Anda di halaman 1dari 38

Model struktur insulin

Merah: karbon; hijau: oksigen; biru: nitrogen; merah muda: sulfur. Pita biru/ungu merupakan
kerangka [-N-C-C-]n dalam sekuens asam amino H-[-NH-CHR-CO-]n-OH protein tersebut,
dengan R merupakan bagian yang menonjol dari kerangka tersebut pada setiap asam amino.
Insulin (bahasa Latin insula, "pulau", karena diproduksi di Pulau-pulau Langerhans di pankreas)
adalah sebuah hormon polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat. Selain merupakan
"efektor" utama dalam homeostasis karbohidrat, hormon ini juga ambil bagian dalam
metabolisme lemak (trigliserida) dan protein hormon ini bersifat anabolik yang artinya
meningkatkan penggunaan protein. Hormon tersebut juga memengaruhi jaringan tubuh lainnya.
Insulin menyebabkan sel (biologi) pada otot dan adiposit menyerap glukosa dari sirkulasi darah
melalui transporter glukosa GLUT1 dan GLUT4[1] dan menyimpannya sebagai glikogen di dalam
hati dan otot sebagai sumber energi.
Kadar insulin yang rendah akan mengurangi penyerapan glukosa dan tubuh akan mulai
menggunakan lemak sebagai sumber energi.
Insulin digunakan dalam pengobatan beberapa jenis diabetes mellitus. Pasien dengan diabetes
mellitus tipe 1 bergantung pada insulin eksogen (disuntikkan ke bawah kulit/subkutan) untuk
keselamatannya karena kekurangan absolut hormon tersebut; pasien dengan diabetes mellitus
tipe 2 memiliki tingkat produksi insulin rendah atau kebal insulin, dan kadang kala
membutuhkan pengaturan insulin bila pengobatan lain tidak cukup untuk mengatur kadar
glukosa darah.

MIPA-FARMASI

Beranda

Tumbuhan Obat

FARMAKOLOGI

MIKROBIOLOGI

INFO KESEHATAN

KIMIA

Pengertian Salep
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput
lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep
senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep
larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep tersebut (FI IV, hal. 18).
1. Penggolongan Salep
1.1Berdasarkan Kerja Farmakologi (Art of Compounding, hal 339), ada 3 golongan:
a.Salep Epidermik
Salep ini dimaksudkan hanya bekerja dipermukaan kulit untuk menghasilkan efek lokal.
Diharapkan tidak diserap dan hanya berlaku sebagai pelindung, antiseptik, astringen melawan
rangsangan (yaitu sebagai anti radang) dan parasitida.
Dasar salep yang sering dipakai adalah vaselin.
b.Salep Endodermik
Dimaksudkan untuk melepaskan obat ke kulit tetapi tidak menembus kulit, diserap sebagian saja.
Salep ini dapat berlaku sebagai emolien, stimulan dan lokal iritan
Dasar salep terbaik yang digunakan adalah minyak tumbuhan dan minyak alami.
c.Salep Diadermik
Salep ini dimaksudkan untuk melepaskan obat menembus kulit dan menimbulkan efek konstitusi
(efek terapi yang diinginkan). Namun hal ini tidak lazim digunakan dan termasuk pemakaian khusus
obat-obat seperti senyawa raksa, iodida dan belladona.
Dasar salep yang terbaik digunakan adalah lanolin, adeps lanae dan oleum cacao.
1.2Berdasarkan Penetrasi (RPS 16, 1518-1519), salep dikelompokkan menjadi :
a.Mempunyai efek permukaan
Mempunyai efek permukaan, memiliki aktivitas membentuk lapisan film yang bertujuan untuk
mencegah hilangnya kelembaban (sebagai protektif), efek membersihkan ataupun sebagai antibakteri.
Pembawa (basis) harus dapat memudahkan kontak dengan permukaan dan melepaskan zat aktif ke
sasaran.
b.Mempunyai efek pada stratum korneum
Contoh salep dengan efek ini adalah sediaan sunscreen yang mengandung asam p-amino benzoat
yang berpenetrasi ke stratum korneum.
c.Mempunyai efek epidermal
Pada salep ini obat/zat aktif dapat penetrasi kelapisan kulit yang paling dalam.

2. Persyaratan Salep (Repetitorium Teknologi Sediaan Steril, Benny Logawa,46)


Bersifat mudah berubah bentuk dengan adanya energi mekanis, sepertiplastis penggosokan pada
saat penggunaannya, sehingga mudah menyesuaikan dengan profil permukaan tubuh tempat salep
digunakan.
yang memungkinkan bentuknya stabil saat penyimpanan dan setelah digosokkan pada kulitMemiliki
struktur gel
Ikatan yang bersifatpembentukan struktur gel berupa ikatan van der walls reversibel secara teknis,
sehingga viskositas salep akan menurun dengan meningginya suhu. Hal ini diharapkan terjadi pada
saat salep digosokkan pada kulit.
Harus agar setelah digosokkan pada kulit dapatmemiliki aliran tiksotropik membentuk kembali
viskositas semula, hal ini mencegah mengalirnya salep setelah digososkkan pada kulit.
3.Aturan Umum Salep
Van Duin hal 115-122, Ilmu Meracik Obat, hal. 55
Zat yang dilarutkan dalam dasar salep dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah.
Pada umumnya kelarutan obat yang ditambahkan dalam salep lebih besar dalam minyak lemak
daripada dalam vaselin misalnya kamfora, mentol, fenolum, timolum dan guayakolum dilarutkan
dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, zatzat digerus halus, dan ditambahkan sebagian (kira-kira sama banyak) vaselin sampai homogen, baru
ditambahkan sisa vaselin dan dasar salep yang lain. Kamfora dilarutkan dalam spritus fortior
secukupnya sampai larut baru ditambah dasar salep sedikit demi sedikit.
Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung/menyerap air
tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang
lain.
Contoh zat yang melarut dalam air adalah kalium iodide, tanin, natrium penisilin. Dasar salep yang
menyerap air adalah adeps lanae, unguentum simplex, dan dasar salep hidrofilik. Dasar salep yang
sudah mengandung air adalah lanolin (25% air), unguentum liniens (25%), unguentum cetylicum
hydrosum (40%).
Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan
100.
Contohnya : ZnO dan Acidum boricum. Zat yang telah diserbuk dicampur dengan dasar salep (sama
banyak), bila perlu dasar salep dilelehkan dahulu (dalam mortir dan stamper panas), setelah itu
ditambahkan bahan-bahan lain sedikit demi sedikit sambil digerus, untuk mencegah pengkristalan
pada waktu pendinginan seperti Cera flava, Cera alba, Cetylalcoholum dan Parafinumsolidum tidak
tersisa dari dasar salep yang cair dan lunak. Asam borat tidak boleh dengan pemanasan.
Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.
Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh perlu dikolir
(disaring dengan kain kasa). Masa kolatur ditampung dalam mortar panas dan diaduk sampai dingin.
Pada pengkoliran ini terjadi masa yang hilang, maka bahan-bahannya harus dilebihkan 10-20%.
4. Tujuan Pembuatan Salep
Pengobatan lokal pada kulit
Melindungi kulit (pada luka agar tidak terinfeksi)
Melembabkan kulit

dessyindriyati27
Search:

enjoy it's my life


memilih setia
Teori Kreasi vs Teori Evolusi
Apr 13
Sediaan Farmasi Krim (Cremores)
by dessyindriyati on April 13, 2014

