TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
ABSTRAK
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2018. Penelitian ini bertujuan mengetahui
bahan bioaktif yang terkandung di dalam ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L), sensitivitas ekstrak daun
kersen menghambat pertumbuhan bakteri Edwardsiella tarda, dosis Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
ekstrak daun kersen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. tarda dan Lethal dosis50ekstrak daun
kersen terhadap ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) berukuran 7-9 cm.Daun kersen diekstraksi menggunakan
metode maserasi dengan pelarut metanol.Dosis ekstrak daun kersen yang digunakan adalah 10000 ppm, 9000
ppm, 8000 ppm, 7000 ppm, 6000 ppm, 5000 ppm, 4000 ppm, 3000 ppm, 2000 ppm, 1000 ppm dan Novobiocin
sebagai kontrol. Hasil uji fitokimia ekstrak daun kersen adalah terpenoid/steroid,flavonoid, fenolik, dan saponin.
Hasil uji kromatografi lapis tipis dengan nilai Rf terpenoid/steroid 0,88 cm, flavonoid 0,6 cm, dan fenolik 0,6
cm. Ekstrak daun kersen mampu menghambat pertumbuhan E. tarda hingga dosis 700 ppm dengan rata-rata
zona hambat 6,14 mm, Minimum Inhibitory Concentration (MIC) ekstrak daun kersen adalah 700 ppm dengan
rerata jumlah koloni 261,66 CFU/mL. Hasil uji toksisitas LD50 ekstrak daun kersen terhadap ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) dengan metode perendaman adalah pada dosis 720,06 ppm.
ABSTRACT
The research was conducted from July to October 2018. The purpose of this study was to determine the
inhibitor of cherry leaves (Muntingia calabura L) as antimicrobial to Edwardsiella tarda, the range of
Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and the lethal dose (LD50) of cherry leaves (Muntingia calabura L)
solution against to catfish (Clarias gariepinus)using 7-9 cm. Cherry leaf were extracted using maceration
method with methanol solvent. The treatment was done by giving cherry leaf extract with the dosage of 10,000
ppm, 9,000 ppm, 8,000 ppm, 7,000 ppm, 6,000 ppm, 5,000 ppm, 4,000 ppm, 3,000 ppm, 2,000 ppm, and 1,000
ppm. The result of the research in phytochemicals test which consisted of terpenoid/steroid, flavonoid, phenolic,
and saponin. The result of thin-layer chromatography test with the values of Rf terpenoid/steroid 0.88 cm,
flavonoid 0.6 cm and phenolic 0.6 cm, cherry leaf extract inhibit the growth of E. tarda bacteria until the
dosage of 700 ppm at the average inhibit zone of 6.14 mm and number of colonies of 261.66 CFU/mL. The
result of toxicity LD50 test of cherry leaf extract on lele dumbo (Clarias gariepinus), using soaking method was
at the dosage of 720.06 ppm.
11
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
12
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
daun kersen. Filtrat yang didapat Sepuluh tetes ekstrak daun kersen
selanjutnya digunakan untuk percobaan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
berikut : Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes larutan
ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer FeCl3 1%. Bila terbentuk warna biru tua
menghasilkan endapan kuning/putih. atau hijau kehitaman memberikan indikasi
Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 adanya tannin atau sepuluh tetes ekstrak
tetes pereaksi Bourchardat menghasilkan daun kersen dimasukkan ke dalam tabung
endapan coklat-hitam. Diambil 3 tetes reaksi ditambah 1 sampai 2 tetes larutan
filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi gelatin. Bila menimbulkan endapan
Dragendrof menghasilkan endapan merah memberikan indikasi adanya tanin
bata. Alkaloid dianggap positif jika terjadi (Setyowati et al., 2016).
endapan atau paling sedikit dua atau tiga
dari percobaan di atas (Setyowati et al., Analisis Kromatografi Lapis Tipis
2016).
Ekstrak dilarutkan dengan etanol
3. Flavonoid 96% p.a, ditotolkan sepanjang plat dengan
Sepuluh tetes ekstrak daun kersen menggunakan pipet mikro dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi pembanding yang dipakai dalam
ditambahkan 1 ml HCl pekat 0,1 gram Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ialah
serbuk Mg dan 2 ml amil alkohol kuersetin. Hasil KLT diangin-anginkan
kemudian dikocok. Bila terbentuk warna dan diperiksa di bawah sinar UV pada
merah, jingga, atau kuning indikasi adanya
panjang gelombang 366 nm dengan
flavonoid (Setyowati et al., 2016).
butanol: asam asetat:air (Andriani, 2011).
4. Saponin Hasil KLT berupa noda atau bercak
Sepuluh tetes ekstrak daun kersen yang berpendar kuning kehijauan pada
dimasukkan kedalam tabung ditambahkan sinar UV dengan panjang gelombang 366
10 ml air panas dan dikocok selama 15 nm dan teridentifikasi sebagai harga Rf
menit lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes (Retention factor) yang dapat dihitung
HCl 2 N. Jika terbentuk busa permanen dengan rumus sebagai berikut (Indrowati
memberikan indikasi adanya saponin dan Soegihardjo, 2005):
(Setyowati et al., 2016).
