Anda di halaman 1dari 10

JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2.

TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA


CALABURA L) UNTUK MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI
EDWARDSIELLA TARDA

THE USE OF CHERRY LEAF (MUNTINGIA CALABURA L) EXTRACT TO INHIBIT


THE GROWTH OF EDWARDSIELLA TARDA BACTERIA

Ratna Dewi Zebua1 , Henni Syawal2, dan Iesje Lukistyowati2


1
Mahasiswa Magister Ilmu Kelautan Universitas Riau
2
Dosen Prodi Magister Ilmu Kelautan Universitas Riau
E-mail: ratnadewizebua1@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2018. Penelitian ini bertujuan mengetahui
bahan bioaktif yang terkandung di dalam ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L), sensitivitas ekstrak daun
kersen menghambat pertumbuhan bakteri Edwardsiella tarda, dosis Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
ekstrak daun kersen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. tarda dan Lethal dosis50ekstrak daun
kersen terhadap ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) berukuran 7-9 cm.Daun kersen diekstraksi menggunakan
metode maserasi dengan pelarut metanol.Dosis ekstrak daun kersen yang digunakan adalah 10000 ppm, 9000
ppm, 8000 ppm, 7000 ppm, 6000 ppm, 5000 ppm, 4000 ppm, 3000 ppm, 2000 ppm, 1000 ppm dan Novobiocin
sebagai kontrol. Hasil uji fitokimia ekstrak daun kersen adalah terpenoid/steroid,flavonoid, fenolik, dan saponin.
Hasil uji kromatografi lapis tipis dengan nilai Rf terpenoid/steroid 0,88 cm, flavonoid 0,6 cm, dan fenolik 0,6
cm. Ekstrak daun kersen mampu menghambat pertumbuhan E. tarda hingga dosis 700 ppm dengan rata-rata
zona hambat 6,14 mm, Minimum Inhibitory Concentration (MIC) ekstrak daun kersen adalah 700 ppm dengan
rerata jumlah koloni 261,66 CFU/mL. Hasil uji toksisitas LD50 ekstrak daun kersen terhadap ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) dengan metode perendaman adalah pada dosis 720,06 ppm.

Kata kunci: ekstrak daun kersen, edwardsiella tarda, antibakteri, LD50

ABSTRACT

The research was conducted from July to October 2018. The purpose of this study was to determine the
inhibitor of cherry leaves (Muntingia calabura L) as antimicrobial to Edwardsiella tarda, the range of
Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and the lethal dose (LD50) of cherry leaves (Muntingia calabura L)
solution against to catfish (Clarias gariepinus)using 7-9 cm. Cherry leaf were extracted using maceration
method with methanol solvent. The treatment was done by giving cherry leaf extract with the dosage of 10,000
ppm, 9,000 ppm, 8,000 ppm, 7,000 ppm, 6,000 ppm, 5,000 ppm, 4,000 ppm, 3,000 ppm, 2,000 ppm, and 1,000
ppm. The result of the research in phytochemicals test which consisted of terpenoid/steroid, flavonoid, phenolic,
and saponin. The result of thin-layer chromatography test with the values of Rf terpenoid/steroid 0.88 cm,
flavonoid 0.6 cm and phenolic 0.6 cm, cherry leaf extract inhibit the growth of E. tarda bacteria until the
dosage of 700 ppm at the average inhibit zone of 6.14 mm and number of colonies of 261.66 CFU/mL. The
result of toxicity LD50 test of cherry leaf extract on lele dumbo (Clarias gariepinus), using soaking method was
at the dosage of 720.06 ppm.

