Anda di halaman 1dari 34

Kelompok 3

ExtractOleh:
Disusun
Alif Tiyyah Rahmawati 201951029
Nur Fitrianingsih Lestari 201951154
Rizki Ardiansyah 201951176
Santonius Gautama NIM 201951187Les
tari 201951154
Apa itu sabun?
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi,
terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon
C16 dan sodium atau potasium. Sabun merupakan pembersih yang
dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam
lemak dari minyak nabati atau lemak hewani.

Jens Martensson 2
Pengertian Permukaan kulit untuk sabun

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, kulit
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan
luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5
mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis
terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial
lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, dan bahu.

Jens Martensson 3
Bagian-bagian kulit:

1. Epidermis
1 2
Epidermis dikenal juga dengan kulit ari, yaitu lapisan kulit paling luar.
2. Dermis
Dermis adalah lapisan kulit dibawah epidermis. Lapisan ini bertanggung
jawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit.

3 4

5 6

Jens Martensson 4
SUSUNAN KIMIA KULIT DAN KERATIN
Struktur kimia dari sel- sel epidermis manusia memiliki komponen sebagai berikut: protein 27%;
lemak 2%; garam mineral 0,5%; air dan bahan –bahan larut air 70,5%. Protein terpenting dalam kulit
adalah albumin, globulin, musin, elastin, kolagen, dan keratin.

Kelenjar Sebasea dan Sebum


Kelenjar sebaceous menghasilkan sebum, zat semacam lilin, asam lemak atau trigliserida bertujuan
untuk melumasi permukaan kulit dikeluarkan melalui folikel rambut yang mengandung banyak lipid,
pada orang yang jenis kulit berminyak maka sel kelenjar sebaseanya lebih aktif memproduksi minyak,
dan bila lapisan kulitnya tertutup oleh kotoran,debu atau kosmetik menyebabkan sumbatan kelenjar
sehingga terjadi pembengkakan.

Jens Martensson 5
Kelenjar Keringat dan Perspirasi
Ada dua jenis kelenjar keringat, yaitu :
a. Kelenjar keringat ekrin mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 -97% air dan
mengandung beberapa mineral.
b. Kelenjar keringat apokrin lebih besar dari pada ekrin.

Jens Martensson 6
Fisiologi dan Biokimia Kulit c. Mantel Lemak Kulit
a. Pernafasan Kulit Sebun di permukaan kulit merupakan lapisan lemak yang
dihasilkan oleh kelenjar sebasea dan sebagian kecil berasal dari
• Kulit juga bernafas (respirasi) menyerap oksigen sel lemak epidermis disebut ”mantel lemak” kulit yang terdiri
dan mengeluarkan CO2. Namun respirasi kulit atas triglisrida ,asam –asam lemak, sequalene, wax, cholesterol,
sangat lemah. Kulit lebih banyak menyerap oksigen dan ester –esternya, fosfolipida, dan parafin.
yang diambil dari aliran darah

d. Sistem Pengaturan Air Kulit


b. Mantel Asam Kulit
Permeabilitas kulit terhadap air sangat terbatas. Barrier yang
• Lapisan mantel asam kulit terbentuk dari asam asam
mengatur keluarnya air dari kulit tidak terletak langsung
karboksilat organik yang membentuk garam dengan
dibawah permukaan kulit, tetapi ada di bawah lapisan stratum
ion –ion Na, K, NH4+ serta dari hasil eksresi
corneum yang diberi nama Barrier Rein.
kelenjar sebase ,kelenjar keringat, dan asam amino
dari reruntu hankreatin sel kulit yang sudah mati.

Jens Martensson 7
e. Permeabilitas dan Penetrasi Kulit

Reaksi positif kulit terhadap pemakain


kosmetik merupakan hal yang sangat
diinginkan oleh pembuat dan lemakai
kosmetik. Berbagai cara penetrasi yang
mungkin ke dalam kulit, yaitu: lewat antar sel
stratum corneum, melalui dinding saluran
folikel rambut, melalui kelenjar keringat,
melalui keenjar sebasea, menembus sel –sel
stratum corneum

Jens Martensson 8
Large ImageBayi
Sistem Integumen slide
Kulit, yang mualai berkembang selama minggu ke 11
kehamilan, terdiri dari 3 lapisan ( Epidermis, Dermis dan
jaringan subkutan ) . pH kulit yang normal adalah 7 asam,
(pH < C 12 : Iritasi pada kulit & > C20 : Kurang larut Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun
(digunakan sebagai campuran).
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam
air, gliserin, garam dan impurity lainnya. Semua minyak atau lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol.
lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat sabun. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam
Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam
laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan
begitu juga dengan lemak tak jenuh.
Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses
saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida
membebaskan gliserol.

Jens Martensson 9
Tallow.
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh
industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari
tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari
asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan
bilangan iodin.

Lard.
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung
asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 - 65%) dan asam lemak
jenuh seperti stearat (35 - 40%). Jika digunakan sebagai
pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu
untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari
lard berwarna putih dan mudah berbusa.

Jens Martensson 10
• Palm Oil (minyak kelapa sawit).
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak
kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa
sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid
sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus
dipucatkan terlebih dahulu.
• Coconut Oil (minyak kelapa).
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri
pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui
ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra).
• Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit).
• Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti
sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa
sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.

Jens Martensson 11
• Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin).
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari
minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam
minyak ini adalah stearin.
• Marine Oil.
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai bahan baku.
• Castor Oil (minyak jarak).
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.
• Olive oil (minyak zaitun).
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi
memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras
tapi lembut bagi kulit.
• Campuran minyak dan lemak.
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan
lemak yang berbeda.

Jens Martensson 12
Bahan Baku Pendukung Pembuatan
Sabun
• Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu
proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi
(pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai
sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-
bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan
aditif.
• NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses
pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir
sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi
di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl
yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine)
atau padatan (kristal).

Jens Martensson 13
Bahan Baku Pendukung Pembuatan
Sabun
• Bahan Aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan
ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi
kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen.
Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers
inert, Anti oksidan, Pewarna, dan parfum.

• Builders (Bahan Penguat)

Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan


cara mengikat mineral mineral yang terlarut pada air,
sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk
mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat
berkonsentrasi pada fungsi utamanya.

Jens Martensson 14
Bahan Baku Pendukung Pembuatan
Sabun
• Fillers Inert (Bahan Pengisi)

Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh


campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna
untuk memperbanyak atau memperbesar volume.
Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun
semata mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada
umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan
sodium sulfat.
• Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada
sabun. Ini ditujukan agar memberikan efek yang menarik
bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli
sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna
warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau
maupun orange.

Jens Martensson 15
Bahan Baku Pendukung Pembuatan
Sabun

• Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan
parfum memegang peranan besar dalam hal
keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya,
walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan
bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan
berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk
sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan
dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat
parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke
mililiter.
• Humectan
Digunakan untuk merawat kulit agar tetap terlihat
muda, yang mana sangat erat hubungannya dengan
kelembutan kulit. Bahan yang biasa digunakan
adalah : Glyserin, Propilenglikol, Sorbitol, Sodium
hyaluronat, Sodium lactat.
Jens Martensson 16
Bahan Baku Pendukung Pembuatan
Sabun
• Antioksidan
Karena sabun tersusun dari asam lemak,minyak,lilin,
dimana senyawasenyawa tersebut mengandung ikatan
tidak jenuh, dan sebagaimana diketahui bahwa ikatan
jenuh akan mudah teroksidasi. Reaksi tersebut ditandai
dengan adanya bau tengik atau sabun yang kita gunakan
menjadi iritan terhadap kulit. Untuk menjaga kualitas
sabun dari reaksi oksidasi,diperlukan bahan antioksidan.

• Sequestering agent

Apabila logam tercampur ke dalam bahan sabun atau


kosmetik, baik secara langsung atau tidak langsung akan
merendahkan kualitasnya. Ion logam dapat merubah
bau,warna atau dapat menambah oksidasi bahan mentah
yang berasal dari minyak. Selanjutnya dapat
menghambat aksi farmasi dan menyebabkan hilangnya
penampilan,fungsi, dan essensinya, dan pada sabun
transparan dapat menyebabkan hilangnya
transparansinya. Senyawa yang dapat membuat pasif ion
logam tersebut adalah sesquestering agent. Jens Martensson 17
Sabun Mandi Cair

Sabun mandi cair adalah sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan
penambahan bahan lain yang ditjinkan dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit. Sabun mandi
merupakan garam logam alkali (biasanya natrium atau alkali) dari asam lemak. Sabun dibuat dengan cara mencampurkan
larutan NaOH atau KOH dengan minyak atau 14 lemak. Melalui reaksi kimia NaOH/KOH mengubah minyak atau lemak
menjadi sabun, proses ini disebut saponifikasi. Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau
lemak alami.
Keberadaan sabun mandi cair (body foam) sedikit banyak telah menggeser sabun mandi padat, dikarenakan beberapa
kelebihan dari sabun mandi cair dibanding sabun mandi padat sebagai berikut :

1. Praktis, karena sabun mandi cair dapat dikemas dalam kemasan botol, sehingga mudah dibawa kemana saja.

2. Mudah larut dalam air (misalnya bathtube), diaduk sebentar, langsung berbusa dan digunakan untuk mandi berendam.

3. Kesehatan, kontaminasi terhadap kuman bisa dihindari, dan menjamin bila dibandingkan sabun mandi padat yang
dipegang banyak orang alias dipakai bersama.

Jens Martensson 18
Jenis Sabun Mandi Cair
Jenis sabun mandi cair ada dua yaitu :

 Jenis S : sabun mandi cair dengan bahan dasar sabun.


 Jenis D : sabun mandi cair dengan bahan dasar deterjen.

Bahan-bahan yang biasa terdapat dalam sabun mandi adalah :

a. Minyak atau lemak Hampir semua minyak atau lemak alami bias dibuat menjadi sabun. Contohnya seperti minyak

kelapa, minyak zaitun, minyak sawit, minyak jagung, minyak kedelai.

b. NaOH/KOH Berfungsi untuk mengubah minyak /lemak menjadi sabun.

c. Air Berfungsi sebagai katalis/pelarut. Air yang dipakai biasanya air suling atau air kemasan. Jangan memakai air pam

karena banyak mengandung mineral.

d. Essensial dan fragrance Berfungsi sebagai pengharum.

e. Pewarna Berfungsi untuk mewarnai sabun. Bisa juga dipakai pewarna makanan.

f. Zat aditif Biasanya berupa rempah, herbal. Jens Martensson 19


Syarat Mutu Sabun Mandi Cair
No Kriteria uji Satuan Persyaratan
Jenis S Jenis D
1 Keadaan:   -Cairan homogen -Cairan homogen
- Bentuk - khas - khas
- Bau -Khas -Khas
- Warna
2 Ph 25°C   8-11 6-8
3 Alkali bebas % Maks.0,1 Tidak dipersyaratkan

4 Bahan aktif % Min.15 Min.10


5 Bobot jenis 25°C   1,01-1,10 1,01-1,10

6 Cemaran mikroba: Koloni/g Maks 1x10³ Maks 1x10³


Angka lempeng total

Jens Martensson 20
Sabun Mandi untuk Bayi
Sabun mandi bayi adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lernak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh,
berbentuk padat, berbusa, dengan atau tanpa bahan tambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan
selaput lendir. Sabun bayi tidak jauh berbeda dari sabun biasa, tetapi mereka relatif kemurnian tinggi.
Tidak ada pigmen yang diijinkan dalam sabun bayi dan aroma bahan tambahan harus minimal. Alkali bebas yang terdapat
dalam sabun bayi tidak boleh melebihi 0,05 persen sabun biasa mungkin mengandung damar dan logam pengotor seperti
nikel. Sabun bayi adalah sediaan kosmetika bayi yang berguna untuk menjaga kehalusan, kelembutan, serta kesegaran kulit
bayi.
Pada umumnya sabun bayi mempunyai pH 10, dibuat secara dicetak dan berbentuk putih keras, mengandung banyak lemak
dan merupakan sabun lunak sehingga tidak mengiritasi kulit.

Jens Martensson 21
Syarat Mutu Sabun Mandi Bayi
No Jenis uji Satuan Persyaratan
1 Kadar air % Maks. 14
2 Asam lemak jenuh % Min.76
3 Alkali bebas dihitung sebagai NaOH % Maks 0,06
Maks 0,08

4 Asam lemak bebas % Maks 2,5


5 Minyak netral - Negatip
6   Koloni/g Maks 5x10²
Koloni/g Negatip
Koloni/g Negatip
Koloni/g Negatip
Koloni/g Negatip

Jens Martensson 22
Metode Pembuatan Sabun

1. Cara dingin/ Cold proses


Minyak dan lemak dicampur dengan Lye (kaustik dan air), kemudian diaduk sampai terjadi saponifikasi. Lama
pengadukan 30 menit dengan kecepatan 500 – 1500 rpm. Dalam waktu 3 jam sabun akan mengeras. Dibutuhkan waktu dua
minggu agar proses saponifikasi sempurna. Saponifikasi Base soap Minyak dan Lye lemak Cetakan sabun terbuat dari
silikon atau berbagai jenis plastik banyak tersedia secara komersial , walaupun banyak juga pembuat sabun yang
menggunakan kotak kardus dilapisi dengan plastik. Sabun dapat dibuat dalam bentuk persegi panjang yang dipotong
menjadi batangan.
Proses pemurnian sabun melibatkan penghilangan natrium klorida, natrium hidroksida, gliserol dan beberapa kotoran.
Komponen-komponen ini dikeluarkan dengan cara merebus dadih sabun mentah di air dan kembali dicurahkan dengan
garam.Sebagian besar air yang kemudian hilang dari sabun.

