Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS FITOKIMIA DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

EKSTRAK ETANOL DAUN CIPLUKAN (Physalis angulata L.) DENGAN


BERBAGAI METODE PENGERINGAN SIMPLISIA

PHYTOCHEMICAL ANALYSIS AND THIN LAYER CHROMATOGRAPHY


PROFILE OF THE ETHANOL EXTRACT OF Physalis angulata L.
LEAVES WITH VARIOUS DRYING METHODS SIMPLICIA

Ilham Iswahyudi1, Sri Luliana1, Hafrizal Riza1


1
Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak-Kalimantan Barat, Indonesia 78124
Email : ilhamngabang@gmail.com

ABSTRAK

Pengeringan merupakan proses yang diperlukan dalam menjaga kualitas suatu


simplisia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan terhadap
kandungan senyawa fitokimia ekstrak daun ciplukan (Physalis angulata L.). Metode
pengeringan yang digunakan adalah pengeringan angin, matahari tidak langsung, dan oven.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel pengeringan memiliki kandungan
alkaloid, fenol, flavonoid, saponin, steroid/terpenoid dan tanin. Lebih lanjut, hasil uji
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menunjukkan perbedaan karakteristik senyawa antar sampel.
Kata Kunci: Skrining fitokimia, Profil KLT, Physalis angulata