Keywords: cherry leaf extract, edwardsiella tarda, anti-bacteria, LD50

11
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

1. Pendahuluan menghambat pertumbuhan bakteri E.


Budidaya ikan dengan padat tebar tarda
yang tinggi menyebabkan kualitas air akan 4. Mengetahui apakah ekstrak daun kersen
(M. calabura L) bersifat toksik terhadap
menurun sehingga kondisi lingkungan
ikan, dengan melihat LD50 (tingkat
tersebut sangat mendukung perkembangan kematian sebesar 50% dalam waktu
dan penyebaran penyakit infeksi. Populasi tertentu).
yang tinggi juga mempermudah penularan
penyakit pada ikan karena meningkatnya 2. Metode Penelitian
kontak antara ikan sakit dengan yang sehat
Metode yang digunakan adalah
(Yanuhar, 2005). Edwardsiella tarda
eksperimen dengan menggunakan
adalah penyebab Edwardsiellosis atau
metodecakram KIRBY-BAUER, yaitu
Emphisemathous Putrevactive Disease of
meng-gunakan disk blank berdiameter 6
Catfish (EPDC) (Narwiyani dan
mm, untuk mengurangi tingkat kekeliruan
Kurniarsih, 2011). Menurut Lukistyowati
maka dilakukan ulangan sebanyak 3 kali.
(2012) penyakit yang diakibatkan bakteri
Dosis yang digunakan adalah K : Kontrol
ini sering bersifat kronik dan biasa
(Novobiosin); D1: (10000 ppm); D2:(9000
menyerang catfish, salmond, Anguilla
ppm); D3: (8000 ppm); D4 :(7000 ppm);
seabass, hewan berdarah dingin,
D5: (6000 ppm); D6: (5000 ppm); D7:
vertebrata, dan invertebrata.
(4000 ppm); D8: (3000 ppm); D9: (2000
Daun kersen (Muntingia calabura
L)seperti bagian daun, buah, dan batang ppm) dan D10: (1000 ppm). Uji MIC
yang telah banyak dimanfaatkan oleh menggunakan metode pour plate / metode
masyarakat untuk pengobatan alami. sebar dengan 3 kali ulangan. Sedangkan
Khusus bagian daun kersen memiliki untuk uji toksisitas LD50 menggunakan
kandungan tanin, flavonoid, saponin, serta metode Reed and Muench (1938) dalam
senyawa polifenol yang dipercaya Harmita dan Radji (2008).
memiliki kemampuan sebagai antibakteri,
antioksidan, dan antiinflamasi (Isnarianti
Pengujian Skrining fitokimia
et al., 2013). Berdasarkan uraian di atas
1. Terpernoid
maka penulis tertarik untuk melakukan
Bahan uji dilarutkan dengan
penelitian tentang pemanfaatan ekstrak
kloroform, setelah itu ditambahkan dengan
daun kersen (M. calabura L) untuk
asam asetat anhidrat sebanyak 0,5 ml
menghambat pertumbuhan bakteri
selanjutnya ditambahkan 2 ml asam sulfat
Edwardsiella tarda. Penelitian ini
pekat melalui dinding tabung. Adanya
bertujuan untuk:
terpenoid ditandai dengan terbentuknya
1. Mengetahui bahan bioaktif atau
cincin kecoklatan atau violet pada
antibakteri yang terkandung didalam
perbatasan larutan, sedangkan adanya
ekstrak daun kersen (M. calabura L)
steroid ditandai dengan terbentuknya
yang diuji dengan kromatografi lapis
cincin biru kehijauan (Padmasari et al.,
tipis.
2013).
2. Mengetahui dosis uji sensitivitas
2. Alkaloid
ekstrak daun kersen (M. calabura L)
Sepuluh tetes ekstrak daun kersen
dalam menghambat pertumbuhan
dimasukkan ke dalam tabung ditambahkan
bakteri E. tarda.
1ml HCl 2 N lalu ditambahkan 9 ml air
3. Mengetahui dosis minimum Inhibitory
suling, dipanaskan selama 2 menit setelah
Concentration (MIC) yang masih
dipanaskan kemudian disaring dengan
kertas saring sehingga didapat ekstrak dari

