Anda di halaman 1dari 22

PETUNJUK PRAKTIKUM

DIAGNOSA KLINIK VETERINER


ACARA 9 : PEMERIKSAAN KESEHATAN KUDA

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
PEMERIKSAAN KESEHATAN KUDA

A. HANDLING

Handling pada kuda dilakukan dengan meletakkan telapak tangan di depan

moncong kuda, hal ini akan membuat kuda mengenali bau dari pemeriksa. Handling

dilanjutkan dengan mengusap kepala maupun badan kuda hingga kuda merasa

nyaman.

Gambar 1. (a) Pemberian pakan. (b) Mengelus kuda

B. RESTRAIN

Restrain pada kuda sering dilakukan mengingat factor resiko pada kuda yang

perlu diperhatikan seperti gigitan maupun tendangan kaki, maka dari itu kuda perlu

direstrain dengan cara :

1. Mengangkat Kaki

Cara ini dapat mencegah kuda melakukan tendangan.

Gambar 2. (a) Mengangkat kaki depan. (b) Mengangkat kaki belakang


2. Twitching

a. Pram/ Twitch

Pram digunakan dengan cara memasangnya pada bibir bagian atas dan diputar

hingga mengalihkan rasa sakit di daerah selain bibir.

Gambar 3. Metode twitching pada bibir

b. Twitching Tangan

Twitching dengan tangan dapat dilakukan dengan ear twitch ataupun neck

twitch.

Gambar 4. Metode twitch pada telinga dan kulit leher

3. Halter

Pemasangan halter dikepala untuk mengendalikan kuda baik ketika diam,

berjalan maupun berlari.


Gambar 5. Halter pada kuda

4. Tali Kesehatan

Prinsipnya sama dengan tali kesehatan pada sapi yaitu membatasi ruang gerak.

Gambar 6. Penggunaan tali kesehatan

5. Kandang Jepit

Kandang jepit merupakan tempat untuk membatasi ruang gerak kuda ketika

dilakukan pemeriksaan maupun perlakuan.

C. PEMERIKSAAN UMUM

1. Inspeksi dan Adspeksi


Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi dan adspeksi,

Lakukan inspeksi dan adspeksi dengan cara melihat, membau, dan mendengarkan

tanpa alat bantu. Inspeksi yang dapat dilakukan antara lain dengan melihat posisi

berdiri, ada atau tidaknya leleran hidung/mata/vulva/rectum, ekspresi muka,

kondisi tubuh serta melihat cara berjalan/berlari/memutar tubuh.

2. Pulsus

A B

Gambar 7. a. maxillaries (A) dan auskultasi jantung (B)

Pemeriksaan pulsus kuda yang utama dilakukan pada jantung. Selain itu,

dapat pula dilakukan pada a. maxillaries externa di bagian incisura vasorum.

3. Frekuensi Nafas

Frekuensi napas dapat dihitung dengan memperhatikan gerak rongga dada

pada keadaan hewan istirahat dan tenang serta auskultasi pulmo. Frekuensi napas

dapat dihitung, juga dapat dilihat melalui hidung dengan bantuan tangan atau

kapas.
Gambar 8.
Menghitung frekuensi napas melalui hidung dengan
bantuan tangan

Gambar 9.
Menghitung frekuensi napas melalui auskultasi
pulmo

4. Suhu Tubuh

Gambar 10. Pemeriksaan suhu dengan termometer

Pemeriksaan suhu tubuh kuda dengan termometer melalui rektum

Ukurlah suhu tubuh dengan termometer melalui rektum. Olesi ujung

termometer dengan bahan pelican (misalnya vaselin). Masukkan ujung

termometer ke lubang anus (termometer menempel pada mukosa rektum atau


dinding rektum serta posisi operator disamping kiri atau kanan dari kuda, tunggu

sampai termometer berbunyi kemudian catat skalanya.

5. Selaput Lendir

 Konjungtiva

Geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan

telunjuk dan sedikit ditekan, maka akan tampak conjunctiva palpebrarum dan

membran nictitans (pada kuda). Tekan kelopak mata bawah dengan ibu jari, maka

conjunctiva palpebrarum bawah akan tampak. Bandingkan antara konjungtiva

mata kanan dan kiri, apakah ada perbedaan. Coba bandingkan sesama spesies

(sedapat mungkin lebih dari dua ekor), sehingga dapat meyakinkan bagaimana

konjungtiva normal yang sesungguhnya.

Pada waktu pemeriksaan konjungtiva, perhatikan apakah ada perubahan warna,

apakah lebih basah atau lebih kering, apakah ada lesi, kotoran, bercak-bercak, dsb.

Bila ada perubahan, apakah unilateral (biasanya gangguan local) atau bilateral

(biasanya gangguan sistemik).

Gambar 11. Pemeriksaan konjungtiva mata.

 Selaput Lendir Hidung, Mulut dan Vulva

Periksa warna selaput lendir pada hidung, mulut dan vulva. Lakukan

pemeriksaan CRT (Capillary Refill Time) dengan cara membuka bibir hewan
kemudian menekan gusi dan melepaskan kembali. Hitunglah waktu kembalinya

warna gusi dari putih menjadi merah.

Gambar 12. Pemeriksaan CRT pada kuda (A) dan selaput lendir pada hidung (B).

D. SISTEM PERNAFASAN KUDA

Hal yang harus diperhatikan adalah ada tidaknya abnormalitas seperti cegukan,

batuk, bersin ataupun pengeluaran abnormal yang keluar melalui hidung.

1. Hidung

Perhatikan leleran yang keluar melalui hidung, ada tidaknya lesi di hidung, serta

meraba hidung untuk mengetahui suhu local pada hidung.

2. Pharynx, Larynx, dan Trachea

Lakukan palpasi dari luar, adanya reaksi batuk, suhu, dan lgl. Regional, terutama

lgl. Submaxillaris, suprapharyngealis, dan parapharyngealis. (dibandingkan kanan

dan kiri).

3. Rongga Dada
Gambar 13. Area auskultasi kuda.

Tentukan daerah perkusi/ auskultasi paru-paru kuda: dengan menarik garis

bayangan lewat titik-titik orientasi sebagai berikut, batas depan: tarik garis lurus

dari angulus scapulae caudalis ke olecranon ulnae. Batas atas: tarik garis

horizontal dari angulus scapulae caudalis sampai intercostae ke 2 dihitung dari

belakang. Batas belakang bawah: tarik garis lengkung dari ujung belakang garis

batas atas ke olecranon ulnae melalui titik orientasi sebagai berikut: daerah 1/3

atas melalui intercostae ke 3 dihitung dari belakang, daerah 1/3 tengah melalui

intercostae ke 5 dihitung dari belakang, daerah 1/3 bawah melalui intercostae ke 7

dihitung dari belakang. Pindahkan gambar daerah paru-paru tersebut ke atas

kertas, dengan meletakkan garis batas depan vertical, daerah kanan di sebelah kiri

dan daerah kiri di sebelah kanan kertas.

Lakukan perkusi pada daerah yang disebut di atas dengan plexor dan

pleximeter. Perhatikan suara perkusi yang normal, perhatikan bahwa pada

keadaan yang normal suaranya tak sama (ketidaksamaan ini jangan dianggap

sebagai anomaly, bila ditulis: tidak ada perubahan). Pada daerah dada sebelah kiri,

1/3 bawah supaya diperhatikan daerah pekak jantung.

Lakukan pula auskultasi pada daerah yang sama, pada auskultasi normalnya

juga ada perbedaan-perbedaan suara. Perhatikan pula kemungkinan terjadinya

perluasan daerah perkusi/ auskultasi, perhatikan anomaly-anomali dan suara

abnormal pada perkusi maupun pada auskultasi.

Lakukan pula pada daerah trachea, pada keadaan normal, suaranya sama

dengan suara bronchus yang lain.

Lakukan palpasi pada intercostae. Perhatikan ada rasa nyeri pada pleura,

adanya edema sebcutis.


E. SISTEM PENCERNAAN KUDA

Lakukan handling dan restrain untuk memudahkan pemeriksaan. Pada waktu

melakukan eksplorasi rectal atau melakukan pemeriksaan lain di daerah belakang,

untuk menghindari sepakan, bila perlu salah satu kaki depan diangkat. Di samping

itu tubuh pemeriksa didekatkan pada perut/sebelah paha depan, supaya kuda tidak

menyepak.

Gambar 14. Anatomi Sistem Pencernaan Kuda.

Pada kuda betina membuka mulut dapat dilakukan dengan memasukkan

tangan ke spatium interalveorale (hati-hati, kadang-kadang kuda betina ada yang

bertaring). Membuka mulut kuda dapat pula dilakukan dengan alat pembuka

mulut (mouth gag).

Perhatikan mukosa mulut dan gigi-giginya. Perhatikan apakah ada cacat letak/

bentuk atau karies gigi, atau ada gangguan prehensi. Perhatikan bau mulut

(misalnya pada caries dentis), perhatikan pula kemungkinan adanya sinusitis

maxillaries (pada caries dari dentes molares). Lakukanlah palpasi pharynx dari

sebelah luar, raba pula lgl. Mandibularis (submaxillaris) dan parapharyngealis.

Catatan : bila tersedia, inspeksi pharynx dapat dilakukan memakai

rhinopharyngoscope. Pemeriksaan esophagus kuda dari sebelah luar, praktis sama

seperti pada sapi.


Gambar 15. Anatomi gigi kuda; A (1 tahun), B (5 tahun), C (15 tahun)

Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dengan melihat tingkah laku kuda

yang memberi petunjuk adanya kolik. Perhatikan frekuensi napas, frekuensi

pulsus, konjunctiva, keringat, defekasi, tinjanya, kemungkinan terjadinya muntah.

Lakukan eksplorasi rektal, perhatikan adanya rasa nyeri (pada tympani usus),

adanya obstructant (terutama pada flexura pelvina), lipatan penggantung usus

(pada volvulus dan invaginatio).

F. SISTEM KARDIOVASKULAR

1. Nadi

Ulangi pemeriksaan pulsus (denyut nadi) yang telah dilakukan pada waktu

pemeriksaan umum. Hitung frekuensinya, perhatikan ritme dan kualitasnya.

2. Jantung

Kerjakan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

Perhatikan frekuensi, ritme, kualitas/dan kekuatan dan daerah pekak jantung.

Daerah pekak jantung normal ditentukan oleh bagian yang menempel pada

dinding dada.

Pada kuda daerah sebelah kiri batas muka dan belakang dari rusuk ke 3 sampai

dengan 6, sebelah atas: hampir sampai dengang batas dada 1/3 bawah (lihat

pemeriksaan alat respirasi). Sebelah kanan, antara rusuk ke 4 sampai dengan rusuk

ke 6 (meliputi daerah yang sangat kecil saja).


Inspeksi dan palpasi dilakukan pada daerah sebelah kiri, amati detak/debar

jantung. Perhatikan apakah ada peningkatan debar jantung. Juga diperhatikan

apakah detak jantung dapat didengar dengan stetoskop. Periksa dada sebalah

kanan, apakah tampak/teraba detak/debar jantung pada dinding sebelah kanan.

Perhatikan pula kemungkinan detak/debar yang mengalami percepatan.

Perkusi dilakukan pada daerah pekak jantung (kiri dan kanan), perhatikan

apakah ada pelebaran daerah pekak jantung.

Auskultasi didengarkan suara detak jantung dan hitung frekuensinya. Lakukan

pula bersama-sama dengan pemeriksaan pulsus.

G. SISTEMA UROPOETICA

Pemeriksaan dapat dilakukan secara inspeksi dengan melihat frekuensi urinasi,

warna urin, dan adanya kesulitan saat urinasi.

H. SISTEM LIMFATIK DAN SYARAF

1. Sistem Limfatik

Prinsip metode dan parameter pemeriksaan limfoglandula pada kuda sama

dengan pemeriksaan limfoglandula pada hewan kecil dan hewan besar.

- Limfoglandula yang umumnya dapat dipalpasi : lgl. submaxillaris; lgl.

Parotid ; lgl. axillaris (hanya bila bengkak); lgl. Prescapularis dan lgl.

poplitea

- Limfoglandula yang tidak dapat dipalpasi dari luar, namun dapat tampak

karena membengkak : lgl. bronchialis; lgl. mediastinalis posterior; dan lgl.

Mesenterialis (letaknya dalam)


Pada kuda adanya pembengkaan limfoglandula mungkin disebabkan oleh

penyakit Malleus (Glanders), Adenitis Equorum (Strangles) dan Sacharomycosis

(Lymphangitisepizooticae).

Gambar 16. Letak limfoglandula pada kuda.

2. Sistem Syaraf

a) Pemeriksaan umum kondisi sistem syaraf dilakukan dengan cara :

Inspeksi kondisi mental hewan, perilaku abnormal, serta abnormalitas postur

kepala dan hewan saat berdiri

Gambar 17. Kuda normal berdiri tegak dengan tumpuan beban yang sama di
semua kaki
b) Periksa fleksibilitas gerakan kepala
Gambar 18. Pemeriksaan fleksibilitas kepala

c) Palpasi tulang punggung untuk mendeteksi adanya kesakitan

Gambar 19. Deteksi rasa sakit pada area caudal

d) Periksa refleks muskulus kutaneus dengan mencubit kulit menggunakan jari

ataupun pinset

Gambar 20. Pemeriksaan reflek cutaneus


Pemeriksaan syaraf pusat (12 syaraf kranial) dilakukan dengan cara:

Syaraf
Cara Pemeriksaan Keterangan
Cranial Ke-
I Beri rangsangan bau dan Gangguan CN. I pada kuda
perhatikan apakah kuda dapat jarang ditemui
mencium bau tersebut
II Melihat refleks berkedip dengan Kuda dengan gangguan
menggerakkan tangan secara cerebellar menunjukkan
cepat di depan mata kuda respon negatif namun hewan
masih bisa melihat
III, IV, VI  Periksa reflek konstriksi  Kondisi pupil tidak
pupil terhadap cahaya berorientasi horizontal
menggunakan pen light (normalnya
 Periksa juga ukuran dan horizontal)
kesimetrisan pupil digolongkan
 Fungsi muskulus retractor strabismus
oculi dicek dengan  Deviasi mata ke arah
menekan bola mata (ketika lateral berhubungan
kelopak mata menutup) dengan lesi CN. III
 Deviasi mata ke arah
dorsomedial
berhubungan dengan
lesi di otak atau
gangguan CN. IV
V  Fungsi sensoris diperiksa  Gangguan fungsi
dengan cara menyentuh sensoris ditandai
telinga, kelopak mata, dengan penurunan
wajah, dan area dalam responsiveness di area
hidung tersebut
 Fungsi motoris diperiksa  Gangguan fungsi
dengan cara inspeksi motoris ditandai
kesimetrisan m. masetter dengan kesulitan
dan kemampuan mengunyah atau
mengunyah rahang yang
menggantung
(dropped jaw)
VII  Perhatikan kondisi  Paresis (kelemahan)
ekspresi wajah, gerakan dan paralisis CN. VII
mata, kelopak mata, umumnya terjadi
hidung, dan bibir secara unilateral
VIII  Observasi keseimbangan  Hewan dengan
dan postur hewan gangguan pada CN.
 Cek respon hewan VIII sering tampak
terhadap stimuli suara kepala dan badan
yang miring
 Ketulian (deafness)
unilateral sulit
dideteksi
IX, X, XI  Fungsi pharyngeal dicek  Disfungsi CN. IX
dengan melihat hewan sering tampak
ketika menelan dysphagia (kesulitan
 Fungsi laryngeal dicek menelan)
dengan endoskopi atau  Disfungsi CN. X
slap test umumnya nampak
paralisis unilateral
dari larynx
XII  Menarik dan  Disfungsi CN. XII
menggerakkan lidah sering ditemui pada
hewan yang terjangkit
diabetes millitus.

I. SISTEMA KULIT DAN AMBING

Prinsip, metode, dan parameter pemeriksaan kulit dan ambing pada kuda sama

dengan pada hewan kecil dan hewan besar.

J. SISTEM LOKOMOTOR

Kepentingan pemeriksaan sistem lokomotor pada kuda adalah untuk mendeteksi

ada tidaknya kepincangan serta menentukan sumber permasalahannya. Prosedur

umum pemeriksaan sistem lokomotor pada kuda antara lain :

1. Inspeksi konformasi kuda dari depan, belakang, ataupun samping

- Perhatikan kesimetrisan tiap sisi dan ada tidaknya pembengkakan di area

tertentu.

Gambar 21. Kelainan Konformasi Kuda

2. Palpasi tulang punggung, kaki depan, dan kaki belakang.


3. Periksa area teracak menggunakan hoof tester .

Gambar 22. Bagian-bagian teracak

- Teracak sebaiknya dibersihkan sebelum penggunaan hoof tester.

Gambar 23. Pemeriksaan bagian teracak dengan hoof tester.

4. Observasi kuda saat bergerak

- Kuda diajak berjalan dan trotting dengan lintasan lurus dan melingkar, baik ke

arah kanan atau kiri .

- Perhatikan : gerakan kaki saat diangkat atau menapak tanah, lebar langkah

kaki depan dan kaki belakang, serta gerakan naik turun kepala ketika berjalan.
Gambar 24. Pemeriksaan kepincangan dengan trotting.

5. Melakukan flexion test, dengan cara :

o Active flexion test

1) Bagian kaki yang ingin diperiksa ditekuk selama kurang lebih 1 menit,

2) Kaki diturunkan secara cepat dan lembut ,

3) Kuda diajak berjalan ataupun trotting ,

4) Perhatikan apakah bagian kaki yang ditekuk tadi nampak pincang atau

tidak.

o Passive flexion test

1) Bagian kaki yang ingin diperiksa ditekuk selama kurang lebih 1 menit,

2) Kaki diturunkan secara cepat dan lembut ,

3) Perhatikan apakah bagian kaki yang ditekuk tadi cepat kembali ke posisi

berdiri normal, perhatikan pula apakah tampak ada kesakitan atau tidak .

Gambar 25. Menekuk kaki kuda.

6. Melakukan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan teknik diagnostic imaging,

dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain:


o USG (ultrasonografi): sangat baik untuk menggambarkan tendon, ligamen,

bursi (biceptial dan trochanter) ataupun muskulus skeletal.

o Radiografi: sangat baik untuk visualisasi lesi skeletal di kaki bagian bawah.

o MRI (magnetic resonance imaging): sangat baik untuk visualisasi lesi jaringan

lunak di kaki bagian bawah.

o Nuclear scintigraphy (bone scan): dapat membantu untuk melokalisir

penyebab kepincangan yang non-spesifik.

Gambar 26. Mesin x-ray

Gambar 27. Probe USG dan gambar hasil USG

Gambar 28. Proses MRI (Magnetic Resonance Imaging)

K. KOLIK

1. Kolik Konstipasi (Impactio Kolon)


Merupakan kolik yang di tandai dengan rasa sakit perut dengan derajat sedang

anorexia, depresi sera adanya konstipasi. Kasus terjadi karena kurangnya jumlah

air yang diminum.

2. Kolik Spasmodik (Enteralgia Katalaris)

Merupakan kolik akut disertai rasa mulas yang berlangsung tidak lama, akan

tetapi terjadi secara berulang kali. Rasa mulas ditimbulkan oleh kenaikan

peristaltik usus dan spasmus hingga menyebabkan tergencetnya syaraf. Dapat

disebabkan oleh pemberian pakan mendadak.

3. Kolik Tympani (Flatulent Colic)

Merupakan kolik yang disertai timbunan gas yang berlebih di kolon dan

sekum. Disebabkan akibat konsumsi pakan yang mudah mengalami fermentsi atau

faktor lain yang menurunkan peristaltic.

4. Kolik Sumbatan ( Kolik Obstruksi)

Merupakan kolik yang timbul akibat terhalangnya ingesta di dalam usus oleh

adanya bau usus (enterolith, fecalith, coprotith) atau bangunan bola-bola serat

kasar (phytobezoas).

5. Kolik Lambung (Distensi Lambung)

Merupakan kolik yang berlangsung secara akut, yang terjadi sebagai akibat

meningkatnya volume lambung yang berlebihan.

6. Kolik Trombo-emboli (Arteritis Mesenterica Verminosa/ Aneurisma


Verminosa)
Merupakan kolik yang terjadi akibat gangguan aliran darah ke dalam segmen

usus sebagai akibat terbentuknya simpul-simpul arteri oleh migrasi larva

Strongylus vulgaris.

L. NASOGASTRIC TUBING DAN ENEMA

Nasogastric tubing adalah prosedur medis untuk mendapatkan akses ke


lambung. Alat yang digunakan adalah selang, sonde, ember air. Metodenya

dengan cara selang diberi pelumas kemudian dimasukkan melalui hidung secara

perlahan hingga masuk ke dalam lambung (ada reflek menelan saat posisi selang

masuk ke saluran pencernaan).

Enema adalah prosedur untuk memasukkan cairan ke dalam kolon melalui

melalui anus. Enema dapat ditujukan untuk merangsang peristaltik kolon supaya

dapat buang air besar (mengatasi konstipasi) dan mengatasi dehidrasi. Metodenya

dilakukan dengan cara memasukkan air sabun dengan sonde dan mengalirkannya

melalui anus, feses akan keluar bersama dengan air sabun tersebut.

M. METODE KATERISASI

Prinsip prosedur pemasangan kateter pada jantan atau betina sama seperti pada

anjing Jenis kateter yang digunakan untuk kuda jantan (stallion dan gelding)

umumnya berdiameter 6,6 cm dan panjang kurang lebih 150 cm.

Jenis kateter yang digunakan untuk kuda betina (mare) umumnya berdiameter

8,6 cm dan panjang kurang lebih 40 cm. Ukuran kateter yang digunakan

disesuaikan dengan breed kuda.

N. EXERCISE : CARA BERJALAN

1. Walk

Cara berjalan dengan 4 irama, yaitu keempat kaki menginjak tanah secara

bergantian.

2. Trot (berlari dengan derap) 

Cara berjalan 2 irama diagonal, yaitu kaki kanan depan menginjak tanah

bersamaan dengan kaki kiri belakang, kaki kiri depan menginjak tanah

bersamaan dengan kaki kanan belakang.

3. Pace (lateral walk) 


Cara berjalan 2 irama lateral, yaitu kaki kanan depan menginjak tanah

bersamaan dengan kaki kanan belakang, kaki kiri depan menginjak tanah

bersama kaki kiri belakang.

4. Gallop (diagonal walk)

Sebutan laiinya yaitu congkelang (berlari cepat dengan menderap) dengan

cara 3 irama berjalan. Kaki belakang menginjak tanah bersamaan, sementara

kaki depan menginjak tanah masing-masing terpisah dengan kaki belakang

membentuk suatu irama.

5. Canter

Cara berjalan yang sama seperti Gallop, namun lebih lambat.

Anda mungkin juga menyukai