yang utuh merupakan garis pertahanan terdepan
terhadap infeksi.

B.Pertahanan Biokimia

Yang termasuk ke dalam pertahanan ini adalah pH asam keringat


dan sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit, lisozim
dalam keringat, ludah, air mata dan air susu ibu, saliva yang mengandung
enzim laktooksidase, asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik,
antibodi dan empedu dalam usus halus, pH yang rendah dalam vagina,
spermin dalam semen, pembilasan oleh urin, laktoferin dan transferin dalam
serum, bahan yang disekresi mukosa saluran napas (enzim dan antibodi)
dan telinga yang semuanya merupakan pertahanan tubuh terhadap
masuknya kuman.

C.Pertahanan Humoral

Yang terlibat dalam pertahanan ini adalah sistem komplemen,


interferon, protein fase akut, dan kolektin. Bahan ini terdapat dalam serum
normal

D. Pertahanan Selular

Yang termasuk ke dalam pertahanan seluler nonspesifik adalah


fagosit, makrofag dan sel Natural Killer (NK).

1.Fagosit

Sel utama yang berperan dalam fagositosis adalah sel mononuklear


(monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear atau granulosit. Sel-sel
ini berperan sebagai sel yang menangkap antigen, mengolah dan
selanjutnya mempresentasikannya kepada sel T, yang dikenal sebagai sel
penyaji atau APC.

2.Makrofag

Monosit ditemukan dalam sirkulasi, tetapi monosit yang bermigrasi ke


jaringan dan berdiferensiasi menjadi makrofag yang seterusnya hidup
dalam jaringan sebagai makrofag residen. Sel Kupffer adalah makrofag
dalam hati, histiosit dalam jaringan ikat, makrofag alveolar di paru,sel glia
di otak dan langerhans di kulit. Makrofag dapat melepaskan berbagai bahan
antara lain isozim, komplemen, interferon, dan sitokin yang semuanya
memberikan kontribusi dalam pertahanan non spesifik dan spesifik.

3.Sel NK

Limfosit terdiri atas sel B, sel T dan sel NK. Sel NK berfungsi dalam
imuitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor.Ciri-cirinya yaitu memiliki
banyak sekali sitoplasma, granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia dan
nucleus eksentrik. Oleh karena itu sel NK sering disebut LGL (Large
Granular Lymphocyte).

4.Sel Mast

Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan
pejamu, jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi. Sel mast juga
berperan pada imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap invasi
bakteri.

II. Sistem Imun Spesifik

Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda


yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama sekali muncul
dalam badan segera dikenal oleh system imun spesifik sehingga terjadi
sensitasi sel-sel system imun tersebut. Benda asing yang sama , bila
terpajan ulang akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan. Oleh
karena sistem tersebut hanya dapat menyingkirkan benda asing yang
sudah dikenal sebelumnya, maka sistem tersebut disebut spesifik. Untuk
menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, sistem imun
spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik.Pada
umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibody-komplemen-fagosit
dan antara sel T-makrofag.

A.Sistem imun spesifik humoral

Peran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B


atau sel B. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang.Bila sel
B dirangsang oleh benda asing, sel tersebut akan berproliferasi,
berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi
antibodi.Antibodi yang dilepas dapat ditemukan dalam serum. Fungsi
utama antibodi ini ialah pertahanan terhadap infeksi ekstra seluler, virus dan
bakteri serta menetralisi toksinnya.

B.Sistem imun spesifik seluler

Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik seluler.Sel


ini juga berasal dari sel yang sama dengan sel B.Pada orang dewasa, sel
T dibentuk di dalam sumsum tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya
terjadi didalam kelenjar timus. Sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan
fungsi yang berlainan yaitu sel Th1 (T helper), Th2, Tdth (T delayed tipe
hipersensitivity), CTL (Cytotoksik T Lymphosit) atau Tc (T cytotoksic), Ts (T
supresor), atau sel Tr (T regulator) atau Th3.Fungsi utama sistem
imunspesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup
intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan. Jenis sel T :

Sel T sitotoksik (juga disebut sel CD8 + T) terlibat dalam


penghancuran langsung sel-sel yang telah menjadi kanker atau
terinfeksi virus. Sel T sitotoksik mengandung butiran (kantung yang
berisi enzim pencernaan atau zat kimia lainnya) sehingga mereka
memanfaatkan menyebabkan sel target untuk pecah dalam proses
yang disebut apoptosis. Sel T ini juga penyebab penolakan organ
transplantasi. Sel T menyerang jaringan organ asing saat organ
transplantasi diidentifikasi sebagai jaringan yang terinfeksi.

