Anda di halaman 1dari 6

Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar Formula Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) dan Daun

Senggani (Melatosma polyanthum)

Abstrak

Lidah buaya dan tanaman daun senggani memiliki beberapa kemampuan antara lain mempercepat
pertumbuhan kembali jaringan serta epitelisasi kulit, selain itu meningkatkan pembentukan fibroblast dan
kolagen terhadap aktivitas penyembuhan luka bakar. Luka bakar menyebabkan kerusakan pembuluh
kapiler kulit, sehingga lidah buaya dan daun senggani diformulasikan menjadi sediaan gel untuk
penyembuhan luka bakar. Gel memiliki keuntungan yaitu kadar air yang tinggi, sehingga akan
menghidrasi lapisan epidermis yang meningkatkan penetrasi zat aktif. Tujuan penelitian ini untuk
memformulasikan gel dari ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.) dan daun senggani (Melastoma polyanthum
Bl) serta mengetahui aktivitas penyembuhan luka bakar pada tikus putih (Rattus norvegicus). Formulasi
gel dibuat dengan perbandingan lidah buaya : daun senggani dengan konsentrasi (0,5% : 1%); (0,5% :
3%); (0,5% : 5%). Aktivitas penyembuhan luka dengan mengamati diameter penyembuhan luka bakar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gel dengan konsentrasi (5%:0,5%) menunjukkan hasil yang
signifian dimana p=0,692 (p > 0,05) terhadap kontrol positif sehingga formula ini efektif terhadap
penyembuhan luka bakar.

Latar belakang

Keadaan dimana terjadi kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh radiasi, panas, bahan
kimia, atau listrik disebut luka bakar. Itu dapat mengubah atau merusak sistem tubuh kita. Kontak
langsung atau tidak langsung antara permukaan kulit dengan benda yang menghasilkan panas dapat
menyebabkan luka bakar. Salah satu preparat penyembuhan luka bakar adalah penetrasi yang baik dan
lama pemakaian pada kulit. Sediaan yang tepat yang memberikan efek terapeutik lokal dengan aktivitas
penyembuhan yang cepat adalah gel. Sediaan gel memiliki banyak keunggulan, termasuk persiapan yang

tepat; bentuk dan penampilan yang menarik; konsistensi elastis; dan pelepasan obat yang baik.
Kandungan air yang tinggi dalam gel mencegah iritasi kulit. Gel dioleskan ke jaringan kulit, atau selaput
lendir dibakar untuk melihat efek terapeutik. Kandungan air yang tinggi dalam gel menghasilkan sediaan
gel yang tidak lengket, dan kemudian akan menghidrasi lapisan epidermis, sehingga meningkatkan
penetrasi zat aktif.

Salah satu tanaman yang memiliki kadar air 99% adalah lidah buaya. Lidah buaya juga mengandung
nutrisi seperti protein, kalsium, lemak, fosfor, vitamin A, vitamin B, dan serat. Lidah buaya juga memiliki
metabolit kimia seperti saponin, tanin, flavonoid, dan polifenol. Metabolit ini diketahui dapat merangsang
faktor pertumbuhan epidermal dan meningkatkan fungsi fibroblas untuk mempercepat penyembuhan dan
penutupan penyembuhan luka. Menurut penelitian, gel kombinasi ekstrak etanol daun kelopak cina dan
ekstrak lidah buaya dapat menyembuhkan luka bakar pada konsentrasi (15% : 0,5%).

Selanjutnya daun senggani (Melastoma polyanthum) diketahui memiliki beberapa kemampuan, termasuk
mempercepat pertumbuhan kembali jaringan dan epitelisasi kulit; meningkatkan pembentukan fibroblas
dan kolagen terhadap aktivitas penyembuhan luka bakar; dan memiliki efek anti mikroorganisme.
Metabolit kimia dalam daun senggani (Melastoma polyathum) adalah tanin, flavonoid, triterpenoid,
steroid, glikosida, saponin, dan fenolat. Metabolit kimia seperti steroid, tanin, saponin, dan flavonoid
membantu aktivitas penyembuhan luka bakar. Menurut penelitian, gel ekstrak etanol daun senggani pada
konsentrasi 5% memberikan penyembuhan pembakaran tingkat II pada tikus jantan.

Berdasarkan studi sebelumnya, penelitian ini menghasilkan sediaan gel ekstrak lidah buaya dan daun
senggani (Melastoma polyanthum) yang memiliki aktivitas dalam penyembuhan luka bakar. Penelitian ini
bertujuan untuk memformulasi gel ekstrak lidah buaya dan daun senggani (Melastoma polyanthum) serta
mengevaluasi aktivitas penyembuhan luka bakar.

Bahan dan Metode

Bahan

Sampel lidah buaya diambil dari Pinrang, Sulawesi Selatan. Sampel daun senggani diambil dari Burau,
Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 09.00.
Aquadest, asam benzoat, karbopol, gliserin, dan propilen glikol dibeli dari PT Sumber Rejeki Chemical,
Indonesia. Streptococcus mutans diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Hasanuddin.

Metode

Persiapan Sampel

Simplisia daun senggani sebanyak 688 g, dimasukkan ke dalam bejana kemudian diekstraksi dengan
metode maserasi menggunakan etanol 96% dan didiamkan selama 1x24 jam. Setelah 24 jam kemudian
disaring menggunakan kain saring, filtrat dikumpulkan, dan residu ditambahkan dengan pelarut etanol
96% lainnya. Filtrat ditampung kemudian dimasukkan ke dalam rotary evaporator pada suhu 40-45 oC
untuk mendapatkan ekstrak daun senggani yang dihasilkan. Sementara itu, 2.000 gram lidah buaya telah
diblender kemudian dibekukan hingga menjadi bubuk. Serbuk kering sampel lidah buaya dimasukkan ke
dalam wadah kemudian diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dan dibiarkan
selama 1x24 jam. Setelah 24 jam kemudian disaring menggunakan kain saring, filtratnya ditampung, dan
residunya ditambahkan pelarut etanol 96%.Filtrat ditampung kemudian diuapkan dengan rotary
evaporator pada suhu 40-45oC sampai diperoleh ekstrak lidah buaya.

Formulasi Gel

Sediaan gel dibuat dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun senggani dan lidah buaya.

Tabel 1: Komposisi sediaan gel

No. Komposisi Fungsi Konsentrasi (%w/w)


KN FI FII FII
1. Ekstrak lidah buaya Zat aktif - 0,5 0,5 0,5
2. Ekstrak daun senggani Zat aktif - 1 3 5
3. Karbopol Basis 0,5 0,5 0,5 0,5
4. Asam benzoat Pengawet 0,5 0,5 0,5 0,5
5. Propilen glikol Pelarut 25 25 25 25
6. Gliserin Pelembab 15 15 15 15
7. Ad air suling Pelarut 100 100 100 100

Catatan :

KN : rumus kontrol negatif, F1 : formula dengan komposisi Aloe vera : daun senggani dengan konsentrasi
(0,5% : 1%), F2 : formula dengan komposisi Aloe vera : daun senggani dengan konsentrasi (0,5% : 3%),
F3 : formula dengan komposisi Aloe vera : daun senggani dengan konsentrasi (0,5% : 5%).

Langkah pertama, karbopol, dilarutkan dalam air panas sampai terbentuk basis gel menjadi mucilago.
Setelah itu, asam benzoat, gliserin dan propilenglikol dilarutkan ke dalam air dalam mortir. Ekstrak lidah
buaya dan ekstrak daun senggani dilarutkan ke dalam air pada mortir lainnya, kemudian ditambahkan
mucilago dan diaduk sampai diperoleh massa yang homogen. Langkah terakhir, air suling, ditambahkan
sampai massa gel 100 g.

Evaluasi Gel

a. Uji Siklus
Uji siklus dilakukan dalam enam siklus selama 12 hari dengan mengamati perubahan preparasi
gel pada suhu 4°C dan 40°C dalam 24 jam.
b. Uji Organoleptik
Uji organoleptik sediaan gel diamati untuk setiap perubahan bentuk, warna, bau, dan konsistensi.
Tes ini diamati sebelum dan sesudah uji siklus.
c. Pengukuran pH
Indikator kertas pH universal mengamati pengukuran pH sediaan gel. Hasilnya terlihat pada
indikator pH, yang menunjukkan bahwa nilai pH tidak berubah dibandingkan dengan pH kulit
yang berkisar 4,5-6,5.
d. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan mengamati partikel dalam gel yang dioleskan ke dalam gelas
kimia. Hasil yang diperoleh ketika sediaan gel dicampur secara homogen.
e. Uji Daya Sebar
Uji daya sebar ditentukan dengan mengukur diameter sebar 0,5 g gel di antara kaca arloji
berdiameter 15 cm dan diberi beban 150 g selama 60 detik. Hasil tersebut diperoleh pada saat
diameter preparasi gel antara 5-7 cm .

Pengobatan hewan percobaan

Sebanyak 15 ekor tikus putih percobaan (Rattus norvegicus) jantan dibagi menjadi lima kelompok
masing-masing.

Grup 1 : Tikus dilukai luka bakar dan diberi formula gel KN sebagai kontrol negatif.