5. Tanin
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑠𝑎𝑙
𝑅𝑓 = (1)
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑠𝑎𝑙
Uji Sensitivitas Ekstrak Daun Kersen ditentukan dan diamkan selama ± 5 menit.
terhadap Edwardsiella tarda Masing-masing disk blank yang sudah
diberi ekstrak daun kersen diletakkan pada
Pengamatan zona hambat
media TSA yang telah diberi inokulan
menggunakan metode cakram KIRBY-
E.tarda, hal ini dilakukan secara aseptik di
BAEUR dengan disk blank yang
laminar flow. Selanjutnya, diinkubasi
berdiameter 6 mm. Tahap awal, media
dalam inkubator pada suhu 28oC selama
TSA padat diberi suspensi bakteri E.
24 jam. Setelah 24 jam masa inkubasi
tardadengan kepadatan bakteri 108
maka dapat dilakukan pengamatan zona
CFU/mL sebanyak 100 μL disebarkan
terang atau zona hambat dan diameter
secara merata menggunakan spreader
diukur menggunakan jangka sorong
glass. Disk blank diberi ekstrak daun
(Affandi et al., 2009).
kersen sebanyak 100 μL menggunakan
mikropipet sesuai dosis yang telah
13
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
Keterangan : (++) = reaksi positif intensitas kuat, (+) = reaksi positif intensitas sedang, (-) = reaksi negatif.
14
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
sebabkan juga oleh beberapa faktor. Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Menurut Rahman et al., (2017) pengaruh Ekstrak Daun Kersen
lingkungan tempat tumbuh tanaman yaitu Penggunaan KLT juga bertujuan
iklim, kualitas tanah, dan mutu air dapat untuk memisahkan senyawa yang terdapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas dalam ekstrak atau menentukan jumlah
komponen yang terpisah pada daun kersen
metabolit sekunder. Perbedaan habitat
berdasarkan spot, untuk lebih jelasnya
tanaman berpengaruh terhadap kandungan hasil pengamatan kromatografi dapat
fitokimia pada tanaman tersebut. dilihat pada Gambar 1.
b c
Gambar 1. Pengamatan pada sinar UV 254 nm, Pengamatan pada sinar UV 366 nm;
Keterangan : a. Steroid/ terpenoid, b. Flavonoid, c. Fenolik
15
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
25.00
15.00
10.00
5.00
0.00
Gambar 2. Rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun kersen terhadap bakteri E. tarda.
Zona hambat yang terbentuk dalam ekstrak daun kersen tersebut mampu
berasal dari aktivitas antibakteri senyawa menghambat bakteri E.tarda dengan cara
flavonoid, saponin, steroid (Isnarianti et mendenaturasi protein dan merusak
al., 2013). Bahan aktif yang terkandung membran sel.
16
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
Tabel 2. Hasil Perhitungan Jumlah Koloni E. tarda Setelah diberi Perlakuan Ekstrak Daun
Kersen (M. calabura L)
Jumlah Koloni Bakteri pada setiap Ulangan (CFU/mL Rata-rata Jumlah Bakteri yang
Dosis Tumbuh (CFU/mL)
1 2 3
800 ppm 110 105 115 110,00
750 ppm 170 178 169 173,33
700 ppm 265 240 280 261,66
650 ppm 388 369 363 373,33
17
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
Pengamatan Letal Dosis50 (LD50) kematian 50% selama 24 jam pada lele
Ekstrak Daun Kersen terhadap Ikan dumbo yang diujikan sebanyak 10 ekor
Lele Dumbo (Clarias gariepinus). setiap perlakuannya. Dosis yang
digunakan berdasarkan dari hasil uji MIC
Uji toksisitas LD50 ekstrak daun yang didapatkan, yaitu 700 ppm, 750 ppm,
kersen (M. calabura L) dilakukan untuk 800 ppm, dan kontrol. Hasil uji toksisitas
mendapatkan dosis yang menyebabkan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Penentuan LD50 Menurut Metode Reed and Muench (1938)
Selama 24 Jam
Akumulasi Ratio % Kematian LD50
Dosis Kematian
(ppm) Mati Hidup Mati Hidup Total
0 0 30 0 59 59 0/59 0
700 13 17 13 29 42 13/42 30,95
750 18 12 31 12 43 31/43 72 720,06
800 30 0 61 0 61 61/61 100
Keterangan: menunjukkan nilai LD50 pada dosis antara 700-750 ppm.
110
100
90
Mortalitas ikan %
80
70
60
50
40 %mortalitas
30
20
LD50
10
0
Kontrol 700 ppm 750 ppm 800 ppm
Perlakuan
Gambar 4. Grafik mortalitas ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) setelah direndam dalam ekstrak
daun kersen selama 24 jam.
18
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
19
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
20