Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan
pengobatan tradisional yang berkembang di Yunani,
Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya. Buku tentang bahan obat2an pertama kali ditulis di Cina sekitar 2735 SM, kemudian sekitar tahun 400 SM berdirilah sekolah kedokteran di Yunani. Salah seorang muridnya adalah Hipocrates yang menempatkan profesi tabib pada tataran etik yang tinggi. Ilmu farmasi secara perlahan berkembang. Di dunia Arab pada abad VIII, ilmu farmasi yang dikembangkan oleh para ilmuawan Arab menyebar luas sampai ke Eropa. Pada masa ini sudah mulai dibedakan peran antara seorang herbalist dengan kedokteran terjadi pada tahun 1240 ketika Kaisar Frederick II dari Roma melakukan pemisahan tersebut. Peran organisasi keprofesian atau keilmuwan juga ditentukan perkembangan ilmu farmasi. Sekarang ini banyak sekali organisasi ahli farmasi baik lingkup nasional maupun internasional. Di Inggris, organisasi profesi pertama kali didirikan pada tahun 1841 dengan nama "The Pharmaceutical Society of Great Britain". Sedangkan, di Amerika Serikat menyusul 11 tahun kemudian dengan nama "American Pharmaceutical Association". Organisasi internasionalnya akhirnya didirikan pada tahun 1910 dengan nama "Federation International Pharmaceutical". Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan cara menambahkan dua atom ekstra karbon dan lima atom ekstra karbon dan lima atom ekstra hidrogen ke dalam sari pati kulit kayu willow. Hasil penemuannya ini dikenal dengan nama Aspirin, yang akhirnya menyebabkan lahirnya perusahaan industri farmasi modern di dunia, yaitu Bayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca Perang Dunia I. Kemudian, pada Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara massal, seperti obat TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika. Bagaimana dengan perkembangan farmasi di Indonesia? Perkembangan farmasi boleh dibilang dimulai ketika berdirinya pabrik kina di Bandung pada tahun 1896. Kemudian, terus berjalan sampai sekitar tahun 1950 di mana pemerintah mengimpor produk farmasi jadi ke Indoneisa. Perusahaan-perusahaan lokal pun bermunculan, tercatat ada Kimia Farma, Indofarma, Dankos, dan lainnya. Di dunia pendidikan sendiri, sekolah tinggi atau fakultas farmasi juga dibuka di berbagai kota. Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan pasar obat potensial. Hingga saat ini, ada kurang lebih 199 perusahaan farmasi, dimana 35 perusahaan diantaranya adalah PMA (Penanaman Modal Asing) dan sisanya adalah perusahan farmasi lokal atau PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Melihat banyaknya perusahaan farmasi saat ini, apakah krisis global mampu mempengaruhi laju bisnis farmasi? Jonathan Sudharta selaku Head of Pharma dari PT. Menjangan Sakti mengemukakan bahwa pertumbuhan bisnis farmasi diperkirakan akan mencapai 11%. Menurutnya, adanya agresivitas dari perusahaan lokal (PMDN) yang disertai dengan munculnya unit-unit dan produk-produk baru yang didominasi oleh food suplemen/extract/kandungan vitamin akan menjadi salah satu faktor yang mampu mendorong pertumbuhan sebesar itu. “Food suplemen akan menjadi growth contributor dalam industri farmasi tahun ini”, tambahnya. Selain itu, mudahnya proses registrasi bagi perusahaan lokal yang hanya memakan waktu enam bulan menjadi salah satu pendorong hadirnya perusahaan farmasi baru. produk-produk inovatif seperti antibiotic dan therapeutic class akan menjadi andalan dalam industri farmasi. Adapun yang termasuk dalam therapeutic class disini adalah cardiovascular, diabetes, neuro, dan onkologi. Fluktuasi harga minyak dan kurs rupiah terhadap dolar tidak bisa menjamin apakah kenaikan harga suatu bahan baku akan berbanding lurus dengan kedua hal tersebut. Ada bahan baku yang mengalami kenaikan secara drastis, namun ada juga yang akan mengalami penuruan secara drastis pula. Ada beberapa bahan baku yang memang terpengaruh karena fluktuasi kurs dolar, namun banyak juga yang dipengaruhi oleh harga minyak jika dilihat dari proses produksinya. Banyaknya