Jurnal Farmasetis
Farmasetis Volume
Volume 2
2 No
No 2,
2, Hal 1 - 9,
Hal 41 Nov
- 45, 2013
November 2013
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
ISSN
ISSN :: Cetak
Cetak 2252-9721
2252-9721 – Online 2549-8126
ABSTRAK
Pendahuluan: Tanaman widuri (Calotropis gigantea L.) menjadi salah satu tanaman yang terabaikan.
Meskipun widuri cukup eksotis dan indah, namun tumbuhan widuri kerap dibiarkan tumbuh liar dan
dianggap gulma. Bunga widuri dapat di gunakan untuk pengobatan radang lambung (gastritis), batuk,
sesak nafas, dan influenza. Metode: Penelitian ini dibuat melalui tahapan yaitu preparasi bunga
widuri, maserasi, analisis fitokimia, Analisis fitokimia yang dilakukan meliputi identifikasi alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, kuinon, triterpenoid dan steroid (Harbone, 1987). dan kromatografi lapis
tipis. Hasil: Bunga widuri mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan kuinon
ABSTRACT
Introduction: The widuri plant (Calotropis gigantea L.) becomes one of the neglected plants.
Although the thistle is quite exotic and beautiful, but widuri plants are often left to grow wild and
considered weeds. Widuri flowers can be used for the treatment of gastritis, cough, shortness of
breath, and influenza. Method: This research was made through the stages of widuri flower
preparation, maceration, phytochemical analysis, phytochemical analysis including identification of
alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, quinones, triterpenoids and steroids (Harbone, 1987). and
thin layer chromatography. Results: The widuri flowers contain classes of alkaloids, flavonoids,
saponins and quinones
41
Jurnal Farmasetis Volume 6 No 1, Hal 41 - 45, Mei 2017
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
METODE Maserasi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini 8 gram serbuk simplisia bunga widuri
antara lain bunga widuri (Calotropis gigantea dimasukkan kedalam beaker glass. Ditambah
L.), amonia, kloroform, HCl, Pereaksi larutan penyari etanol 70%. Ditutup plastik
Dragendorf, Pereaksi Stiasny, Pereaksi Mayer, berwarna hitam dan didiamkan selama 5 hari
Mg, amyl alkohol, HCl pekat, FeCl3,NaOH 1 sambil diaduk setiap harinya. Disaring
N, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat. Alat kemudian diuapkan untuk memperoleh ekstrak
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kental.
tabung reaksi, penjepit tabung, bunsen, mortir,
stamper, kertas saring, corong pisah, Analisis Fitokimia
beakerglass, corong, batang pengaduk, Analisis fitokimia merupakan analisis kualitatif
erlenmeyer 500 ml, pipet tetes, pipa kapiler, yang dilakukan untuk mengetahui komponen
kertas saring, gelas ukur 10 ml. bioaktif yang terkandung dalam tiap pelarut
dari bunga widuri. Analisis fitokimia yang
Penelitian yang digunakan ialah rancangan Pra dilakukan meliputi identifikasi alkaloid,
Eksperimen berupa Post Only Design/One flavonoid, saponin, tanin, kuinon, triterpenoid
Shot Case Study yaitu perlakukan atau dan steroid (Harbone, 1987).