Grup 2 : Tikus dilukai luka bakar dan diberi preparat gel FI

Grup 3 : Tikus dilukai luka bakar dan diberi preparat gel FII

Grup 4 : Tikus dilukai luka bakar dan diberi preparat gel FIII

Grup 5 : Tikus dilukai luka bakar dan diberi bioplasenton gel® (Neomisin sulfat 0,5% dan plasenta ex
bovine 10%) sebagai kontrol positif.

Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar

Kulit tikus dicukur dan dibius menggunakan etil klorida. Itu berguna untuk mengurangi rasa sakit akibat
induksi terbakar. Sebuah pelat besi panas menciptakan induksi luka bakar dengan diameter 2 cm, yang
dipanaskan selama 3 menit. Setelah itu, itu melekat pada bagian belakang tikus selama 5 detik. Sediaan
gel pada masing-masing kelompok diberikan dengan cara dioleskan langsung pada luka bakar
menggunakan kapas karena luka terjadi 3 kali sehari. Pengamatan dilakukan hingga 21 hari untuk
memperkecil diameter luka bakar menggunakan jangka sorong.

Analisis Statistik

Data percobaan dianalisis dengan analisis varians satu arah (ANOVA) dan uji statistik LSD post-hoc. Itu
digunakan untuk menilai signifikansi statistik (p<0,05).
Hasil dan Diskusi

Lidah buaya diperoleh dari Kab. Daun pinrang dan senggani (Melastoma polyanthum) diperoleh dari Kec.
Burau, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang
akan diekstraksi. Sebelum memilih metode ekstraksi, bahan kimia target metabolit perlu ditentukan.
Lidah buaya dan daun senggani tidak tahan terhadap pemanasan. Sehingga metode maserasi cocok untuk
ekstraksi sampel. Prinsip dari metode ini adalah ekstraksi dengan perendaman dengan pelarut etanol 96%.
Proses ekstraksi berguna agar terjadi keseimbangan konsentrasi senyawa dalam pelarut dan sel tumbuhan.
Hasil ekstraksi masing-masing sampel dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Ekstraksi

Sampel Berat simplisia (g) Berat Ekstrak (g) Hasil (%)


Lidah Buaya 2000 4 0.2
Daun Senggani 688 66 0.59

Lidah buaya mengandung 99% kadar air dan daun senggani dianggap untuk aktivitas penyembuhan luka
bakar. Basis gel menggunakan carbopol, yang memiliki viskositas tinggi dan menghasilkan gel yang lebih
transparan. Sediaan in-gel, stabilitas gel perlu diketahui. Uji stabilitas gel dilakukan selama masa
penyimpanan dan penggunaan untuk memastikan identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk.
Gel diberikan pada jaringan kulit, atau selaput lendir dibakar untuk melihat efek terapeutik. Kandungan
air yang tinggi dalam gel menghasilkan sediaan gel yang tidak lengket, dan kadar air yang tinggi akan
menghidrasi lapisan epidermis, sehingga meningkatkan penetrasi zat aktif, sehingga sediaan gel dipilih
karena kandungan air yang tinggi, yang diharapkan dapat memberikan efek pendinginan pada kulit dan
mengurangi iritasi. Uji stabilitas gel menggunakan metode penyimpanan dipercepat dan perbedaan suhu
ekstrim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perubahan organoleptik, pH, dispersibilitas, dan
homogenitas dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Evaluasi sebelum uji siklus

Evaluasi Sebelum Uji Siklus


KN FI FII FIII KP
Bentuk Setengah Setengah Setengah Setengah Setengah
padat padat padat padat padat
Warna Transparan Hijau terang Hijau gelap Hijau gelap Abu
Bau Ciri Ciri Ciri Ciri Harum
pH 5 5 5 5 5
Dispersibilitas 5,6 cm 5,5 cm 5,3 cm 6 cm 5,2 cm
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Tabel 3. Evaluasi setelah uji siklus

Evaluasi Setelah Uji Siklus


KN FI FII FIII KP
Bentuk Setengah Setengah Setengah Setengah Setengah
padat padat padat padat padat
Warna Transparan Hijau terang Hijau gelap Hijau gelap Abu
Bau Ciri Ciri Ciri Ciri Harum
pH 5 5 5 5 5
Dispersibilitas 6 cm 6 cm 5 cm 5,5 cm 5 cm
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Catatan :

KN : rumus kontrol negatif, F1 : formula dengan komposisi Aloe vera : daun senggani dengan konsentrasi (0,5% :
1%), F2 : formula dengan komposisi Aloe vera : daun senggani dengan konsentrasi (0,5% : 3%), F3 : formula
dengan komposisi Aloe vera : daun senggani dengan konsentrasi (0,5% : 5%).