Krim (cremores)
Nah guys! Berhubung aku mendapatkan tugas nih tentang krim (cremores), sekarang aku akan
membahas materi yang identik dengan dunia farmasi yaitu tentang krim (cremores). Buat anak
farmasi materi ini pasti akan sangat mereka butuhkan. Nah kita mulai acak-acak yuk materi
tentang krim ini!
Apa sih yang pertama kali ada di benak kalian saat aku ngomong krim ? ya, pasti arti dari krim
itu sendiri. Krim itu apa sih sebenranya? Nah, Krim (cremores) itu adalah bentuk sediaan
setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60%.
Sedangkan emulsi itu sendiri adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara
termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana
salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesantetesan kecil, yang
berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok.
Krim itu memiliki dua tipe, yaitu
1. krim tipe minyak dalam air (M/A)

yaitu air terdispersi dalam minyak, Contoh : Cold cream adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim
pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam
jumlah besar.
2. krim tipe air dalam minyak (A/M).

yaitu minyak terdispersi dalam air. Contoh: Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream
sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A) ditujukkan untuk penggunaan kosmetik dan estetika.
Krim dapat juga digunakan untuk pemberian melalui vagina.
Formula Dasar Krim
1. fase minyak ,yaitu bahan obat larut dalam minyak bersifat asam.

Contoh: asam stearat, parafin liq, cetaceum, cera, vaselin dan lain-lain.
2. fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.

Contoh: Natr. Tetraborat (borax, Na. Biborat), TEA, NaOH, KOH, gliserin dan lain-lain.
Bahan-bahan Penyusun Krim
1. Zat berkhasiat
2. Minyak
3. Air
4. Pengemulsi
5. Bahan Pengemulsi

Bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim


1. Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan
2. Pelembab
3. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada
minyak tak jenuh.

Stabilitas krim
Krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan suhu dan komposisi,
misalnya adanya penambahan salah satu fase secara berlebihan. Pengenceran krim hanya dapat
dilakukan jika sesuai dengan pengenceran yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik
aseptis. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan.

Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikendaki. Sebagai
bahan pengemulsi krim, dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setasiun, setilalkohol,
stearilalkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG, dan sabun.
Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya adalah metilparaben (nipagin) 0,12 0,18%
dan propilparaben (nipasol) 0,02 0,05%.
Metode pembuatan krim :
1. Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses
emulsifikasi
2. komponen tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin
dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75 C
1. semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air
dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak
2. larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak
yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10
menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak
3. campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terusmenerus sampai campuran mengental
4. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka
beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase
lemak dengan fase cair

Pengemasan
Sediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau tube

Evaluasi krim
Agar system pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan kebijaksanaan
dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan pemeriksaan sematamata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia pelaksanaan harus berpegang teguh pada
standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an spesifikasi yang telah ada.
1. Organoleptis

Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan
menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung prosentase masing- masing
kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
1. Evaluasi pH

Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di
gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap,
dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.
2. Evaluasi daya sebar

Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian
atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 2
menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan
berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).
3. Uji Homogenitas

1. Alat : objek glass


Cara : jika dioleskan pada sekeping objek glass lalu di timpa dengan
objek glass yang lain harus menunjukkan susunan yang homogen.
Pengamatan: kedua Krim yang dihasilkan homogen.
4. Evaluasi penentuan ukuran droplet

Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara
menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya
tetesan tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.
5. Uji aseptabilitas sediaan.

Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria ,
kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian
dari data tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak
lembut, lembut, sangat lembut
6. UjiType Cream
7. Cream dilarutkan dalam air

Cara: sebagian krim di larutkan dengan air ke dalam beaker glass, diaduk. Pengamatan : Krim
tidak larut dalam air
2. Cream ditambahkan metil biru

Cara: sebagian krim dilarutkan dengan air dan ditetesi dengan metal biru, diaduk. Sebagian lgi
diletakkan di atas objek glass dan ditetesi metil biru, homogenkan. Tutup dengan cover glass dan
lihat dibawah mikroskop. Pengamatan :Krim I biru tidak homogen dan dilihat dibawah
mikroskop terdapat bulatan- bulatan besar yang tidak merata
3. Cream diletakkan sedikit diatas kertas saring

Cara: teteskan sedikit krim di atas kertas saring, amati. Pengamatan :Krim tetesan krim tidak
menyebar
Kelebihan Sediaan Krim
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci

4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat


5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.

Kekurangan Sediaan Krim


1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan
panas
2. Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem
campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.

Definisi Gel
Gel merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif,
merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling
berikatan pada fase terdispersi. Dalam industri farmasi, sediaan gel banyak digunakan pada
produk obat-obatan, kosmetik dan makanan. Polimer yang biasa digunakan untuk membuat gelgel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahanbahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa,
dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi.

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem
semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang
dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing
terbungkus dan saling terserap oleh cairan.
Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau molekul organik yang besar
dan saling diresapi cairan.
Penggolongan Gel Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV
Penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gel sistem dua fase
Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar , massa gel kadangkadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit. Baik gel maupun magma dapat
berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan.
Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.
b. Gel sistem fase tunggal
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu cairan
sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan.
Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya karboner atau dari gom alam
misanya tragakan.
Keuntungan dan Kekurangan Gel
Keuntungan dan kerugian menurut Lachman, 1994 :
a. Keuntungan sediaan gel :
Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih
dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis,
mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
b. Kekurangan sediaan gel

Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan
penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan
temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan
surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
Kegunaan Gel
Kegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti:
1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan
yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat
longacting yang diinjeksikan secara intramuskular.
2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung
koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada
shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan rambut.
4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke
dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Gel
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan gel hidrokoloid, faktor-faktor ini dapat
berdiri sendiri atau berhubungan satu sama lain sehingga memberikan pengaruh yang sangat
kompleks. Diantara faktor-faktor tersebut yang paling menonjol adalah konsentrasi, suhu,
pH,dan adanya ion atau komponen aktif lainnya.
a. Pengaruh konsentrasi Konsentrasi hidrokoloid sangat berpengaruh terhadap kekentalan
larutannya. Pada konsentrasi yang rendah larutan hidrokoloid biasanya akan bersifat sebagai
aliran Newtonian dengan meningkatnya kosentrasi maka sifat alirannya akan berubah menjadi
non Newtonian. Hampir semua hidrokoloid memiliki kekentalan yang tinggi pada konsentrasi
yang sangat rendah antara1-5% kecuali pada gum arab yang sifat Newtoniannya tetap
dipertahankan sampai dengan konsentrasi 40% .
b. Pengaruh suhu Pada beberapa hidrokoloid suhu akan menyebabkan penurunan kekentalan,
karena itu kenaikan suhu dapat mengubah sifat aliran yang semula non Newtonian menjadi
Newtonian.