Sel T pembantu (juga disebut sel CD4 + T) mempercepat produksi


antibodi oleh sel B dan juga menghasilkan zat-zat yang mengaktifkan
sel T sitotoksik dan sel-sel darah putih yang dikenal sebagai makrofag.
Sel-sel CD4 + ditargetkan oleh HIV. HIV menginfeksi sel T helper dan
menghancurkan mereka dengan memicu sinyal yang mengakibatkan
kematian sel T.

Sel T Regulatory (juga disebut sel T penekan) menekan respon sel B


dan sel T terhadap antigen lainnya. Penekanan ini diperlukan agar
respon imun tidak berlanjut setelah itu tidak lagi diperlukan. Cacat pada
sel T regulator dapat menyebabkan perkembangan penyakit autoimun.
Dalam jenis penyakit ini, sel-sel kekebalan tubuh menyerang jaringan
tubuh sendiri.

sel Natural killer T (NKT) memiliki nama yang sama seperti berbagai
jenis limfosit yang disebut sel Natural killer. Sel NKT adalah sel T dan
bukan sel pembunuh alami. Sel NKT memiliki sifat dari sel T dan sel-
sel pembunuh alami. Seperti semua sel T, sel NKT memiliki reseptor
sel-T. Namun, sel NKT juga berbagi beberapa penanda sel permukaan
yang sama dengan sel-sel pembunuh alami. Dengan demikian, sel NKT
membedakan sel yang terinfeksi atau kanker dari sel-sel tubuh yang
normal dan sel menyerang yang tidak mengandung penanda molekuler
yang mengidentifikasi mereka sebagai sel-sel tubuh. Salah satu jenis
sel NKT dikenal sebagai sel invarian pembunuh alami T (iNKT),
melindungi tubuh melawan obesitas dengan mengatur peradangan
dalam jaringan adiposa.

Sel T memori membantu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali


antigen yang ditemui sebelumnya dan menanggapi mereka lebih cepat
dan untuk jangka waktu yang lama. Sel T helper dan sel T sitotoksik
dapat menjadi sel T memori. Sel T memori disimpan dalam kelenjar
getah bening dan limpa dan dapat memberikan perlindungan seumur
hidup terhadap antigen spesifik dalam beberapa kasus.

TUMOR PENYAKIT GEN (1)

Dewasa ini telah diketahui adanya sejumlah kerusakan dalam


mekanisme molekuler yang mengatur proliferasi dan homeotasis pada
hampir semua jenis sel. Pada keadaan normal, pertumbuhan sel
dipertahankan seimbang oleh berbagai regulator yang mengatur kecepatan
sel membagi diri, diferensiasi dan mati. Beberapa regulator adalah intrinsik
sedang lainnya berhubungan dengan sinyal yang diperoleh sel dari
lingkungan. Tumor terjadi melalui proses yang disebut transformasi yang
terjadi bila sel mengalami perubahan genetik dan mendapat kemampuan
untuk melepaskan diri dari mekanisme regulator. Proses diduga terjadi
bertahap yang mengubah sel normal menjadi tumor yang sangat ganas.

ANTIGEN TUMOR

Imunitas tumor ialah proteksi sistem imun terhadap timbulnya tumor.