Derajat kedalaman luka bakar dibagi menjadi tiga kelompok: luka bakar tingkat pertama, luka bakar
tingkat dua, dan luka bakar tingkat tiga. Pada penelitian ini derajat luka bakar yang dilakukan adalah luka
bakar derajat dua yaitu luka bakar superfisial dermal. Luka bakar derajat dua terjadi pada lapisan
epidermis dan sebagian lapisan dermis. Ciri-ciri luka bakar derajat dua, ada bula yang merupakan jaringan
non-vital. Setelah induksi luka bakar terlepas dari lapisan dermis, dilanjutkan dengan pengolesan gel
secara topikal pada luka sesuai kelompok perlakuan. Perlakuan dilakukan setiap hari sampai hari ke-21, 3
kali sehari. Kemudian dilakukan pengamatan diameter penyembuhan luka bakar seperti terlihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Aktivitas penyembuhan luka bakar


Pada penelitian ini pengamatan dilakukan dengan melihat pengurangan diameter luka bakar yang diamati
selama 21 hari. Dari hasil diagram pengurangan diameter luka bakar diketahui formula 3 dengan
komposisi Aloe vera dan daun senggani 5% : 0,5% menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan
formula 1 dan 2. Ketika luka bakar diinduksi, diameter luka pada setiap tikus 2 mm, pada hari ke 3
diameter luka bakar rata-rata mengalami penurunan, aktivitas penyembuhan luka bakar pada tikus terus
mengalami perubahan. Pada hari ke-21 luas luka bakar mendekati 0 mm untuk kontrol positif, sedangkan
untuk kontrol negatif, sampai hari ke-21 diameter luka bakar berubah lebih dari 1 mm. Hasil penelitian
kemudian dilanjutkan dengan pengolahan SPSS menggunakan tes, ANOVA satu arah, yang menunjukkan
bahwa pada hari ke-21, nilai p = 0,000 (p < 0,05). Diikuti dengan post hoc LSD untuk menentukan
kelompok mana yang berbeda nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada formula 1, 2 dan 3 nilai p
= 0,000 terhadap kontrol negatif (p < 0,05). Sedangkan dibandingkan dengan kontrol positif, formula 3
memiliki nilai p = 0,692 untuk kontrol positif (p>0,05). Berdasarkan ini, diketahui bahwa gel formula 3
dengan perbandingan konsentrasi lidah buaya dan daun senggani (5% : 0,5%) tidak berbeda nyata dengan
kontrol positif yaitu Bioplacenton®.

Hal ini berdasarkan kandungan kimia pada daun senggani, masing-masing flavonoid, tanin, steroid, dan
saponin ditemukan baik pada ekstrak lidah buaya maupun daun senggani. Tanin diketahui memiliki
fungsi mengecilkan pori-pori kulit sehingga berfungsi sebagai penutup luka dan mencegah pendarahan.
Saponin juga diketahui bersifat antiseptik untuk mencegah infeksi akibat pertumbuhan mikroorganisme
selama proses penyembuhan luka. Flavonoid dan steroid memiliki efek anti inflamasi, tetapi flavonoid
mempercepat penyembuhan luka dibandingkan dengan steroid. Flavonoid juga dikenal dapat mencegah
oksidasi menjadi anti nyeri dan anti inflamasi.

Sedangkan lidah buaya merangsang faktor pertumbuhan epidermal, meningkatkan fungsi fibroblas dan
membentuk jaringan baru sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka dan penutupan luka bakar.
Berdasarkan kandungan kimia yang terkandung dalam ekstrak lidah buaya dan daun senggani, ini adalah
dengan efektivitas konten kontrol positif, yaitu Bioplacenton® gel. Bioplacenton® gel memiliki
komposisi ekstrak plasenta dan neomisin sulfat. Efek ekstrak plasenta adalah mempercepat penyembuhan
jaringan dan luka baru, sedangkan neomisin sulfat adalah antibiotik melawan berbagai bakteri selama
proses penyembuhan luka.

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula gel lidah buaya (Aloe vera) dan daun senggani (Melastoma
polyanthum) dengan perbandingan konsentrasi 0,5% : 1%; 0,5%: 3%; dan 0,5%:5% menunjukkan bahwa
tidak terjadi perubahan organoleptik, pH, dispersibilitas, dan homogenitas. Uji aktivitas penyembuhan
luka bakar gel ekstrak lidah buaya dan daun senggani pada hari ke-21 untuk konsentrasi (0,5%: 5%)
menunjukkan penurunan diameter luka bakar sebesar 0,13 mm. Hal ini tidak berbeda nyata dengan
kontrol positif yang menunjukkan perubahan diameter luka bakar sebesar 0,08 mm.

Anda mungkin juga menyukai