c. Pengaruh pH Hidrokoloid pada umumnya akan membentuk gel dengan baik pada kisaran pH
tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya peningkatan kekentalan dengan meningkatnya pH
hingga mencapai titik tertentu dan kemudian akan makin menurun bila pH terus ditingkatkan.
d. Pengaruh ion Beberapa jenis hidrokoloid membutuhkan ion-ion logam tertentu untuk
membentuk gelnya, karena pembentukan gel tersebut melibatkan pembentukan jembatan melalui
ion-ionselektif.
e. Pengaruh komponen Aktif lainnya Sifat fungsional beberapa jenis hidrokoloid dapat
dipengaruhi oleh adanya hidrokoloidlain. Pengaruh ini dapat bersifat negatif dalam arti sifat
fungsional makin berkurang dengan adanya hidrokoloid lain ataupun bersifat positif karena
adanya pengaruh sinergis antara hidrokoloid-hidrokoloid yang bergabung.
Eksipien sediaan gel:
a. Gelling Agent
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur yaitu gum arab, turunan selulosa, dan
karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang
membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku
sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari
beberapa surfaktan nonionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam
sistem yang mengandung sampai 15% minyak mineral.
b. Polietilen (gelling oil)
Digunakan dalam gel hidrofobik menghasilkan gel yang lembut, mudah tersebar, dan
membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel, polimer
harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 800C) kemudian langsung
didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang merupakan pembentukan matriks.
c. Koloid padat terdispersi
Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara pembentukan jaringan
karena gaya tarik-menarik antar partikel seperti ikatan hidrogen.
d. Surfaktan
Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan konsentrasi
yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi.
Bentuk komersial yang paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut.

e. Wax
Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti beeswax, carnauba
wax, setil ester wax.
f. Polivinil alkohol
Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat dan
plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa
grade yang berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan.
g. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung
banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet
harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.
Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :
Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v
Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau asam
benzoat 0,2 % w/v
Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol
0,1-0,2 % w/v
Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v
Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v
Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v
h. Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya EDTA
Hal yang harus diperhatikan :

Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana
dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga
dimensi.
Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat
aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi
atau pengendapan zat kationik tersebut).
Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain
dalam formulasi.
Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan
terhadap mikroba.
Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas
tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.
Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas saat
disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi
penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas
permukaan gel)
Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan
gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.
Cara Pemakaian
Sejumlah cukup gel, sesuai dengan luas area yang sakit, dioleskan pada sendi yang sakit.
Diberikan pijatan secara perlahan untuk memastikan pemakaian gel merata pada seluruh sendi
yang sakit. Daerah yang baru dioleskan sediaan didiamkan selama 10 menit sebelum ditutupi
dengan pakaian dan 60 menit sebelum mandi. Tangan harus segera dicuci setelah dioleskan gel
Na-diklofenak, kecuali bila tangan tersebut adalah daerah yang diobati.
Cara Penyimpanan Gel
Gel Lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan.
Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril.
Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau pot salep.

Wadah harus diisi cukup penuh dan kedap udara untuk mencegah penguapan.
Beberapa Contoh Gel :

Sumber :
file:///C:/Users/HANY%20PERTIWI/Downloads/Gel%20%20%20Just%20Sharing.htm
http://selfiamona.blogspot.com/2013/10/formulasi-dan-teknologi-sediaan-semi.html
http://id.scribd.com/doc/145067133/Makalah-Gel

Cara Penggunaan Insulin Pen


Langkah 1 : Persiapkan insulin pen, lepaskan penutup insulin pen.

Langkah 2 : Hilangkan kertas pembungkus

dan tutup jarum

A. Tarik kertas pembungkus pada jarum pen.


B. Putar jarum insulin ke insulin pen.
C. Lepaskan penutup jarum luar.
D. Lepaskan penutup luar jarum agar jarum tampak.

*Buang penutup jarum ke tempat sampah


Langkah 3 : Pertama insulin pen, pastiakan pen siap digunakan
A. Hilangkan udara di dalam pen melalui jarum. Hal ini untuk mengatur ketepatan pen dan
jarum dalam
mengatur dosis insulin. Putar tombol pemilih dosis pada ujung pen untuk 1
atau 2 unit (pengaturan
dosis dengan cara memutar tobol).
B. Tahan pena dengan jarum mengarah ke atas. Tekan tombol dosis dengan benar sambil
mengamati
keluarnya insulin. Ulangi, jika perlu, sampai insulin terlihat di ujung jarum.
Tombol pemutar harus
kembali ke nol setelah insulin terlihat di dalam pen.

Langkah 4 : Aktifkan tombol dosis insulin (bisa diputar-putar sesuai keinginan).

Langkah 5 :Pilih lokasi bagian tubuh yang akan disuntikan.


Pastikan posisi nyaman saat menyuntikkan insulin pen. Hindari menyuntik disekitar pusar.

Langkah 6 : Suntikkan insulin


A. Genggam pen dengan 4 jari, latekkan

ibu jari pada tombol dosis.

B. Cubit bagian kulit yang akan disuntik.


C. Segera suntikkan jarum pada sudut 90 derajat. Lepaskan cubitan.
D. Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai berhenti (klep dosis
akan kembali
pada nol). Biarkan jarum di tempat selama 5-10 detik untuk membantu
mencegah insulin dari keluar dari
tempat injeksi.

Tarik jarum dari kulit. Kadang-kadang terlihat memar atau tetesan darah, tetapi itu tidak
berbahaya. Bisa
di usap dengan tissue atau kapas, tetapi jangan di pijat pada daerah bekas
suntikan.

Langkah 7 : Persiapkan pen insulin untuk penggunaan berikutnya


Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen. Tempatkan
jarum yang telah digunakan pada wadah yang aman (kaleng kosong). Buang ke tempat
sampah jangan dibuang ditempat pendaurulang sampah

Bagian tubuh yang bisa dinjeksi insulin.

SUMBER LINK : Diposkan oleh: Rizki. 2013.


InsulinPen.www.rspkujogja.com Diakses 16 Oktober 2013

Cara

Mudah

Menggunakan

NAMA OBAT INSULIN


3. NAMA-NAMA OBAT INSULIN
Pasien diabetes tipe 2, pada permulaan pengobatan biasanya memakai satu
jenis OAD, namun untuk lebih efektif menurunkan glukosa darah, kadang diperlukan
lebih dari satu macam OAD.
1.