12
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

daun kersen. Filtrat yang didapat Sepuluh tetes ekstrak daun kersen
selanjutnya digunakan untuk percobaan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
berikut : Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes larutan
ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer FeCl3 1%. Bila terbentuk warna biru tua
menghasilkan endapan kuning/putih. atau hijau kehitaman memberikan indikasi
Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 adanya tannin atau sepuluh tetes ekstrak
tetes pereaksi Bourchardat menghasilkan daun kersen dimasukkan ke dalam tabung
endapan coklat-hitam. Diambil 3 tetes reaksi ditambah 1 sampai 2 tetes larutan
filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi gelatin. Bila menimbulkan endapan
Dragendrof menghasilkan endapan merah memberikan indikasi adanya tanin
bata. Alkaloid dianggap positif jika terjadi (Setyowati et al., 2016).
endapan atau paling sedikit dua atau tiga
dari percobaan di atas (Setyowati et al., Analisis Kromatografi Lapis Tipis
2016).
Ekstrak dilarutkan dengan etanol
3. Flavonoid 96% p.a, ditotolkan sepanjang plat dengan
Sepuluh tetes ekstrak daun kersen menggunakan pipet mikro dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi pembanding yang dipakai dalam
ditambahkan 1 ml HCl pekat 0,1 gram Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ialah
serbuk Mg dan 2 ml amil alkohol kuersetin. Hasil KLT diangin-anginkan
kemudian dikocok. Bila terbentuk warna dan diperiksa di bawah sinar UV pada
merah, jingga, atau kuning indikasi adanya
panjang gelombang 366 nm dengan
flavonoid (Setyowati et al., 2016).
butanol: asam asetat:air (Andriani, 2011).
4. Saponin Hasil KLT berupa noda atau bercak
Sepuluh tetes ekstrak daun kersen yang berpendar kuning kehijauan pada
dimasukkan kedalam tabung ditambahkan sinar UV dengan panjang gelombang 366
10 ml air panas dan dikocok selama 15 nm dan teridentifikasi sebagai harga Rf
menit lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes (Retention factor) yang dapat dihitung
HCl 2 N. Jika terbentuk busa permanen dengan rumus sebagai berikut (Indrowati
memberikan indikasi adanya saponin dan Soegihardjo, 2005):
(Setyowati et al., 2016).
5. Tanin
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑠𝑎𝑙
𝑅𝑓 = (1)
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑠𝑎𝑙

Uji Sensitivitas Ekstrak Daun Kersen ditentukan dan diamkan selama ± 5 menit.
terhadap Edwardsiella tarda Masing-masing disk blank yang sudah
diberi ekstrak daun kersen diletakkan pada
Pengamatan zona hambat
media TSA yang telah diberi inokulan
menggunakan metode cakram KIRBY-
E.tarda, hal ini dilakukan secara aseptik di
BAEUR dengan disk blank yang
laminar flow. Selanjutnya, diinkubasi
berdiameter 6 mm. Tahap awal, media
dalam inkubator pada suhu 28oC selama
TSA padat diberi suspensi bakteri E.
24 jam. Setelah 24 jam masa inkubasi
tardadengan kepadatan bakteri 108
maka dapat dilakukan pengamatan zona
CFU/mL sebanyak 100 μL disebarkan
terang atau zona hambat dan diameter
secara merata menggunakan spreader
diukur menggunakan jangka sorong
glass. Disk blank diberi ekstrak daun
(Affandi et al., 2009).
kersen sebanyak 100 μL menggunakan
mikropipet sesuai dosis yang telah

13
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

Uji Minimum Inhibitory Concentration Uji Toksisitas LD50 Ekstrak Daun


(MIC) Kersen terhadap Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus)
Uji MIC dilakukan untuk
Uji toksisitas diawali dengan
mengetahui dosis minimum dari larutan
mempersiapkan wadah berukuran
daun kersen untuk menghambat
40x10x30 cm, wadah dibersihkan
pertumbuhan bakteri E.tarda. Dosis yang
menggunakan KMnO4 (PK) dandidiamkan
digunakan berdasarkan hasil uji
selama 24 jam, setelah itu dikeringkan.
sensitivitas, yaitu dosis yang menghasilkan
Volume wadah 10 L dicampur dengan
zona hambat terkecil sampai dosis yang
ekstrak daun kersen dengan dosis yang
tidak menghasilkan zona hambat.
digunakan berdasarkan dosis pada uji MIC
Selanjutnya, dosis tersebut dilakukan
dan kontrol. Ikan uji yang digunakan, yaitu
pengenceran hingga didapatkan berbagai
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
dosis. Masing-masing dosis yang telah
berukuran 7-9 cm sebanyak 10 ekor per
ditentukan ditambahkan 100 μL bakteri
wadah selanjutnya, ikan uji dipelihara
E.tarda dengan kepadatan bakteri 108
selama 24 jam untuk mengamati tingkah
sel/mL, kemudian divortex agar homogen.
laku ikan dan kematian ikan mencapai
Selanjutnya, suspensi bakteri diambil
50%. Data yang diperoleh ditabulasikan
sebanyak 100 μL untuk ditumbuhkan pada
dan ditentukan LD50 dengan perhitungan
media TSA dan inkubasi selama 24 jam
metode Reed and Muench (1983) dalam
pada suhu 28oC dalam inkubator. Setelah
Harmita dan Radji (2008).
24 jam, pertumbuhan koloni bakteri
diamati dan dihitung jumlah koloni bakteri 3. Hasil dan Pembahasan
sesuai dengan kaidah statistik, yaitu cawan
yang berisi 30-300 koloni bakteri (Waluyo, Uji fitokimia merupakan suatu
2008). analisis yang digunakan untuk mengetahui
kandungan senyawa metabolit sekunder
yang terkandung di dalam tanaman

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Kersen (M. calabura L)


No Senyawa Reagen Identifikasi Hasil Ket

Terpenoid/ Liberman- Larutan biru


1. Warna biru kehijauan ++
Steroid Burchard kehijauan

2. Flavonoid Sianidin Test Larutan Merah Larutan Merah ++

Mayer, Endapan putih, larutan Larutan bening,


3. Alkaloid -
Dragendroff kemerahan larutan kuning
Larutan biru
4. Fenolik FeCl3 1% Larutan biru/ungu +
kekuningan
5. Saponin H2O Busa Berbuih +
Berwarna biru
6. Tanin FeCl3 1% Larutan biru +
kekuningan

Keterangan : (++) = reaksi positif intensitas kuat, (+) = reaksi positif intensitas sedang, (-) = reaksi negatif.

Berdasarkan data Tabel 1, terlihat terpenoid, steroid, fenolik, saponin, dan


bahwa hasil uji fitokimia terhadap daun tanin. Kandungan senyawa bioaktif suatu
kersen teridentifikasi senyawa flavonoid, tumbuhan mengalami perbedaan di-

14
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

sebabkan juga oleh beberapa faktor. Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Menurut Rahman et al., (2017) pengaruh Ekstrak Daun Kersen
lingkungan tempat tumbuh tanaman yaitu Penggunaan KLT juga bertujuan
iklim, kualitas tanah, dan mutu air dapat untuk memisahkan senyawa yang terdapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas dalam ekstrak atau menentukan jumlah
komponen yang terpisah pada daun kersen
metabolit sekunder. Perbedaan habitat
berdasarkan spot, untuk lebih jelasnya
tanaman berpengaruh terhadap kandungan hasil pengamatan kromatografi dapat
fitokimia pada tanaman tersebut. dilihat pada Gambar 1.

b c

Gambar 1. Pengamatan pada sinar UV 254 nm, Pengamatan pada sinar UV 366 nm;
Keterangan : a. Steroid/ terpenoid, b. Flavonoid, c. Fenolik

