Oleh:
Nabila Fatin Aisiah
M0614026
S1 Farmasi 2014
I. Tujuan
Dapat melakukan tahapan isolasi alkaloid total dari daun pepaya
b. Bahan
1. Etanol 96% ml
2. Asam sitrat ml
3. Etil Asetat ml
4. N-Heksan 30 ml
5. Ammonia tetes
6. Daun pepaya 650g
c. Gambar Alat
IV. Cara Kerja
ditambah
650g serbuk Etanol 96%
pepaya kering
Ekstrak etanol
Terbentuk 2
lapisan
Dipartisi
dipartisi
ditambah
Bagian etil 2 Bagian asam Amonia dan
dicampur etil asetat
Campuran etil 1
dan 2 Bagian etil 3 dan
bagian basa
Tiap tiap bagian
Hasil
* Isolasi Alkaloid
Organoleptis Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3
Bentuk Cairan Cairan Cairan
Bau Khas etanol Khas etanol Khas etanol
Warna Atas: Hijau pekat Atas: Bening kehijauan Atas: Kuning bening
Bawah: Cokelat Jernih Bawah: Cokelat jernih Bawah: Cokelat kemerahan
2. Hasil KLT
Sampel Jarak Titik (cm) Rf Warna
Ekstrak etanol 0,8 0,1 Ungu
Bagian etil 1&2 0,7 0,0875
4 0,5 Ungu
7,4 0,9375
b. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan uji isolasi alkaloid total. Tujuan dari percobaan ini ialah
untuk dapat melakukan tahapan isolasi alkaloid total dari daun pepaya. Sampel yang
digunakan pada percobaan ini ialah daun pepaya sebanyak 650g berat bersih. Daun
pepaya memiliki kandungan utama senyawa alkaloid berupa piperidin carpaine serta
alkaloid lain seperti dehydrocarpaine dan pseudocarpaine.
Pada percobaan ini, dilakukan proses ekstraksi pengambilan senyawa aktif pada simplisia
menggunakan metode maserasi. Simplisia daun pepaya dicuci terlebih dahulu dimana
bertujuan untuk membersihkan simplisia dari pengotor luar seperti tanah, debu dan lain-lain.
kemudian simplisia dipotong untuk mempercepat proses pengeringan. Simplisia dikeringkan
pada oven untuk mengurangi kadar air dari sampel. Setelah sampel kering kemudian dirajang
dan diayak kembali untuk memperkecil ukuran sehingga memperluas daerah permukaan
kontak simplisia dengan penyari. Simplisia yang telah kering kemudian di ekstraksi secara
maserasi menggunkana pelarut etanol 96%.
Prinsip dari maserasi ialah teknik ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut yang
sesuai dengan beberapa kali penggojogan dimana ekstraksi dilakukan pada suhu kamar.
Mekanisme dari maserasi ialah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di
luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Kelebihan dari teknik maserasi ialah mudah, biaya operasional yang rendah, dan prosesnya
simpel. Namun kekurangan dari metode ini ialah proses penyarian yang umumnya kurang
sempurna dan prosesnya lama hingga memerlukan waktu beberapa jam/hari.
Tujuan dilakukannya ekstraksi dengan maserasi ialah untuk menarik seluruh komponen
zat aktif pada simplisia daun pepaya menggunakan pelarut yang sesuai. Dipilih pelarut etanol
96% karena pada kadar tersebut, etanol cenderung menjadi pelarut yang semi polar sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid yang juga bersifat semipolar. Selain itu, etanol telah
berperan sebagai desinfektan antibakteri sehingga selama proses maserasi tidak perlu
dilakukan penambahan senyawa antimikroba untuk mencegah pertumbuhan mikroba selama
proses penyarian yang dilakukan berjam-jam. Proses pendiaman dilakukan selama 1 hari
untuk memberikan waktu yang optimal agar seluruh senyawa dapat tersari secara maksimal.
Dilakukan pengecilan ukuran dengan cara pengayakan untuk memperbesar daerah kontak
penyari sehingga senyawa yang dapat tersari lebih banyak.
Ekstrak etanol yang didapatkan kemudian di evaporasi dengan rotary evaporator dimana
proses evaporasi bertujuan untuk menghilangkan pelarut sehingga hanya tersisa ekstrak
kental senyawa aktif hasil penyarian dari simplisia daun pepaya. Setelah jumlah ekstark
berkurang dilakukan evaporasi menggunakan waterbath untuk mempercepat penguapan.
Selama proses penguapan pada waterbath ekstrak selalu diaduk dengan batang pengaduk
untuk mencegah terjadinya gosong pada bagian bawah dan untuk mengurangi ekstrak yang
menempel pada tepi wajan. Penguapan dilakukan hingga didapat ekstrak kental dimana
didapatkan hasil ekstrak kental berwarna hijau kehitaman.
Proses selanjutnya ialah proses pemisahan alkaloid dari senyawa lain serta memisahkan
antara alkaloid basa kuat, lemah dan netral menggunakan metode partisi pada corong pisah.
Metode partisi ialah metode yang sangat berguna untuk memisahkan zat yang terkandung
dalam sampel dengan cara partisi menggunakan pelarut yang saling tidak bercampur. Salah
satu fasenya adalah air dan fase lain berupa larutan organik. Dalam pemisahan, senyawa yang
bersifat polar akan berada di bawah sedangkan senyawa yang bersifat non polar akan berada
di atas. Hal ini didasari pada perbedaan bobot jenis kedua larutan dimana senyawa non polar
memiliki bobot jenis yang lebih rendah.
Pada percobaan, ekstrak mula-mula diasamkan terlebih dahulu dengan penambahan asam
sitrat yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:4. Fungsi penambahan asam sitrat
ialah untuk membentuk suasana asam pada ekstrak sehingga senyawa-senyawa lain selain
alkaloid yang memiliki sifat asam dapat terpisah dan larut pada bagian asam dan bagian basa
hanya tersisa alkaloid. Digunakan asam asetat: etil asetat sebagai pelarut organik untuk
menarik senyawa bersifat non polar dan semi polar dalam sampel.
Ekstrak yang telah diasamkan dan diberi pelarut organik kemudian dikocok pada corong
pisah dimana tujuan pengocokan ini ialah untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap
lapisan secara cepat dan sempurna. Selama pengocokan dilakukan beberapa kali pembuangan
gas yang terbentuk pada corong pisah. Setelah tiga kali pengocokan dilakukan pendiaman
yang bertujuan untuk membiarkan terjadinya pemisahan antara kedua cairan yang tidak
tercampur yang telah menyari kedua jenis senyawa aktif baik polar dan non polar.
Pada hasil partisi akan didapat 2 lapisan dimana lapisan atas merupakan lapisan etil
sedangkan lapisan bawah merupakan bagian asam yang larut air. Lapisan etil asetat akan
terdiri dari alkaloid netral atau alkaloid basa lemah. Bagian asam kemudian dipartisi kembali
menggunakan etil asetat dengan tujuan untuk memaksimalkan pengambilan alkaloid basa
lemah dan netral dimana dilakukan proses penggojogan kembali dan pemisahan dihasilkan
dua lapisan yang terdiri dari lapisan asam pada bagian bawah yang berupa senyawa larut air
dan lapisan basa pada bagian atas yang berupa senyawa larut pelarut organik. Bagian etil
kemudian dicampurkan dengan bagian etil sebelumnya. Dihasilkan bagian asam dengan
warna cokelat jernih.
Lapisan asam kemudian di beri ammonia dengan tujuan untuk membasakan suasana
ekstrak sehingga terjadi pemisahan antara alkaloid basa dan alkaloid kuarterner. Digunakan
Amonia sebanyak 35 tetes untuk mendapatkan pH larutan sebesar 9. Dilakukan partisi dengan
etil asetat untuk memisahkan kedua jenis alkaloid dimana pada bagian etil akan didapatkan
senyawa alkaloid basa sedangkan pada bagian basa akan didapatkan alkaloid kuarterner.
Didapatkan hasil berupa 4 jenis ekstrak yang terdiri dari ekstrak daun pepaya, campuran
bagian etil 1 dan 2, bagian etil ke-3 dan bagian basa. Ke-4 jenis larutan kemudian di uji
menggunakan KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Kromatografi digunakan untuk memisahkan
substansi campuran menjadi komponen-komponen penyusunnya. Pada kromatografi,
komponen senyawa akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Prinsip
dari KLT ialah proses pemisahan secara adsorbsi berdasarkan perbedaan kekuatan interaksi
intermolekul antara senyawa dengan fase diam dan senyawa dengan fase gerak dimana
senyawa yang berinteraksi lebih kuat pada fase diam maka akan terelusi lebih lama dan
senyawa yang kuat berinteraksi dengan fase gerak akan lebih cepat dan terelusi lebih jauh.
Interaksi intermolekul ini didasari pada perbedaan polaritas senyawa.
Pada percobaan digunakan fase diam silika gel yang bersifat polar sedangkan fase gerak
yang digunakan berupa etil asetat: etanol: n-heksan dengan perbandingan 2:1:30 dimana
campuran dari senyawa ini bersifat non polar. Hal ini menunjukkan bahwa sistem yang
digunakan merupakan sistem normal (normal phase) dimana digunakan fase diam yang lebih
polar dibanding fase gerak. Berdasarkan hal tersebut, senyawa dengan nilai Rf lebih rendah
akan memiliki kepolaran yang lebih tinggi dibanding senyawa yang memiliki Rf tinggi
dimana senyawa Rf rendah merupakan senyawa polar yang tertahan pada silika gel sehingga
lebih sulit terelusi dibanding senyawa non polar yang cenderung larut pada fase gerak dan
lebih jauh terelusi. Nilai Rf merupakan perbandingan antara jarak bercak dari batas bawah
dibandingkan dengan jarak eluen yang ditempuh.
Pada proses elusi, chamber mula-mula harus dijenuhkan terlebih dahulu dengan fase
gerak untuk tujuan meningkatkan nilai reprodusibilitas dari proses KLT, selain itu
penjenuhan perlu dilakukan untuk menstabilkan proses eluen dimana kerika fase gerak mulai
naik ke fase diam sedapat mungkin tidak ada penghalang atau gangguan. Bila chamber tidak
jenuh maka di dalam chamber masih terdapat udara dengan tekanan yang berbeda dengan uap
eluen, maka aliran eluen akan tertahan dan dapat menyebabkan pemisahan tidak berjalan
dengan baik.
Berdasarkan hasil KLT, didapatkan beberapa spot pada campuran fraksi 1 dan 2 serta
terdapat 1 spot pada ekstrak pepaya awal. Tidak didapatkan spot yang terelusi pada bagian 3
dan 4. Nilai Rf yang didapat pada spot ekstrak pepaya ialah 0,1. Sedangkan pada spot yang
terbentuk dari bagian etil 1&2 ialah sebesar: 0,1; 0,5; dan 0,925. Berdasarkan literatur,
umumnya nilai Rf untuk senyawa alkaloid ialah sekitar 0,74. Berdasarkan hasil hanya spot ke
2 dan ke 3 pada bagian etil 1&2 saja yang mendekati nilai tersebut. Hal ini dimungkinkan
karena reprodusibilitas dari metode KLT yang sangat rendah sehingga sulit untuk
mendapatkan hasil yang sama pada percobaan berikutnya.
VI. Kesimpulan
Dapat dilakukan isolasi alkaloid total dari simplisia daun pepaya menggunakan teknik
maserasi untuk penyarian dimana prinsip maserasi ialah ekstraksi simplisia dengan
menggunakan pelarut yang sesuai dengan beberapa kali penggojogan dimana ekstraksi
dilakukan pada suhu kamar. Dilakukan pemisahan antara senyawa alkaloid basa dan senyawa
lain menggunakan partisi cair-cair dimana prinsipnya ialah pemisahan senyawa dengan 2 fase
cairan yang tidak dapat bercampur dimana alkaloid akan terlarut pada fase etil sedangkan
senyawa lain akan terlarut pada bagian asam. Alkaloid basa lemah dan netral akan larut pada
bagian etil sedangkan alkaloid kuarterner akan larut pada bagian basa. Dilakukan pemurnian
senyawa dengan KLT dan didapatkan nilai Rf pada ekstrak pepaya sebesar 0,1; nilai Rf pada
bagian etil 1 dan 2 sebesar 0,0875; 0,5; dan 0,925 namun tidak terjadi pemisahan yang
sempurna pada bagian etil 3 dan bagian basa.
VII. Daftar Pustaka
Alviyulita, Pinta R., Farida H. 2014. Pengaruh Penambahan Ammonium Sulfat (NH)SO
dan Waktu Perendaman Buffer Fosfat terhadap Perolehan Crude Papain dari Daun
Pepaya (Carica papaya, L). Jurnal Teknik Kimia USU. Vol. 3. No. 3.
Gandjar, Ibnu. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Julianti, Mouhssin O., Matthias. 2014. Quantification of The Antiplasmodial Alkaloid
Carpaine in Papaya (Carica papaya) Leaves. Planta Med. Vol. 80: 1138-1142.
Khopkar. 2008. Dasar-dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga.
Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Nilai Rf =
0,8
8
= 0,1
0,7
8
= 0,0875
4
8
= 0,5
7,4
8
= 0,925
Lampiran Gambar