SULFONYLUREA
Sulfonylurea adalah tablet OAD yang paling banyak dikenal dalam puluhan
tahun terakhir ini. Untuk menurunkan glukosa darah, obat ini merangsang sel beta
dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Jadi syarat pemakaian obat
ini adalah apabila pankreas masih baik untuk membentuk insulin, sehingga obat ini
hanya bisa dipakai pada diabetes tipe 2.
Kebanyakan pasien diabetes mengenal obat golongan sulfonylurea ini, yaitu antara
lain :

Chlorpropamide

Glibenclamide atau Glyburide


Saat ini yang paling banyak dipakai adalah glimepiride, glibenclamide, dan
glipizide. Pemberian obat sulfonylurea biasanya 15 sampai 30 menit sebelum
makan.
Glibenclamide adalah OAD yang cukup kuat menurunkan glukosa darah, pada
dosis yang tinggi bisa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini di pasaran dikenal
dengan nama dagang Daonil atau Euglucon, masih ada lagi buatan lokal, seperti
Glimel, Renabetic, Prodiamel, atau yang generik Glibenclamide buatan Indo Farma.
Glimepiride diberikan satu kali sehari, yang ada di pasaran bisa 1 mg, 2 mg, 3
mg, atau 4 mg. Obat ini aman bagi penderita dengan komplikasi ginjal, karena tidak
mengganggu absorpsi maupun kerja obat. Obat orisinal adalah Amaryl, yang buatan
lokal antara lain Metrix, Gluvas, Amadiab, atau Glamarol.
Glipizide relatif lebih ringan dan lebih jarang menimbulkan hipoglikemia,
tinggal dalam peredaran darah hanya beberapa jam, kecuali yang tipe XL, beredar
dalam darah sampai 24 jam. Contoh yang orisinal adalah Minidiab atau Glucotrol
dan Glucotrol XL, ada sediaan 5 mg atau 10 mg.
Efek Samping :
Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama bila dipakai dalam 3
4 bulan pertama pengobatan akibat perubahan diet dan pasien mulai sadar
berolahraga serta minum obat. Apabila ada gangguan fungsi ginjal atau hati, dosis
perlu diperhatikan karena lebih mudah timbul hipoglikemia. Namun secara umum
obat ini baik untuk menurunkan glukosa darah.

Yang Harus Diperhatikan :


Semua usaha menurunkan glukosa darah diluar obat seperti olahraga lebih dari
biasanya, tidak makan atau makan terlalu sedikit, apabila dilakukan bersamaan
dengan minum sulfonylurea, mudah menyebabkan hipoglikemia.
Demikian bila menggunakan beberapa obat pilek decongestan, atau alkohol, bisa
menurunkan glukosa.
Sebaliknya pada pemakaian steroid, penyekat beta, niacin, atau obat jerawat retinA, dapat mengurangi efek obat sehingga glukosa tidak mau turun.
Anda dianjurkan membuat pencatatan semua data obat yang dipakai, semua copy
resep dari semua dokter anda, serta catatan bila terjadi kemungkinan efek samping
obat.
2.

BIGUANIDES
Obat biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh, dengan cara
mengurangi resistensi insulin.
Pada diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa oleh hati yang melebihi
normal. Biguanides menghambat proses ini, sehingga kebutuhan insulin untuk
mengangkut glukosa dari darah masuk ke sel berkurang, dan glukosa darah menjadi
turun.
Karena cara kerja yang demikian, obat ini jarang sekali menyebabkan hipoglikemia.
Satu-satunya biguanides yang beredar di pasaran adalah Metformin,
contohnya Glucophage, masih ada lagi produk lokal misalnya Diabex, Glumin,
Glucotika, Formell, Eraphage, Gludepatic, dan Zumamet.
Ada satu keuntungan obat ini adalah tidak menaikkan berat badan, jadi
sering diresepkan pada diabetes tipe 2 yang gemuk. Obat ini juga sedikit
menurunkan kolesterol dan trigliserida.
Obat ini biasanya diminum dua sampai tiga kali sehari sesudah makan. Ada
kemasan Glucophage XR yang bekerja 24 jam, diminum sekali sehari.

Gliquidone
Gliclazide
Glipizide
Glimepiride.
Efek Samping
Metformin biasanya jarang memberikan efek samping. Tetapi pada beberapa
orang bisa timbul keluhan terutama pada saluran cerna, misalnya :

Gangguan pengecapan
Nafsu makan menurun
Mual, muntah

Kembung, sebah, atau nyeri perut


Banyak gas di perut, atau diare
Pada beberapa penderita, dilaporkan bisa menimbulkan ruam atau bintik-bintik di
kulit.
Efek samping di atas biasanya timbul pada beberapa minggu pertama
penggunaan obat, yang akan berangsur berkurang. Untuk menghindari efek
samping ini, dianjurkan minum obat bersama atau sesudah makan, dan dimulai dari
dosis kecil yang kemudian dosis ditingkatkan.
Bila dikombinasikan dengan obat lain, misalnya sulfonylurea, meglitinide, atau
insulin, obat metformin bisa menimbulkan hipoglikemia.
Yang Harus Diperhatikan :
Hati-hati jangan minum alkohol, bila alkohol dan metformin diminum
bersama, bisa terjadi penimbunan obat dalam tubuh dan timbul lactic acidosis,
keadaan ini bisa berbahaya, dengan keluhan sebagai berikut:

Rasa capai
Nyeri otot
Sukar bernafas
Nyeri perut
Pusing, mengantuk, sampai gangguan kesadaran.
Keluhan perut akibat obat metformin bisa diatasi dengan obat simetidin atau
obat perut lain untuk mengatasi keluhan mual, muntah, kembung, dan diare.
Bila terjadi lactic acidosis (meskipun jarang), harus menghentikan obat metformin,
dan dokter perlu memberi suntikan iv dye (obat kontras yang biasanya digunakan
untuk pemeriksaan radiologi).

3.

ALPHA-GLUCOSIDASE INHIBITORS
Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna,
sehingga pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di
usus menjadi berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan
glukosa ke darah menjadi lambat, dan glukosa darah sesudah makan tidak cepat
naik.
Termasuk obat golongan ini kita kenal dengan Acarbose dan Miglitol. Acarbose
ada di pasaran dengan nama Glucobay, dalam kemasan 50 mg dan 100 mg, yang
diminum bersamaan dengan makanan, ditujukan terutama untuk mengatasi
kenaikan glukosa darah sesudah makan.
Efek Samping :
Obat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping yang kadang
mengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas, banyak kentut, bahkan
diare. Keluhan ini biasanya timbul pada awal pemakaian obat, yang kemudian
berangsur bisa berkurang.

Bila diminum bersama dengan suntikan insulin atau tablet sulfonylurea,


kadang bisa menyebabkan hipoglikemia. Apabila efek samping ini terjadi, maka
dianjurkan minum susu atau suntik glukosa, karena makanan gula atau buah manis
akan dihambat penyerapannya oleh acarbose.
Yang Harus Diperhatikan
Karena kerap timbul keluhan perut, maka acarbose jangan diberikan pada
keadaan sebagai berikut :

Irritable bowel syndrome


Radang usus kronis, ulcerative colitis atau Crohns disease
Gangguan penyerapan usus yang kronis, chronic malabsorption disorder.
Dosis yang tinggi dari acarbose dapat menggangu fungsi hati, tetapi bila dosis
obat diturunkan atau dihentikan maka hati akan pulih (reversible).

4.

MEGLITINIDES
Obat ini secara susunan kimiawi berbeda dengan sulfonylurea, namun cara
kerjanya sama. Obat ini menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas secara cepat
dan dalam waktu singkat. Sehubungan dengan sifat cepat dan singkat ini, maka
obat ini harus diminum bersama dengan makanan. Termasuk golongan obat ini
adalah Repaglinide (Novonorm) dan Nateglinide (Starlix). Efek Samping Meskipun
sama seperti sulfonylurea, efek samping hipoglikemia boleh dikatakan jarang
terjadi, hal ini disebabkan oleh efek rangsangan pelepasan insulin hanya terjadi
pada saat glukosa darah tinggi. Yang Harus Diperhatikan Seperti halnya dengan
sulfonylurea, hati-hati bila minum alkohol atau efek interaksi dengan obat lain.

5.

THIAZOLIDINEDIONES
Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi insulin, karena
bekerja dengan merangsang jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin,
sehingga insulin bisa bekerja dengan lebih baik, glukosa darahpun akan lebih
banyak diangkut masuk ke dalam sel, dan kadar glukosa darah akan turun.
Selain itu, obat thiazolidinediones juga menjaga hati agar tidak banyak
memproduksi glukosa. Efek menguntungkan lainnya adalah obat ini bisa
menurunkan
trigliserida
darah.
Termasuk kelompok obat ini adalah Pioglitazone (Actos) dan Rosiglitazone (Avandia).
Dulu ada Troglitazone (Rezulin), yang ditemukan pada tahun 1997, namun beberapa
tahun yang lalu telah ditarik dan dilarang beredar, karena menimbulkan kerusakan
hati.
Efek Samping
Beberapa efek merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak, berat badan
naik, dan rasa capai. Efek serius yang jarang terjadi adalah gangguan hati, sehingga
pada pemakaian pioglitazone atau rosiglitazone, perlu pemeriksaan faal hati

terutama pada tahun pertama pemakaian obat. Keluhan gangguan hati yang
mungkin terjadi antara lain:

Mual dan muntah


Nyeri perut
Rasa capai
Nafsu makan turun
Warna urin kuning tua
Warna kulit kuning
Yang Harus Diperhatikan
Obat ini baik sekali diserap bila diminum bersama dengan makanan, dan
tidak menyebabkan hipoglikemia. Akan tetapi bila dikombinasikan dengan
sulfonylurea atau insulin, maka mungkin bisa menyebabkan hipoglikemia.

KOMBINASI OBAT
Obat anti diabetes oral bisa dikombinasikan satu dengan kelompok yang lain,
atau kadang perlu dikombinasikan dengan insulin. Tujuan kombinasi ini adalah agar
efek obat lebih optimal dalam mengontrol glukosa darah.
Apabila dua obat kombinasi masih belum berhasil baik, dokter bahkan boleh
meresepkan tiga jenis obat sekaligus, karena cara kerjanya bisa bersama saling
menguntungkan untuk menurunkan glukosa.
1)

Sulfonylurea dan Metformin


Golongan sulfonylurea paling banyak atau paling sering dikombinasikan
dengan obat anti diabetes kelompok lain, karena efek kombinasi bisa memperbaiki
dan menambah kerja insulin.
Kombinasi sulfonylurea dan metformin lebih baik daripada bila kedua obat
dipakai secara terpisah sendiri. Metformin bahkan baik karena tidak menaikkan
berat badan bahkan kadang menurunkannya.
Efek samping kombinasi ini adalah gangguan perut seperti mual atau diare,
kadang bisa menimbulkan hipoglikemia.
Kini telah dipasarkan kombinasi dua kelompok obat ini, contohnya adalah
tablet Glucovance, yang tersedia dalam tiga kemasan, yaitu mengandung
metformin/glibenclamide 500 mg/5 mg, 500 mg/2.5 mg, dan 250 mg/1.25 mg.
Dalam waktu dekat akan beredar pula kombinasi glimepiride dan metformin
dalam satu tablet.

2)

Sulfonylurea dan Alpha-Glucosidase Inhibitor


Pada kasus dimana glukosa darah meningkat banyak pada 2 jam sesudah
makan, maka pemakaian sulfonylurea yang dikombinasikan dengan acarbose akan
lebih berhasil baik.

Efek samping yang bisa terjadi adalah kram perut, banyak gas atau diare.
Kadang juga bisa timbul hipoglikemia.
3)

Sulfonylurea dan Thiazolidinediones


Bila penggunaan sulfonylurea sudah maksimal dan masih belum berhasil baik,
mungkin penyebabnya adalah resistensi insulin karena kegemukan, bisa dicoba
kombinasi baru ini dengan menambahkan thiazolidinediones. Sulfonylurea akan
merangsang produksi insulin sedangkan thiazolidinediones memperbaiki kerja
insulin.

4)

Metformin dan Alpha-Glucosidase Inhibitor


Penambahan acarbose atau miglitol pada metformin adalah lebih baik dalam
menurunkan glukosa darah daripada pemakaian metformin secara tunggal.
Efek samping adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut.

5)

Metformin dan Thiazolidinediones


Telah diakui efek menguntungkan dari kombinsai pioglitazone atau
rosiglitazone dengan metformin.
Sekarang sudah beredar di pasaran satu obat yang berisikan kombinasi dua
kelompok obat tersebut di atas, yaitu rosiglitazone (avandia) dengan metformin
dalam bentuk Avandamet, dan pioglitazone (actos) dengan metformin dalam satu
tablet Actos-met.
Posted by nopri afrila at 4:12 AM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Alodokter | Informasi Kesehatan Terlengkap dan Terpercaya


Login | Daftar

Penyakit A-Z
o

Virus

Kanker

Jantung

Otak

Psikologi

Defisiensi

Infeksi

Mata

Pencernaan

Semua Penyakit

Obat A-Z

Hidup Sehat

Keluarga

Tanya Dokter

Asma

Pengertian

Gejala

Penyebab

Diagnosis

Pengobatan

Pengobatan Asma
Mengendalikan asma dalam jangka panjang adalah tujuan utama dalam pengobatannya. Tiap
penderita asma harus dapat menjalani kehidupan secara utuh tanpa dibatasi oleh penyakitnya
tersebut. Bagi sebagian besar penderita, pengobatan yang tersedia terbukti efektif dan
memungkinkan mereka terbebas dari gejala asma.
Penanganan asma yang baik