Jenis senyawa yang teridentifikasi Hasil Sensitivitas Ekstrak Daun Kersen


hanya steroid/terpenoid, flavonoid, fenolik. terhadap Bakteri Edwardsiella tarda
Ketiga plat tersebut memperlihatkan Hasil uji sensitivitas ekstrak daun
tiganoda dengan Rf steroid/terpenoid 0,88 kersen dengan dosis 10000 ppm hingga
cm, flavonoid 0,6 cmdan fenolik 0,6 700 ppm dan antibiotik Novobiosin
cm.Alen et al.,(2017) bahwa analisis sebagai kontrol terhadap E.tarda meng-
penentuan golongan senyawa aktif yang hasilkan diameter zona hambat yang
terdapat dalam ekstrak, yaitu berbeda. Untuk lebih jelasnya diameter
zona hambat ekstrak daun kersen terhadap
menggunakan KLT dengan prinsip
bakteri E. tarda dapat dilihat pada Gambar
adsorbsi dan partisi yang ditentukan oleh 2.
fase diam (adsorben) dan fase gerak
(eluen).

15
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

25.00

zona hambat (mm)


20.00

15.00

10.00

5.00

0.00

Gambar 2. Rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun kersen terhadap bakteri E. tarda.

Berdasarkan Gambar 2, ekstrak tergolong kuat. Hal ini sesuai dengan


daun kersen (M. calabura L) dosis 10000 pendapat Susanto et al., (2012) yang
ppm menghasilkan zona hambat sebesar menyatakan bahwa aktivitas antibakteri
15,29 mm sedangkan rata-rata diameter tergolong lemah jika diameter zona
zona hambat yang terkecil, yaitu dosis 700 hambat yang terbentuk kurang dari 5 mm,
ppm sebesar 6,14 mm. Hal ini diduga jika diameter zona hambat yang terbentuk
karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak, berkisar antara 5-10 mm digolongkan
maka semakin banyak zat aktif di dalam sedang, kuat jika zona hambat yang
daun kersen yang berperan sebagai terbentuk berkisar antara 10-20 mm, dan
antibakteri yang mampu menghambat tergolong sangat kuat jika lebih dari 20
bakteriE. tarda. Diameter zona hambat mm. Diameter zona hambat ekstrak daun
ekstrak daun kersen yang terbentuk kersen terhadap bakteri E.tarda dapat
menunjukkan bahwa zat antimikroba yang dilihat pada Gambar 3.
terkandung dalam ekstrak daun kersen

Gambar 3. Zona hambat ekstrak daun kersen terhadap bakteri E. tarda

Zona hambat yang terbentuk dalam ekstrak daun kersen tersebut mampu
berasal dari aktivitas antibakteri senyawa menghambat bakteri E.tarda dengan cara
flavonoid, saponin, steroid (Isnarianti et mendenaturasi protein dan merusak
al., 2013). Bahan aktif yang terkandung membran sel.

16
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

Uji Minimum Inhibitory Concentration menghambat pertumbuhan bakteri E.


(MIC) Ekstrak Daun Kersen (Muntingia tarda. Dosis yang digunakan berdasarkan
calabura L) terhadap Bakteri pada hasil sensitivitas, yaitu 800 ppm, 750
Edwardsiella tarda. ppm, 700 ppm, 650 ppm. Hasil uji MIC
dapat dilihat pada Tabel 2.
Uji MIC bertujuan untuk melihat
dosis minimum ekstrak daun kersen dalam

Tabel 2. Hasil Perhitungan Jumlah Koloni E. tarda Setelah diberi Perlakuan Ekstrak Daun
Kersen (M. calabura L)
Jumlah Koloni Bakteri pada setiap Ulangan (CFU/mL Rata-rata Jumlah Bakteri yang
Dosis Tumbuh (CFU/mL)
1 2 3
800 ppm 110 105 115 110,00
750 ppm 170 178 169 173,33
700 ppm 265 240 280 261,66
650 ppm 388 369 363 373,33

Berdasarkan Tabel 3. hasil per- mekanisme berbeda sebagai antibakteri.


hitungan jumlah koloni bakteri E. tarda Flavonoid mampu menghambat fungsi
yang diberi ekstrak daun kersen dapat membran sitoplasma, menghambat sintesis
menghambat pertumbuhan bakteri dengan asam nukleat, dan menghambat me-
rerata jumlah koloni dengan dosis 700 tabolisme energi Khazanahet al., (2014).
ppm – 800 ppm sebanyak 261,66 – 110,00 Saponin dapat berikatan dengan
sel/mL sedangkan pada dosis 650 ppm lipopolisakarida, sehingga mengakibatkan
menghasilkan jumlah koloni 373,33 permeabilitas dinding sel meningkat.
sel/mL. Menurut Dwijoseputro (2010), Permeabilitas yang terganggu me-
pertumbuhan koloni bakteri yang terbaik nyebabkan keluarnya berbagai komponen
dalam menghambat pertumbuhan bakteri penting dari sel mikroba yaitu protein,
berkisar antara 30 – 300 koloni per cawan asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain,
petri. sehingga sel bakteri akan mati
Pemberian ekstrak daun kersen (M (Permatasari et al. 2013). Tanin
calabura L) masing-masing dosis dapat dapatmenginaktivasi adhesin mikroba,
memberikan perbedaan jumlah koloni enzim, dan protein transport pada
bakteri E. tarda.Hal ini diduga karena membran sel. Hal tersebut akan
semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka menyebabkan fosfolipid tidak mampu
semakin banyak zat aktif di dalam daun mempertahankan bentuk membran sel,
kersen yang berperan sebagai antibakteri akibatnya membran akan bocor dan bakteri
yang mampu menghambat pertumbuhan akan mengalami kematian sel. Mekanisme
bakteri E. tarda. Semakin besar terpenoid sebagai antibakteri bereaksi
konsentrasi suatu ekstrak maka semakin dengan protein transmembran pada
besar pula zat terlarut, yaitu zat aktif yang membran luar dinding sel bakteri,
terkandung di dalamnya. Semakin besar membentuk ikatan polimer yang kuat
kandungan zat aktif maka semakin besar sehingga mengakibatkan rusaknya porin.
pula sifat antibakteri dari ekstrak tersebut Rusaknya porin yang merupakan pintu
(Chang, 2007). keluar masuknya senyawa akan
Zat aktif atau senyawa di dalam mengurangi permeabilitas dinding sel
esktrak daun kersen yang memiliki peran bakteri yang akan mengakibatkan sel
sebagai antibakteri, yaitu flavonoid, bakteri akan kekurangan nutrisi, sehingga
saponin,terpenoid, dan tanin. Masing- pertumbuhan bakteri terhambat atau mati.
masing zat aktif tersebut memiliki

17
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

Pengamatan Letal Dosis50 (LD50) kematian 50% selama 24 jam pada lele
Ekstrak Daun Kersen terhadap Ikan dumbo yang diujikan sebanyak 10 ekor
Lele Dumbo (Clarias gariepinus). setiap perlakuannya. Dosis yang
digunakan berdasarkan dari hasil uji MIC
Uji toksisitas LD50 ekstrak daun yang didapatkan, yaitu 700 ppm, 750 ppm,
kersen (M. calabura L) dilakukan untuk 800 ppm, dan kontrol. Hasil uji toksisitas
mendapatkan dosis yang menyebabkan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Penentuan LD50 Menurut Metode Reed and Muench (1938)
Selama 24 Jam
Akumulasi Ratio % Kematian LD50
Dosis Kematian
(ppm) Mati Hidup Mati Hidup Total

0 0 30 0 59 59 0/59 0
700 13 17 13 29 42 13/42 30,95
750 18 12 31 12 43 31/43 72 720,06
800 30 0 61 0 61 61/61 100
Keterangan: menunjukkan nilai LD50 pada dosis antara 700-750 ppm.

Berdasarkan Tabel 3. perhitungan ppm. Sedangkan tingkat kematian ikan


LD50 menurut Reed and Muench terendah, yaitu 700 ppm. Hal ini
menunjukkan nilai LD50 24 jam adalah menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis
720,06 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kersen maka
ekstrak daun kersen tidak bersifat racun semakin meningkat pula mortalitas pada
bagi ikan lele pada dosis dibawah 720,06 ikan uji. Lebih jelas dapat dilihat pada
ppm. Tingkat kematian ikan tertinggi, Gambar 4.
yaitu 100% ditunjukkan pada dosis 800

110
100
90
Mortalitas ikan %

80
70
60
50
40 %mortalitas
30
20
LD50
10
0
Kontrol 700 ppm 750 ppm 800 ppm
Perlakuan

Gambar 4. Grafik mortalitas ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) setelah direndam dalam ekstrak
daun kersen selama 24 jam.