Jens Martensson 23
Metode Pembuatan Sabun

2. Dalam metode pemanasan


Alkali dan lemak direbus bersama-sama pada 80-100 ° C sampai terjadi saponifikasi, yang sebelumnya adanya
termometer modern, ditentukan oleh rasa (rasa menyengat khas lye menghilang setelah tersapinifikasi sempurna) atau
oleh mata; mata berpengalaman dapat mengetahui bahwa tahap gel dan saponifikasi penuh telah terjadi. Pemula dapat
menemukan informasi ini melalui percobaan.
Hal ini sangat dianjurkan untuk tidak “merasai” sabun Anda . Lye, jika tidak tersaponifikasi adalah bahan yang sangat
kaustik. Sebaliknya, jalani teknik Hot Proses yang benar dengan menggunakan termometer permen digital atau analog
akan memastikan Anda berada di suhu yang tepat.

Setelah saponifikasi selesai, sabun ini kadang-kadang terjadi endapan larutan yang dapat diatasi dengan menambahkan
garam untuk menguras kelebihan cairan. Saat sabun lembut dan masih panas, sendoki ke dalam cetakan.

3. Semi Hot Process/ Pembuatan sabun mandi padat dengan pemanasan hanya untuk mencairkan lemak atau minyak yang
berbentuk padat ( stearic acid, tallow ) sesudah mencair minyak direaksikan dengan alkali untuk saponifikasi. Dan
tahap selanjutnya seperti proses cara dingin.
Jens Martensson 24
Evaluasi Sediaan Sabun

• Uji organoleptis
Pengamatan organoleptis meliputi pengamatan perubahan-perubahan bentuk, warna, dan bau yang terjadi pada tiap
rentang waktu tertentu selama 30 hari. Pengamatan organoleptis dilakukan pada minggu ke-0, 1, 2, 3 dan minggu ke-4.
• Uji pH
Pengukuran pH menggunakan pH meter. Dengan cara mencelupkan pH meter kedalam sediaan sabun cair kemudian
diamkan sesaat dan lihat angka yang muncul pada pH meter. pH sabun cair diukur tiap rentang waktu tertentu salama 1
bulan yaitu pada minggu ke-0, 1, 2, 3 dan minggu ke-4.
• Uji viskositas
Sediaan sebanyak 100 gram dimasukan ke dalam cup, kemudian dipasang spindle, diatur kecepatan rotasi per
menitnya (rpm), dan rotor dijalankan. Hasil viskositas dicatat setelah viskotester menunjukan angka yang
stabil.Viskositas diukur tiap rentan dari minggu kesatu dan minggu keempat.
• Uji daya busa
Uji daya busa terhadap air suling dilakukan dengan cara yaitu larutan sabun 1 % sebanyak 50 ml dimasukkan ke
dalam gelas ukur 1L kemudian tingginya diukur. Teteskan 200 ml larutan yang sama dengan bantuan buret dengan
ketinggian 90 cm di atas permukaan sabun, pada menit 0, 0,5, 3, 5, dan 7 tinggi busa yang terbentuk diukur.

Jens Martensson 25
Evaluasi aktivitas antibakteri

1. Sterilisasi alat
Alat-alat yang disterilkan antara lain adalah gelas piala, tabung reaksi, erlenmeyer, cawan petri, dan spatula. Alat-
alat disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 30 menit dengan tekanannya diatur sebesar 15
dyne/cm3 (1 atm). Alat-alat yang akan disterilkan dicuci bersih dengan air mengalir terlebih dahulu, kemudian
dikeringkan dan dibungkus dengan kertas perkamen.
2. Pembuatan medium
Medium yang digunakan adalah Nutrient Agar dan Nutrient Broth. Medium agar dibuat dengan mencairkan
nutrient agar dalam penangas air pada suhu ±50°C. Kemudian medium agar dituangkan ke dalam cawan petri yang
sudah disterilkan sebelumnya, lalu disterilkan pada autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm selama 30 menit.
Nutrien Broth dibuat dengan melarutkan nutrient broth dalam aquades kemudian dipanaskan pada suhu ±50 oC.
Kemudian medium Nutrien broth dituangkan kedalam erlenmeyer yang telah disterilkan sebelumnya, lalu disterikan
kembali dengan autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm selama 30 menit.