pabrik-pabrik bahan baku China yang akan ditutup di tahun 2009 juga menyebabkan kenaikan harga bahan baku farmasi dunia, khususnya untuk produk vitamin C. Indonesia dikenal juga sebagi pasar yang sangat 'marketable' bagi industri obat terutama industri obat tradisional. Hal ini seiring dengan kembali maraknya faham ' back to nature' menjelang abad ke-20 setelah sebelumnya berjaya di era ' synthetic drugs' atau obat yang dibuat secara sintetik atau melalui reaksi-reaksi kimia. Kembali ke alam dirasa memliki manfaat yang jauh lebih dibanding menggantungkan pada obat-obat sintetik. Bukan rahasia lagi bahwa obat sintetik memang memilki banyak kerugian dibanding obat-obat alam. Faktor resiko yang terlampau besar bahkan degeneratif, harga yang mahal, proses penemuan obat yang cukup panjang merupakan beberapa pertimbangan kenapa era 'back to nature' berjaya kembali (tercatat terakhir kali dunia manggunakan back to nature pada zaman manusia purba yang sering menggunakan bahan-bahan disekitarnya sebagai obat). Indonesia denga SDA yang melimpah dan 'back to nature'-isme yang kembali berjaya nampaknya dua hal yang saling koheren.Maka tidak heran jika sekarang banyak bermunculan industri-industri obat yang lebih berorientasi ke bahan alam. R & D atau research and Development merupakan salah satu bagian dari CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang harusnya dimilki oleh setiap pabrik farmasi. R & D merupakan program terpadu untuk melakukan penelitian dan pengembangan terhadap obat-obat baru yang terkualifikasi secara ilmiah oleh satu tim peneliti (departmen) yang ada di Industri farmasi. Ini adalah hal yang sangat bagus bagi keberlangsungan dan peningkatan ilmu kefarmasian yang ada di Indonesia. Namun sayangnya R & D tidak sepenuhnya dijalankan oleh Industri Farmasi di Indonesia. Pabrik yang menerapkan program ini bahkan bisa dihitung dengan jari (kurang lebih 5 pabrik). Faktanya industri yang lain lebih berorientasi pada 'assembly' obat atau perakitan obat yang acuan formulanya dikembangkan d luar negeri. Karena bukan orang Indonesia sendiri yang menguasai maka jangan heran kalau harga obat non-generik sekarang mahal dan fluktuatif. Ya karena kendali memang bukan berada di tangan kita. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Industri Farmasi adalah Industri Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelediki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan baku obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar mutu sebagai bahan farmasi. Perusahaan industri farmasi wajib memperoleh izin usaha industri farmasi, karena itu industri tersebut wajib memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Persyaratan industri farmasi tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 245//Menkes/SK/V/1990 adalah sebagai berikut : a. Industri farmasi merupakan suatu perusahaan umum, badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi. b. Memiliki rencana investasi. c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). d. Industri farmasi obat jadi dan bahan baku wajib memenuhi persyaratan CPOB sesuai dengan ketentuan SK Menteri Kesehatan No. 43/Menkes/SK/II/1988. e. Industri farmasi obat jadi dan bahan baku, wajib mempekerjakan secara tetap sekurang-kurangnya dua orang apoteker warga Negara Indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab produksi dan penanggung jawab pengawasan mutu sesuai dengan persyaratan CPOB. f. Obat jadi yang diproduksi oleh industri farmasi hanya dapat diedarkan setelah memperoleh izin edar sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku. 1. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. 2. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi. 3. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. 4. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. 5. Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya. 6. Farmakovigilans adalah seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian (assessment), pemahaman, dan pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat.