Anda di halaman 1dari 16

Sabun hygine

Dosen pengampu:
In Rahmi Fatria Fajar, M.Farm.,Apt
Tugasteknologi Farmasi Semi Solid
Kelompok 2, disusun oleh:
◦ Fitri Marta Siagian 201951083
◦ Nurmawanah 202051109
◦ Rizki Ardiansyah 201951176
Pendahuluan
Hygine berasal dari bahasa Yunani yang
berarti sehat
Hygine adalah ilmu yang berkaitan
dengan pencegahan penyakit dan
pemeliharaan kesehatan
Menurut Brownell, hygine adalah
bagaimana caranya orang memelihara dan
melindungi kesehatan
Sabun feminim hygine dari kulit buah
durian
• Sabun adalah hasil reaksi fatty acid dan alkali
• Sabun pembersih kewanitaan adalah suatu sediaan pembersih
daerah kewanitaan berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar dan
digunakan untuk membersihkan daerah kewanitaan tanpa
menimbulkan iritasi pada kulit.
• Kulit durian mengandung senyawa fenolik, flavonoid, saponin dan
tanin yang digunakan sebagai antijamur
• Pembuatan sabun hygine dari kulit durian secara maserasi
menggunakan pelarut etanol 98% menggunakan rotary evaporator
• Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan menggunakan
suatu pelarut cair
Lanjutan sabun hygine dari kulit buah
durian
• Zat tambahan yaitu asam stearat dan triethanolamin
sebagai bahan pengemulsi, adeps lanae sebagai
pembentuk sabun, gliserol sebagai pelembut (humektan),
oleum vanila sebagai pengaroma dan aquadest sebagai
pelarut
• Formulasi sabun pembersih kewanitaan dibuat pada
konsentrasi 25%, dengan konsentrasi asam stearat 7,5%,
8% dan 8,5%
• Evaluasi fisik melalui uji organoleptik, homogenitas, pH,
tinggi busa dan uji iritasi
• Hasil penelitian sabun hygine dar ekstrak kulit buah
durian telah memenuhi syarat uji evaluasi fisik yang stabil
n

