SKRIPSI
Oleh :
MASNA RITONGA
NIM. 17010099
Oleh :
MASNA RITONGA
NIM. 17010099
NIM : 17010099
Riwayat Pendidikan:
NIM : 17010099
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Gambaran Self Efficacy
Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Batunadua Kota Padangsidimpuan”
benar bebas dari plagiat, dan apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan
plagiat, maka saya akan menerima sanki yang telah ditetapkan.
MASNA RITONGA
17010099
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti
ini.
ini.
5. Ns. Natar Fitri Napitupulu, M,Kep selaku ketua penguji, yang telah
9. Teristimewa kepada ibu dan Almarhum ayah, beserta seluruh keluarga yang
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun. peneliti harapkan guna
Peneliti
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS AUFA ROYHAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
ABSTRAK
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................ii
IDENTITAS PENULIS.................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT..............................................iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................v
ABSTRAK.....................................................................................................vii
DAFTAR ISI..................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................6
1.4.1 Pendidikan Keperawatan....................................................6
1.4.2 Bagi Penelitian Keperawatan.............................................7
1.4.3 Bagi Penderita Hipertensi..................................................7
1.4.4 Bagi Peneliti.......................................................................7
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Univariat......................................................................................39
BAB 6 PENUTUP
6.1 kesimpulan....................................................................................46
6.2 Saran.............................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Lampiran 1. Kusioner
Lampiran 2. Permohonan menjadi responden
Lampiran 3. Persetujuan menjadi responden (informed consent)
Lampiran 4. Surat survey pendahuluan dari Universitas Aufa Royhan
Padangsidimpuan
Lampiran 5. Surat balasan survey pendahuluan dari Puskesmas Batunadua
Lampiran 6. Surat izin penelitian dari Universitas Aufa Royhan Padangsidimpuan
Lampiran 7. Surat balasan izin penelitian dari puskesmas Batunadua
Padangsidimpuan
Lampiran 8. Master Tabel
Lampiran 9. Hasil SPSS
Lampiran 10. Lembar Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN
dimana pembuluh darah memiliki tekanna darah tinggi (tekanna darah sistolik
>tekanna darah sistolik >140 mmHg atau tekanan darah diastolic>90 mmHg)
yang menetap. Tekanna darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan
dinding arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung keseluruh tubuh.
Semakin tinggi tekanan darah maka semakin keras jantung bekerja (WHO, 2013)
Menurut (WHO, 2013) angka penderita hipertensi atau darah tinggi telah
membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Jumlah penderita hipertensi
setiap tahunnya meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada
kawasan Asia, penyakit hipertensi telah membunuh 1,5 juta orang setiap
tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi
atau hipertensi.
milyar orang atau 1 dari 3 orang dewasa di dunia menderita tekanan darah tinggi
(WHO, 2014). Hasil survey sesuai pedoman Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
1
tahun 2015 angka kejadian hipertensi dari usia 18 tahun keatas pada laki-laki 24%
Prevalensi hipertensi yang tinggi tidak hanya terjadi di negara maju tetapi juga
pengukuran mencapai 34,1% meningkat tajam dari 25,8% pada tahun 2013,
dan terendah di Provinsi Papua sebesar 22,2% Provinsi Gorontalo sendiri pada
hasil Riskesdas 2013 mencapai 29,0% dan pada Riskesdas tahun 2018 menjadi
31,0% dan berada pada urutan ke 20 daro 34 Provinsi (Kemenkes RI, 2018).
penderita Hipertensi pada tahun 2016 berjumlah 834 orang, tahun 2017 berjumlah
779 orang, tahun 2018 berjumlah 722 orang, tahun 2019 berjumlah 680 orang,
dan tahun 2020 berjumlah 221 orang. (Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan,
2020).
sidimpuan di dapatkan data pada tahun 2016 berjumlah 834 orang, tahun 2017
berjumlah 779 orang, tahun 2018 berjumlah 722 orang, tahun 2019 berjumlah 680
orang, dan tahun 2020 berjumlah 221 orang penderita hipertensi sejak tahun 2016-
pencegahan baik yang belum pernah menderita hipertensi ataupun bagi yang
belum pernah terkena hipertensi yaitu dengan perubahan gaya hidup menjadi gaya
hidup sehat. gaya hidup sehat ini antara lain meliputi pola makan, aktivitas dan
olahraga. dalam gaya hidup sehat yang utama adalah makanan yang kita konsumsi
2010
Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat ditanggulangi dengan dua cara
obat antihipertensi yang beredar saat ini ini yaitu seperti diuretik penghambat
2011). penanganan secara farmakologi dianggap mahal oleh masyarakat selain itu
latihan fisik dan konsumsi obat hipertensi. Salah satu komponen yang
hipertensi yang memiliki self efficacy baik dapat menghasilkan manfaat dalam
manajemen diri kronis sehingga menunjukkan bahwa konteks Penyakit ini penting
untuk diukur. Salah satu penyebab kurangnya perawatan yang memadai pada
penderita hipertensi yaitu akibat perilaku individu itu sendiri. Dalam penelitian
yang dilakukan Seymour & Huber (2012) menunjukkan bahwa mendorong pasien
untuk memiliki sertifikasi yang tinggi dalam kemampuan mereka untuk merawat
tekanan darah tinggi mereka dapat menghasilkan beberapa manfaat dalam hal
Menurut Bandura self efficacy adalah salah satu faktor psikologis yang paling
Saffari & Begent, 2015). Teori lain menyatakan bahwa self efficacy adalah
aktivitas fisik tidak merokok, dan kebiasaan istirahat (Lee, et al., 2010).
keyakinan dalam diri dan kemampuan diri dalam melakukan sesuatu perilaku
dengan berhasil. Keyakinan itu dinamakan self efficacy. Menurut passer (2009),
mengungkapkan bahwa seseorang yang mempunyai self efficacy akan lebih
2017). Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Findow, Seymour, Huber
(2012) menyatakan bahwa jika individu memiliki self efficacy tinggi akan
melakukan aktivitas fiisik, tidak merokok, dan monitoring berat badan. Tingginya
self efficacy pada seseorang tidak lepas factor yang mempengaruhinya. Menurut
beberapa faktor yang mempengaruhi self efficacy adalah usia, jenis kelamin,
sehat, olahraga, minum obat secara teratur, dan monitoring tekanan darah. Namun
dalam pelaksanannya, penderita hipertensi yang belum teratur dan patuh dalam
atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul gambaran self
Puskesmas Batunadua
Puskesmas Batunadua
hari.
Diharapkan agar penelitian ini dapat menjadi gambaran pada pasien dan
sehat.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Self-Efficacy
2.1.1 Pengertian
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kognitif, khususnya faktor kognitif yang
(2010) yakni merupakan persepsi diri mengenai seberapa bagus diri dapat
berfungsi dalam situasi tertentu. Self-efficacy atau efikasi diri ini berhubungan
tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan
bahwa mereka dapat mengontrol hasil dari usaha yang telah dilakukan. Self-
dengan usaha yang besar dan penuh tantangan, sebaliknya individu yang memiliki
dapat terdorong dan berusaha untuk mendapatkan prestasi akademik yang lebih
2.1.2 Fungsi
depan.
c. Fungsi Sikap, self-efficacy meningkatkan kemampuan coping individu
dalam mengatasi besaarnya stress dan depresi yang dialami pada situasi
self-efficacy yakni fungsi kognitif, fungsi motivasi, fungsi sikap dan fungsi
berikut:
rendah.
2. Generality
3. Strength
yang memiliki keyakinan yang kuat akan bertahan dengan usaha mereka
hasil perjuangan sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh pada
peningkatan self-efficacy.
sama.
Kecemasan dan stress yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan
rendah ditandai oleh tingkat stress dan kecemasan yang tinggi pula.
1. Pengalaman Performansi
diraih,
terbaik.
2. Pengalaman vikarius
dan cerita.
c. Persuasi verbal
kepercayaan,
emosional,
terhadap situasi yang menekan (Bandura, 2010). Namun, tinggi rendahnya self-
sosial (social persuation), dan keadaan fisiologis dan emosional (physiology and
emotional states).
saja yang menyampaikan informasi, seperti orang, film, televisi, gambar, atau
yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.
Ada dua jenis model yang dapat digunakan untuk meningkatkan self
efficacy yaitu mastery model dan coping model. Kedua model ini merupakan
model yang baik untuk diamati dan digunakan dalam mendapat kesempatan.
Mastery model dilakukan dengan cara menampilkan seseorang yang ahli pada
satu tugas kepada peserta didik untuk dijadikan model. Model ini membantu
memiliki beberapa kesulitan dengan satu tugas tertentu, akan tetapi dapat menjadi
2017) banyak peneliti yang menyakini bahwa dengan teman dapat menempuh
menyatakan bahwa membentuk kelompok kecil dapat membantu satu sama lain
a. Level/magnitude
berbeda- beda. Konsep dalam dimensi ini terletak pada keyakinan individu
b. Strength
dalam usahanya.
c. Generality
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku dimana individu
2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian
Pada lansia didefenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
sama dengan atau lebih dari 140 mmHg, atau tekanan darah diastoliknya sama
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat atau tenang (Kemenkes RI, 2014). Seseorang dikatakan hipertensi
apabila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg (Mansjoer et
al., 2011). Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung
menguncup (sistol), adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada
2.2.2 Etiologi
1. Gangguan emosi
2. Obesitas
5. Obat obatan
6. Keturunan
2.2.3 Klasifikasi
Hipertensi primer atau esensial adalah jenis yang paling umum dari Hipertensi.
adalah suatu keadaan klinis dalam penyakit Hipertensi yang bertambah berat
dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan berat pada berbagai organ
Organ sasaran utama keadaan ini adalah jantung, otak, ginjal, mata. Hipertensi
maligna bisa diartikan sebagai Hipertensi berat dengan tekanan diastolic lebih
b. Hipertensi Sekunder
obat-obatan tertentu. Jenis ini biasanya sembuh setelah penyebabnya diobati atau
disebabkan oleh penyakit lain atau kelainan organik yang jelas diketahui dan
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) tahun 2014
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
kejadian (prevalensi) Hipertensi pada orang usia muda masa kuliah berkisar 2-
3%, sementara prevalensi Hipertensi pada manula berkisar 65% atau lebih
risiko untuk meningkatnya penyakit Hipertensi akan lebih tinggi juga seiring
darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah
besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian
perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia
Triwibowo, 2013).
faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh genetik ini sangat bervariasi, dilaporkan
sekitar 15% pada populasi tertentu sampai dengan 60% pada populasi lainnya.
Peranan faktor genetik pada etiologi Hipertensi didukung oleh penelitian yang
juga dalam keluarga, hubungan antara tekanan darah orang tua lebih erat dengan
riwayat Hipertensi, subjek dengan dua atau lebih anak turunan pertama (first
umur sebelum 60 tahun, sedangkan Hipertensi yang terjadi pada umur 70 tahun
Hipertensi jika memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Istilah “berat badan
berlebih” dan "obesitas" merujuk pada berat badan yang lebih besar dari apa
karena penurunan berat badan terkait juga dengan penurunan massa lemak
visceral. Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk
darah dan perluasan sistem sirkulasi. Makin besar massa tubuh, makin banyak
pula suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke
jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah yang beredar melalui
pembuluh darah akan meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi
E. Asupan natrium
Diet yang terlalu tinggi natrium dan terlalu rendah kalium dapat
dalam garam dapat meningkatkan tekanan darah. Sebagian besar natrium kita
dapatkan berasal dari makanan olahan dan makanan restoran. Tidak cukup makan
kalium juga bisa meningkatkan tekanan darah. Zat kalium dapat ditemukan pada
Hipertensi akan meninggi jika meminum alkohol lebih dari tiga kali dalam
jantung, dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika
yang akan memicu penyakit- penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah
(Irianto,2015).