Dokter akan menyesuaikan pengobatan dengan gejala asma Anda. Kadang-kadang Anda
membutuhkan tingkat pengobatan yang lebih tinggi pada jangka waktu tertentu. Dalam
penanganan yang baik, pasien juga diberikan pemeriksaan rutin untuk memastikan asmanya
berada dalam kendali dan pengobatannya cocok. Peninjauan ini dilakukan minimal sekali dalam
setahun.
Sebagai bagian dari penanganan asma yang baik, penting bagi Anda untuk memastikan bahwa
dokter atau apoteker mengajari Anda tentang cara menggunakan inhaler (obat hirup untuk asma)
dengan benar.
Rencana penanganan asma

Informasi mengenai obat-obatan asma Anda harus disertakan dalam rencana penanganan asma.
Rencana penanganan ini juga bisa membantu Anda mengetahui kapan gejala bisa memburuk dan
langkah apa yang harus diambil. Anda juga biasanya akan diberikan informasi mengenai apa
yang harus dilakukan jika terserang asma.
Setidaknya sekali dalam setahun, rencana penanganan asma tersebut harus Anda tinjau ulang
bersama dokter. Bahkan peninjauan secara lebih berkala perlu dilakukan jika gejala asma Anda
parah.
Anda mungkin akan disarankan untuk membeli peak flow meter (PFM) atau alat pengukur aliran
ekspirasi puncak sebagai bagian dari pengobatan. Dengan cara ini Anda dapat memonitor asma
Anda sendiri.

Obat-obatan asma yang disarankan


Mengatasi asma dengan inhaler

Biasanya obat-obatan asma diberikan melalui alat yang disebut inhaler (obat hirup untuk asma).
Alat ini dapat mengirimkan obat ke dalam saluran pernapasan secara langsung dengan cara
dihirup melalui mulut. Menggunakan obat asma dengan cara dihirup dinilai efektif karena obat
tersebut langsung menuju paru-paru. Kendati begitu, tiap inhaler bekerja dengan cara yang
berbeda. Biasanya dokter akan mengajari Anda cara menggunakan alat tersebut dan melakukan
pemeriksaan setidaknya sekali dalam setahun.
Spacer sebagai pelengkap inhaler

Spacer merupakan wadah yang terbuat dari logam atau plastik, yang dilengkapi dengan corong
hisap di salah satu ujungnya, dan lubang di ujung lainnya untuk dipasangkan inhaler. Saat
inhaler ditekan, obat akan masuk ke dalam spacer dan dihirup melalui corong spacer itu sendiri.
Spacer juga dapat mengurangi risiko sariwan di mulut atau tenggorokan, akibat efek samping
dari obat-obatan asma yang dihirup.
Saat ditekan, beberapa inhaler memancarkan aerosol jet. Namun aerosol jet ini kinerjanya bisa
lebih baik jika diberikan melalui spacer. Spacer mampu meningkatkan jumlah obat-obatan yang
mencapai paru-paru dan mengurangi efek sampingnya. Beberapa orang bahkan merasa lebih
mudah memakai spacer ketimbang inhaler saja. Pada kenyataannya karena dapat meningkatkan
distribusi obat ke dalam paru-paru, penggunaan spacer sering disarankan, bahkan pada mereka
telah berhasil menggunakan inhaler sekali pun.
Inhaler jenis pereda

Sesuai namanya, inhaler pereda digunakan untuk meringankan gejala asma dengan cepat saat
serangan sedang berlangsung. Biasanya inhaler ini berisi obat-obatan yang disebut short-acting
beta2-agonist atau beta2-agonist yang memiliki reaksi cepat. Obat ini mampu melemaskan otototot di sekitar saluran pernapasan yang menyempit. Dengan begitu, saluran pernapasan dapat
terbuka lebih lebar dan membuat pengidap asma dapat bernapas kembali dengan lebih mudah.
Umumnya inhaler pereda berwarna biru dan diberikan pada tiap pengidap asma.
Contoh obat-obatan pereda adalah terbutaline dan salbutamol. Obat-obatan ini memiliki efek
samping yang sedikit dan umumnya aman digunakan jika tidak berlebihan. Namun obat-obatan
tersebut biasanya jarang digunakan jika asma sudah terkendali dengan baik. Bagi pengidap asma
yang harus menggunakan obat ini sebanyak lebih dari tiga kali dalam seminggu, penanganannya
secara keseluruhan perlu ditinjau ulang.

Inhaler jenis pencegah

Selain dapat mencegah terjadinya serangan asma, inhaler pencegah juga dapat mengurangi
jumlah peradangan dan kejang-kejang yang terjadi di dalam saluran napas. Biasanya Anda
harus menggunakan inhaler pencegah tiap hari untuk sementara waktu sebelum merasakan
manfaatnya secara utuh.
Anda juga mungkin akan membutuhkan inhaler pereda untuk meredakan gejala saat serangan
asma terjadi. Namun jika Anda terus-menerus membutuhkan inhaler pereda tersebut, maka
penanganan Anda harus ditinjau ulang secara keseluruhan.
Inhaler pencegah biasanya mengandung obat yang disebut kortikosteroid inhalasi. Merokok
adalah hal yang harus dijauhi karena dapat menurunkan kinerja inhaler pencegah.
Contoh obat-obatan pencegah asma diantaranya adalah budesonide, beclometasone,
mometasone, dan fluticasone. Biasanya inhaler pencegah berwarna oranye, merah, atau cokelat.
Umumnya pengobatan pencegah disarankan jika Anda:

Mengalami serangan asma lebih dari dua kali dalam seminggu.

Harus menggunakan inhaler pereda lebih dari dua kali dalam seminggu.

Terbangun pada malam hari sekali atau lebih dalam seminggu akibat
serangan asma.

Kendati begitu, kadang-kadang kortikosteroid inhalasi dapat menyebabkan terjadinya oral


thrush atau infeksi jamur pada dinding mulut. Karena itu tiap selesai menghirup obat ini, pasien
disarankan untuk berkumur-kumur dengan air hingga bersih.
Berbagai terapi obatobatan lainnya
Mengatasi asma dengan inhaler pereda reaksi lambat

Jika asma tidak kunjung mereda oleh pengobatan sebelumnya, dokter bisa meningkatkan dosis
inhaler pencegah. Jika langkah ini tidak juga dapat mengendalikan gejala asma, biasanya dokter
akan memberikan pasien tambahan obat yang disebut long-acting reliever atau obat pereda asma
reaksi lambat (long-acting bronchodilator/long-acting beta2-agonist atau LABA).
Alternatif lainnya adalah pasien akan diberikan inhaler kombinasi atau inhaler yang
dikombinasikan dengan steroid inhalasi dan bronkodilator reaksi lambat dalam satu perangkat.
Khasiatnya sama dengan obat pereda reaksi cepat, hanya saja kinerjanya butuh waktu yang lebih
lama dan efeknya bisa bertahan hingga 12 jam. Contoh inhaler pereda reaksi lambat adalah
salmeterol dan formoterol.