Tanaman untuk antikeputihan


Pada pengobatan tradisional bawang putih, daun sirih, daun waru,
daun kemangi, daun kecombrang, nanas dan lengkuas putih memiliki
aktivitas sebagi antikeputihan
Ekstrak bawang putih memiliki aktivitas sebagai fungistatik dan
fungisida (Barnes et al.,1997)
Minyak atsiri pada daun sirih memiliki kandungan fenol dan
fenilpropen berfungsi sebagai fungisida
Batang waru memiliki kandunga alkaloida berfungsi sebagai antifungi
Daun kemangi memiliki senyawa sebagai antifungi
Ekstrak daun kecombrang dapat menghambat pertumbuhan Candida
albicans
Minyak atsiri lengkuas putih yaitu eugenol sebagai antifungi
Batang nanas memiliki bromelain dapat menurunkan jumlah koloni
Candida albicans
ekstraksi
Maserasi adalah ekstraksi cara dingin
yang memiliki beberapa kelebihan yaitu
pengerjaanya yang mudah dan tidak
memerlukan pemanasan yang dapat
merusak atau mengurai kandungan
senyawa didalamnya
Prosedur kerja
1. Pengambilan sampel
2. Determinasi sampel
• Dilakukan di laboratorium
3. Pengolahan sampel
• Disortasi kering kemudian sortasi basah
4. Ekstraksi
5. Skrining kandungan kimia
6. Formula
7. Prosedur kerja
8. Uji stabilitas fisik
9. Penyiapan sterilisasi
10. Pengujian zona hambat cair
• Pengujian pertumbuhan jamur candida albicans dengan metode cakram
disk
Skrining kandungan kimia
1. Pemeriksaan alkaloida
• Sampel di tambahkan hcl, dragendorff dan pereaksi mayer, terjadi endapan putih
kekuningan menunjukkan adanya alkaloida
2. Pemeriksaan sterol dan triterpenoid
• Ekstrak dalam kloroform ditambahkan asam asetat, terbentuk warna hijau kebiruan
menunjukkan adanya sterol dan jika terjadi cincin coklat atau violet menunjukkan
triterpenoid
3. Tanin dan polifenol
• Ekstrak direaksikan dengan HCl menunjukkan warna biru tua, biru kehitaman dan
hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin dan polifenol
4. Pemeriksaan saponin
• Ekstrak ditambahkan air panas dikocok 10 detik, terjadi buih selama 10 menit,
buih tidak hilang dengan penambahan HCl
5. Pemeriksaan flavonoid
• Ekstrak ditambahkan aseton, asam borat dan serbuk halus asam oksalat dipanaskan
di penangas air, larutan berfluorensi kuning menunjukkan adanya flavonoid
Uji stabilitas fisik
1. Uji organoleptik (bentuk, warna dan bau)
• Dilakukan dengan mendeskripsikan warna, bau dan bentuk
dari sediaan sabun cair yang dihasilkan sebaiknya memiliki
warna yang menarik, bau yang menyenangkan dan kekentalan
yang cukup nyaman dalam penggunaan
2. Pemeriksaan pH
• Dilakukan pada sediaan sabun pembersih kewanitaan selama
masa penyimpanan 4 minggu
• Pengukuran pH menggunakan pH meter yang dilakukan
dengan pengkalibrasian alat Ph meter menggunakan larutan
dapar pH 7 dan pH 4
3. Pemeriksaan bobot jenis
• Menggunakan piknometer kosong, bersih dan kering
Lanjutan uji stabilitas fisik
4. Pemeriksaan homogenitas
• Dilakukan dengan cara sediaan diletakkan diatas kaca arloji, lalu
diraba dan diperhatikan secara seksama apakah terdapat kasar
pada sediaan
5. Uji daya busa
• Dilakukan dengan cara sediaan sabun pembersih kewanitaan
sebanyak 1 g dilarutkan dengan aquadest sebanyak 10 ml
kemudian dikocok dengan kecepatan konstan selama 20 detik
6. Uji iritasi
• Dilakukan untuk menetukan potensi iritasi pada kulit setelah
diberikan sabun pembersih kewanitaan dengan cara mengoleskan
sediaan pada kulit normal manusia dengan maksud untuk
mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi
pada kulit atau tidak
Lanjutan uji stabilitas fisik
7. Pemeriksaan viskositas
• Menggunakan alat viskositas Brookfield.
8. Cycling test
• Sediaan disimpan pada suhu dingin (4±2⁰C)
selama 24 jam, lalu dipindahkan ke dalam
oven pada suhu 40 ± 2⁰C selama 24 jam
(disebut siklus 1)
• Pengujian dilakukan sebanyak 6 siklus dan
diamati terjadinya perubahan fisik sabun cair
(bentuk, warna, bau dan pemisahan fase)
Penyiapan sterilisasi
1. Sterilisasi alat
2. Sterilisasi media
3. Pembuatan media PDA
4. Penyiapan jamur uji
• Prosedur penyiapan jamur dilakukan
peremajaan jamur diambil satu ose biakan
murni jamur Candida albicans dengan
menggunakan jarum ose diinkubasi pada
suhu 35-37⁰C selama 24 jam
Pengujian aktivitas antijamur
1. Kultur murni jamur uji
• Kultur murni dari jamur uji candida albicans diambil sebanyak 1 ose diinokulasikan
dengan cara menggoreskan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) secara
aseptic, diinkubasi pada suhu 25⁰C selama 2 – 3 x 24 jam
2. Identifikasi jamur Candida albicans
• Kaca objek yang telah disterilkan, koloni jamur dioleskan pada kaca objek, aduk
homogen dikeringanginkan pada api tetesi dengan gentian violet diamkan 1-2 menit,
dicuci dicelupkan ke dalam alkohol 96% tetesi air fuchin diamkan, amati 100 kali
pembesaran
3. Pembuatan suspensi jamur
• Jamur hasil peremajaan diambil 1 ose secara aseptik kemudian disuspensikan
dengan larutan fisoologis NaCl 0,9% steril
4. Pengujian aktivitas antijamur
• Kertas cakram diberi sampel uji diinkubasi pada suhu 37⁰C selama 72 jam
• Pengamatan pertumbuhan jamur dengan cara diukur diameter daya hambat jamur
ditandai adanya daerah bening di sekeliling kertas cakram
kesimpulan
1. Ekstrak kulit buah durian dapat dibuat
menjadi sediaan sabun pembersih
kewanitaan dengan variasi konsentrasi asam
stearat 7,5%, 8% dan 8,5% dan memenuhi
syarat evaluasi fisik sediaan
2. Tanaman sirih, bawang putih, kecombrang,
kemangi dan nanas berfungsi sebagai
antifungi terhadap Candida albicans
3. Ekstrak daun waru berfungsi sebagai
antijamur terhadap Candida albicans
lanjutan kesimpulan
4. Minyak atsiri lengkuas 10%, 15% dan
20% dapat diformulasikan dalam bentuk
sabun cair antiseptik.
5. Ekstrak daun Iler konsentrasi 1%, 2% dan
4% dapat mempengaruhi pertumbuhan
jamur Candida albicans. Sabun pembersih
kewanitaan dengan konsentrasi 4% dapat
menghambat pertumbuhan Candida
albicans dengan optimum

Anda mungkin juga menyukai