G. Stress
mental, fisik, emosional, dan spiritual seseorang. Kondisi tersebut pada suatu
H. Jenis kelamin
sekitar 2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistol dan 3,6 untuk kenaikan tekanan
darah diastole. Laki- laki cenderung memiliki gaya hidup yang dapat
I. Suku
berkulit putih, Hispanik, orang Asia, orang Kepulauan Pasifik, orang Indian, dan
Orang kulit hitam (black) lebih banyak daripada kulit putih (white),
Baliem Jaya, Papua (0,6%), dan tertinggi di Sukabumi (suku Sunda), Jawa Barat
dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang saat jantung memompa
darah melalui arteri. Oleh karena itu, setiap jantung berdenyut, darah dipaksa
pada intima dan penumpukan lemak yang menimbulkan atheroma.Pada lesi awal
dijumpai adanya lemak.Penyempitan pembuluh darah terdiri dari lesi focal yang
diawali dari lapisan intima, yang mempunyai celah lipid yang lunak, kuning dan
ditutupi oleh fibrous cap yang lunak dan putih, disebut juga fibrofatty lipid
mengenai dinding arteri hanya sebagian saja dari lumen (eccentric lesion).Hal
tersebut bisa terjadi peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik, yang
e. Telinga berdenging
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ- organ target yang umum
otak, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, dan retinopati (Yogiantoro, 2012).
terkontrol dapat menyebabkan peluang tujuh kali lebih besar terkena stroke,
enamkali lebih besar terkena congestive heart failure, dan tiga kali lebih besar
meyebabkan komplikasi lain seperti DM, kolesterol yang tinggi, kelebihan berat
a. Penyakit Jantung
semakin sulit untuk jantung memompa darah ke dalam pembuluh darah. Jika
(WHO, 2014)
yang menuju jantung ke paru-paru terlalu tinggi. Jantung memompa darah dari
melakukan perjalanan yang jauh, tekanan di sisi jantung dan di arteri membawa
darah dari ventrikel kanan ke paru-paru biasanya rendah dan jauh lebih rendah
dari tekanan darah sistolik atau diastolik.Ketika tekanan dalam arteri ini terlalu
yang bisa terjadi adalah serangan iskemik otak sementara (transient ischaemic
keluar dan masuk ke dalam otak.Hal itu dapat menyebabkan stroke (WHO, 2014).
lebih besar untuk terjadinya infark otak dibandingkan dengan tekanan diastolik
kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg
mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan mereka yang
Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi Hipertensi
bahwa diabetes dan Hipertensi bertanggung jawab terhadap proporsi ESRD (end-
stage renal disease) yang paling besar (Price dan Wilson, 2014).
cabang, oklusi vena retina cabang, oklusi vena retina sentral, oklusi arteri retina
oleh peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin.
2.2.8 Penatalaksanaan
A. Terapi Farmakologis
sayur.
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2012).
- Buruk
- Baik
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu
mengatakan tidak pernah melakukan olahraga dalam 1 minggu, Oleh karena itu
Padangsidimpuan.
30
Tabel 1. Kegiatan dan Waktu Penelitian
3.3.1 Populasi
atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita
3.3.2 Sampel
populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Notoadmojo,
2012). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik total sampling yaitu
semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, maka jumlah sampel
Dalam melakukan penelitian, etika merupakan salah satu hal yang sangat
persetujuan, peneliti menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan peneliti serta
Akan tetapi peneliti hanya menuliskan kode atau inisial pada lembar pengumpulan
peneliti, dimana hanya kelompok data tertentu saja yang di laporkan pada hasil
penelitian.
Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Kuesioner
yang terbagi dalam 1 bagian yaitu digunakan untuk menggali tentang Self efficacy
pada penderita hipertensi yang diadopsi dari Prasetyo (2012). Kuesioner terdiri
dari 10 item pernyataan dengan 3 pilihan jawaban yaitu tidak mampu, kadang
mampu dan mampu, memiliki nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 30.
3.6 Prosedur penelitian
aufa royhan.
5. kemudian balasan surat dari dari kesbang (kesatuan bangsa dan politik)
menjadi responden.
4. Calon responden yang setuju diminta tanda tangan pada lembar surat
pernyataan kesanggupan menjadi responden.
Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu dilakukan
2. Coding
3. Entry
4. Verifikasi
5. Tabulating
dimasukan dalam tabel yang sudah disiapkan. Setiap pertanyaan yang sudah di
pertanyaan.