Jens Martensson 26
Evaluasi aktivitas antibakteri
3. Peremajaan biakan murni
Untuk meremajakan biakan bakteri yang telah dibuat dengan cara memindahkan bibit dari koloni bakteri yang lama ke medium yang
baru. Kemudian diinkubasikan selama 18-24 jam sebelum digunakan untuk uji.
4. Uji aktivitas antibakteri (metode difusi agar)
Bakteri uji diinokulasikan dalam media nutrien broth dan diinkubasikan selama 18-24 jam. Kemudian suspensi bakteri diukur
serapannya pada spektrofotomerti dengan panjang gelombang 625 nm hingga didapatkan serapan ± 0,1. Turbiditas suspensi bakteri yang
mempunyai serapan ± 0,1 pada panjang gelombang 625nm mempunyai jumlah bakteri 1-2 x 108 CFU/ml setara dengan standar 0,5.
Media nutrient agar yang digunakan dibuat dengan cara menuangkan ±15 mL medium nutrient agar yang sudah dicairkan terlebih
dahulu ke dalam cawan petri. Kemudian ditambahkan 1 mL suspensi bakteri dari biakan, campuran suspensi dan media dihomogenkan
dengan digoyang membentuk arah angka delapan. Lalu didiamkan supaya mengeras, setelah mengeras media ini digunakan untuk uji
antibakteri. Metode yang digunakan adalah metode difusi agar dengan menggunakan kertas cakram (paper disc). Kertas cakram
diletakan pada media agar yang berisi biakan bakteri kemudian diisi larutan uji dengan meneteskan 10µL masing-masing larutan
kelompok perlakuan dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Diameter zona hambat yang ditimbulkan diukur dengan jangka
sorong, zona hambat ditandai dengan adanya daerah bening disekitar kertas cakram.

Jens Martensson 27
METODELOGI
• FORMULASI

Bahan Fungsi Formula K3


Castor oil Zat aktif 6g

Minyak Zaitun Basis 30 ml

KOH Alkali agent 16 ml

PEG Surfaktan 1g

Gom arab Emulgator 0,5 g

BHT Antioksidan 1g

Aquadest ad Pelarut 100 ml

Oil rosae Pewangi 1 ml

Gliserol Humektan 2ml

Jens Martensson 28
METODELOGI
• MONOGRAFI BAHAN
1. Castor Oil
Minyak jarak berbentuk cairan kental, tidak bewarna atau agak kekuningan, sedikit bau, rasa hambar dan setelahnya berasa sedikit
tajam. Mudah larut dalam alkohol dan sukar larut dalam air.
2. Minyak zaitun
Larutan minyak agak kental berwarna jernih kekuningann , praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam kristal 96 %, Larut dalam
eter, kloroform, dan pelarut organik non polar lainnya. Penggunaan sebagai basis. Stabilitas : tidak stabil jika terkana sinar matahari
langsung.
3. KOH
serbuk, putih, rasa agak pahit. Kelarutan : larut dalam kurang lebih 630 bagian air, dan 1300 bagian air mendidih, praktis tidak larut
dalam etanol (95%), larut dalam gliserol dan dalam sirop. Khasiat : basa atau alkali dan pembentuk sabun.
4. PEG
Pemerian: cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna, bau khas lemah, agak higroskopik.
Kelarutan: larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam aseton P, dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatik, praktis tidak
larut dalam eter P dan dalam hidrokarbon alifatik

Jens Martensson 29
METODELOGI
• MONOGRAFI BAHAN
5. Gom Arab
pemerian          :  Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir
Kelarutan         :  m/air menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya; t/etanol 95%.
6. BHT
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin,propilena glikol, larutan hidroksida alkali, dan asam mineral encer berair. Bebas larut dalam aseton,
benzena, etanol 95, eter, metanol, toluen, minyak tetap, dan minyak mineral. Lebih larut dari hidroksianisol butylated dalam minyak makanan dan
lemak. Pemerian :Kuning putih atau pucat kristal padat atau bubuk dengan bau fenolik
7. Aquadest
Air yang dibebaskan sesempurna mungkin dari zat anorganik ( mineral ) dibuat dengan penukar ion yang cocok. Pemerian : Berupa cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau. Kelarutan : Bercampur dengan larutan polar. Fungsi : Pelarut
8. Oil Rosae
Pemerian Cairan, tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25 o kental, jika didingankan perlahan-lahan berubah
menjadi massa hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur.
Kelarutan Larut dalam 1 bagian kloroform P, larutan jernih.
9. Gliserol
Pemerian : seperti sirop; jernih. tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah
dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai 20°. Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan
dengan etanol 95 P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak. 
Jens Martensson 30
Metode Pembuatan

Formulasi mereaksikan fase minyak (oil olive dan castor oil) dengan KOH dan panaskan 60-70°C aduk hingga rata dan
terbentuk basis sabun. Seelah terbentuk basis sabun didinginkan.
Buat larutan pengental gom arab dengan air, setelah terbentuk mucilago.
Siapkan BHT dan gliserol. Campurkan fase sabun dengan fase mucilage aduk rata kemudian tambahkan fase minyak
sedikit demi sedikit hingga terbentuk korpus emulsi, setelah tercmpur tambahan air hingga 100ml, terakhir tambahkan
oil rosae sebagai pewangi.

Jens Martensson 31
KESIMPULAN
Sabun untuk bayi secara umum harus memeiliki karateristik pH 9, Hipoalergenic, mudah dibusakan dan tidak
mengiritasi. Sabun mandi bayi adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan
pembesih tubuh, berbentuk padat, berbusa, dengan atau tanpa bahan tambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada
kulit, mata, selaput lendir.

Sabun bayi tidak jauh berbeda dari sabun biasa, tetapi mereka relatif kemurnian tinggi. Tidk ada pigmen yang diijinkan
dalam sabun bayi dan aroma bahan tambahan harus minimal. Alkali bebas yang terdapat dalam sabun bayi tidak boleh
melebihi 0,05 persen sabun biasa mungkin mengandung damar dan logam pengotor seperti nikel.

Jens Martensson 32
1. Perdana kusuma, DS. Anatomi Fisiologi Kulit Dan Penyembuhan Luka. Airlangga University School of Medicine.

DAFTAR PUSTAKA 2007. Tersedia :http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1705_ANATOMI 34 %20FISIOLOGI%20KULIT%20DAN


%20PENYEMBUHAN%20LUKA %20Agustus%202007.pdf.
2. Muliyawan, D. dan Suriana, N. A-Z Tentang Kosmetik. Penerbit PT Eleksmedia Komputindo. Jakarta. 2002
3. Tranggono, RI, dan Latifah, F. Buku Pengantar Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT. Gramedia. Jakarta. 2007.
4. Goeser, AL. Kulit, Rambut dan Kuku. Tersedia : http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/kulit-rambut-kuku-
goeseryohan.pdf.
5. Hernani dkk. Formula Sabun Transparan Antijamur Dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz.).
Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010.
6. BSNI. Sabun Mandi Bayi, SNl 16-4768-1998. Tersedia : http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2016-4768-
1998.PDF.
7. Andhira, F, Sabun [Makalah]. Tersedia : http://fairuzjuwel.blogspot.com/2012/06/makalah-sabun.html .
8. Iin, D. Pembuatan Sabun Transparan (Makalah).
9. .Belajar Membuat Sabun .Tersedia : http://belajarbuatsabun.wordpress.com/.
10. Janardhanan, K. R. Soaps and Detergents. Tersedia :
http://www.vigyanprasar.gov.in/chemistry_application_2011/briefs/soaps_and_de tergents.pdf.
11. Natural Baby Bath With Vit E. Tersedia : http://www.botaneco.ca/Documents/Formulations_NOV2013/Natural_B
aby_Bath_Shea_Oil_VitaminE_011_093.pdf
12. Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta.Departemen. Kesehatan RI
13. Chamomile. Tersedia : http://www.herbalsafety.utep.edu/herbspdfs/chamomile.pdf.
14. Matricaria chamomilla (German chamomile). Alternative Medicine Review Volume 13, Number 1 2008.
15. Miller,K Design *Your Own* Soap Recipe. Tersedia : http://millersoap.com/soapdesign.html.
16. Lund, carolin et. al. Neonatal Skin Care: The Scientific Basis for Practice. Tersedia :
http://sonhs.umkc.edu/documents/nnp/neonatalskincare.pdf.

Jens Martensson 33
Thank You

Anda mungkin juga menyukai