Meskipun adanya respon imun alamiah terhadap tumor dapat dibuktikan,
namun imunitas sejati hanya terjadi pada subset tumor yang
mengekspresikan antigen imunogenik, misalnya tumor yang diinduksi virus
onkogenik yang mengekspresikan antigen virus. Identifikasi molekuler
antigen tumor telah dapat memberikan berbagai informasi mengenai
respon imun terhadap tumor yang dapat merupakan faktor kunci dalam
perkembangan imunoterapi antitumor.Antigen tumor yang unik dapat
digunakan sebagai molekul yang dapat dijadikan sasaran dan dikenal
sistem imun untuk dihancurkan secara spesifik. Antigen tersebut dapat
dibagi sesuai gambaran ekspresinya pada sel tumor dan sel normal dan
pada garis besarnya dapat digolongkn menjadi dua kategori:

A.Tumor Spesifik Antigen


Antigen yang hanya terdapat pada sel tumor dan tidak terdapat pada sel
normal.

Contohnya adalah musin dapat menghasilkan antigen spesifik-tumor.


Pada sebagian kanker,seperti yang berasal dari pankreas, ovarium, dan
payudara, kurangnya glikosilasi musin menghasilakan epitop yang semula
ditutup oleh karbohidrat. Oleh karena itu, antigen ini, demi kepentingan
praktis, adalah antigen spesifik tumor. Antigen virus. Antigen yang berasal
dari virus onkogenik seperti HPV dan EBV dapat menjadi sasaran sel T
CD8+. Antigen tumor semacam ini sama-sama dimiliki oleh tumor sejenis
dari pasien yang berlainan. Antigen ini dapat menjadi sasaran yang efektif
untuk imunoterapi karena tidak diekspresikan pada sel normal.

B.Tumor Associated Antigen

Antigen yang terdapat pada sel tumor dan juga terdapat pada sel
normal. Pada banyak hal, tumor tidak menunjukkan antigen unik yang dapat
dikenal limfosit untuk diproses sebagai antigen.Kanker dapat dikenal sisem
imun atas dasar perubahan kuantitatif dalam ekspresi profil
proteinnya.Antigen tersebut tidak kanker spesifik, disebut Tumor
Associated Antigen (TAA). Contohnya adalah antigen onkofetal. Antigen
tersebut disandi oleh gen yang diekspresikan selama embriogenesis dan
perkembangan janin, namun transkripsional tenang pada dewasa. Gen
tersebut menyandi protein yang diduga berperan dalam pertumbuhan cepat
sel embrio dan diaktifkan kembali untuk fungsi yang sama pada kanker
yang tumbuh cepat. Golongan antigen onkofetal juga diekspresikan testis
normal, dikenal sebagai antigen kanker testis, paru, kepala, leher dan
kandung kencing. Dewasa ini dikenal lebih dari 50 jenis TAA dan banyak
epitop yang sudah dapat diidentifikasi sel T. Jenis TAA lain adalah Tissue-
spesific differentiation antigen, protein yang diekspresikan pada sel yang
menjadi kanker dan ekspresinya ditemukan terus sesudah transformasi
neoplastik. Jadi antigen tersebut menunjukkan asal jaringan kanker.
a.Melanoma differentiating antigen gp 100.

Gen tersebut menyandi protein yang berfungsi dalam jalur biosintesis


malanin sel kulit dan juga diekspresikan oleh banyak kanker melanoma
dengan pigmen.

b.Prostate spesific Antigen (PSA) diekspresikan jaringan prostat normal


dan dengan kanker.

c.Carcinoembryonic Antigen

Carcinoembryonic Antigen yang dapat dilepas ke dalam sirkulasi,


ditemukan dalam serum penderita dengan berbagai neoplasma. Kadar
CEA yang meningkat (di atas 2,5 mg/ml) ditemukan dalam sirkulasi
penderita kanker kolon, kanker pankreas, beberapa jenis kanker paru,
kanker payudara dan lambung. CEA telah pula ditemukan dalam darah
penderita nonneoplastik seperti emfisema, kolitis ulseratif, pankreatitis,
peminum alkohol dan perokok.

d.Alfa feto protein (AFP) ditemukan dengan kadar tinggi dalam serum
fetus normal, eritroblastoma testis dan hepatoma.

RESPON IMUN TERHADAP KANKER

A. Imunitas humoral terhadap kanker

Meskipun imunitas selular pada kanker lebih banyak berperan


dibanding imunitas humoral, tetapi tubuh membentuk juga antibodi
terhadap antigen kanker.Antibodi tersebut ternyata dapat menghancurkan
sel kanker secar langsung atau dengan bantuan komplemen atau melalui
sel efektor ADCC. Yang akhir memiliki reseptor Fc misalnya sel NK dan
makrofag (opsonisasi) atau dengan jalan mencegah adhesi sel kanker.

Pada penderita kanker sering ditemukan kompleks imun, tetapi pada


kebanyakan kanker sifatnya masih belum jelas. Antibodi diduga lebih
berperan terhadap sel yang bebas (leukemia,metastase kanker) dibanding
kanker padat. Hal tersebut mungkin diseabkan karena antibodi membentuk
komleks imun yang mencegah sitotoksisitas sel T.

B. Imunitas selular terhadap kanker

Pada pemeriksaan patologi anatomi kanker, sering ditemukan infiltrat


sel-sel yang terdiri atas sel fagosit mononuklear, limfosit, sedikit sel plasma
dan sel mast. Meskipun pada beberapa neoplasma, infiltrat sel
mononuklear merupakan indikator untuk prognosis yang baik, tetapi pada
umumnya tidak ada hubungan antara infiltrasi sel dengan prognosis. Sistem
imun dapat langsung menghancurkan sel kanker tanpa sensitasi
sebelumnya.

Limfosit matang akan mengenal TAA dalam pejamu, meskipun TAA


merupakan self protein yang disandi gen normal. Adanya limfosit yang self
reaktif nampaknya berlawanan dengan self-tolerans.

Bila sel B dan sel T menjadi matang dalam sumsum tulang dan timus,
limfosit yang terpajan dan berikatan dengan self antigen akan mengalami
apoptosis. Namun banyak self-antigen tidak dielkspresikan dalam sumsum
tulang atau timus. Oleh karena deletion sentral tidak lengkap dan limfosit
self-reaktif yang mengenal antigen tidak diekspresikan dalam sumsum
tulang atau timus, maka sistem imun biasanya tidak responsif terhadap self-
antigen oleh karena ada dalam keadaan anergi.Mengapa sel autoreaktif
dipertahankan dalam keadaan inaktif, tidaklah jelas. Diduga limfosit anergik
tidak memberikan respons terhadap self-antigen dengan kadar yang
diekspresikan pada keadaan normal oleh sel sehat, namun responsif
terhadap peningkatan ekspresi antigen pada sel kanker.

1.CTL

Banyak studi menunjukkan bahwa kanker yang mengekspresikan


antigen unik dapat memacu CTL/Tc spesifik yang dapat mnghancurkan
kanker. CTL biasanya mengenal peptida asal TSA yang diikat MHC-I. CTL
tidak selalu efisien, disamping respons CTL tidak selalu terjadi pada kanker.
2. Sel NK

Sel NK adalah sitotoksik yang mengenal sel sasaran yang tidak


antigen spesifik dan juga tidak MHC dependen. Diduga bahwa fungsi
terpenting sel NK adalah antikanker. Sel NK juga mengekspresikan IgG-R
yang dapat membunuh sel sasaran melalui ADCC dan melalui
penglepasan protease, perforin dan granzim

3. makrofag

Makrofag juga memiliki enzim dengan fungsi sitotoksik dan melepas


mediator oksidatif seperti superoksid dan oksida nitrit. Makrofag juga
melepas TNF- yang mengawali apoptosis. Diduga makrofag mengenal sel
kanker melalui IgG-R yang berikatan dengan antigen kanker. Makrofag juga
dapat memakan dan mencerna sel kanker dan mempresentasikannya ke
sel CD4+. Jadi Makrofag dapat berfungsi sebagai inisiator dan efektor imun
terhadap kanker.

Adapun efektor sistem imun humoral dan selular pada destruksi


kanker dapat disimpulkan sebagai berikut :

A. Mekanisme humoral :
1. Lisis oleh antibodi dan komplemen
2. opsonisasi melalui antibodi dan komplemen
3. Hilangnya adhesi oleh antibodi
B. Mekanisme seluler
1. Destruksi oleh sel CTl/Tc
2. Destruksi oleh sel NK
3. Destruksi oleh makrofag

USAHA TUMOR MELEPASKAN DIRI DARI RESPON IMUN

Kebanyakan tumor timbul pada individu yang tidak


imunokompromais.Hal itu berarti bahwa tumor sendiri memiliki mekanisme
untuk menghindarkan diri dari imunitas nonspesifik dan spesifik. Diduga ada
berbagai mekanisme.

a.Tidak adanya kostimulasi

Kebanyakan sel tumor tidak dapat dipresentasikan dan diproses oleh


karena tidak memiliki molekul B7 (CD 80) dan CD 86 sebagai molekul
kostimulatori. Hal ini tidak saja menghambat sensitisasi, tetapi juga
menyebabkan sel T anergik atau mengalami apoptosis.

b.Hilang atau berkurangnya ekspresi antigen histokompatibilitas (MHC)

Sel tumor juga tidak mengekspresikan molekul untuk mengaktifkan sel


T terutama MHC-II atau molekul adhesi ICAM-I atau LFA3. Banyak tumor
mengekspresikan sedikit MHC-I yang menimbulkan resistensi terhadap sel
Tc.

c.Tumor lain mengekspresikan FasL yang menginduksi apoptosis limfosit


yang menginfiltrasi jaringan dengan tumor.

d.imunosupresi

Tumor sendiri dapat melepas berbagai faktor imunosupresif seperti


TGF- yang merupakan sitokin imunosupresif poten.

e.mengembangkan varian antigen negatif

f. memproduksi musin yang menyamarkan antigen

DAFTAR PUSTAKA

1. Baratawidjaja KG; Imunologi Dasar. Edisi ke-7.Jakarta.2006.P:357-


65

2. DeVita V.T, Hellman S, Rosenberg S.A.; Cancer: principles &


Practice of Oncology. 7thed.Philadelphia. 2005 P:139- 57

3. Executive Summary of the Tumor Immunology think Tank :


available at :
http://dcb.nci.nih.gov/thinktank/Executive_Summary_of_the_Tumor_Imuno
logy_Think_Tank.cfm.

4. Kumar V, Cotran R.S, Robbins S.L. Robbins Basic pathology. 8th


ed. Saunders. Philadelphia. 2007. p:214-17

5.Lubis Dahlan Nadib H M dr Prof; Patologi Imun. Bagian Patologi


Anatomi FK USU & UISU, 2003.

6. Ruddon RW;Cancer Biology.4th ed.United states of america.2007.P:


400- 26

7. Rubin Emanuel et al; Pathology.3rded.vol.II Philadelphia.1999.P:164-5

8. Tumor Immunology : available at:


http://microvet.arizona.edu/Courses/MIC419/Tutorials/tumor.html

9. Tumor Immunity : available at : http://


heatsciennces.columbia.edu/dept/ps/2007/imuno/im 23.pdf

Aktivasi Sel T

Sel T yang diaktifkan oleh sinyal dari antigen yang mereka hadapi. Sel
darah putih antigen, seperti makrofag, menelan dan mencerna antigen. Sel
penyaji Antigen menangkap informasi tentang molekul antigen dan
memsangkan ke kompleks molekul histokompatibilitas utama (MHC) kelas
II. molekul MHC kemudian diangkut ke membran sel dan disajikan pada
permukaan sel penyaji antigen.

Setiap sel T yang mengenali antigen tertentu akan mengikat sel penyaji
antigen melalui reseptor sel-T nya. Setelah reseptor sel T mengikat molekul
MHC, sel penyaji antigen mengeluarkan sel sinyal protein yang disebut
sitokin. Sitokin dari sinyal sel T akan menghancurkan antigen spesifik,
sehingga mengaktifkan sel T.

Anda mungkin juga menyukai