intervensi telah dilakukan, kemudian dilakukan
pengukuran atau postes. Preparasi bunga Kromatografi Lapis Tipis
widuri dimulai dengan proses pencucian, Buatlah potongan plat silika gel GF254 ukuran
pengeringan dan penghalusan. Bunga 10 x 16 (sesuaikan dengan chamber). Tandai
widuri dicuci dengan menggunakan air batas bawah dan batas atas ± 1c, pada batas
atas dapat ditandai dengan pensil sedangkan
untuk menghilangkan kotoran. Kemudian
untuk batas bawah gunakan bantuan kertas
sampel dikeringkan dalam almari jangan digaris dengan pensil. Pada garis
pengeringpada suhu 40-50 ºC. Hal ini
42
Jurnal Farmasetis Volume 2 No 2, Hal 41 - 45, November 2013
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
melintang bagian bawah buatlah 4 buah titik Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dengan jarak 2cm dan beri tanda batas elusi. Ekstrak Bunga Widuri
Dengan menggunakan pipa kapiler, totolkan Dari hasi uji kromatografi lapis tipis (KLT)
tingtur bunga widuri hingga membentuk noda didapatkan nilai Rf sebagai berikut :
bulat (diameter ± 1 mm), biarkan sampai
kering. Kedalam chamber isilah dengan eluen Rumus Rf =
jenuhkan dengan kertas saring. Sebelumnya
orientasi terlebih dahulu berapa ml eluen yang 1. Alkaloid
akan digunakan, jangan sampai eluen melebihi Eluen = etil asetat : metanol : air (16:1:2)
totolan tingtur. Harga Rf 1 = = 0,25
Masukkan plat silika gel GF254 yang telah
ditotolkan tersebut ke dalam chamber, tutup Harga Rf 2 = = 0,93
mulut chamber dan biarkan eluen menaiki plat
2. Flavonoid
sampai batas tanda. Setelah melakukan elusi
Eluen = butanol : asam asetat : air (4:1:5)
plat KLT dikeluarkan dengan menggunakan
pinset. Keringkan plat KLT. Lingkari noda- Harga Rf 1 = = 0,53
noda yang timbul dengan pensil. Gambar noda
secara visual, lampu UV, dan setelah di Harga Rf 2 = = 0,80
semprot penampak bercak. Hitung Rfnya.
HASIL 3. Saponin
Hasil Determinasi Eluen = kloroform : metanol (95:5) Harga
Determinasi dimaksudkan untuk memastikan
Rf = = 0,85
bahwa tanaman yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tanaman widuri 4. Kuinon
(Calotropis gigantea L.). Determinasi Eluen = etil asetat : metanol : air
dilakukan di Laboratorium Ekologi (100:13,5:10)
Biostematik jurusan Biologi Fakultas MIPA Harga Rf 1 = = 0,32
Universitas Diponegoro Semarang. Dari hasil
determinasi menyatakan bahwa yang Harga Rf 2 = = 0,91
diidentifikasi adalah tanaman bunga widuri
(Calotropis gigantea L.).
Tabel 1.
Hasil Uji Analisa KLT
Kandungan Kimia Rf Sinar Tampak Sinar UV
Alkaloid 1. 0,25 - +
2. 0,93
Flavonoid 1. 0,53 - +
2. 0,80
Saponin 1. 0,85 - +
Kuinon 1. 0,32 - +
2. 0,91
43
Jurnal Farmasetis Volume 6 No 1, Hal 41 - 45, Mei 2017
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
dalam penelitian ini. Selanjutnya bunga widuri ditambahkan 10 ml air panas didihkan selama
dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan lima menit, kemudian disaring, filtrat
dalam almari pengering selama tiga hari. dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dikocok
Tujuan dari pengeringan tersebut untuk vertikal selama 10 menit akan terbentuk busa
mengurangi kadar air dalam bunga widuri yang stabil dalam tabung. Setelah ditambahkan
tersebut. Setelah kering bunga widuri diblender satu tetes HCl 1% busa tetap stabil, hal
sampai terbentuk serbuk simplisia, tujuannya tersebut menunjukkan adanya senyawa
untuk memperluas permukaan simplisia yang saponin.
kontak dengan cairan penyari, selanjutnya
serbuk diayak dengan ayakan nomor 60. Kuinon merupakan senyawa yang mempunyai
Sebagian serbuk simplisia digunakan untuk kromofor dasar seperti kromofor pada
analisis skrining fitokimia dan sebagian lagi benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus
dimaserasi untuk dilakukan uji analisa KLT. karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan
Ekstraksi sampel bunga widuri dilakukan rangkap karbon-karbon (Harbone, 1987). Hasil
dengan metode maserasi dengan menimbang identifikasi diperoleh hasil terbentuk warna
10 bagian simplisia yaitu delapan gram serbuk jingga menunjukkan adanya senyawa golongan
simplisia dimasukkan ke dalam beaker glass, kuinon.
kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan
penyariyaitu etanol 70%, ditutup plastik hitam Prosedur uji dengan KLT dilakukan untuk
dan dibiarkan selama lima hari terlindung dari lebih menegaskan hasil yang didapat dari
cahaya, sambil diaduk setiap harinya. Setelah skrining fitokimia. Karena berfungsi sebagai
lima hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas penegasan, maka uji KLT hanya dilakukan
ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk untuk golongan-golongan senyawa yang
dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari menunjukkan hasil positif pada skrining
hingga 100 bagian. Kemudian diuapkan hingga fitokimia (alkaloid, flavonoid, saponin, dan
diperoleh ekstrak. kuinon). Uji KLT pada tanin, steroid dan
triterpenoid tidak dilakukan karena pada
Komponen yang terdapat dalam ekstrak etanol analisis skrining fitokimia tidak menunjukkan
bunga widuri dianalisis golongan senyawanya hasil yang positif. Hasil uji KLT ditunjukkan
dengan tes uji warna. Tes uji warna ini pada tabel 4.2. Eluen yang digunakan pada
dilakukan dengan pereaksi untuk golongan KLT untuk alkaloid adalah etil asetat : metanol
senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, : air (16:1:2). Setelah eluen dijenuhkan dengan
kuinin, steroid dan triterpenoid. Pada uji kertas saring, plat yang telah ditotolkan
identifikasi alkaloid, menunjukan bunga widuri ekstrak bunga widuri dimasukkan kedalam
mengandung alkaloid. Uji identifikasi chamber dan ditunggu sampai eluen naik
flavonoid dilakukan dengan cara menimbang sampai batas tanda, setelah itu diambil dan
sebanyak satu gram serbuk dimasukkan ke dikeringkan lalu diamati pada sinar UV 254
dalam labu erlenmeyer dan ditambah etanol 25 nm. Timbulnya noda dengan Rf 0,25 dan 0,93
ml. Kemudian dipanaskan sampai mendidih pada pengamatan dengan sinar UV 254 nm
dan disaring. Filtrat yang diperoleh diuapkan menegaskan adanya kandungan alkaloid pada
sampai volume pelarut tinggal setengahnya. ekstrak bunga widuri. Eluen yang digunakan
Filtrat dibagi menjadi dua, tabung pertama pada uji KLT flavonoid adalah butanol : asam
blangko dan tabung kedua ditambah beberapa asetat : air (4:1:5). Dengan perlakuan yang
tetes etanol, dikocok kemudian ditambahkan sama, timbul noda dengan Rf 0,53 dan 0,8
serbuk magnesium dan teteskan asam klorida pada pengamatan dengan sinar UV 254 nm
pekat. Penambahan serbuk Mg dan HCl pekat menegaskan adanya kandungan flavonoid pada
berfungsi untuk mereduksi ikatan gula agar ekstrak bunga widuri. Eluen yang biasa
pecah sehingga mudah ditarik oleh etanol. digunakan untuk uji KLT saponin adalah
Pada uji ini hasil yang didapatkan yaitu timbul kloroform : metanol (95:5). Dengan perlakuan
warna jingga sehingga menunjukkan adanya yang sama juga timbul noda dengan Rf 0,85
senyawa flavonoid. pada pengamatan dengan sinar UV254 nm
menegaskan adanya kandungan saponin pada
Uji identifikasi saponin dilakukan dengan cara ekstrak bunga widuri. Pelarut pengembang
menimbang sebanyak 100 mg serbuk atau yang digunakan pada KLT untuk kuinon
44
Jurnal Farmasetis Volume 2 No 2, Hal 41 - 45, November 2013
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
SIMPULAN
1. Bunga widuri mengandung golongan
senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan
kuinon
2. Nilai Rf dari alkaloid 0,25 dan 0,93;
flavonoid 0,53 dan 0,80; saponin 0,85;
kuinon 0,32 dan 0,91
DAFTAR PUSTAKA
Anief, moh. 1998. Ilmu Meracik Obat Teori
dan Praktek. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
45