Anda di halaman 1dari 26

Metabolisme Energi dan Hormon yang Berperan pada Kondisi Kelaparan

A5
Agnes Christine (102011396)
Yanuar Hermawan (102012003)
Janetty (102012109)
Robby D Pangestu (102012118)
Elchim R Rezinta (102012240)
Kelvin R. Khomalia (102012255)
Ivanalia Soli Deo (102012359)
Astrid Odilia (102012471)
Nurhafiz Bin Omar (102012502)
Koresponden: ivanalia.deo@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Kelaparan adalah keadaan dimana seseorang kekurangan asupan karbohidrat, lemak dan
protein di dalam tubuhnya. Akibatnya, tubuh akan memetabolisme seluruh bahan dalam
tubuh menjadi glukosa karena banyak jaringan termasuk otak yang hanya bisa bekerja dengan
glukosa. Proses metabolismenya antara lain glikogenolisis dan glukoneogenesis. Proses-
proses tersebut tentunya tidak terlepas dari peranan hormon yang disekresikan oleh kelenjar
endokrin dalam tubuh. Meskipun kebutuhan glukosa dapat ditutupi saat kelaparan, tubuh
tetap membutuhkan zat-zat makanan lainnya. Untuk itulah diharuskan untuk memiliki pola
makan yang sehat sehingga dapat terlepas dari kelaparan atau mencegah kelaparan.
Kata Kunci: kelaparan, glikogenolisis, glukoneogenesis, hormon, pola makan

Abstrac
Starving is a condition where a person is deficient intake of carbohydrates, fats and protein
in their bodies. As a result, the body will metabolize all the material in the body into glucose
because many tissues including the brain can only work with glucose. Its metabolism
processes such as glycogenolysis and gluconeogenesis. These processes of course can not be
separated from the role of hormones are secreted by endocrine glands in the body. Although
glucose requirement can be covered when starving, the body still needs other nutrients. For
that required to have a healthy eating pattern so that it can irrespective from starving or
preventing starving.
Keywords: starving, glycogenolysis, gluconeogenesis, hormones, eating patterns

Pendahuluan
Kemiskinan, kesulitan bahan pangan, dan berpuasa merupakan beberapa penyebab
terjadinya kelaparan. Kelaparan adalah kondisi dimana tubuh kekurangan asupan energi dan
unsur-unsur nutrisi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang biasanya
didapatkan dari bahan makanan. Dalam kondisi kelaparan lebih dari satu hari, mulai akan
terjadi perubahan-perubahan metabolisme untuk mengimbangi kekurangan yang terjadi.
Meskipun tubuh dapat melakukan adaptasi metabolisme dalam kondisi lapar, tetap harus

1
dilakukan perbaikan pola makan. Mengapa? Karena jika dibiarkan terlalu lama, tubuh akan
menjadi kurus kering dan lemah serta dapat berujung pada kematian.
Melalui makalah kali ini, saya akan membahas mengenai metabolisme energi yang
terjadi dalam tubuh dikala terjadi kelaparan. Selain itu, saya juga akan membahas hormon-
hormon apa saja yang ikuta berperan dalam metabolisme tersebut dan tentunya saya akan
menjelaskan bagiaman pola makan yang baik untuk menghindari kelaparan. Semoga dengan
adanya makalah ini, mahasiswa FK Ukrida dapat menjelaskan dampak dari kelaparan
terhadap metabolisme energi (karbohidrat, protein, dan lemak), menjelaskan hormon-hormon
apa saja yang berperan, dan menjelaskan pola makan yang baik serta sehat bagi tubuh agar
tidak terjadi kelaparan.

Pembahasan
1. Metabolisme Energi
Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan tubuh. Terdiri dari
dua bagian, yaitu anabolisme (pembentukan) dan katabolisme (pemecahan). Metabolisme
sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu metabolisme materi dan metabolisme energi. Pada
pembahasan kali ini, kita hanya akan membahas metabolisme energi. Metabolisme energi
terdiri dari perubahan kimia, lemak, karbohidrat, dan protein yang dipecah dan dioksidasi
menjadi energi atau disintesis menjadi komponen ATP (adenosin triphospate).1
Dalam kondisi normal (tidak kelaparan), karbohidrat akan diubah menjadi bentuk yang
lebih sederhana (monosakarida) hingga akhirnya akan diserap di dalam jejunum dan ileum
dalam bentuk glukosa.2 Glukosa nantinya akan diubah menjadi energi melalui proses
glikolisis Embden Meterhof (EM) dilanjutkan dengan proses oksidasi piruvat menjadi asetil
koA, dan terkahir akan melalui Sikulus Asam Sitrat (SAS). Selain diubah menjadi energi,
glukosa juga sebagian akan disimpan dalam bentuk glikogen melalui proses yang dikenal
sebagai proses glikogenesis.
Untuk protein nantinya akan dipecah untuk membentuk asam amino oleh enzim-enzim
yang berada dalam traktus gastointestin. Asam-asam amino ini akan memperbaruhi simpanan
protein dalam hati serta otot dan menggantikan protein yang diurakan pada saat sebelum
makan. Asam-asam amino berlebih dan tidak digunakan untuk sintesis protein akan diubah
oleh hati menjadi aseti-KoA atau piruvat yang kemudian akan memasuki siklus asam sitrat
membentuk energi.2
Lemak dalam makanan terdiri atas trigliserida dan kolesterol akan dicerna oleh enzim
lipase. Trigliserida rantai karbon sedang akan diserap langsung ke dalam aliran darah
2
sementara terigliserida dengan rantai karbon yang panjang diserap ke dalam aliran limfe
setelah diemulsi oleh getah empedu menjadi bentuk misel yang larut air dan dicenakan oleh
enzim lipase. Misel akan membentuk trigliserida kembali dan diangkut sebagai kilomikron
lewat cairan limfe dan aliran darah ke dalam hati. Di dalam hati, kilomikron akan diubah
menjadi kolesterol dan trigliserida yang selanjutnya akan disimpan di dalam jaringan
adiposa.2
Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan membahas proses metabolisme energi dalam
keadaan normal seperti yang telah diringkas diatas. Namun, sesuai dengan skenario yang ada,
kita akan membahas bagaimanna metabolisme energi yang terjadi dalam tubuh pada saat
kelaparan. Pembahasan lebih lanjut akan diberikan di bawah ini.