ABSTRACT

Drying is a process that is needed in maintaining the quality of a simplicia. This study
aims to determine the effect of drying method on phytochemical content of ciplukan leaf
extract (Physalis angulata L.). The drying method used is drying wind, indirect sun, and oven.
The results showed that all drying samples contained alkaloids, phenols, flavonoids, saponins,
steroids/terpenoids and tannins. Furthermore, the results of the Thin Layer Chromatography
(TLC) test showed differences in the characteristics of compounds between samples.
Keywords: Phytochemical screening, Profile of TLC, Physalis angulata
Tanaman ciplukan
PENDAHULUAN (Physalis angulata L.) merupakan salah
Tanaman merupakan sumber daya terkaya satu tanaman yang digunakan secara luas
dari senyawa alami, yang digunakan secara pada berbagai negara sebagai obat
(3)
langsung atau tidak langsung untuk tradisional .
berbagai keperluan manusia. Senyawa Penggunaan daun ciplukan secara
bioaktif yang terkandung dalam tanaman, tradisional antara lain sebagai obat penyakit
disintesis baik melalui jalur metabolisme dermatitis, asma, hepatitis, diuretik,
primer maupun sekunder(1). Senyawa- malaria, dan rematik(4). Penelitian ilmiah
senyawa tersebut menghasilkan aksi membuktikan bahwa tanaman ciplukan
fisiologis yang dapat dimanfaatkan untuk memiliki khasiat sebagai antikanker(5),
mengatasi masalah kesehatan pada tubuh antiinflamasi(6), antifungi, antibakteri(7),
manusia(2). antiasma(8), imunosupresan(9) dan
(10)
antidiabetes .
Kandungan senyawa fitokimia pada digunakan pada penelitian ini antara lain:
tanaman dapat berbeda tergantung pada daun ciplukan, akuades, etanol 96%, kertas
pelarut ekstraksi, waktu panen dan tempat saring, metanol pro analis (Merck®),
tumbuh. Kadar senyawa fitokimia pada kloroform, magnesium, asam asetat, asam
masing-masing bagian tanaman (biji, daun, sulfat, asam klorida, pereaksi Mayer,
kulit akar dan kulit batang) dapat beragam. pereaksi Dragendorff, pereaksi Wagner,
Proses pengeringan (matahari, angin, beku besi (III) klorida, natrium klorida, plat
dan oven) juga dapat menyebabkan silika F254, kertas saring dan DPPH
perubahan kuantitatif dalam komposisi (2,2difenil-1-pikrilhidrazil).
senyawa fitokimia(11). Pengeringan Daun Ciplukan
Proses pengeringan diperlukan Pengeringan Angin
untuk mempertahankan kualitas simplisia Daun disebarkan merata pada
serta mengurangi risiko kontaminasi wadah yang terbuat dari anyaman bambu
bakteri atau jamur selama penyimpanan. dan disimpan di dalam ruangan yang
Meskipun secara tradisional tanaman obat berventilasi sampai kadar air <10%. Daun
dapat digunakan dalam bentuk segar, ditutup pada malam hari untuk mencegah
namun akan menjadi masalah apabila embun malam melembabkan daun(12).
tanaman tersebut adalah tanaman musiman
atau tanaman yang berbeda habitat yang Pengeringan Matahari Tidak Langsung
sulit diperoleh dalam bentuk segar. Daun disebarkan merata pada
Sehingga untuk menjamin persediaan dan wadah yang terbuat dari anyaman bambu
kualitas bahan baku dari tanaman tersebut, dan ditutup dengan kain hitam. Wadah
maka pengeringan tetap diperlukan. Selain ditempatkan dalam sinar matahari
itu, masing-masing metode pengeringan langsung. Daun disimpan di dalam ruangan
memiliki perlakuan yang berbeda sehingga pada malam hari. Daun dijemur sampai
hasil pengeringan yang diperoleh juga kadar air <10%(12).
berpotensi memiliki karakteristik yang
berbeda(11). Oleh karena itu, perlu untuk Pengeringan Oven
mengetahui pengaruh pengeringan Daun disebarkan merata di atas
terhadap kandungan fitokimia pada satu loyang oven yang telah diberi alas kertas.
tanaman, termasuk Physalis angulata L. Suhu oven diatur pada 50 °C dan suhu ini
pada penelitian ini. Pengaruh tersebut dipertahankan selama pengeringan. Daun
dilihat dari hasil skrining fitokimia dan dikeringkan sampai kadar air <10%(12).
dipertegas melalui profil Kromatografi
Lapis Tipis. Penentuan Kadar Air
Sampel ditimbang sebanyak ± 1 g di
METODOLOGI Alat dan Bahan dalam cawan porselin yang telah ditara,
Alat yang digunakan pada dimasukan dalam oven dengan temperetur
penelitian ini antara lain: Oven pemanasan 105ºC selama 30 menit. Cawan
(Memmert® UP400), timbangan analitik porselin ditimbang kembali setelah
(Precisa® XB 4200C), cawan porselen, hot didinginkan selama ± 15 menit. Pemanasan
plate (Schott® D55122), dilakukan berulang sampai cawan porselin
vortexer (Barnstead® M37610), vaccum mencapai berat konstan. Rumus
rotary evaporator (Heidolph® perhitungan kadar air sebagai berikut(13):
Heizbad Hal-
VAP), pensil, penggaris, Cutter, gelas ukur,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, Chamber, Kadar air = (A-B)/A× 100%
dan UV viewing Cabinet. Bahan yang
Keterangan: senyawa flavonoid ditandai dengan warna
A = Berat sampel sebelum dipanaskan B merah atau Jingga(16).
= Berat sampel setelah dipanaskan
Uji Saponin
Pembuatan Ekstrak Sebanyak 1 ml ekstrak ditambahkan
Pembuatan ekstrak 10 ml air hangat dan dikocok kuat-kuat
dilakukan menggunakan metode maserasi. selama 10 menit. Adanya senyawa saponin
Masingmasing sampel dikecilkan ditunjukkan dengan terbentuknya buih
ukurannya terlebih dahulu sebelum yang bertahan lebih dari 10 menit(14).
diekstraksi. Sampel segar dirajang,
sedangkan sampel kering diserbukkan. Uji Steroid/ Terpenoid
Rajangan/serbuk masing-masing sampel Ekstrak dilarutkan dengan pelarut
direndam dengan pelarut etanol 96% dan kloroform dan disaring. Filtrat sebanyak ±
dibiarkan selama 24 jam. Sampel 0,5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dimaserasi ulang sampai tidak ada senyawa dan ditambahkan ± 1 ml asam asetat dan
yang tertarik oleh pelarut. Ekstrak cair 1012 tetes asam sulfat pekat. Adanya
yang diperoleh diuapkan menggunakan senyawa steroid/terpenoid akan ditandai
rotary evaporator untuk mendapatkan dengan terbentuk cincin berwarna hijau(16).
ekstrak kental.
Uji Tanin
Skrining Fitokimia
Ekstrak dilarutkan dengan akuades
Uji Alkaloid dan disaring. Filtrat sebanyak ± 1 ml
Ekstrak ditambahkan 1 ml HCl 2M dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
dan 9 ml akuades dipanaskan selama 2 ditambahkan 3-5 tetes besi (III) klorida 1%.
menit, didinginkan dan disaring. Filtrat Adanya senyawa tanin ditunjukkan dengan
dibagi menjadi 3 bagian dalam tabung timbulnya endapan hijau kecoklatan(14).
reaksi, masing-masing ditambah dengan 35
tetes pereaksi Dragendorff, Mayer dan
Kromatografi Lapis Tipis
Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan
Plat silika F254 disiapkan dengan
endapan berwarna jingga pada pereaksi
diberi garis batas dengan jarak 1 cm pada
Dragendorff dan Wagner, serta endapan
bagian bawah plat dan 1 cm dari tepi atas
berwarna putih pada pereaksi Mayer(14).
plat menggunakan pensil. Plat diaktivasi
terlebih dahulu di dalam oven pada suhu
Uji Fenol 100°C selama 30 menit. Hal ini dilakukan
Ekstrak dilarutkan dengan metanol. untuk menghilangkan air yang terdapat
Ekstrak cair sebanyak ± 1 ml dimasukkan pada plat(17).
ke dalam tabung reaksi dan ditambah
dengan 3-5 tetes larutan besi (III) klorida Masing-masing ekstrak etanol
1%. Adanya senyawa fenol ditunjukkan kering angin, matahari tidak langsung, oven
dengan terbentuknya warna hijau dan segar daun ciplukan diambil sebanyak
kehitaman(15). 50 mg kemudian dilarutkan dengan
metanol pro analis sampai tanda batas pada
labu ukur 50 ml untuk membuat larutan
Uji Flavonoid
dengan kadar 1000 µg/ml. Larutan ekstrak
Ekstrak dilarutkan dengan metanol.
tersebut kemudian ditotolkan sebanyak 25
Ekstrak cair sebanyak ± 1 ml dimasukkan
totolan pada jarak 1 cm dari tepi bawah plat
ke dalam tabung reaksi dan ditambah
dengan ± 1 ml asam klorida pekat dan 3-7 silika gel F254 menggunakan pipa kapiler.
pita magnesium. Adanya Ekstrak yang telah ditotolkan pada plat
selanjutnya dielusi dengan dengan masing- berperanan pada pencoklatan enzimatis
masing fase gerak toluen:etil asetat (1:1) adalah enzim polifenolase(19).
dan nbutanol:asam asetat:air (6:1:3). Plat Suhu pengeringan matahari lebih
dimasukkan ke dalam chamber yang tinggi dibanding pengeringan angin, namun
berisi fase gerak yang telah dijenuhkan tidak stabil dibanding pengeringan oven
dan diletakkan pada jarak setinggi ± 1 cm sehingga laju penguapannya juga tidak
dari dasar plat. Selanjutnya Chamber stabil. Pada suhu tinggi, lebih banyak
ditutup rapat dan dielusidasi hingga fase molekul air yang menguap karena lebih
gerak mencapai jarak ± 1 cm dari tepi atas banyak molekul yang mempunyai cukup
plat. Kemudian plat diangkat dan energi untuk menguap. Suhu yang tinggi
dikeringanginkan. Noda yang terbentuk menyebabkan molekul bergerak dengan
pada plat kemudian diamati dibawah sinar kecepatan yang tinggi sehingga dapat
UV pada panjang gelombang 254 nm melampaui gaya tarik dalam zat cair
dan 366 nm. Deteksi bercak penyemprot maupun zat padat, maka molekul air akan
AlCl3 pada plat dengan fase gerak n- keluar melalui permukaan dan menjadi
butanol:asam asetat:air (6:1:3)(18). gas(20). Simplisia hasil pengeringan
HASIL DAN PEMBAHASAN matahari tidak langsung berwarna hijau
Tabel 1. Kadar Air Simplisia Daun Ciplukan Setelah Pengeringan

No. Metode Pengeringan Kadar Air (%) Warna

1. Angin 8,70 ± 0,33 Coklat pudar


2. Matahari Tidak langsung 8,83 ± 0,21 Hijau terang

3. Oven 50ºC 9,91 ± 0,34 Hijau kecoklatan

(a)
Gambar 1. Metode Pengeringan Daun Ciplukan: (a) Angin, (b) Matahari Tidak
Langsung, (c) Oven
Pengeringan terang seperti daun segar. Hal ini
Kadar air simplisia daun mengindikasikan bahwa simplisia tidak
ciplukan setelah pengeringan dapat mengalami reaksi pencoklatan
(19)
dilihat pada tabel 1. Masing-masing enzimatis .
metode pengeringan menunjukkan Pengeringan oven menggunakan
karakteristik yang berbeda. Suhu suhu tinggi dan stabil, sehingga laju
pengeringan angin yang paling rendah penguapannya juga cepat dan stabil(20).
dibanding pengeringan lainnya. Simplisia hasil pengeringan oven berwarna
Simplisia hasil pengeringan angin hijau kecoklatan. Hal ini mengindikasikan
berwarna coklat pudar. Hal ini bahwa simplisia tersebut juga mengalami
mengindikasikan bahwa simplisia reaksi pencoklatan. Enzim polifenolase
mengalami reaksi pencoklatan akibat yang berperan dalam reaksi pencoklatan
enzim. Salah satu enzim yang akan mengalami peningkatan aktivitas
sampai suhu 70ºC tetapi aktivitasnya akan enzim tersebut akan menurun setelah 2
terus menurun jika dipanaskan jam(21).
terusmenerus. Pada suhu 50ºC, aktivitas
Ekstraksi Skrining Fitokimia
Metode ekstraksi yang digunakan Skrining fitokimia merupakan suatu
pada penelitian ini adalah maserasi. tahap pemeriksaan awal untuk mendeteksi
Maserasi merupakan salah satu metode keberadaan golongan senyawa kimia yang
ekstraksi cara dingin, sehingga dapat bertanggungjawab terhadap aktivitas
(22)
mengurangi hasil bias akibat pengaruh antioksidan . Golongan senyawa yang
panas yang beresiko merusak metabolit diuji antara lain alkaloid, fenol, flavonoid,
sekunder pada sampel, terutama pada saponin, steroid/terpenoid, dan tanin. Hasil
sampel segar yang diperlakukan skrining fitokimia menunjukkan bahwa
sedemikian rupa agar terhindar dari pengeringan tidak mempengaruhi
pemanasan(14). Hasil ekstraksi daun kandungan metabolit sekunder daun
ciplukan dapat dilihat pada Gambar 3. ciplukan secara kualitatif, yang mana
semua sampel memiliki kandungan
metabolit yang diuji. Hasil skrining
fitokimia ekstrak etanol daun ciplukan
dapat dilihat pada tabel 2.
Keterangan : Kromatografi Lapis Tipis
(+) : mengandung senyawa yang diuji (-)
: tidak mengandung senyawa yang diuji Kromatografi lapis tipis (KLT)
adalah teknik kromatografi dasar yang
digunakan untuk memisahkan senyawa
yang tidak mudah menguap. Pelarut yang

(a)
Gambar 2. Hasil Pengeringan Daun Ciplukan: (a) Angin, (b) Matahari Tidak
Langsung, (c) Oven

(a) (b) (c) (d)


Gambar 3. Hasil Ekstraksi Pelarut Etanol Daun Ciplukan: (a) Pengeringan Angin,
(b) Pengeringan Matahari Tidak Langsung, (c) Pengeringan Oven, (d) Segar

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Ciplukan


Pereaksi Hasil Pengamatan
Skrining Fitokimia
Angin Matahari Oven Segar
Alkaloid Mayer + + + +
Wagner + + + +
Dragendorff + + + +
Flavonoid Mg + HCl pekat + + + +
Fenol FeCl3 + + + +
Tanin FeCl3 + + + +
Saponin Air + + + +
Steroid/ Lieberman-Burchard + + + +
Terpenoid
digunakan untuk pemisahan digunakan berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagai fase gerak sedangkan bahan metode pengeringan akan mempengaruhi
absorben digunakan sebagai fase diam. komposisi senyawa metabolit sekunder
Kedua fase memiliki polaritas yang pada daun ciplukan. Selain itu, noda pada
berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan fase gerak n-butanol:asam asetat:air,
polaritas dan kecepatan migrasi. KLT dapat sampel pengeringan oven tampak paling
digunakan untuk memantau perkembangan pudar, namun terlihat paling terang pada
reaksi, identifikasi komponen campuran fase gerak toluen:etil asetat. Hal serupa
dan penentuan kemurnian campuran. Alat ditunjukkan pada sampel matahari yang
analisis ini digunakan karena menghasilkan noda paling terang pada fase
kesederhanaannya, kecepatan pemisahan, gerak n-butanol:asam asetat:air, namun
efektivitas biaya dan sensitivitas yang terlihat pudar pada fase gerak toluen:etil
tinggi(2). asetat. Hal ini merupakan petunjuk bahwa
Hasil uji KLT ekstrak etanol daun masing-masing hasil pengeringan memiliki
ciplukan dapat dilihat pada Gambar 4 dan komposisi senyawa yang berbeda, sehingga
5. Pemisahan senyawa fitokimia oleh KLT perlu penelitian lebih lanjut agar
sangat tergantung pada pelarut yang masingmasing pengeringan dapat
digunakan. Hal ini ditunjukkan dengan digunakan secara tepat yang disesuaikan
perbedaan jumlah noda pada masingmasing dengan tujuan penggunaannya.
fase gerak. Berbagai proses kimia dan
prosedur pencetakan cahaya digunakan KESIMPULAN
untuk memvisualisasikan noda yang Penelitian ini menunjukkan terpengaruh
diperoleh(2). Deteksi bercak dengan metode pengeringan terhadap senyawa
menggunakan sinar UV 254 dan 366 nm. metabolit sekunder pada daun ciplukan.
Paparan sinar UV 254 nm akan Skrining fitokimia metode tabung
menyebabkan lempeng berflouresensi dan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
sampel berwarna gelap, sedangkan pada terhadap keberadaan senyawa metabolit
sinar 366 nm noda yang akan sekunder. Namun, analisis KLT
berflouresensi dan lempeng tampak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
berwarna gelap. Selain itu, penampak terhadap komposisi senyawa metabolit
bercak AlCl3 yang memberikan warna sekunder. Temuan ini dapat mengarah pada
kuning dan biru pada noda menunjukkan isolasi lebih lanjut, pemurnian,
keberadaan senyawa flavonoid(18). karakterisasi senyawa aktif dari ekstrak
Hasil menunjukkan bahwa semua masing-masing metode pengeringan pada
sampel memiliki senyawa flavonoid, tanaman, khususnya ciplukan.
namun intensitas pancaran noda
masingmasing metode pengeringan tampak
2 flavonoid
1 flavonoid
Keterangan:
R = Segar
O = Pengeringan Oven
M = Pengeringan
Matahari Tidak
Langsung
A = Pengeringan Angin
(a) (b) (c)
Gambar 4. Hasil Uji KLT Ekstrak Etanol Daun Ciplukan Fase Gerak N-
butanol:Asam asetat:Air (6:1:3) dengan Penampak Bercak AlCl 3:
(a) Tanpa sinar UV, (b) UV 254 nm, (c) UV 366 nm

Keterangan:
R = Segar
O = Pengeringan Oven
7 M = Pengeringan Matahari
6 Tidak Langsung
A = Pengeringan Angin
5

2
1

(a) (b) (c) Gambar 5. Hasil Uji KLT Ekstrak Etanol Daun Ciplukan
Fase Gerak Toluen:Etil Asetat (1:1): (a) Tanpa sinar UV, (b) UV 254 nm, (c)
UV 366 nm
2. Ahamed T, Rahman SKM, Shohael
DAFTAR PUSTAKA AM. Thin layer chromatographic
1. Gupta S, Jain R, Kachhwaha S, Kothari profiling and phytochemical screening
SL. Nutritional and medicinal of six medicinal plants in Bangladesh.
applications of Moringa oleifera Lam. Int J Biosci. 2017;11(1):131–140.
– Review of current status and future 3. Rengifo E, Vargas-arana G, Científica
possibilities. J Herb Med. 2018: 1–11. U. Physalis angulata L. (bolsa
mullaca): a review of its traditional
uses, chemistry and pharmacology. the phytochemicals and radical
Bol Latinoam Caribe Plant Med scavenging activity of ceylon
Aromat. 2013;12(5):431–445. cinnamon (Cinnamomum zeylanicum)
4. Faria MHG, Carvalho TG, Rabenhorst plant parts. European Journal of
SHB, Sidrim JJC, Moraes-Filho MO. Medicinal Plants. 2014;4(11):1324–
Cytotoxic and antifungal properties of 1335.
medicinal plants from ceará, brazil. 12. Katno. Pengelolaan pasca panen
Braz J Biol. 2006;66(4): 1133–1135. tanaman obat. Balai Besar Penelitian
5. Fitria M, Armandari I, Septhea, dan Pengembangan Tanaman Obat
Ikawati AHM, Meiyanto E. Effect of Tradisional; 2008.
ethanolic extract of ciplukan herbs 13. Departemen Kesehatan Republik
(Physalis angulata L.) on cytotoxic Indonesia. Farmakope indonesia edisi
and apoptosis induction in mcf-7 breast IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
cancer cell lines. Bionatura. Republik Indonesia; 1995.
2011;13(2):101–107. 14. Marjoni MR. Dasar-dasar fitokimia
6. Pinto NB, Morais TC, Carvalho KMB, untuk diploma III farmasi. Jakarta:
Silva CR, Andrade GM, Brito GAC, et Trans Info Media; 2016.
al. Topical anti-inflammatory potential 15. Harborne JB. Metode fitokimia:
of physalin E from Physalis angulata penuntun cara modern menganalisis
on experimental dermatitis in mice. tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB;
Phytomedicine. 2010;17(10):740–743 1984.
7. Osho A, Adetunji T, Moronkola DO. 16. Kristanti AN, Aminah NS, Tanjung M,
Antimicrobial activity of essential oils Kurniadi B. Buku ajar fitokimia.
of Physalis angulata L. Afr J Tradit Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Complement Altern Med. EGC; 2008.
2010;7(4):303–306. 17. Syamsul ES, Mulyani RN, Jubaidah S.
8. Rathore C, Dutt KR, Sahu S, Deb L. Identifikasi rhodamin B pada saus
Antiasthmatic activity of the tomat yang beredar di pasar pagi
methanolic extract of Physalis samarinda. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina.
angulata Linn. J Med Plant Res. 2018;3(1):125–32.
2011;5(22):5351-5355. 18. Lestari PP, Kusrini D, Anam K.
9. Pinto LA, Meira CS, Villarreal CF, Anthocyanin identification of
Vannier-Santos MA, de Souza CVC, methanol-HCl extract active fraction in
Ribeiro IM, et al. Physalin F, a rosella (Hibiscus sabdariffa L ) and its
secosteroid from Physalis angulata L., potential as xanthine oxidase inhibitor.
has immunosuppressive activity in Jurnal Sains dan Matematika.
peripheral blood mononuclear cells 2014;22(3):72–78.
from patients with HTLV1-associated 19. Chengl GW, Crisosto CH. Browning
myelopathy. Biomed Pharmacother. Potential, phenolic composition, and
2016;79:129–134. polyphenoloxidase activity of buffer
10. Pujari S, Mamidala E. Antidiabetic extracts of peach and nectarine skin
activity of physagulin F isolated from tissue. J Amer Soc Hort Sci.
physalis angulata fruits. Am J Sci Med 1995;120(5):835–838.
Res. 2015;1(1):53–60. 20. Zahro L, Cahyono B, Hastuti RB.
11. Bernard D, Kwabena AI, Osei OD, Profil tampilan fisik dan kandungan
Daniel GA, Elom SA, Sandra A. The kurkuminoid dari simplisia temulawak
effect of different drying methods on (Curcuma xanthorrhiza Roxb) pada
beberapa metode pengeringan. J Sains
dan Mat. 2009;17(1):24–32.
21. Mizobutsi GP, Finger FL, Ribeiro RA,
Puschmann R, Neves LL de M, Mota
WFD. Effect of pH and temperature on
peroxidase and polyphenoloxidase
activities of litchi pericarp. Sci Agric.
2010 Apr;67(2):213–217.
22. Farnsworth NR. Biological and
phytochemical screening of plants. J
Pharm Sci. 1966;55(3): 225–276.

Anda mungkin juga menyukai