Anda di halaman 1dari 16

PENYAKIT MALLEUS

(GLANDERS) PADA
KUDA
PENDAHULUAN
• Menyerang bangsa Equidae seperti kuda,
keledai, dan Bagal
• Babi, Domba, Karnivora dan manusia bisa
tertular tapi JARANG
• Penyakit Malleus disebut juga dengan glanders,
Boosaarddige Droes, Farcy, Droes, Rotz, dan
Ingus Jahat.
• Penyakit ini banyak ditemukan di daerah Asia,
Eropa Timur, dan Afrika Utara.
• Penyakit ini menimbulkan gangguan saluran
pernafasan bagian atas, paru, dan kulit.
Septikemia dan mati dalam hitungan hari.
SEJARAH PENYAKIT
• 400 BC – Hippocrates menemukan px ini
• Aristotle menamainya malleus (artinya malignant disease)
• 1664 – Sollysel dari Prancis baru menyadari kemampuan penyakit ini adalah infeksius
• 1882 – mulai ketahuan bahwa px ini zoonosis dan Loeffer dan Schuzt dari Jerman
mengisolasi agen glanders yaitu Bukholderia mallei
• 1890 – Helman dari Estonia, Kalning dari Latvia dan Pearson dari USA berhasil
membuat test diagnostic glanders yang spesifik. Berdasarkan pola Koch’s tuberculin.
• 1992, seven Pseudomonas species were moved to a new genus, Burkholderia. B.
cepacia is the type species in the genus, which includes the organisms causing
melioidosis (B. pseudomallei) and glanders (B. mallei).
AGEN PENYEBAB
• Penyebabnya Burkholderia mallei
• Aerob
• gram-negative , Rod shaped
• Ukurannya 2-5 µ x 0.3-0.8 µ
• Oxidase positif
• No flagella non motil
• FACULTATIVE INTRACELLULAR OBLIGATE
• Transmission = Direct contact, inhalation,
ingestion, Fomites, Skin lesion
• Penularan ke manusia = paling sering skin
lesion
HOST
• Bangsa equidae = Kuda (bentuk kronis), keledai dan Bagal
(bentuk akut)
• Karnivora jika memakan daging yang terinfeksi
• Domba dan kambing
• Hewan lab (Hamster, mencit, guinea pig)
• Dokter hewan atau petugas kandang (Farrier)
• Unta, beruang, serigala, anjing
• RESISTANT = Babi dan Sapi
EPIDEMIOLOGI
• Awalnya Menyebar di ASIA, AFRICA, AMERIKA SELATAN, EROPA TIMUR DAN TIMUR
TENGAH
• EROPA BARAT, AUSTRALIA, AMERICA UTARA sudah bisa mengendalikan penyakit ini.
• 1928 – Inggris bebas
• 1934 – USA bebas
• 1998-2007 – Brazil, Ethiopia, Iran, Iraq, Mongolia, Turkey dan UEA melaporkan px ini
• 2010 – Bahrain melaporkan kasus pertama
• Dulu penting -> Sporadic -> re emerging disease
• INDONESIA dilaporkan BEBAS tapi ditemukan antibody B. mallei pada tahun 1939
dan 2018 di Jakarta.
• Bangsa kuda sudah jarang dipakai media transport
GEJALA KLINIS
• Inkubasi 3-14 hari
• Demam Tinggi (as high as 106°F [41°C]),
• weight loss
• a thick, mucopurulent nasal discharge and
respiratory signs.
• Death occurs within a few days.
• ulcerative lesions of the skin and internal nares
(chronic form in horse)
BENTUK PENYAKIT
• Nasal, pulmonary, and cutaneous forms of glanders are recognized,
and an animal may be affected by more than one form at a time.
• Nasal form
• nodules in the mucosa of the nasal septum
• deep ulcers with raised irregular borders.
• cicatrices remain after the ulcers heal.
• In the early stage, the submaxillary lymph nodes are enlarged and edematous
and later become adherent to the skin or deeper tissues.
• Clear secretion  purulent , blood
• Pulmonary form
• small, tubercle-like nodules, which have caseous or calcified centers
surrounded by inflammatory zones, are found in the lungs.
• pneumonia.
• The nodules tend to break down and may discharge their contents into the
bronchioles, resulting in extension of the infection to the upper respiratory
tract.
• Cutaneous form (“farcy”)
• nodules appear along the course of the lymph vessels, particularly of the
extremities. discharge a highly infectious, sticky pus, yellow secretion scar
• The liver and spleen also may show typical nodular lesions.
• Histologically, there may be vasculitis, thrombosis, and infiltration of
degenerating inflammatory cells.
LESI YANG DITEMUKAN POST
MORTEM
• Nodul berwarna merah, kuning, besar
dan menempel pada paru (pasti
ditemukan pada setiap hewan penderita
glanders), pada nodul yg lebih lama akan
berwarna abu-abu dikelilingi bahan
lunak dan kering atau kapsul yg fibrous.
• Lesi ditemukan pada kelenjar limfe
trakeal, bronkial, mukosa hidung dan
kulit, kadang ditemukan pada limfe
mesenterial, limpa dan hati, ginjal dan
skrotum pada hewan jantan.
LESI YANG DITEMUKAN POST
MORTEM
• Lesi pada hidung berbentuk luka, ulcer dan membentuk jaringan parut (cicatrix)
• Lesi pada kulit (Farcy bud) adanya pembengkakan diameter 2-3 cm, luka lama sembuh, terbentuk
jaringan parut, dan banyak ditemukan dikaki belakang.
• Pembengkakan limfonodus
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
• MELIODOSIS (Bukholderia pseudomallei), Gejalanya mirip
• STRANGLES (Streptococcus equi) , gejalanya pembengkakan saluran
pernafasan atas, susah bernafas, dan abses dibeberapa bagian tubuh.
• GUTTURAL POUCH DISEASE (Streptococcus spp), gejalanya adanya
eksudat pada saluran pernafasan atas.
• Lymphangitis (gejalanya ada lesi pada kulit dan limfonodus)
• Dermatophilosis
• Dermatomycoses
• Other forms of pneumonia
DIAGNOSA
• GEJALA KLINIS
• PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS / isolasi agen
(Blood, sputum, urine or skin lesions)
• SEROLOGIS
• Uji Malein (Intradermo palpebral mallein
test)
• Disuntikkan 0,1 ml konsentrat mallein 5 mm
dibawah pelupuk mata
• Jika positif ada kebengkakan lokal dan
mukopurulent discharge dalam 24jam sampai
2-3 hari.
• Jika normal bengkak muncul 2-6 jam lalu
menghilang dalam 12 jam.
• Bisa dilakukan dengan subcutan dan cutan
PENGOBATAN
• Jika utk ERADIKASI tidak dianjurkan
• ANTIBIOTIK pada daerah endemic  efektif tapi pada kuda lama dan
mahal dan dapat menyebabkan carrier subklinis.
• Obat : sulphadimidine, nitrofurans, polymyxin, sulfadiazine (pada
manusia dan hamster).
PENCEGAHAN
• KARANTINA
• TEST DAN SLAUGHTER
• DESINFEKSI DAN PENGAWASAN LALU
LINTAS HEWAN YANG KETAT
• PENINGKATAN MANAJAMEN KANDANG
(TEMPAT MINUM, PERALATAN YG
HARUS DIDESINFEKSI, DSB).
• PADA MANUSIA
• PENERAPAN BIOSAFETY LVL 3
• APD SAAT NEKROPSI.
QUIZ

Anda mungkin juga menyukai