2. Metabolisme Energi Saat Kelaparan


Saat berpuasa panjang (1-3 hari bahkan lebih) seseorang akan kelaparan. Pada saat seperti
inilah, tubuh kekurangan asupan glukosa sehingga melalui proses metabolisme energi, tubuh
akan berusaha untuk bisa menghasilkan cukup glukosa bagi jaringan (terutama bagi otak).
Upaya pemenuhan glukosa tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah simpanan
glikogen dalam tubuh menjadi glukosa dan menguraikan protein menjadi asam-asam amino
yang nantinya akan diubah menjadi glukosa lewat proses yang dikenal sebagai
glukoneogenesis.
Selain glikogen dan protein yang diubah menjadi glukosa, melalui proses lipolisis, lemak
yang disimpan dalam jaringan adiposa akan diuraikan menjadi gliserol dan asam-asam lemak.
Gliserol dan laktat yang merupakan hasil metabolisme glukosa dalam keadaan anaerob dapat
diubah oleh hati menjadi glukosa. Sementara itu, asam-asam lemak yang tidak bisa diubah
menjadi glukosa akan ditukar dengan asam-asam amino dari otot. Otot dapat menggunakan
asam lemak sebagai sumber energi dengan menghasilkan limbah metabolik yang berupa
keton bodies. Asam-asam amino yang didapat dari pertukaran di otot nantinya akan diubah
menjadi glukosa lewat glukoneogenesis dalam hati.
Dengan cara menggunakan glikogen, protein, serta lemak untuk membentuk glukosa
kembali, otak serta jaringan-jaringan tubuh dapat hidup dan bekerja sesuai dengan fungsi
masing-masing. Apabila puasa bekepanjangan sehingga mengakibatkan kelaparan yang
teramat-sangat, secara berangsur-angsur otak akan mengubah metabolisme energinya dari
pemakaian glukosa menjadi pemakaian keton bodies sebagai sumber energi kedua.
Tujuannya untuk mempertahankan protein tubuh agar fungsi organ-organ penting dapat

3
terpelihara. Seluruh proses adaptasi baik bagi puasa singkat maupun puasa lama,
dikoordinasikan oleh hipotalamus dan diatur oleh kelenjar adrenal, tiroid dan pankreas.2
Secara sederhana segala bentuk proses metabolisme energi saat kelaparan dapat dilihat
pada gambar 1. Proses dinyatakan dalam garis putus-putus. Berdasarkan uraian-uraian diatas,
kita akan membahas dua jenis metabolisme yaitu glikogenolisis dan glukoneogenesis.

Gambar 1. Metabolisme Energi Saat Gula Darah Rendah (Kelaparan)

3. Glikogenolisis
Sebelum masuk ke glikogenolisis, kita akan membahas sedikit mengenai glikogenesis.
Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen dari glukosa. Hal ini bertujuan untuk
menyediakan cadangan energi tertutama di hati dan otot. Glikogen yang terbentuk dari proses
glikogenolisis merupakan polimer-polimer becabang. Rantai lurusnya disebut dengan ikatan
glikosidik -1,4. Percabangannya dinamakan ikatan glikosidik -1,6. Ketika gula dalam
darah menurun, maka rantai-rantai glikogen tersebut akan mengalami pemecahan untuk
menbentuk glukosa kembali yang dikenal dengan proses glikogenolisis.
Glikogenolisis adalah sintesis glikogen menjadi glukosa (pada hati) dan menjadi asam
piruvat serta laktat (pada otot). Mengapa hanya dapat menjadi glukosa bila proses terjadi di
hati? Karena di dalam hati terdapat enzim glukosa 6-fosfatase. Meskipun demikian, nantinya
asam piruvat maupun laktat dapat dijadikan glukosa dengan cara memasuki siklus cori.
Glikogen sendiri adalah sumber bahan bakar darurat yang mengasilkan glukosa untuk
membentuk ATP dalam keadaan tidak ada oksigen atau apabila terjadi kekurangan glukosa.3

4
Enzim yang berperan dalam proses ini antara lain adalah enzim fosforilase, transferase, dan
debranching enzim.

Gambar 2. Siklus Cori4


Fosforilase merupakan enzim regulator yang mengkatalis reaksi pemecahan ikalatan
glikosidik/fosforolisis (pemecahan dengan fosfat). Oleh fosforilase, tiap satu molekul glukosa
pada rantai lurus glikogen dilepaskan menjadi glukosa 1-P, sampai tinggal kurang lebih 4
molekul glukosa pada cabang. Setelah itu, kerjanya akan beralih pada enzim transferase.
Enzim ini memindahkan kurang lebih 3 segmen glukosa dari 4 sisa glukosa ke rantai lurus
yang berdekatan dan meninggalkan satu glukosa pada cabang tersebut. Debranching enzim
akan mengambil alih setelahnya dengan menghidrolisis tempat percabangan, memutuskan
satu molekul glukosa pada cabang tersebut menghasilkan glukosa bebas.4

Gambar 3. Pemecahan Rantai Glikogen untuk Membentuk Glukosa4

5
Proses glikogenolisis sendiri melalui beberapa tahap-tahap berikut ini. Glikogen yang
terdiri dari unit glukosil 1,4 dan 1,6 akan mengalami pemecahan dengan bantuan fosfat oleh
enzim fosforilase, lalu dilanjutkan oleh enzim glukan transferase dan terakhir oleh
debranching enzyme (hal ini telah dijelaskan sebelumnya). Glukosa dari pemcahan oleh
debranching enzyme sudah merupakan glukosa bebas, sementara glukosa dari pemecahan
dengan fosforilase masih dalam bentuk glukosa terikat fosfat (glukosa 1-p).
Glukosa 1-p tersebut kemudian dengan bantuan enzim fosfoglukomutase menjadi
glukosa 6-p. Di hati, glukosa 6-p dapat diubah menjadi glukosa oleh enzim glukosa 6-
fosfatase. Glukosa 6-p yang berada di otot, harus melalui jalur pembentukan laktat maupun
asam piruvat, untuk bisa kembali menjadi glukosa. Proses tersebut akan dibahas pada
pembahasan berikutnya. Untuk lebih jelasnya, simak bagan yang berada di bawah ini.

Gambar 4. Siklus Glikogenesis dan Glikogenolisis4


Proses glikogenolisis tidak terlepas dari peranan hormon epinefrin dan glukagon dalam
darah (hormon ini akan dibahas lebih lengkap pada pembahasan di subbab berikutnya). Kadar
gula darah yang menurun, merangkasang peningkatan glukagon ataupun peningkatan
epinefrin ke resptor di hati yang kemudian mengaktifkan adenilat siklase, yang mensintesis

6
cAMP dari ATP. cAMP kemudian berikatan dengan protein kinase A (protein kinase
dependen-cAMP) sehingga terjadi pengaktifan subunit katalitik.3
Protein kinase A mengaktifkan fosforilase kinase melalui fosforilasi. Fosforilase kinase
manambahkan sebuah fosfat ke residu serin spesifik pada fosforilase, sehingga mengubah
fosforilase b menjadi fosforilase a yang aktif. Protein kinase A juga memfosforilasi glikogen
sintase, menyebabkan aktivitas enzim berkurang. Akibat inhibisi terhadap glikogen sintase
dan pengaktifan glikogen fosforilase, terjadi penguraiann glikogen menjadi glukosa 1-p. Pada
gambar, garis terputus-putus menyatakan reaksi yang menurun di hati individu yang sedang
puasa (kondisi kelaparan).3

Gambar 5. Pengaturan Glikogenolisis3

4. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari sumber-sumber non karbohidrat
seperti asam laktat, beberapa jenis asam amino, gliserol, dan beberapa jenis asam lemak.
lokasi glukoneogenesis terjadi biasanya berlangsung di hati, tetapi pada orang yang
kelaparan, ginjalnya akan membentuk glukosa (lihat gambar 1). Proses ini juga berlangsung
di beberapa area yang sangat terbatas pada sel-sel epitel usus halus. Proses ini bertujuan
untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup saat kelaparan, saat masa asupan
karbohidrat terbatas, atau saat latihan berat, yaitu ketika asam laktat yang terbentuk dalam
otot diubah kembali menjadi glukosa dalam hati.

7
Glukoneogenesis distimulasi oleh konsentrasi karbohidrat selular yang rendah dan
penurunan gula darah. Proses ini juga distimulasi secara hormonal oleh glukagon, epinefrin
medula adrenal, dan oleh glukokortikoid korteks adrenal.5 Pada manusia, sumber karbon
yang utama untuk glukoneogenesis adalah laktat, gliserol, asam amino, dan alanin. Laktat
dihasilkan oleh glikolisis anaerobik di jaringan misalnya otot yang sedang bekerja atau sel
darah merah. Gliserol dibebaskan dari simpanan triasilgliserol di jaringan adiposa, dan asam
amino terutuma berasal dari simpanan asam amino di otot yang mungkin berasal dari
penguraian protein otot. Alanin adalah asam amino glukoneogenik utama yang dibentuk di
otot dari asam amino lain dan dari glukosa.3
4.1 Sintesis Glukosa dari Laktat dan Alanin
Laktat akan terlebih dahulu dirubah menjadi piruvat. Kemudian piruvat mitokondria
mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat. Reaksi ini memerlukan ATP dan
dikatalis oleh piruvat karboksilase. Kemudian oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh
malat dehidrogenase mitokondria. Pada reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat mengalami
overlap (tumpang tindih) dengan siklus asam sitrat.
Malat meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma dioksidasi membentuk kembali
oksaloasetat. Oksaloasetat sioplasma mengalami dekarboksilasi membentuk PEP (fosfat enol
piruvat) pada reaksi yang tidak memerlukan GTP yang dikatalis oleh PEP karboksikinase.
Dari PEP, akan terjadi jalur yang merupakan kebalikan jalur glikolisis sehingga pada
akhirnya akan menghasilkan glukosa bebas.3

Gambar 6. Siklus Perubahan Piruvat Menjadi Glukosa3


8
4.2 Sitesis Glukosa dari Gliserol
Gliserol adalah hasil pecahan dari lemak yang disimpan dalam bentuk triasilgliserol.
Gliserol akan diubah menjadi glisero 3-p oleh enzim gliserol kinase. Dengan demikian,
proses ini telah masuk ke dalam proses glikolisis. Nantinya, gliserol 3-p akan diubah menjadi
dihidroksiaseton fosfat (DHAP), yang selanjutnya diubah menjadi furktosa 1,6 bisfosfat.
Fruktosa 1,6 bifosfat oleh bantuan enzim fruktosa 1,6 bisfosfatase menjadi fruktosa 6-p.
Fruktosa kemudian menjadi glukosa 6-p, dimana pada akhirnya glukosa 6-p akan menjadi
glukosa bebeas oleh bantuan enzim glukosa 6-fosfatase.

Gambar 7. Sintesis Glukosa dari Gliserol3


4.3 Sintesis Glukosa dari Asam Amino
Melalui reaksi bokimiawi, beberapa asam amino dalam tubuh dapat diubah menjadi
glukosa atau glikogen; asam amino ini disebut asam amino glukogenik atau glikogenik.
Asam amino yang di dalam tubuh dapat diubah menjadi senyawa-senyawa keton (keton
bodies) atau menjadi Asetil-S-KoA dikenal sebagai asam-asam amino ketogenik. Beberapa
asam-asam amino termasuk keduanya, yaitu sebagai asam amino glikogenik dan ketogenik.6
Tabel 1. Asam Amino Glikogenik dan Ketogenik6

9
Dari gambar 8, kita dapat melihat proses perubahan asam-asam amino glikogenik untuk
menjadi glukosa. Histidin, prolin, glutamin, dan arginin akan diubah menjadi glutamat yag
kemudian dengan bantuan enzim transaminase akan diubah menjadi -ketoglutarat. Dengan
berubah menjadi -ketoglutarat, proses ini telah memasuki siklus asam sitrat dan pada
akhirnya akan menjadi glukosa. Isoleusin, metionin, dan valin akan diubah menjadi suksinil-
KoA dan kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat. Tirosin dan fenilalanin diubah
menjadi fumarat dan kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat dan berlanjut akhirnya
menjadi glukosa.

Gambar 8. Sintesis Glukosa dari Asam-Asam Amino

5. Sistem Endokrin dan Hormon yang Berperan dalam Metabolisme Energi


5.1 Hipotalamus-Hipofisis
Hipotalamus adalah area kecil otak yang terletak di bagian otak depan yang disebut
diensefalon. Hipotalamus adalah oragan saraf sekaligus oragan endokrin. Hipotalamus
memiliki suatu peran penting untuk mempertahankan homeostatis, yaitu mempertahankan
lingkungan internal tubuh tetap konstan. Ia secara terus-menerus menerima informasi dari
sistem saraf pusat dan perifer mengenai suhu tubuh, nyeri, rasa nikmat, pemerian makanan,
rasa lapar, massa tubuh, dan status metabolik.7
Badan sel saraf di hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat di atas kelenjar
hipofisis, menghasilkan berbagai hormon polipetida dan peptida. Sebagian hormon hipotalaus
disimpan di kelenjar hipofisi posterior (neurohipofisis) dan dari tempat ini hormon tersebut
dilepaskan ke dalam darah. Hormon lainnya disalurkan ke pembuluh darah porta

10
hipotalamiko-hipofisialis dan sampai ke kelenjar hipofisis anterior (adenohipofisis). Di
tempat ini hormon tersebut menimbulkan efek simulatorik atau inhibitorik terhadap sekresi
hormon hipofisis anterior.8
Lobus anterior dari kelenjar hipofisis yang sering juga dikenal sebagai adenohipofisis,
terdiri dari kolom sel-sel yang bercabang tidak teratur dan dipisahkan oleh sinusoid tempat
darah bersirkulasi. Tiga jenis sel dapat dibedakan dengan metode pewarnaan: asidofil yang
berwarna merah, basofil yang berwarna biru, kromofob yang tidak berwarna. Sementara itu,
lobus posterior lebih kecil daripada lobus anterior dan terdiri dari serat saraf, neuroglia, dan
pembuluh darah. Serat saraf berjalan menuju lobus ini dari hipotalamus.8
Adapun hormon-hormon yang mengalir dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis anterior
terdiri dari hormon pertumbuhan (growth hormon GH), thyroid stimulating hormone (TSH),
adrenokortokotropik (ACTH), gonadotropin, dan juga prolaktin. Sementara hormon yang
dialirkan ke lobus posterior adalah hormon antidiuretik (ADH) dan oksitosin.8 Pada makalah
kali ini akan dibahas hormon-hormon yang berperan dalam proses metabolisme energi tubuh
terutama saat kondisi kelaparan.

Gambar 9. Sistem Hipotalamus-Hipofisis

11
5.1.1 Growth Hormon (GH)
Growth hormon atau GH memiliki beberapa efek fisiologis. Pertama, GH berperan
dalam sintesis protein, GH mempercepat laju sintesis protein pada seluruh sel tubuh dengan
meningkatkan pemasukan asam amino melalui membran sel. Kedua, berperan dalam
konservasi karbohidart diaman GH menurunkan laju penggunaan karbohidrat oleh sel-sel
tubuh, dengan demikian menambah kadar glukosa darah. Ketiga, GH berperan dalam
mobilisasi simpanan lemak dan pemakaian lemak untuk energi. Terakhir, GH menyebabkan
hati (mungkin juga ginjal) memproduksi somatodein, sekelompok faktor pertumbuhan
dependen-hipofisis yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan kartilago.
Pelepasan GH distimulus oleh hormon pelepas pertumbuhan (growth hormone releasing
hormon GHRH) dari hipotalamus yang kemudian dibawa melalui saluran portal
hipotalamus-hipofisi anterior. Stimulus tambahan untuk pelepasan GH meliputi kondisi
stress, mal-nutrisi, dan aktivitas yang merendahkan kadar gula darah, termasuk puasa. Sekresi
GHRH akan dihambat oleh peningkatan kadar GH dalam darah melalui mekanisme umpan
balik. Somatostatis adalah hormon yang juga berperan penting sebagai penghambat GH.
Stimulus tambahan lainnya untuk inhibisi GH meliputi obesitas dan peningkatan kadar asam
lemak darah.9
5.1.2 Thyroid stimulating hormone (TSH)
TSH adalah hormon tiropid dari hipofisis anterior yang merupakan regulator fisiologik
terpenting sekresi hormon tiroid (TH). Pembahasan mengenai hormon tiroid akan lebih
diperjelas di subab berikutnya. TSH selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH juga
mempertahankan integritasi kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, tiroid engalami atrofi dan
mengeluarkan TH dalam jumlah sangat rendah. Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi
dan hiperplasia sebagai respon terhadap TSH yang berlebihan.
Thyrotropin releasing hormon (TRH) hipotalamus, melalui efek tropiknya, menyalakan
sekresi TSH oleh hipofisis anterior, sementara hormon tiroid melalui mekanisme umpan balik
negatif, memadamkan sekresi TSH degan menghampat hipofisis anterior. Satu-satunyaa
faktor yang diketahui meningkatkan sekesi TRH adalah pajannan ke cuaca dingin pada bayi
baru lahir. Sementara itu, berbagai jenis stress menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid.10

12
Gambar 10. Regulasi Hornon Tiroid
5.1.3 Adrenokortokotropik (ACTH)
ACTH atau yang dikenal sebagai adrenokortokotropik merangsang sekrei kortisol oleh
korteks adrenal dan mendorong pertumbuhan korteks adrenal. Selain dari itu, ACTH juga
merangsang androgen adrenal. Apabila kadar ACTH tinggi, dapat menimbulkan
masukulinisasi pada waita dan anak. Struktur ACTH sendiri sama dengan hormon hipofisis
anterior laainnya. ACTH dalam jumlah terbatas tampak sangat penting untuk sintesis hormon
kortikal adrenal lain, aldosteron. Informasi lainnya yang berkaitan dengan hormon ini akan
dibahas pada subab kelejar adrenal.10
5.1.4 Gonadotropin
Gonadotropin meliputi dua hormon hipofisis anterior, yaitu folicle stimulating hormone
(FSH) dan luteinizing hormone (LH). Jaringan target FSH dan LH adalah ovarium pada
wanita dan testis pada pria. FSH memiliki fungsi berbeda pada wanita dan pria. Pada wanita,
hormon ini merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium. Hormon ini juga
mendorong sekresi hormon estrogen oleh ovarium. Pada pria FSH diperlukan untuk produksi
sperma. LH juga memiliki fungsi yang berbeda pada wanita dan pria. Pada wanita LH
berperan dalam ovvulasi dan luteinisasi. LH juga mengatur sekresi hormon-hormon seks
wanita. Pada pria hormon ini mrangsang sel interstisium Leyding di testis untuk
mengeluarkan hormon seks pria.10 Kita tidak akan membas hormon-hormon tesebut karena
telah dibahas pada mata kuliah sebelumnya.

13
5.1.5 Prolaktin
Prolaktin meningkatkan perkembangan payudara dan produksi susu pada wanita.
Fungsinya pada pria belum jelas, meskipun bukti menunjukan bahwa hormon ini mungkin
merangsang produksi resptor LH di terstis. Selain itu, prolaktin mungkin mingkatkan sistem
imun dan menunjang pembentukan pembuluh darah baru di tingkat jaringan pada kedua jenis
kelamin-kedua efek ini sama sekali tidak berkaitan dengan perannnya dalam fisiologi
reproduksi.10 Hormon ini juga tidak akan dibahas lebih lanjut.
5.1.6 Hormon antidiuretik (ADH)
ADH menyebabkan sel duktus pengumpul ginjal menjadi lebih permeabel terhadap air.
Hal ini meningkatkan reabsorpsi air ke dalam darah sehingga menurunkan diuresis urin. Ini
adalah efek antidiuretik ADH. Pada kadar yang sangat tinggi, ADH menyebbkan kontraksi
otot polos vaskular sehingga meningkatkan tahanan perifer total dan tekanan darah.7 Hormon
ini juga tidak akan dibahas lebih lanjut.
5.1.7 Oksitosin
Oksitosin menstimulasi kontraksi lapisan otot poloas duktus susu payudara sehingga
menyebbkan peningkatan tekanan intramamaria dan kemudian keluarnya air susu yang
disimpan ke puting. Oksitosin juga menstimulasi kontraski otot polos uterus. Oksitosin
menyebabkan peningkatan intensitas kontraksi uterus saat terjadi kemajuan persalinan dan
mendekati pelahiran.7 Pembahsan mengenai hormon oksitosin tidak akan diperpanjang.
5.2 Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus lateral dihubungkan melalui sebuah ismus yang
sempit. Organ ini terletak di atas permukaan anterior kartilago tiroid trakea tepat di bawah
laring. Kelenjar ini mendekresikan dua jenis hormon tiroid yaitu tiroksin (tetraiodotironin-T4)
dan Trilodotrionin (T3). T4 mencapai 90% dari seluruh sekresi kelenjar tiroid. Kedua hormon
tersebut distimulasi oleh TSH (thyroid stimulating hormon) di bawah kendali hormon pelepas
tirotopin (thyrotropin releasing hormon TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik
hipofisis-hipotalamus.9 Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah
kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju melatabolik tubuh. Stimulus yang bertanggung
jawab terhadap peningkatkann sekresi TRH adalah panjanan tubuh terhadap suhu dingin,
stress fisik dan mungkin stress psikologis, dan kadar TH yang rendah.7
Hormon tiroid (thyroid hormone TH) adalah hormon amia yang disentesis dan
dilepaskan dari kelnjar tiroid. Hormon ini dibentuk ketika satu atau dua molekul iodin
disatukan dengan glikoprotein besar yang disebut trilobulin, yang diseintesis di kelenjar tiroid
dan mengandung asam amino triosin. Kompleks yang mengandung iodin ini disebut
14
iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis TH yang
bersirkulasi, yang disebut T3 dan T4. T3 dan T4 dibawa ke sel targetnya dalam darah yang
berikatan dengan protein plasma, namun masuk ke sel sebagai hormon bebas. T3 dan T4
secara kolektif disebut sebagai TH.7
TH meningkatkan laju metabolisme basa keseluruhan tubuh. Efek hormon tiroid juga
memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang berperan dalam metabolisme bahan
bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik memiliki banyak aspek; hormon ini
tidak saja dapat mempengaruhi pembentukan dan penguraian karbohidrat, lemak, dan protein
tetapi hormon dalam jumlah sedikit atau banyak dapat menimbulkan efek sebaliknya. Sebagai
contoh, perubahan glukosa menjadi glikogen dipermudah oleh hormon tiroid dalam jumlah
kecil, tetapi proses kebalikannya (glikogen menjadi glukosa) terjadi pada jumlah hormon
yang tinggi. Demikian juga berlaku dalam sintesis protein dan kerja sebaliknya yaitu
penguraian protein.10
Hormon ini adalah regulator terpenting laju konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh
pada keadaan istirahat. Efek metabolik hormon tiroid berkaitaan erat dengan efek kalorigenik
(penghasil panas). Selain itu, TH meningkatkan responsivitas sel sasaran terhadap
katekolami (epinefrin dan noreprinefrin). Melalui efek meningkatkan kepekaan jantung
terhadap katekolamin dalam darah. TH meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan
kontraksi sehingga curah jantung meningkat. Efek lainnya, TH berperan penting bagi
pertumbuhan norml karena efeknya pada hormon perumbuhan (GH).10

Gambar 11. Kerja Hormon Tiroid7

15
5.3 Kelenjar Adrenal
Dua kelenjar adrenal berbentuk segitiga, berada di bagian atas setiap ginjal. Setiap
kelenjar adrenal memiliki bagian tengah atau medula dan korteks yang mengelilingi bagian
luar. Korteks dibagi menjadi ttiga zona pada orang dewasa. Masing-masing dari zona terseut
akan menyekresikan hormon steroid atau kortikosteroid. Zona glomerulosa yang terletak
paling luar akan menyekresikan mineralokortikoid (aldosteron), zona fasikulata yang berada
di tengah menyekresikan glukokortikoid (kortisol dan adrenal androgen), dan terakhir zona
retikularis akan menyekresikan hormon adrenal androgen dan glukokortikoid.11

Gambar 4. Struktur Kelenjar Adrenal


Hormon-hormon tersebut bersama-sama mengendalikan metabolisme, komposisi kimia
cairan tubuh, respon terhadap stress yang berlangsung terus menerus, karakteristik seksual
sekunder. Sekeresi dikendalikan baik oleh kortikotropin hipofisis yang juga dikenal sebagai
hormon adrenokortikotrofi (ACTH) ataupun oleh perubahan zat kimia bersama dengan
hormon lain. Untuk bagian medula adrenal, menyekresikan katekolamin adrenalin (epinefrin)
dan norad-renalin (norepinefrin). Kedua hormon ini terlibat dalam respon awal stress.11
5.3.1 Aldosteron
Tempat kerja aldosteron adalah di tubulus distal dan koligentes ginjal, tempat hormon ini
mendorong retensi Na+ dan meningkatkan eliminasi K+ swaktu prses pemebentukan urin.
Retensi Na+ oleh aldosteron akan secara sekunder menginduksi retensi amotik H2O,
meningatkan volume CES yang penting dalam regulasi janga panjang tekanan darah.
Pembahasa hormon aldosteron tidak akan diperpanjang pada makalah kali ini.10

16
5.3.2 Kortisol
Glukokortikoid utama yang akan dibahas disini adalah kortisol karena memiliki peran
penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein. Efek keseluruhan dari
pengaruh kortisol pada metabolisme adalah peningkatan konsentrasi glukosa darah dengan
mengorbankan simpanan lemak dan protein. Untuk lebih spesifiknya, efek dari kortisol akan
dijelaskan di bawah ini.
Kortisol merangsang glukoneogenesis di hati, perubahan sumber-sumber nonkarbohidrat
(yaitu asam amino) menjadi karbohidrat i dalam hati melalui proses glukoneogenesis. Antara
waktu makan atau selama puasa, ketika tidak ada nutrien baru yang diserap ke dalam darah
untuk digunakan dan disimpan, glikogen (glukosa dimpanan) di hati cenderung berkurang
karena di uraikan untuk membebaskan glukosa ke dalam darah. Glukoneogenesis adalah
faktor penting untuk mengganti simpanan glikogen hati dan karenanya mempertahankan
kadar glukosa darah tetap normal di antara waktu makan. Hal ini penting karena otak hanya
dapat menggunakan glukosa sebagai bahan bakar metabolik.
Kortisol menghambat penyerapan dan pemakaian glukosa oleh banyak jaringan kecuali
otak. Dengan demikian, otak akan mendapat suplai glukosa. Selain itu, kortisol merangsang
penguraian protein di banyak jaringan khususnya otot. Dengan menguraikan sebagian dari
protein otot menjadi asam amino, korrtisol meningkatkan konsentrasi asam amino darah.
Asam-asam amnio yang dimobilisasi ini tersedia untuk glukoneogenesis atau di manampun
mereka dibutuhkan.
Terakhir, kortisol mempermudah lipolisis, yaitu suatu poreses penguraian lemak di
jaringan adiposa sehingga asam-asam lemak di bebaskan ke dalam darah. Asam-asam lemak
yang dimobilisasi ini tersedia sebagai bahan bakar metabolik alternatif bagi jaringan yang
dapat menggunakan sumber energi ini sebagai pengganti glokosa sehingga glukosa di hemat
untuk otak. Selain untuk efek-efek metabolisme energi, kortisol juga harus ada dalam jumlah
memadai agar katekolamin dapat menimbulkan vasokontriksi juga berperan penting dalam
adaptasi terhadap stress. Segala jenis tres merupakan rangsangan utama bagi peningkatan
sekresi kortisol. Kortisol juga memiliki efek antiinflamasi dan imunosupresif.
Glukokorikoid dilepaskan dari kelenjar adrenal sebagai repons terhadap hormon
adrenokortikotropik (ACTH) yang bersirkulasi dari hipofisis anterior. ACTH dilepaskan
sebagai respon terhadap cortiocotropin-releasing hormon (CRH) yang dibawa dalam darah
portal dari hipotalamus. Stimulus untuk peningkatan CRH adalah stres, hipoglikemia
(glukosa darah yang rendah), dan penurunan kadar glukokortikoid yang bersirkulasi.

17
Gambar 12. Kontrol Seksresi Kortisol
5.3.3 Andorgen Adrenal
Androgen adrenal dilelpaskan sebagai respon terhadap stimulasi ACTH pada kelenjar
adrenal. Andorgen adrenal adalah sumber utama androgen pada wanita dan anak. Akadar
ACTH yang tinggi dapat menimbulkan maskulinisasi pada wanita dan anak. Struktur ACTH
sama dengan hormon hipofisis anterior lainnya.7
5.3.4 Epinefrin dan Norepinefrin
Epinerin dan norepinefrin memiliki perbedaan efk fisiologis yang berkaitan dengan kedua
jenis resptornya, alfa dan beta, yang terletak pada membran sel target. Secara keseluruhan,
fungsi hormon ini adalah untuk memperisapkan tubuh terhadap aktivitas fisik yang
merespons stress, kegembiraan, cedera, latihan, dan penurunan kadar gula darah.
Efek epinefrin antara lain: meningkatkan frekuensi jantung, meningkatkan metabolisme
dan konsumsi oksigen, meningkatkan kadar gula darah melalui stumulasi glikogenolisis pada
hati dan simpanan glikogen otot. Selain dari pada itu, epinefrin juga menyebabkan pemuluh
darah pada kulit dan organ-organ ciseral berkonstriksi sementara pembuluh otot rangka dan
otot jantung berdilatasi. Efek norepinefrin adalah untuk meningkatkan tekanan darah dan
untuk menstimulasi otot jantung.9

18
5.4 Pankreas
Pankreas adalah organ pipih yang terletak di belakang dan sedikit di bawah lambung
dalam abdomen. Organ ini memiliki dua fungsi yaitu fungsi endokrin dan fungssi eksokrin.
Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar pankreas yang memproduksi
carian pankreas untuk kemudian disekresi melalui duktus pankreas ke dalam usus halus. Sel
endokrin dapat ditemukan dalam pualau-pula Langerhans, yaitu kumpulan kecil sel yang
tersebar di seluruh organ. Ada empat jenis sel penghasil hormon yang terindentifikasi dalam
pulau-pulau tersebut, yaitu sel alfa (mensekresi glukagon), sel beta (mensekresi insulin), sel
delta (mensekresi somastotatin) dan sel F (mengsekresi polipeptida pankreas). Dalam
makalah ini kita akan lebih membahas pankreas endokrin.9
5.4.1 Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan oleh sel alfa pulau Langerhans
sebagai resposn terhadap kadar glukosa darah yang rendah dan peningkatan asam amino
plasma. Glukagon adalah hormon utama stadium pasca absorptif pencernaan, yang terjadi
selama periode puasa di antara waktu makan.7 Faktor utama yang mengatur sekresi glukagon
adalah efek langsung konsentrasi glukosa darah pada pankreas enndokrin. Dalam hal ini, sel
alfa pankreas meningkatkan sekresi glukagon sebegai respon terhadap penurunan glukosa
darah. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi glukosa darah menghambat sekresi glukagon.10
Secara umum, kerja glukagon berlawanan dengan fungsi insulin. Fungsi hormon ini
terutama adalah katabolik (penguraian).7 Efek keseluruhan glukagon pada metabolisme
karbohidrat menyebabkan peningkatan produksi dan pelepasan glukosa oleh hati sehingga
kadar glukosa darh meningkat. Glukagon melalui efek hiperglikemiknya dengan menurunkan
sintesis glikogen, mendorong glikogenolisis dan merangsang glukoneogenesis.10
Glukagon juga melawan efek insulin pada metabolisme lemak dengan mendorong
penguraian lemak serta inhibisi sintesis trigliserida. Glukagon meningkatkan produksi keton
hati (ketogenesis) dengan mendorong perubahan asam lemak menjadi badan keton. Karena
itu kadar asam lemak dan keton darah meningkat di bawah pengaruh glukagon. Efek pada
protein, glukagon dapat menghambat sintesis protein di hati serta mendorong penguraian
protein hati. Stimulasi glukoneogenesis juga memperkuat efek katabolik glukagon pada
metabolisme protein hati. Glukagon mendorong katabolisme protein di hati tetapi tidak
berefek nyata pada kadar asam amino darah karena hormon ini tidak mempengaruhi protein
otot, simpanan protein utama di tubuh.10

19
5.4.2 Insulin
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah serta mendorong
penyimpanan bahan-bahan tersebut. Sewaktu molekul nutrien ini masuk ke darah selama
keadaan absorptif, insulin mendorong penyerapan bahan-bahan ini oleh sel dan mengubahnya
masing-masing menjadi glikogen, trigliserida, dan protein. Insulin melaksanakan banyak
fungsinya dengan mempengaruhi transpor nutrien darah spesifik masuk ke dalam sel atau
mengubah aktivasi enzim-enzim yang berperan dalam jalur metabolik tertentu.
Secara singkat, insulin tertuma menimbulkan efek dengan bekerja pada otot rangka
inaktif, dan jaringan lamak. Hormon ini merangsang jalur-jalur biosintetik yang
menyebabkan penyimpanan karbohidrat dan lemak, serta meningkatkan sintesis protein. Jadi
hormon ini merurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah. Ketika sekresi
insulin rendah, efek kebalikannya yang terjadi. Lalu pemasukan glukosa ke dalam sel
berkurang dan terjadi katabolisme melebihi sintesis glikogen, trigliserida, dan protein.10

Gambar 13. Kerja Hormon Glukagon dan Insulin


5.4.3 Somastotatin
Somatostatin juga disebut hormon penghambat hormon perubuhan dan dilepaskan oleh
hipotalamus. Somatostatin dari hipotalamus merupakan salah satu penghambat pelepasan
hormon perumbuhan hormon hipotalamus yang mengontrol pelepasan horom pertumbuhan
dari hipofisis anterior. Hormon ini mengendalikan metabolisme dengan menghambat sekresi
insulin dan glukagon.7

20
6. Pola Makan Sehat
Harus dibedakan antara bahan makanan dan zat makanan atau zat nutrien. Zat makanan
adalah satuan yang menyusun bahan makanan tersebut, sementara bahan makanan disebut
juga komoditas pangan dalam perdagangan (apa yang kita beli, kita masak, dan kita susun
menjadi hidangan). Zat makanan bahan dasar menurut Ilmu Gizi atau Nutrien yang kita kenal
adalah karbohidrat (arang hidrat), protein (zat putih telur), lemak, vitamin, dan mineral.12
Setelah di konsumsi di dalam alat pencernaan, bahan makanan inilah yang diserap
melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh. Di dalam jaringan, zat-zat makanan
memenuhi fungsinya masing-masing. Secara umum, fungsinya meliputi: sebagai sumber
enersi atau tenaga, menyokong perumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh, mengatur
metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan, serta berperan dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap penyakit.12
Menyusun dan menilai hidangan merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan oleh semua orang. Susunan hidangan yang dapat memenuhi syarat gizi harus
menenuhi beberapa fungsi, yaitu: memberikan nutrien lengkap, memenuhi cita rasa,
bervariasi, tampak menarik dan bersih, tidak bertentangan dengan agama dan kepercayaan,
serta memberikan kepuasan tanpa mengurangi harga diri.13
Tidak ada makanan yang sempurna mengandung semua zat gizi sejumlah yang
dibutuhkan, jadi perlu campuran berbagai bahan makanan. Pedoman menu bergizi adalah 4
sehat 5 sempurna. 4 sehat terdiri dari nasi/pengganti, lauk pauk hewani dan nabati, sayur,
serta buah. Sementara 5 sempurna adalah susu/telur. 5 sempurna bukan bagian yang mutlak,
karena biasanya dijadikan sebagai sumber protein benilai hayati tinggi khusus bagi golongan
rentan (hamil, menyusi, bayi sampai dengan remaja, dan lanjut usia).

Gambar 14. Menu 4 Sehat 5 Sempurna

21
Pola makan yang umum sehari-hari adalah tiga kali makan utama, yaitu makan pagi,
siang dan malam. Pada pagi hari diusahakan untuk memakan makanan pokok, lauk pauk
hewani atau nabatum sayur dan juga buah. Pada siang dan malam hari konsumsi makanan
haruslah lengkap. Selain makan tiga kali sehari, diusahakan untuk makan selingan atau jajan
dua kali dalam sehari. Pada pagi hari, khusus untuk yang tidak makan pagi atau yang jarak
antara makan pagi dengan siang jauh. Pada sore hari, khusus untuk yang jarak makan siang
dan makan malam besar.
Terpenting dari semuanya itu adalah menyediakan menu makanan dalam sehari yang
sesuai dengan kebutuhan kalori seseorang. Untuk bisa mendapatkan menu makanan sehari
yang sesuai dengan kebutuhan seseorang, perlu untuk dilakukan pengukuran. Kebutuhan
enersi bagi seorang Indonesia dewasa ialah pada laki-laki 46kal/kg berat adan dan bagi
perempuan adalah 40kal/kg berat badan. Bila dalam kebutuhan enersi dalam 24 jam
diperhitungkan kelompok umur dan jenis kelamin, juga dilihat dari model pekerjaan yang
dilakukan, maka akan didaptkan rumusan:12
Kal = k x M x A
K = konversi umur
M = kebutuhn standar enersi seorang Indonesia normal (laki-laki: BB dalam kg x 46
kalori; perempuan: BB dalam kg x 40 kalori)
A = tingkat berat kerja (kerja ringan: 0,90; kerja sedang 1,00; kerja berat 1,17)
Pekerjaan yang tergolong melakukan kerja ringan misalnya pegawai kantor, mengetik,
ahli hukum, dokter, guru, ibu rumah tangga yang memiliki pembantu, berbelanja, dan
laboran. Sementara yang termasuk kerja sedang adalah pekerja industri ringan, mahasiswa,
ibu rumah tangga tanpa pembantu, pembantu, berkebun, pemahat kayu, pekerja industri
ringan, dan sedikit duduk. Sementara yang tergolong berat misalnya buruh kasar, buruh
pabrik baja, buruh tambang, buruh bangunan, penari balet, pemotong kayu dengan kapak,
berdansa, dan sedikit duduk. Setelah diringkas, maka dapat dilihat cara perhitungan gizi pada
tabel 2.

22
Tabel 2. Kebutuhan Enersi12
Kelompok Umur (tahun) Kebutuhan Kalori
<1tahun 1090
1-3 1360
4-6 1830
7-9 Laki-Laki 2190 Perempuan
10-12 2600 2350
13-15 0,97 xMxA 1,13 xMxA
16-19 1,02 xMxA 1,05 xMxA
20-39 1,00 xMxA
40-49 0,95 xMxA
50-59 0,90 xMxA
60-69 0,80 xMxA
>70 0,70 xMxA
Selain menggunakan rumusan diatas, pengukuran dapat juga dilakukan dengan dua cara
yang lainnya. Pertama adalah dengan cara menghitung energi metabolisme basal. Rumusan
yang dibutuhkan disesuaikan dengan jenis kelamin.
Laki-laki : BMR = BBI x 24 x 1Kal/hari
Perempuan : BMR = BBI x24 x 0,9Kal/hari
BBI = Berat badan idean (tinggi badan dalam cm 100 = hasil. Hasil x 10% = hasil B.
Hasil hasil B)
Cara lainnya adalah dengan rumus Harris Benedict (RME/REE/BEE). Rumusannya
digolongkan berdasarkan jenis kelamin, dan dapat dilihat di bawah ini.
Laki-laki : 66 + (13,8xBB) + (5xTB) (6,8xU)
Perempuan : 655 + (9,6xBB) + (1,8xTB) (4,7 x U)
BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (cm)
U = Usia (tahun)
Kita dapat menggunakan rumus mana pun yang kita inginkan, dengan hasil yang berbeda
namun dalam selisih yang hanya sedikit. Sebagai contoh, saya akan menghitung kebutuhan
kalori saya sendiri dalam sehari dengan menggunakan ketiga rumus tersebut. Saya adalah
seorang perempuan dengan berat badan 48kg, tinggi badan saya 153cm, usia saya 18 tahun,
dan aktivitas saya sebagai mahasiswa tergolong dalam kerja sedang.

23
Dengan rumusan yang pertama: k x(Mx40)xA = 1,05x(48x40)x1,00, didapatkan hasil
kebutuhan kalori saya dalam sehari 2016 Kkal/hari. Dengan rumusan yang kedua:
BBIx24x0,9Kal/hari = 47,7x24x0,9, didapatkan hasil 1030,32 Kkal/hari. Dengan rumusan
yang terakhir: 655+(9,6xBB)+(1,8xTB)(4,7xU) = 655+(9,6x48)+(1,8x153)-
(4,7x18)=1316,5 Kkal/hari. Selanjutnya kita dapat memilih, bagian kebutuhan kalori
manakah yang diinginkan untuk kemudian digunakan dalam penyusnan menu.
Secara singkat, di dalam sebuah makan diharapkan memiliki kandungan karbohidrat
sebesar 40%-60% dari kalori total, lemak 25-40% dari kalori total, dan protein 15-30%.
Sebagai contoh, dalam sehari saya ingin memenuhi kebutuhan makanan saya dengan
mengandung karbohidrat sebanyak 60%, lemak 25%, dan protein sebanyak 15%. Maka
dengan begitu, saya harus mengkonsumsi karbohidrat sebanyak 1209,6 kalori
(60%x2016Kkal/hari) atau setara dengan 302,4 (1209,6/4 karena 1gr~4kalori). Saya juga
harus mengkonsumsi lemak sebanyak 504 kalori (25%x2016Kkak/hari) atau setara dengan
56gr (504/9 karena 1gr~9kalori). Terakhir, mengkonsumsi protein sebanyak 302,4 kalori
(15%x2016Kkal/hari) atau setara dengan 75,6gr (302,4/4 karena 1gr~4kalori).

Pembahasan Kasus
Pada PBL kali ini didapatkan kasus: pada suatu daerah yang telah mengalami rawan
pangan akibat kekeringan selama beberapa tahun, banyak ditemukan anak-anak yang
kelaparan. Tubuh mereka jauh lebih kurus dan pendek dibanding anak-anak normal
seusianya. Kelaparan sendiri adalah kondisi dimana tubuh kekurangan asupan energi dan
unsur-unsur nutrisi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang biasanya
didapatkan dari bahan makanan.
Dalam kondisi kelaparan lebih dari satu hari, tubuh akan mulai melakukan aktivitas
metabolisme yang tidak seperti biasanya. Jika biasanya bahan makanan karbohidrat akan
dibentuk menjadi energi dan disimpan dalam glikogen, maka saat kelaparan, glikogen akan
yang disimpan akan diubah menjadi glukosa. Sama halnya dengan protein yang ada di dalam
tubuh mulai dipecah dalam tubuh dan akan memasuki siklus asam sitrat untuk kembali
menjadi glukosa. Lemak yang tersimpan di dalam jaringan adiposa akan diubah menjadi
gliserol lalu pada akhirnya akan menjadi glukosa juga. Selain dari pada bahan-bahan tersebut
laktat dan alanin juga akan mengalami sejumlah proses untuk menjadi glukosa. Kesemua
proses-proses tersebut terdapat dalam glikogenolisis dan glukoneogenesis.
Lama kelamaan, tubuh akan kehilangan simpanan glikogen sehingga energi yang
dihasilkan akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan seseorang menjadi mudah lelah.
24
Dilain pihak, simpanan lemak di jaringan adiposa pun akan berkurang yang dapat
menyebabkan tubuh orang yang kelaparan menjadi kurus kering. Protein pun lama-lama
kadarnya akan berkurang sehingga beberapa proses perbaikan dan pertumbuhan jaringan
akan sangat terganggu, misalnya saja pertumbuhan tinggi badan. Pada akhirnya tubuh akan
kehabisan semua zat yang dibutuhkan sehingga mengakibatkan kematian.
Untuk itulah diperlukan pengaturan pola makan yang baik agar kelaparan tidak terjadi.
Menu makanan yang disusun dalam sehari haruslah memberikan nutrien lengkap, memenuhi
cita rasa, bervariasi, tampak menarik dan bersih, tidak bertentangan dengan agama dan
kepercayaan, serta memberikan kepuasan tanpa mengurangi harga diri. Selain itu harus
mengikuti pola makan yang baik (tiga kali sehari, 2 kali makanan selingan) dan memenuhi 4
sehat 5 sempurna. Perlu juga diperhatikan bahwa makana dalam sehari haruslah memiliki
kadar kalori yang sesuai dengan kalori total yang dibutuhkan tubuh.

Kesimpulan
Dari kasus yang ada, kelompok membuat hipotesis bahwa tubuh anak kurus dan pendek
kekurangan suplai gizi. Berdasarkan pembahasan kasus diatas, benar adanya bahwa
kekurangan suplai gizi atau kelaparan dapat menyebabkan tubuh seseorang kurus dan pendek.
Hal ini dikarenakan seluruh simpanan dalam tubuh baik yang merupakan karbohidrat,
protein, dan lemak, diubah menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan glukosa tubuh.
Akibatnya pertumbuhan dan juga berat badan akan berkurang. Untuk itulah diperlukan
perbaikan pola makan. Dengan demikian, hipotesis dapat dibenarkan.

Daftar Pustaka
1. Dewi N. Nutrion and food: gizi untuk keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara;
2010.h.8.
2. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2006.h.66-70.
3. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
4. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009.
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
6. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan (churchill livingstones mini encyclopaedia of
nursing). Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.270.
7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.h.272-4.
8. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003.
25
9. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
10. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
11. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan (churchill livingstones mini encyclopaedia of
nursing). Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.270.
12. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Edisi 1. Jakarta: Dian Rakyat;
2012.
13. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Edisi 2. Jakarta: Dian Rakyat;
2012.

26

Anda mungkin juga menyukai