HASIL PENELITIAN
berikut:
Tabel 4.1.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan
tingkat pendidikan (N=75)
Karakteristik Frekuensi Persentase %
Usia
26-35 1 1.3%
36-45 30 40.0%
46-55 36 48.0%
56-65 8 10.7%
Jenis Kelamin
Laki-laki 33 44.0%
Perempuan 42 56.0%
Tingkat Pendidikan
SD 9 12.0%
SMP 23 30.7%
SMA 43 57.3%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berusia 26-
35 tahun yaitu 1 responden (1.3%), usia 36-45 tahun yaitu 30 responden (40.0%),
usia 46-55 yaitu 36 responden (48.0%), usia 55-65 tahun yaitu 8 responden
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian data yang telah dikumpulkan,
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan pembahasan dari hasil penelitian
tersebut.
5.1 Univariat
5.1.1 Usia
mayoritas responden yang usia 46-55 yaitu 36 responden (48.0%), %), dan yang
paling sedikit berada pada rentang usia 26-35 tahun yaitu 1 responden (1.3%).
tekanan darah seseorang juga akan meningkat. Sekitar 20% dari semua orang
dewasa mengalami tekanan darah tinggi dan menurut angka statistik angka ini
terus meningkat, sekitar 40% dari semua kematian di bawah usia 65 tahun adalah
(56.0%), dan yang paling sedikit berjenis kelamin kelamin laki-laki sebanyak 33
responden (44.0%).
banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Hipertensi diderita oleh
perempuan diatas usia 45 tahun karena pada usia tersebut perempuan sudah
mengalami siklus menopause. Pada saat menopause estrogen tidak diproduksi lagi
atau kadar estrogen sudah mengalami penurunan, sedangkan salah satu fungsi
estrogen dalam tubuh berkurang atau sudah tidak diproduksi lagi maka kadar LDL
karena LDL mengandung 70% kolestrol total plasma. LDL dapat dikonversi
menjadi bentuk teroksidasi yang bersifat merusak dinding vaskuler dan hal
dampak negatif pada faktor risiko kardiovaskuler (Badiale et al., 2016). Hormon
penumpukan plak dalam arteri koroner (Gray et al., 2015). Penumpukan plak itu
yang akan mengakibatkan obtruksi aliran darah total serta dapat meningkatkan
negara maju hipertensi lebih sering terjadi pada perempuan 52% dan laki-laki
9 responden (12.0%).
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh John Dewey dalam
untuk mencapai suatu hasil yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Begitu
pula sebaliknya, apabila seseorang dengan self efficacy yang rendah akan
menganggap bahwa kemampuan yang dimiliki belum tentu dapat membuat dia
Menurut Okatiranti, Erna, & Fitiri (2017) tinggi rendahnya self efficacy
pada diri seseorang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin,
mengatakan bahwa faktor yang lebih berpengaruh dalam self efficacy pasien
merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi akan tetapi pendidikan dapat
maka dapat diketahui bahwa self efficacy responden mayoritas adalah buruk yaitu
self efficacy yang kurang baik. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Okatiranti, Erna, & Fitiri (2017) bahwa lebih dari setengah responden
memiliki self efficacy yang tinggi. Tingginya self efficacy dalam diri individu
tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain usia, jenis
karena responden memiliki efikasi diri yang terbentuk melalui proses kognitif,
contohnya melalui perilaku manusia dan tujuan seperti penderita hipertensi tidak
sesuai saran dari tenaga kesehatan. Semakin baik efikasi diri seseorang maka
ditentukannya. Begitu juga sebaliknya, semakin buruk efikasi diri seseorang maka
ditentukannya.