Selalu kombinasikan inhaler pereda reaksi lambat dengan inhaler pencegah dan jangan pernah
menggunakannya sendiri. Penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan inhaler pereda
reaksi lambat sendiri dapat meningkatkan risiko serangan asma, bahkan kematian. Contoh
kombinasi inhaler adalah Seretide, Symbicort, dan Fostair. Biasanya masing-masing berwarna
ungu, merah, dan merah tua.
Obat-obatan pencegah lainnya

Dokter biasanya akan menyarankan Anda mencoba obat-obatan pencegah tambahan, jika asma
masih belum berhasil dikontrol. Dua obat yang mungkin digunakan adalah:

Theophylline, yaitu tablet yang membantu melebarkan saluran napas dengan


melemaskan otot-otot di sekelilingnya.

Leukotriene receptor antagonist (montelukast), yaitu tablet yang


menghambat bagian dari reaksi kimia yang menyebabkan radang di dalam
saluran pernapasan.

Tablet steroid mungkin akan diresepkan dokter jika asma Anda masih belum bisa dikendalikan.
Pengobatan ini biasanya dipantau oleh dokter spesialis pernapasan. Namun penggunaan steroid
oral secara jangka panjang dapat menyebabkan efek samping yang serius. Oleh karena itu cara
pengobatan ini hanya dianjurkan jika si pasien telah melakukan cara pengobatan lainnya, namun
belum berhasil.
Penggunaan steroid oral secara sesekali

Sebagian besar orang hanya perlu menggunakan steroid oral selama satu hingga dua minggu.
Biasanya mereka akan kembali ke pengobatan sebelumnya setelah asma dapat dikendalikan.
Omalizumab sebagai obat baru

Omalizumab merupakan obat-obatan kategori baru. Obat ini dikenal juga sebagai Xolair. Obat ini
mengikat ke salah satu protein yang terlibat dalam responsimun dan mengurangi kadarnya dalam
darah. Dengan kata lain, obat ini menurunkan peluang terjadinya reaksi imun atau peradangan.
Pada umumnya, omalizumab direkomendasikan untuk penderita yang sangat sering mengalami
serangan asma dan memerlukan penanganan gawat darurat atau rawat inap di rumah sakit.
Sebagai obat yang biasanya hanya diresepkan oleh dokter spesialis, omalizumab diberikan
dengan cara disuntikan tiap dua hingga empat minggu sekali. Penggunaan omalizumab harus
dihentikan jika obat ini tidak berhasil mengendalikan asma dalam kurun waktu enam belas
minggu.

Prosedur pengobatan bronchial thermoplasty

Bronchial thermoplasty adalah prosedur pengobatan asma baru yang masih terus diteliti dan
belum tersedia di Indoesia. Dalam beberapa kasus, prosedur ini digunakan untuk mengobati
asma parah dengan cara mengurangi penyempitan pada saluran pernapasan.
Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa prosedur ini dapat mengurangi serangan asma dan
memperbaiki kualitas hidup penderita asma parah. Kendati begitu, keuntungan maupun kerugian
secara jangka panjangnya belum sepenuhnya diketahui.
Efek samping dari berbagai pengobatan
Efek samping inhaler pereda dan pencegah

Selama penggunaannya tidak melebihi dosis, inhaler pereda merupakan pengobatan yang aman
yang tidak memiliki banyak efek samping. Efek samping yang umum dari pengobatan ini
diantaranya adalah sakit kepala, kram otot, dan sedikit gemetar pada tangan. Namun gejalagejala ini biasanya hanya terjadi pada penggunaan inhaler pereda dalam dosis tinggi dan hanya
berlangsung selama beberapa menit.
Sedangkan untuk inhaler pencegah, pengobatan ini sangat aman pada dosis reguler, meski pada
dosis tinggi dapat menyebabkan beberapa efek samping, terutama dalam penggunaan jangka
panjang. Efek samping utama dari inhaler pencegah adalah infeksi jamur di dalam mulut atau
tenggorokan yang disebut juga sebagai kandidiasis oral. Suara Anda juga mungkin akan serak.
Namun efek samping ini bisa dicegah jika Anda menggunakan spacer. Selain itu, dianjurkan
untuk berkumur dengan air bersih setelah menggunakan inhaler pencegah.
Dokter biasanya akan menjelaskan mengenai pengobatan apa yang sesuai dengan asma Anda
beserta dengan efek sampingnya, seperti menjelaskan mengenai cara untuk meminimalisasi efek
samping tersebut.
Efek samping dari obat-obatan tambahan

Efek samping dari penggunaan inhaler pereda reaksi lambat mungkin sama dengan inhaler
pereda reaksi cepat, yaitu sakit kepala, kram otot, dan sedikit gemetar pada tangan. Dokter
biasanya akan menjelaskan pada Anda mengenai manfaat dan risiko dari pengobatan tersebut.
Biasanya Anda akan dipantau diawal pengobatan dan ditinjau ulang secara rutin. Jika
penggunaan inhaler pereda reaksi lambat tidak kunjung meredakan asma Anda, hentikanlah
secepatnya.
Pada beberapa orang, tablet theophylline diketahui menyebabkan efek samping, seperti mual,
sakit kepala, muntah, insomnia, gangguan perut, dan cepat marah. Namun hal ini biasanya dapat
dihindari dengan penyesuaian dosis.

Leukotriene receptor antagonist umumnya tidak menimbulkan efek samping, meski ada
sejumlah laporan yang menyebutkan bahwa obat ini bisa menyebabkan penderita asma yang
mengonsumsinya mengalami sakit kepala, gangguan perut, dan merasa haus.
Efek samping dari steroid

Steroid dapat menimbulkan efek samping jika dikonsumsi lebih dari tiga bulan atau sering (tiga
hingga empat rangkaian pengobatan dalam setahun). Efek sampingnya meliputi:

Tekanan darah tinggi atau hipertensi

Kenaikan berat badan

Tulang menjadi keropos

Kelemahan otot

Penipisan kulit

Mudah memar

Katarak dan glaukoma

Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk meminimalisasi risiko dalam penggunaan
steroid oral, diantaranya dengan rutin berolah raga, tidak merokok, dan mengonsumsi makanan
sehat dengan kadar kalsium tinggi. Sebaiknya Anda juga rutin memeriksakan diri agar terhindar
dari oeteoporosis, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Asma akibat pekerjaan

Jika Anda diduga mengidap asma dikarenakan pekerjaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk
memastikan diagnosis. Informasikan diagnosis Anda pada perusahaan, serta pada petugas
kesehatan dan keamanan perusahaan di bagian layanan kesehatan kerja.
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk melindungi Anda dari penyebab asma. Dan jika
memang memungkinkan, perusahaan mengganti bahan-bahan yang mengandung zat pemicu
asma dengan bahan-bahan yang lebih aman. Sejumlah langkah dapat diambil untuk
meminimalisasi dampak pemicu asma di lingkungan kerja. Mintalah pada perusahaan untuk
memindahkan Anda ke bagian lain sesegera mungkin. Jika tidak bisa, sebaiknya Anda
pertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru.
Penanggulangan serangan asma

Melalui rencana penanganan asma, Anda akan dapat mengetahui gejala awal asma, cara
menanggulanginya, dan mengetahui kapan harus memeriksakan diri ke dokter.

Biasanya serangan asma ditangani dengan pemberian obat-obatan pereda sebanyak satu atau
beberapa dosis. Jika gejala serangan asma memburuk, Anda mungkin membutuhkan penanganan
di rumah sakit. Di rumah sakit, Anda akan diberikan oksigen dan obat pereda asma yang
dikombinasikan dengan obat-obatan pencegah agar asma Anda bisa terkendali kembali.
Setelah terjadi serangan asma, rencana penanganan Anda harus ditinjau ulang bersama dokter.
Tujuannya adalah agar Anda maupun dokter dapat mengetahui penyebab serangan asma Anda
tersebut, serta tidak terulang di masa mendatang.
Terapi-terapi pelengkap untuk mengobati asma

Beberapa terapi pelengkap yang disarankan untuk mengobati asma, antara lain:

Akupunktur

Obat tradisional China

Latihan pernapasan

Homeopati

Suplemen makanan

Teknik Alexander, yaitu program latihan yang dirancang untuk mengubah


cara Anda menggerakkan tubuh

Ionizer, yaitu sebuah alat yang dapat membersihkan molekul udara dengan
menggunakan arus listrik

Kecil kemungkinan dari bentuk penanganan di atas dapat memberikan hasil yang efektif, kecuali
latihan pernapasan. Ada bukti yang cukup kuat bahwa latihan pernapasan, seperti yoga, metode
Buteyko (teknik mengenai pernapasan dangkal), dan teknik pernapasan yang diajarkan
fisioterapis, dapat mengurangi gejala asma serta kebutuhan obat-obatan pereda pada sebagian
orang.

Enema adalah prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon melalui anus. Enema dapat ditujukan
untuk merangsang peristaltik kolon supaya dapat buang air besar, membersihkan kolon untuk
persiapan pemeriksaan operasi, serta memberikan sensasi berbeda dalam teknik berhubungan.

Cara penggunaan enema


Posted on Desember 11, 2011 | Meninggalkan komentar

Buka tutup tube sedikit hingga sejumlah isinya keluar

Oleskan obat yang keluar pada bagian luar pipa tube

Masukkan pipa aplikator pada anus, baik pada penderita anak maupun
dewasa

Tekan tube sampai isinya masuk ke dalam anus

Tarik kembali pipa tanpa melepaskan tekanan pada tube

Indikasinya adalah menghilangkan konstipasi untuk sementara, membuang feses yang


mengalami impaksi, mengosongkan usus sebelum pemeriksaan diagnostik, pembedahan,
atau melahirkan, dan memulai program bowel training.

Jenis enema :

1. Cleansing enema / huknah (membersihkan)

Cleansing enema dimaksudkan untuk mengeluarkan feses. Tindakan ini utamanya


diberikan untuk :

Mencegah keluarnya feses saat operasi

Persiapan pemeriksaan diagnostik tertentu pada usus

Mengeluarkan feses dari usus saat konstipasi / obstipasi

Cleansing enema efektif digunakan 5-10 menit. Cleansing enema juga dapat
digambarkan tinggi dan rendah. Ketinggian ini mempengaruhi kekeuatan tekanan aliran
enema yang diberikan.Tinggi jika pembersihan dimungkinkan mencapai kolon. Klien
berubah posisi dari lateral kiri ke dorsal recumbent dan kemudian lateral kanan selama
pemberian enema, dengan posisi kontainer 30 46 cm dari klien atau sedikit lebih tinggi

di atas panggul klien. Perubahan posisi memastikan bahwa cairan mencapai usus besar.
Sering diberikan sekitar 1000ml larutan untuk orang dewasa.

Rendah jika pembersihan hanya pada rektum dan sigmoid. Posisi klien dipertahankan
lateral kiri selama pemberian enema dengan posisi kontainer 7,5 cm atau lebih rendah
daripinggul klien. Sekitar 500ml larutan diberikan pada orang dewasa,

2. Carminative enema (mengobati flatulen)

Diberikan utamanya untuk mengeluarkan flatus. Cairan dimasukkan ke dalam rektum


mengeluarkan gas yang menambah distensi pada rektum dan kolon, kemudian
merangsang peristaltik. Untuk dewasa diperlukan cairan 60 80 cc.

Contoh : 30ml magnesium, 60ml gliserin, dan 90 ml air.

3. Retention enema / klisma/ enema retensi-minyak (menahan)

Adalah memasukkan minyak atau obat ke dalam rektum dan kolon sigmoid. Cairan
dipertahankan dalam waktu yang relatif lama (misalnya 1 3 jam). Feses mengabsorbsi
minyak untuk melunakkan feses dan lubrikasi rektum dan anus yang membantu
keluarnya feses. Antibiotik enema digunakan untuk menangani infeksi lokal,
antihelmentic enema untuk membunuh cacing parasit, nutritive enema untuk memberikan
cairan dan nutrien pada rektum.

4. Return-flow enema

Merupakan irigasi kolon yang ringan. Digunakan untuk mengeluarkan flatus. Sekitar 100
200 cc cairan dimasukkan ke dalam rektum dan kolon sigmoid yang akan merangsang
peristaltik. Kemudian perawat merendahkan wadah enema untuk memungkinkan larutan
mengalir kembali melelui selang rektum dan menuju ke wadah. Tindakan ini diulangi 4
5 x sampai flatus keluar dan sampai (perut) gembung hilang atau abdomen merenggang
dan rasa tidak nyaman berkurang atau hilang. Jumlah total 1000ml merupakan hal yang
biasa diberikan pada orang dewasa.

Pada cairan tubuh dan elektrolit, larutan hipertonik seperti larutan phosphate dari
beberapa enema siap pakai menyebabkan sedikit iritasi pada membran mukosa, dan yang
menyebabkan cairan tertarim ke dalam kolon dari jaringan sekitar. Proses ini disebut
osmosis. Karena hanya sebagian kecil cairan yang diambil, rasa nyaman tertahan untuk 57 menit dan secara umum di luar dari manfaat ini. Bagaimanapun, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit dapat terjadi, terutama pada anak di bawah 2 tahun . larutan bisa
menyebabkan hypokalsemia dan hyperphosphatemia.

Pemberian hipotonik yang berulang seperti enema berbentuk kran, dapat mengakibatkan
absorpsi volume darah dan dapat mengakibatkan intoksikasi air. Untuk aliran ini,
beberapa agency kesehatan membatasi pemberian enema berbentuk kran. Ini adalah
perhatian yang istimewa ketika permintaan pemasangan enema sampai kembali bersih
harus jelas, contohnya pemeriksaan pendahuluan visual usus besar. Larutan hipotonik
juga dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pada klien dengan penurunan fungsi ginjal
atau gagal jantung akut.

Anda mungkin juga menyukai