Berdasarkan Gambar 2, terlihat populasi ikan lele dumbo. Peningkatan


bahwa semakin tinggi dosis ekstrak daun mortalitas ikan lele dumbo tersebut
kersen yang diujikan, maka semakin tinggi diakibatkan karena ketidak mampuan
kematian ikan lele dumbo tersebut. Uji adaptasi ikan lele dumbo terhadap ekstrak
toksisitas ekstrak daun kersen terhadap daun kersen yang diberikan pada media
ikan lele dumbo, diketahui bahwa ekstrak hidupnya.
daun kersen dengan rentang 720,06 ppm Faktor lain yang menyebabkan
dapat mengakibatkan kematian 50% kematian pada ikan patin selama

18
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

pengamatan disebabkan oleh adanya Kedokteran Bagian Mikrobiologi


senyawa saponin yang terkandung didalam Universitas Riau. 6 hlm.
ekstrak daun kersen. Adanya saponin ini Andriani, A. 2011. Skrining Fitokimia dan
menimbulkan buih didalam air sehingga Uji Penghambatan Aktivitas Alpha
ikan mengalami kesulitan untuk Glukosidase Pada Ekstrak Etanol
mendapatkan oksigen. Saponin masuk ke dari Beberapa Tanaman yang
dalam peredaran darah melalui insang, Digunakan Sebagai Obat
ketika mengambil oksigen dari air, saponin Antidiabetes. Skripsi. Fakultas
masuk ke dalam tubuh dan mengikat Matematika dan Ilmu Pengetahuan
hemoglobin sehingga menyebabkan ikan Alam. Universitas Indonesia.
kekurangan darah dan dapat menyebabkan Chang, R. 2007. Chemistry Ninth Edition.
kematian (Lukistyowati, 2012). Menurut New York: Mc Graw Hill.
Tompo et al., (2010), senyawa saponin Dwijoseputro, D. 2010. Dasar-dasar
dalam dosis tinggi yang melewati batas Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit
toleransi tubuh ikan dapat menimbulkan Djambatan Press.
keracunan bahkan sering mematikan Harmita dan M Radji., 2008. Buku Ajar
(Tompo et al., 2010). Analisis Hayati. Edisi 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
4. Kesimpulan Khasanah, I., Sawiryono,
danSurjowardojo. 2014. Ekstrak
Kandungan fitokimia ekstrak daun
Etanol Daun Kersen (Muntingia
kersen adalah terpenoid/steroid, flavonoid,
calabura L.)Sebagai Antibakteri
fenolik, saponin, dan tanin. Ekstrak daun
Terhadap Streptococcus agalactiae
kersen mampu menghambat bakteri E.
Penyebab Masitis Subklinis pada
tarda hingga dosis 700 ppm dengan
Sapi Perah. Jurnal Ternak Tropika.
diameter zona hambat sebesar 6,14 mm.
15(2): 7-14.
Dosis minimum Inhibitory concentration
Isnarianti, R.I. A., Wahyudi dan R. M.
(MIC) ekstrak daun kersen 700 ppm
Puspita., 2013. Muntingia calabura
dengan rerata jumlah koloni bakteri 261,66
L. Leaves Extract Inhibits
CFU/mL. Dosis LD50 ekstrak daun kersen
Glucosyltransferase Activity of
untuk ikan lele dumbo (Clarias
Streptococcus mutans. Journal of
gariepinus) adalah 720,06 ppm.
Dentistry Indonesia, Vol. 20(3): 59-
Daftar Pustaka 63.
Alen, Y., Fitria, L. A dan Yori, Y., 2017. Indrowati, M dan Soegihardjo, C.J., 2005.
Analisis Kromatografi Lapis Tipis Materi Pembelajaran Biologi
(KLT) dan Aktivitas (Biokimia) Deteksi Flavonoid
Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Ekstrak Daun Kluwih (Artorpus
Schizostachyum brachycladum Kurz altilis Park.). Bioedukasi2 (2): 61-
(Kurz) pada Mencit Putih Jantan. 64.
Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. Vol Lukistyowati, I., 2012. Study Efektifitas
3(2), 146-152. Sambiloto (Andrographi spaniculata
Affandi, A. A. Fauzia., dan SD. Lesmana., Ness) untuk Mencegah Penyakit
2009. Penentuan Dosis Hambat Edwardsiellosis pada Ikan Patin
Minimal dan Dosis Bunuh Minimal (Pangasius hypopthalamus). Berkala
Larutan Povidon Iodium 10% Perikanan Terubuk 40(2): 56-74.
terhadap Staphylococcus aureus Mega M, dan Swastini D. 2010. Screening
Resisten Metisilin (MRSA) dan Fitokimia dan Aktivitas Antiradikal
Staphylococcus aureus Sensitif Bebas Ekstrak Metanol Daun Gaharu
(MSSA). [Jurnal]. Fakultas (Gyrinops Versteegii). Jurnal Kimia
4 (2):187-192.

19
JURNAL RUAYA VOL. 7. NO .2. TH 2019
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

Narwiyani, S. dan Kurniarsih., 2011. kersen (Muntingia calabura). Jurnal


Phylogenetic Tree dari Empat Isolat Kimia dan Pendidikan Kimia. Vol
Edwardsiella tarda di Indonesia. 1(2) 41-47.
Biota16(2) : 348-353. Rahman, F.A., T. Haniastuti dan T.W.
Padmasari, P D., Astuti, K W., dan Utami., 2017. Skrining fitokimia dan
Warditiani, N K. 2013. Skrining aktivitas antibakteri ekstrak etanol
Fitokimia Ekstrak Etanol 70% daun sirsak (Annona muricata L.)
Rimpang Bangle (Zingiber pada Streptococcus mutans ATCC
purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi 35668. Majalah Kedokteran Gigi
Udayana 2 (4): 1-4. Indonesia. Vol 3(1): 1 – 7.
Permatasari, G.A.A.A., I. N. K. Besung, Tompo, A., Tjaronge dan S. Tahe., 2010.
dan H. Mahatmi. 2013. Daya Pengaruh Pemberian Saponin
Hambat Perasan Daun Sirsak dengan Dosis yang Berbeda sebagai
terhadap Petumbuhan Bakteri Obat Bius pada Ikan Bandeng
Escherichia coli. Bali. Fakultas (Chanos chanos forsskal) Umpan.
Kedokteran Hewan Universitas Jurnal Bidang Biologi Perikanan.
Udayana. IndonesiaMedicus Maros: Balai Riset Budidaya
Veterinus. 2(2): 162-169. Perikanan Air Payau.
Susanto, D., Sudrajat dan Ruga., 2012. Waluyo, L., 2008. Teknik Metode Dasar
Studi Kandungan Bahan Aktif Mikrobiology. Teknik Pengenceran
Tumbuhan Meranti Merah (Shorea dan Perhitungan bakteri. Malang:
leprosula Miq) sebagai Sumber UMM Press.
Senyawa Antibakteri. Journal Yanuhar, U., 2005. Peran molekul adhesi
Mulawarman Scientifie. Vol. 11 (2): untuk diagnostik dan vaksin bakteri
181-190. patogen. Makalah Seminar Nasional
Setyowati, W. A. E dan M. A.S Cahyanto., Aplikasi Bioteknologi Akuakultur.
2016. Kandungan Kimia dan Uji Fakultas Perikanan. Universitas
Aktivitas Toksik menggunakan Brawijaya. Malang.
metode BSLT (Brine Shrimp
Lethality Test) dari ekstrak daun

20

Anda mungkin juga menyukai