Keyakinan yang dimiliki individu merupakan hal yang mempengaruhi
efficacy (Oktarianti, Erna, & Fitiri, 2017). menyatakan bahwa self efficacy adalah
keyakinan dalam diri dan kemampuan diri dalam melakukan sesuatu perilaku
dengan berhasil. Seseorang yang mempunyai self efficacy tinggi akan lebih
sesuai dengan tujuannya. Tingginya self efficacy dalam diri individu tidak lepas
dari faktor faktor yang mempengaruhinya (Okatiranti, Erna, & Fitiri, 2017).
perawatan diri hipertensi. Sebagian besar sepakat bahwa self efficacy terkait
efficacy yang tinggi mempunyai korelasi yang positif secara statistik dengan
kepatuhan minum obat di negara Thailand. Orang yang memiliki self efficacy
tinggi lebih mungkin dapat melakukan perubahan perilaku kesehatan yang positif
faktor yang kuat dan dapat digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan
keyakinan dalam diri dan kemampuan diri dalam melakukan sesuatu perilaku
dengan berhasil. Keyakinan itu dinamakan Self efficacy. Menurut Passer (2009),
mengungkapkan bahwa seseorang yang mempunyai Self efficacy tinggi akan lebih
“Gambaran keyakinan diri (self efficacy) pada pasien yang menderita hipertensi di
keyakinan diri (self efficacy) pada pasien yang menderita hipertensi. Penelitian ini
langsung, tetapi juga mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap faktor lain.
mereka dan mengawali usaha mereka. Self- efficacy lebih terarah pada keyakinan
cara orang dalam berpikir, merasakan dan memotivasi diri mereka sendiri. Self-
melakukan suatu tugas guna mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan yang
penelitiannya yaitu mayoritas responden self efficacy yaitu kurang baik sebanyak
54 responden (58,1%) dan minoritas self efficacy responden yaitu baik sebanyak
39 responden (41.9%).
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
kesimpulan bahwa:
responden usia 46-55 yaitu 36 responden (48.0%), %), dan yang paling
sedikit berada pada rentang usia 26-35 tahun yaitu 1 responden (1.3%).
2. Hasil penelitian self efficacy responden mayoritas self efficacy buruk yaitu
6.2 Saran
hari.
3. Bagi Responden
Diharapkan agar penelitian ini dapat menjadi gambaran pada pasien dan
sehat.
4. Bagi Peneliti
Bustan, M.N. (2010). Epidemiologi Penyakit tidak menular. Cet 2 (Edisi Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
CDC, (2015). CDC BMI-for-age growth charts for girls and boys.
Frisoli, Tiberio M., Schnieder, Roland E., Grodzicki, Tomasz , and Messerki,
Franz H., (2011). Bey ond Salt : Lifestyle Modifications and Blood
Pressure.
JNC VII. (2014). The seventh report of the Joint National Committee on
prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.
Hypertension, 42: 1206-52.
Kemenkes RI. (2018). Riset kesehatan dasar: RISKESDAS. Jakarta
Kemenkes RI., (2014). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Penyakit
Tidak Menular. Jakarta.
Mansjoer et al. (2011). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius
Okatiranti, Erna Irawan, Fitri Amelia, (2017). Lam Murni BR Sagala. Perawatan
Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa
di Kelurahan Lau Cimba Kaban jae.
Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M., (2014). Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses- Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Cetakan Pertama. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pakseresht, M.W., & Smith, R.E.(2010). Psychologi. The Science Of Mind And
Behaviour. Contenporary Edutational Psychologi. 28, hal 129-160.
Retno. (2013). Self Efficacy Adaption, and Adjustment. New York: Springer
Publishing Company.
Skuta, G.L., Cantor, L.B., Weiss, J.S. (2010). American Academy of
Ophthalmology. 2009-2010. Retina AndVitreous. Basic and Clinical.
Stanley dan Beare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta, EGC.
Townsend, Raymond R., (2013). 100 Tanya- Jawab Mengenai Tekanan Darah
Tinggi (Hipertensi). Cetakan Pertama. Jakarta : Indeks.
Padangsidimpuan,………………….2021
Responden
(………………….)
Hasil SPSS
Statistics
Valid 75 75 75 75
N
Missing 0 0 0 0
Mean 2.68 1.56 2.45 1.41
Std. Error of Mean .079 .058 .081 .057
Median 3.00 2.00 3.00 1.00
Mode 3 2 3 1
Std. Deviation .681 .500 .703 .496
Variance .464 .250 .494 .246
Range 3 1 2 1
Minimum 1 1 1 1
Maximum 4 2 3 2
Sum 201 117 184 106
Umur
jenis kelamin
tingkat pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent